Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET

AKURASI DATA KELAHIRAN TERNAK


( PETERNAKAN SAPI PERAH MURNI MEDAN)

KELOMPOK : VI
1. MAULIDANI PUTRI RANGKUTI : 4191111019
2. MIFTA AQILA NASUTION : 4191111022
3. LATHIFA MAWARKHOLBI : 4191111020
4. SYUZA ARIFINO : 4191111012
TINJAUAN TEORITIS

Reproduksi Ternak
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologitidak vital
bagi kehidupan tetapi sangat pentingbagi kelanjutan keturunan suatujenis ataubangsa
hewan (Toelihere, 1994).Proses reproduksi barudapatberlangsung setelah hewan
mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dimanaproses ini diatur oleh kelenjar-
kelenjar endokrindan hormon-hormon yangdihasilkannya (Cole dan Cupps, 1980).
Reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam usaha
memajukanpeternakan.Kedudukan reproduksi makin dilalaikan karena secara fisik
tidakmenunjukkan gejala yang merugikan.Mengetahui mekanisme reproduksimerupakan
hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi reproduksi. Padadasarnya tanpa
reproduksi tidak akan ada produksi serta tingkat dan efisensireproduksi akan
menentukan tingkat efisiensi reproduksi (Feradis, 2010).
Menurut Toelihere.(1997) reproduksi merupakan suatu proses
yangberlangsung diatas keperluan dasar tubuhnya, artinya untuk
kelangsungan prosestersebut dibutuhkan pakan dan gizi diatas
kebutuhan dasar untuk hidup pokok ataubertahan hidup. Maka
pemenuhan pakan dan gizi yang memadai harus benar-
benardiperhatikan agarkegiatan reproduksi dapat berjalan normal.
TINJAUAN TEORITIS

Reproduksi Sapi Betina


Sapi merupakan hewan poliestrus, setelah mencapaiusia pubertas siklus
estrus berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun, kecualipada saat
hewan bunting, siklus estrusnya terhenti sementara. Panjang siklus estrusnormal
pada sapi induk 21 (18-24) hari. Kebanyakan bangsa sapi mempunyai rata-rata
lama estrus 12 jam dengan variasi normal antara 8 sampai 16 jam. Waktu
ovulasipada sapi umumnya terjadi sekitar 12 jam dari akhir estrus. Siklus estrus
dapat dibagidalam 4 periode: proestrus, estrus, matestrus dan diestrus. Tanda-
tanda estrus :pertama, tanda primer yaitu sapi yang siap atau diam sewaktu dinaiki
pejantan ataubetina lain adalah tanda estrus yang paling akurat (standing heat).
Durasistandingheatadalah 15-18 jam, tetapi durasi estrus bervariasi diantara sapi
dari 8-30 jam. Kedua, tanda sekunder yaitu tanda-tanda ini dapat terjadi sebelum,
selama atau sesudah standing heatdan tidak berhubungan dengan waktu ovulasi.
Dikalangan peternak dikenal istilah 3A (Abang, Abuh dan Anget atau merah,
bengkak danhangat). Bengak-Bengok atau melenguh, Clingkrak-Clingkrik atau
menaiki hewanlain (Feradis, 2010).
TINJAUAN TEORITIS

Ovulasi
Ovulasi adalah saat pecahan folikel de Graaf dan keluarnya ovumbersama-
sama isi folikel (Partodihadjo, 1992).Ovulasi terjadi dengan pecahnyafolikel dan
rongga folikel segera mengecil secara berangsur-angsur diikuti denganberhentinya
pengeluaran lendir. Ovulasi pada sapi dewasa dapat terjadi dari 2 jam sebelum
akhir berahi sampai 26jam sesudah akhir berahi, dengan rata-rata waktu 12,5 jam.
Salah satu cara untukmenentukan waktu ovulasi pada sapi yaitu dengan palpasi
ovarium sehinga dapatdirasakan adanya penampilancorpus luteum(CL).Ovulai
pada sapi lebih seringterjadi pada ovarium kanan dapi pada ovarium
kiri.Penyebabnya mungkin karenasecara otonomi remen berada disebelah kiri dan
penekanannya membatasiaktivitas ovarium kiri tetapi penyebab pasti belum
diketahui. (Salisbury dan VanDemark 1985).
TINJAUAN TEORITIS

