Anda di halaman 1dari 6

1

EFEKTIVITAS ARANG AKTIF AMPAS KOPI TERHADAP


PELEPASAN GAS AMONIA (NH3) PADA FESES
AYAM RAS PETELUR

DRAFT TESIS

OLEH :
ALFIAN SALAMA SAMSUL S.Tr.Pt

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2023
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan di Indonesia memiliki masa depan yang cerah, hal ini
disebabkan karena besarnya jumlah penduduk sehingga secara matematis permintaan akan
produk peternakan seperti daging, telur dan susu akan semakin meningkat. Sumber protein
yang terdapat di dalam daging dan telur banyak diminati sebab mudah dijangkau dan
harganya bersahabat (Lumenta et al., 2022). Namun salah satu dampak dari memelihara
ayam yaitu bau feses yang mengandung gas amoniak. Kotoran ayam yang dikeluarkan
rata-rata 0,15 kg per hari untuk setiap ekor ayam dan kandungan bahan kering 26% dari
total pupuk kandang mengandung 2,94% nitrogen dan 0,529% sulfida.
Gas amonia pada kotoran ayam tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat
yang tinggal di sekitar peternakan, tetapi juga menurunkan produktivitas ayam. Ekskresi
gas amoniak dalam feses dapat dikurangi dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben.
Adsorben yang paling umum digunakan adalah karbon aktif karena sangat aktif terhadap
partikel yang bersentuhan dengan karbon aktif. Perlu diketahui bahwa semakin besar luas
permukaan karbon aktif maka kapasitas adsorpsinya juga akan semakin besar.
Salah satu adsorben yang dapat digunakan adalah adalah karbon aktif ampas kopi.
Perlu diketahui bahwa saat ini Indonesia termasuk dalam penghasil kopi urutan ke-4.
Menurut Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif Tribunnews, konsumsi kopi di dunia
meningkat cukup tajam, yaitu rata-rata 1,7 kg per kapita per tahunnya. Di Indonesia
sendiri konsumsi kopi meningkat dengan rata-rata lebih dari 7% per tahunnya. Semakin
tinggi konsumsi kopi, semakin tinggi pula jumlah limbah dari ampas kopi yang
dihasilkan dari setiap kafe maupun rumah tangga.

Banyak yang menganggap bahwa ampas kopi hanya merupakan produk hasil
samping yang tidak bermanfaat sama sekali sehingga limbah ini belum diolah secara
maksimal. Terdapat beberapa kandungan senyawa bioaktif pada ampas kopi, seperti
senyawa fenolik dan flavonoid. Ekstrak ampas kopi mempunyai kandungan senyawa
bioaktif yang terdiri dari senyawa fenolik yaitu kafein dan asam klorogenat (Juliantari et al.,
2018). Masalah yang ditemukan setelah dilakukan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) yaitu
gas amonia pada feses unggas yang mengganggu masyarakat sekitar serta pemanfaatan
ampas kopi yang belum maksimal. Berdasarkan latar belakang dengan melihat potensi dan
masalah yang ada di Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, untuk itu penulis
3

mengambil judul penelitian “Efektivitas Arang Aktif Ampas Kopi terhadap pelepasan Gas
Amonia (NH3) pada Feses Ayam Ras Petelur”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pelepasan gas amonia pada feses ayam ras petelur setelah
diberi penambahan karbon aktif ampas kopi ?

2. Bagaimana penggunaan karbon aktif ampas kopi dalam menekan pelepasan


amonia feses ayam ras petelur ?

II. METODE PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit/satuan pengamatan.
Susunan perlakuan adalah sebagai berikut:

P0: 50g Feses tanpa penambahan karbon aktif ampas kopi (Kontrol)

P1: 50g Feses + 10% karbon aktif ampas kopi


P2: 50g Feses + 20% karbon aktif ampas kopi
P3: 50g Feses + 30% karbon aktif ampas kopi
B. Cara Kerja
1) Pembuatan Karbon Aktif
Adapun langkah yang digunakan untuk membuat karbon aktif dari ampas kopi
yaitu dengan mencuci ampas kopi terlebih dahulu menggunakan aquadest, setelah itu
dimasukan ke dalam muffle furnace untuk proses karbonisasi dengan suhu 400°C selama
3,5 jam. Setelah proses karbonisasi selesai selanjutnya dilakukan pengayakan agar
memperoleh ukuran yang homogen yaitu 100 mesh. Kemudian ampas kopi direndam
dalam larutan pengaktif HCl 0,1 M selama 48 jam lalu ditiriskan menggunakan kertas
saring. Ampas kopi dicuci kembali dengan menggunakan aquadest hingga pH netral.
Ampas kopi yang sudah diaktivasi, dioven untuk mengurangi kandungan airnya pada
temperatur 110°C selama 12 jam. Setelah proses pengarangan selesai, ampas kopi
dibiarkan dingin dan disimpan dalam desikator (Septiani et al., 2021).
4

