Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INFERTILITAS DAN STERILITAS


(Kemajiran Pada Ternak Jantan )

OLEH :

NAMA : ALFIAN SALAMA SAMSUL


NIRM : 05.03.18.1553
KELAS : 3D Penyuluhan peternakan dan kesejahteraan hewan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA
KEMENTERIAN PERTANIAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah infertilitas dan
sterilitas.
Makalah ini telah penulis susun semaksimal mungkin Terlepas dari semua
itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan, baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka, Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca. Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bone,18 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….……………………………..4

A.Latar belakang……………………………………………………………………………….………………………….…
4

B.Tujuan…………………………………………………………………………………………….……………………………
5

C.Manfaat…………………………………………………………………………………………….…………………………5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..………………………………..
…………………………..6

A.Kesuburan Pejantan……………………………………………………………..…………....
……………………....6

B.Diagnosa Gangguan Reproduksi Ternak Jantan………….……………………….……………………....9

C. Kelainan Alat Kelamin Jantan….……………………………………………………………………..….


……....11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………….…….….


…..14

A.Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………….….
….14

B.Saran……………………………………………………………………………………………………………………….…
14

3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………..
…….15

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang


melimpah.Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan
protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia.Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya
merupakan gambaran tingkat ketersedian sumber bahan protein nasional.

Permintaan daging khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di


Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk, tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang semakin
meningkat. Menurut BPS (2016), kebutuhan daging sapi masyarakat
Indonesia mencapai 639.000 ton pada tahun 2015. Angka ini naik sekitar 8%
dari kebutuhan tahun 2014 yaitu 590.000 ton dan 529.000 ton pada tahun
4
2013. Saat ini, pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional masih bergantung
pada impor. Hal ini disebebakan karena ketidakseimbangan antara laju
produksi daging sapi dengan laju konsumsinya. Konsumsi daging sapi di
Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak diimbangi
dengan peningkatan produksi daging yang signifikan di dalam negeri.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
tersebut salah satunya adalah dengan menetapkan Program Swasembada
Daging Sapi (PSDS) yang telah dicanangkan sejak tahun 2000 (Ariningsih,
2014).

Menurut Kementan, (2015) salah satu kebijakan umum pembangunan


peternakan dan kesehatan hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
adalah peningkatan produksi sapi dan kerbau. Berbagai upaya memang
sudah dilakukan oleh pemerintah dalam usaha pengembangan peternakan
terutama dalam bidang produksi.Pada dasarnya kunci dari peningkatan
produksi ternak adalah dengan meningkatkan ketersediaan betina produktif
dari segi jumlah dan kualitas sebagai cikal bakal penghasil ternak baru.Selain
itu, fertilitas ternak juga sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi.
Namun cukup sulit mendefinisikan daya fertilitas induk karena mencakup
semua aspek reproduksi (Anggraeni, 2008).

Saat ini, upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka


meningkatkan produktivitas ternak sapi adalah dengan menyediakan dan
mendatangkan bibit sapi unggul serta memproduksi semen beku,
meningkatkan efisiensi reproduksi serta berupaya dalam pemberantasan
penyakit kelamin yang dapat menyebabkan kemajiran pada ternak dan
meningkatkan jumlah bibit ternak dengan pengaplikasian beberapa teknologi
reproduksi.

5
B.Tujuan

1. Mengetahui tentang kesuburan pejantan


2. Mengetahui diagnosa gangguan reproduksi ternak jantan
3. Mengetahui kelainan alat kelamin jantan
( penis,preputium,testis,epididimis,vas deferens dan pada kelenjar
aksesoris )

C.Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai kesuburan pejantan.


2. Memberikan informasi mengenai diagnosa gangguan reproduksi
ternak jantan
3. Memberikan informasi mengenai kelainan alat kelamin jantan ( penis,
preputium, testis, epididimis, vas deferens dan pada kelenjar
aksesoris ).