Umur
Berdasarkan pengamatan gigi yang dilakukan pada sapi betina, terdapat 2
ekor yang masih mempunyai 4 pasang gigi susu belum poeldan 2 ekor
yang poel 2. Pergantian gigi seri susu dengan gigi seri tetap pada ternak dapat
digunakan untuk menentukan umur ternak tersebut. Pola perupsi gigi pada
ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk
menduga umur ternak Sapi betina paling baik digunakan menjadi bibit saat
gigi serinya telah poel 1 pasang atau pada saat sapi betina telah berumur 1
tahun. Sapi akan mencapai masak kelamin pada umur 8 – 18 bulan, atau rata-
rata 12 bulan. Jenis perlakuan terhadap ternak juga dapat mempengaruhi
kecepatan gigi seru susu tanggal. Pada saat sapi lahir dan mencapai usia 1
bulan, terdapat 4 pasang gigi seri sementara yang pendek, lebar dan berwarna
seperti kuning gading. Memasuki usia 24 bulan, 2 gigi seri sementara di depan
digantikan dengan gigi seri permanen. Pada usia 2,5 – 3,5 tahun, terjadi
pergantian gigi seri sementara bagian depan tengah dengan gigi permanen.
(Bahar, 2003).
TINJAUAN TEORITIS

Deteksi kebuntingan

Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinyafertilisasi sampai


terjadikelahiran (Frandson, 1992).Kebuntingan merupakan keadaan dimana
anak sedangberkembang dalam uterus seekor hewan betina. Deteksi
kebuntingan dini pada ternak ruminansia menjadi penting bagi
keberhasilansebuah manajemen reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi
ekonomi (Lestari,2006). Menurut Jainudeen dan Hafez (2000), diagnosa
kebuntingan dini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi ternak yang tidak
bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang
hilang kerena infetilitas dapatditekan dengan penanganan yang cepat,
pertimbangan apabila ternak harus dijual, menekan biaya breeding program
yang menggunakan teknik hormonal yangmahal dan mambantu manajemen
ternak yang ekonomis.
TINJAUAN TEORITIS

Diagnosis Kebuntingan Secara Kimiawi

Diagnosa kebuntingan secara kimiawi pertama kali dikembangkan olehPartodihardjo,


(1992) dengan mengamati reaksi yang ditimbulkan antara hormonestrogen yang terdapat
dalan urin babi yang diduga bunting dengan asam sulfatpekat.Pemeriksaan kebuntingan
dengan cara kimiawi dilakukan denganmemeriksa kadar hormonal sapi setelah
dikawinkan. Diagnosa kebuntingan pada sapi menggunakan asam sulfat dengan
beberapapengencer yang terbaik adalah 15%.
TINJAUAN TEORITIS

Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Reproduksi

Usaha ternak sapi potong rakyat masihmengalami beberapa permasalahan, antara lain
terjadinya penurunan populasi temakmaupun produktivitasnya. Salah satu faktor penyebab
penurunan tersebut adalahmanajemen dan pola perkawinan yang kurang tepat sehingga berdampak
terhadaprendahnya angka konsepsi (kurang dari 50%) dan panjangnya jarak beranak (lebihdari 15
bulan). Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi altenatif, di antaranyamelalui perbaikan
manajemen penyapihan pedet dan penyediaan gizi pakan yangpada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi reproduksinya (Affandhyet al., 2009).
ALAT DAN BAHAN

NO NAMA ALAT/BAHAN SPESIFIKASI JUMLAH

1 Kamera (HandPhone) Samsung A6 1 Buah

2 Buku catatan Al Campuss 1 Buah

3 Alat Tulis Pensil 2B 1 Buah


PROSEDUR KERJA

1. Mencari peternakan yang ada disekitar tempat tinggal kami;


2. Pada data pengamatan registrasi induk, mengisi kolom nama pemilik, alamat
peternak, nomor telinga/badan, asal ternak, jenis ternak ( sapi,kambing,dll), warna bulu;
3. mengamati dan mendiagnosa apakah ternak tesebut mengalami; kebuntingan, mengisi
tabel dengan tanda ceklis ( ) dan tanda (X) jika tidak mengalami kebuntingan;
4. mendokumentasi ternak yang telah diamati sebagai bukti hasil pengamatan;
5.membuat laporan hasil mini riset.
TABEL PENGAMATAN REGISTER INDUK
No Nama Alamat Asal Jenis Bangsa Warna Diagnosa Foto
Pemilik Ternak Ternak Bulu Kebuntingan Ternak

1. Jita Pasar 1, India Brahman Bos Putih 1. Pembesaran


Siregar tembung/ indicus perut kakan
tambak progresif
Rejo, Desa, 2. Tidak ingin
Amplas, melakukan
2. Kec. Pecut Indonesia Jawa Bibos Hitam perkawinan
Sei Tuan, Banteng dengan para
Kabupaten pejantan
Deli 3. Peningkatan
Serdang. berat badan
3. Indonesia Madura Bos Coklat 4. Adanya
Indicus gerakan janin
5. Gerakan sapi
melabat

4. Indonesia Aceh Sapi Hitam


Ongole
dan Sapi
setempat
5. Eropa Limousin Bos Coklat
Taurus putih
1. Jelaskan ciri – ciri dari hewan ternak yang sedang mengalami kebuntingan

Jawab:

Biasanya para peternak mendeteksi kebuntingan dengan memperhatikan tingkah ternak


tersebut, apabila ternak telah dikawinkan tidak terlihat gejala estrusmaka peternak
menyimpulkan bahwa ternak bunting dan sebaliknya. Namun caratersebut tidaklah sempurna
dan sering terjadi kesalahan deteksi kebuntingan. Pemeriksaan kebuntingan ternak khususnya
sapi umumnya dilakukan denganpalpasi rektum. Dalam melakukan palpasi rektum, tidak
semuaorang bisa melakukannya, hanya orang-orang tertentu saja yang ahli dalam
bidangtersebut. Namun ketersediaan orang – orang tersebut tidaklah merata di seluruh daerah
khususnya daerah Sumatera Utara. Sedangkan beternak sapi lebih banyak dilakukanoleh
rakyat yang ada di pedesaan.Metodepunyakoti adalah sebuah metode pemeriksaan
kebuntingan ternak sapimenggunakan urine yang pernah dilakukan di sebuah veterinary
college di BangaloreIndia. Teknik ini ternyata meniru dokter di Mesir sekitar 4000 tahun lalu, di
mana disebutkan bahwa seorang perempuan yang akan didiagnosis kehamilannya diminta
untuk kencing di kantong kain yang berisi biji gandum. Perempuan tersebut didiagnosis hamil
apabila biji gandum dalam kantung yang dikencingi tumbuh dalam waktu 5 hari dan tidak hamil
bila biji gandumnya tidak tumbuh. Namun untuk ternak
sapi hasilnya kebalikan dari manusia, jika biji gandum tumbuh dalam 5 hari maka ternak
tersebut dinyatakan tidak bunting dan sebaliknya. Uji ini cukup murah, mudah, sederhana, tidak
invasif dari sudut pandang kesejahteraanhewan dan tidak memerlukan bahan kimia atau alat
yang canggih. Peternak yang ada di daerah terpencil yang akses terhadap dokter hewan begitu
terbatas bisa memanfaatkan uji punyakoti untuk mendiagnosis kebuntingan hewan ternaknya
2. Apakah para pemillik ternak telah menggunakan teknologi reproduksi berupa inseminasi
buatan

Jawab:

Tidak, pemilik masih menggunakan cara reproduksi alami yaitu dengan


mengkawinkan ternak jantan dan ternak betina.ketika proses perkawinan akan berlangsung
maka ternak jantan dan ternak betina di letakkan dalam 1 kandang. Apabila ternak betina
tidak ingin dikawinkan maka diikat batang kayu. Dan yang jantan akan menungakin badan
ternak betina.
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan!

Jawab:

Keuntungan Inseminasi Buatan


•Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
•Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
•Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
•Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
•Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
•Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
•Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

Kerugian Inseminasi Buatan


•Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi
kebuntingan;
•Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan
breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
•Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam
jangka waktu yang lama.
•Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau
sifat genetiknya dengan.
4. Pengalaman baru apa yang kelompok saudara peroleh dari pelaksanaan
mini riset ini!

Jawab:

Dari mini riset yang kami lakukan di peternakan susu sapi murni ini kami
dapat mengetahui makanan-makanan apa saja yang dimakan oleh ternak ini.
Kami juga mengetahui bahwa sapi dapat melahirkan 1 tahun sekali dan ketika
melahirkan uri-uri dari sapi tersebut harus segera dibuang agar tidak dimakan
oleh induknya. Dan sapi juga terdapat garis tanduk yaitu garis yang
menunjukan umur sapi tersebut. Kami juga mengetahui penyakit-penyakit sapi
dan obat untuk menyembuhkannya. Sapi yang paling tua biasanya berumur +-
8tahun. Kotoran sapi biasanya dijadikan pupuk dengan cara dikeringkan
dibawah sinar matahari. Sapi yang akan dijual harus gemuk dan kakinya tidak
pincang.
5. Aspek menarik apa yang kelompok anda temukan dalam materi inovasi
teknologi reproduksi hewan!

Jawab:

Aspek menarik yang kami dapat mengenai inovasi teknologi reproduksi hewan
adalah termyata reproduksi hewan salah satunya yaitu inseminasi buatan yang
artinyapemasukan secara sengaja sel sperma kedalam rahim atau serviks seorang wanita
dengan tujuan memperoleh kehamilan melalui inseminasi (fertilasi in vivo) dengan cara
selain hubungan seksual. Dengan teknologi reproduksi ini maka dapat lebih cepat
menghasilkan keturunan yang baru.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil mini riset kami, pemilik peternakan belum


menggunakan inovasi teknologi reproduksi pada hewan ternak dengan
kata lain mesih menggunakan cara reproduksi alami. Apabila ternak
betina tidak ingin dikawinkan maka ternak betina diikat batang kayu
di dalam satu kandang dengan ternak jantan. Alasan peternak tidak
menggunakan inovasi teknologi reproduksi pada hewan ternak karena
faktor keuangan dan kurangnya pengetahuan mengenai inovasi
teknologi pada ternak

Anda mungkin juga menyukai