BAB II
6
PEMBAHASAN

A.Kesuburan pejantan
Kesuburan pejantan Pada ternak derajat kesuburan pejantan dapat diukur
dari beberapa aspek seperti :

1. Produksi spermatozoa
2. Libido
3. Kemampuan berkopulasi
4. Kondisi kelenjar asesoris.

1. Produksi spermatozoa

Kemampuan hewan jantan untuk bereproduksi tergantung pada


kemampuan untuk memproduksi semen dalam arti dapat menghasilkan semen
yang banyak dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Sel maninya mempunyai
kemampuan untuk membuahi sel telur dengan baik. Produksi semen yang tinggi
dinyatakan dengan volume tiap pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi
semen yang tingi pula. Sedangkan kualitas semen yang baik dinyatakan dengan
persentase sel yang hidup dan bergerak progresif yang tinggi, sel yang abnormal
tidak melebihi dari 5% serta sel spermatozoa yang mati tidak boleh lebih dari
15%.

Data produksi semen yang normal dari berbagai hewan

Spesies Umur Volume Konsentrasi/ml Jumlah Sel


Ternak Pubertas ( ml ) PH ( juta/mm3) Spermatozoa
( bulan ) Per Ejakualat
(milyard)

7
Kuda 10-24 50-125 7,3-7,5 60-3000 6-20
Sapi 7-18 5-6 6.3-6,9 800-1250 4-6
Domba 4-12 0,8-1,25 6,3-6,5 1000-3500 1-2
Kambing 4-12 0,5-1,25 6,3-6,5 1500-4000 1-2
Babi 5-7 200-300 6,8-7,2 100-4000 10-100

2. Libido Pejantan

Kemampuan reproduksi ditinjau dari libido pejantan dibagi menjadi :

1. Libido tinggi
2. Libido baik
3. Libido yang rendah

Libido seekor pejantan dapat diukur dengan menggunakan waktu reaksi


yaitu waktu yang diperhitungkan sejak pejantan didekatkan pada hewan betina
pemancing sampai saatnya kopulasi terjadi. Pejantan yang mempunyai libido yang
sangat baik adalah pejantan yang mempunyai waktu reaksi kurang dari 1 menit.
Pejantan yang mempunyai libido baik adalah yang mempunyai waktu reaksi
antara 1-5 menit, dan pejantan yang mempunyai libido sedang adalah yang
mempunyai waktu reaaksi 5-10 menit. Sedangkan pejantan yang memiliki libido
yasng rendah mempunyai waktu reaksi lebih dari 10-30 menit. Kalau waktu reaksi
lebih dari 30 menit, pejantan dianggap tidak mempunyai libido.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan libido pada hewan jantan menjadi rendah
yaitu :

a. Penyakit umum maupun penyakit kelamin

b. Gangguan keseimbangan hormon reproduksi

c. Gangguan pada syaraf lumbal dan sakral


8
d. Pemakaian pejantan yang berlebihan

e. Kaki belakang yang menderita sakit

f. Hewan jantan terlalu gemuk

g. Keracunan

h. Pakan yang kurang atau berlebih

i. Faktor genetis

j. Keadaan lingkungan yang kurang serasi

k. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda

3. Kemampuan Berkopulasi

Kemampuan mengadakan kopulasi pada hewan jantan tidak selalu


tergantung pada tingkat libido hewan jantan tersebut. Libido yang baik tidak
selalu diikuti oleh kemampuan berkopulasi yang tinggi. Bila hewan jantan yang
mempunyai libido yang cukup baik tetapi tidak mampu berkopulasi, dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ereksi penis yang kurang sempurna.
Ereksi dikatakan sempurna bila seluruh penis dapat dikeluarkan dari preputium
dan dapat memasuki alat kelamin betina secara sempurna. Sebaliknya ereksi
dikatakan tidak sempurna bila penis hanya sebagian saja yang dapat dikeluarkan
dari preputium, sehingga hanya sebagian saja dari penis yang dapat memasuki alat
kelamin betina. Ereksi yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh alat reproduksi
jantan yang tidak normal seperti :

a. Pimosis suatu kelainan yang penisnya tidak dapat keluar dari pintu gerbang
preputium

9
b. Adanya perlengketan antara dinding preputium dengan penis khususnya pada
bagian pangkal penis

c. Radang preputium (postitis) yang kronis

d. Urolithiasis yaitu suatu keadaan yang terjadi proses pengapuran pada bagian
penis diluar saluran uretra, sehingga bagian yang terjadi pengapuran menjadi
membengkak dan tidak dapat melalui mulut preputium

e. Adanya gangguan pada urat daging (muskulus) retraktor penis pada golongan
ruminansia yang mengatur proses ereksi dengan cara meluruskan tekuk sigmoid
penis pada waktu ereksi f. Adanya radang pada teracak (Pododermatitis)

4. Kondisi kelenjar asesoris

Kondisi kelenjar asesoris sangat memegang peranan penting dalam


menentukan kesuburan hewan jantan. Kelenjar asesosris secara fisiologi akan
menghasilkan cairan yang mengandung baik bahan organik maupun anorganik
yang penting untuk memelihara kehidupan sel mani di dalam saluran alat kelamin
jantan maupun pada saat setelah dipancarkan.

B.Diagnosa Gangguan Reproduksi Ternak Jantan

Ada beberapa cara untuk mendiagnosa gangguan reproduksi atau


kemajiran pada hewan jantan yaitu :

1. Memperhatikan Catatan Tentang Hasil Perkawinan Dari Pejantan


2. Pemeriksaan Fisik Alat Kelamin Jantan
3. Pengamatan Perilaku Kawin
4. Pemeriksaan Air Mani yang Teleiti Terntang Kualitas dan Kuantitasnya

1. Memperhatikan Catatan Tentang Hasil Perkawinan Dari Pejantan

10
Termasuk dalam catatan tentang hasil perkawinan dari pejantan adalah
angka kebuntingan. Adanya gangguan reproduksi pada pejantan ditunjukkan
dengan angka kebuntingan yang rendah. Adanya beberapa ekor hewan betina
yang selalu gagal menjadi bunting bila dikawinlan secara alam dengan pejantan
tersebut, padahal betinanya menunjukkan kesuburan yang baik memberi petunjuk
kemungkinan terjadi gangguan reproduksi pada pejantannya.

2. Pemeriksaan Fisik Alat Kelamin Jantan

Pemeriksaan fisik alat kelamin untuk diagnosa ganguan reproduksi pada


hewan jantan, dilakukan pada beberapa bagain alat kelamin jantan yaitu :

a. Testis dan skrotum dengan palpasi memakai tangan, diperhatikan kondisi


dinding skrotumnya

b. Penis. Penis yang normal adalah mukosanya berwarna merah muda dan tidak
ada cacat.

c. Preputium. Preputium yang normal tidak memperlihatkan adanya


pembengkakan mukosa, preputium mengalami prolapsus

d. Kelenjar asesoris. Kondisi dari kelenjar ini dapat diperiksa melalui perabaan
rectal.

3. Pengamatan Perilaku Kawin

Pengamatan perilaku kawin dari hewan jantan didasarkan pada tingkat


libido pejantan tersebut. Pada Pejantan yang libidonya menurun akan ditandai
dengan waktu reaksi yang semakin membesar.

11
4. Pemeriksaan semen pejantan

Pemeriksaan semen yang teliti dipakai untuk menentukan kualitas dan


kuantitas semen. Pemeriksaan semen terdiri dari pemeriksaan makroskopis yang
dilakukan dengan mata telanjang pada semen segera setelah diambil dari seekor
pejantan yang meliputi volume, pH, kosistensi, warna dan bau. Pemeriksaan
mikroskopis semen meliputi pemeriksaan konsentrasi semen, penghitungan
persentase sel mani yang hidup, sel mani yang bentuknya abnormal, adanya gerak
sel mani, adanya gerakan masa sel mani. Pemeriksaan biologis semen meliputi uji
daya tahan sel mani (resistensi tes). Uji daya tahan sel mani dilakukan dengan
mencampurkan sel mani dengan larutan NACl 1%.

12
C. Kelainan alat kelamin jantan

Kelainan alat kelamin jantan menurut bagian mana dari alat kelamin yang
mengalami kelainan, dapat dikelompokkan dalam 4 bagian

1. Kelainan Testis
2. Kelainan Epididimis dan Vas Deferens
3. Kelainan Kelenjar Asesoris
4. Kelianan Penis dan Preputium

1. Kelainan Pada Testis

a. Orchitis adalah radang pada testis yang kasusnya termasuk jarang terjadi
pada hewan jantan
b. Degenerasi testis atau atropi testis adalah suatu keadaan pada testis yang
karena suatu sebab mempunyai ukuran lebih kecil dari normal dan
konsistensinya keras, tetapi sebelumnya mempunyai ukuran normal.
Sering terjadi pada sapi dan kuda disertaii penurunan kesuburan.
c. Spermatocele adalah suatu keadaan pada epididimis yang menjadi buntu
sehingga diameternya membesar, terutama pada bagian caudaepididimis,
karena terisi oleh sel mani dan bahan bahan lainnya. Banyak terjadi pada
kambing domba dan babi jantan.
d. Hipoplasia testis adalah kelainan anatomi testis bersifat genetik yang
ukuran testisnya menjadi lebih kecil dari ukuran yang normal.
e. Kriptorchid. Secara normal testis pada hewan dewasa terletak didalam
ronga skrotum kecuali pada unggas. Selama periode embrional, calon
gonad jantan berada pada kiri dan kanan median tubuh didalam ronga
perut, tetapi menjelang dilahirkan terjadi perpindahan gonad jantan atau
testis kedalam rongga skrotum melalui saluran inguinalis. Peristiwa
berpindahnya atau menurunnya testis dari rongga perut kedalam rongga
skrotom disebut Descencustesticulorum namun pada pejantan tertentu,

13
dapat terjadi kegagaalan penurunan testis ini kedalam skrotum, sehingga
testis tetap tingal dalam rongga perut atau terjepit di dalam saluran
inguinal. Peristiwa tertingalnya testis dalam rongga perut atau didalam
saluran inguinal setelah dilahirkan disebut kriptorchid.
f. Hernia skrotalis adalah suatu keadaan dimana usus masuk kedalam
skrotum atau saluran inguinal. Biasanya keadaan ini bersifat herediter.
g. Varicocele adalah kelainan pada leher skrotum dalam bentuk pembesaran
vena yang ada didalam kordaspermatika. Varicocele banyak ditemukan
pada domba merino khususnya pejantan merino yang telah berumur tua.

2. Kelainan pada Epididimis dan Vas Deferens

a. Epididimitis adalah radang pada epididimis yang dapat terjadi pada semua
hewan jantan. Pada sapi, epididimitis sering terjadi dibanding dengan
orkhitis dan sering berhubungan dengan kejadian radang pada kelenjar
asesoris
b. Ampulitis adalah suatu peradangan pada vasdeferens, khususnya pada
bagian ampula disebut ampulitis. Keadaan ini biasanya berhubungan
dengan orkhitis, epididimitis atau seminal vesikulitis.

3. Kelainan pada kelenjar Asesoris

a. Seminal Vesikulitis. Diantara kelenjar asesoris pada alat kelamin jantan


ternyata vesikulaseminalis merupakan kelenjar yang paling sering
menderita radang, bahkan lebih sering dari pada testis dan epididimis
b. Prostatitis adalah radang pada kelenjar prastata. Kasus prostatitis sangat
jarang terjadi pada ternak kecuali pada anjing.
c. Hiperplasia kelenjar prostata adalah suatu pertumbuhan yang cepat
sehingga kelenjar prostata membengkak. Biasanya terjadi pada anjing
yang telah berumur lebih dari 5 tahun.

14
d. Karsinoma kelenjar prostata adalah tomor yang terdapat pada anjing
walaupun kasusnya jarang. Gejala yang muncul adalah adanya ketegangan
pada waktu defikasi dan rasa sakit.

4. Kelainan penis dan preputium

a. Balanitis dan Postitis. Balanitis adalah radang glans penis, sedangkan


postitis adalah radang pada mukosa.
b. Pimosis dan Parapimosis. Pimosis adalah suatu keadaan dimana penis
tidak dapat keluar dari preputium pada saat ereksi, disebabkan karena
penyempitasn gerbang preputium. Para pimosis adalah keadaan penis yang
tidak dapat masuk kembali ke dalam preputium setelah ereksi.
c. Hematoma penis adalah pecahnya pembuluh darah dibawah mukosa penis
disertai penimbunan darah.
d. Prolapsus preputialis adalah suatu keadaan pada dinding bagian dalam atau
mukosa dari preputium tersebut keluar dari gerbang preputium.
e. Ruptura penis adalah adanya persobekan pada mukosa penis yang dapat
mengakibatkan gangguan terhadap proses kopulasi, menyebabkan adanya
ketidak sempurnaan penis dalam mengadakan ereksi atau dapat
meyebabkan rasa sakit pada saat ereksi dan kopulasi.
f. Deviasi penis adalah bentuk penis yang menyimpang dari bentuk normal.
Bentuk yang menyimpang dari klasifikasi deviasi penis adalah penis yang
membengkok, penis yang berbentuk spiral, penis yang pendek, strangulasi
penis.
g. Urolitiasis adalah suatu keadaan yang terjadi proses pengapuran pada
batang penis diluar saluran uretra.
h. Divertikulum praeputiale adalah kelainan yang kadang kadang terlihat
pada alat kelamin jantan khusunya babi, adalah terbentuknya legokan yang
berkembang pada bagaian bawah dari ujung depan preputium.
i. Kelainan pada urat daging retraktor penis.

15
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Akibat gangguan reproduksi pada hewan jantan dapat menurunkan
efisiensi reproduksi pada kelompok ternak disuatu kawasan peternakan, akibatnya
dapat penurunan produktivitas dan reproduktivitas kelompok hewan tersebut.
Seekor pejantan yang majir/steril sebenarnya tidak sulit untuk diidentifikasi
karena sepenuhnya pejantan itu tidak mempunyai kemampuan untuk
bereproduksi. Hanya pejantan yang menderita gangguan reproduksi dalam
klasifikasi tidak subur dan temporer agak sulit dikenal kasusnya sehingga
menyebabkan persoalan bagi peternak disamping dapat menimbulkan kerugian
ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak.

16
Penanggulangan gangguan reproduksi sangat tergantung dari penyebab
gangguan tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya gangguan reproduksi :
 Perbaikan manajemen pemeliharaan Kondisi lingkungan dan ketersediaan
pakan
 Pemeriksaan rutin kesehatan hewan
 Catatan kesehatan dan reproduksi
 Pemilihan preparat hormon yang tepat dalam penanganan gangguan
reproduksi
 Pengawasan lalu lintas ternak

B.Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

 Bearden HJ., Fuquay JW., 1992. Applied Animal Reproduction. Reston


Publishing Company, Inc. Reston Virginia.

17
 Hafez ESE., Hafez B., 2002. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed.
Lippincott Williams & Wilkin, Philadelphia, Pennsylvania 19106-3621
USA.
 Hardjo Pranjoto, S., 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak.Airlangga
University Press. Surabaya. Partodihardjo, S. 1984. Ilmu Reproduksi
Hewan. Penerbit Mutiara,Bandung
 Pemayun,TGO., 2010. Reproduksi Ternak Sapi. Penerbit Pelawa Sari
 Toelihere, M.T.,1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit
Angkasa Bandung

18

Anda mungkin juga menyukai