2) Preparasi sampel feses


Pengambilan feses dilakukan pada pagi hari. Feses ayam ras petelur ditampung
menggunakan kantong plastik yang dipasang pada setiap petak kandang. Feses yang di
gunakan yaitu sebanyak 50 gram untuk setiap perlakuan. Feses yang telah ditampung
kemudian ditaburi karbon aktif ampas kopi. Feses yang telah ditabur disimpan selama 7
hari pada suhu ruangan. Setelah disimpan selama 7 hari, feses akan diambil untuk diuji.
Feses yang digunakan diambil dari ternak ayam ras petelur strain Isa Brown umur
85 minggu sebanyak 16 ekor. Kandang pemeliharaannya menggunakan sistem batteray
yang memiliki bentuk seperti sangkar atau kurungan yang disusun berderet dan
memanjang. Setiap petak kandang menampung dua ekor ayam. Ukuran kandang disetiap
petak adalah 30-35 cm (lebar), 45 cm (panjang), dan 60 cm (tinggi). Pakan yang diberikan
pada ayam ini adalah konsentrat dengan waktu pemberian dua kali sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum agar air minum selalu
tersedia dalam kandang.
C. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap
kondisi obyek penelitian.
2) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui pertemuan untuk menggali
informasi kepada responden selama berlangsungnya kegiatan penelitian.
3) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang relevan dengan penelitian yang
tersedia pada instansi atau lembaga yang terkait serta pengambilan gambar
di lapangan.

D. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan kondisi dan jenis data yang ada, selanjutnya
dilakukan interpretasi dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh
dimasukkan kedalam tabulasi yang kemudian dianalisis secara dekriptif kuantitatif. Data
yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut:
5

Yij = μ + ᴛi + ɛij

i = 1, 2, 3, 4 (jumlah perlakuan)

j = 1, 2, 3 (jumlah
ulangan)
Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rata-rata pengamatan
ᴛi = Pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Apabila perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata
maka dilanjutkan dengan uji Duncan atau uji lanjutan.

Adapun parameter yang digunakan dalam analisis yaitu:


1) Penyusutan Feses
Metode pengukuran penyusutan feses dilakukan dengan cara menimbang feses
pada awal dan akhir penyimpanan. Hasil penimbangan awal dikurangi dengan hasil
penimbangan akhir.

2) Derajat Keasaman (pH)


Metode pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan cara mengukur pH
feses menggunakan pH meter yang dilakukan dengan menancapkan PH meter (Hana)
sampai didapatkan kadar pH yang konstan (Hendalia et al, 2012). Analisis pH diukur
dengan cara menyamaratakan berat sampel feses pada semua perlakuan yaitu sebanyak
5 gr. Selanjutnya sampel feses dimasukkan ke dalam gelas ukur dan menambahkan 50
ml aquadest atau dengan perbandingan 1: 10 untuk melarutkan sampel feses dengan
cara diaduk. Mengukur pH feses dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan
larutan buffer pH 7,0.
6

3) Bau Feses
Metode pengukuran bau feses dilakukan melalui 15 orang yang diminta sebagai
panelis. Kriteria panelis yaitu mahasiswa jurusan peternakan, usia minimal 18 tahun,
dan dalam keadaan sehat (tidak dalam gangguan pernafasan). Feses ditempatkan sejauh
10-30 cm dari panelis. Angka penilaian dari bau feses adalah 1 = tidak menyengat, 2 =
kurang menyengat, 3 = cukup menyengat, 4 = menyengat, dan 5 = sangat menyengat.
4) Kadar Amonia
Metode pengukuran kadar amonia dilakukan dengan cara menggunakan Hanna Hi
715 Ammonia checker Mr. Pengukuran kadar amonia dilakukan menggunakan uji
laboratorium.

III. HASIL

Penelitian ini diharapakan mampu memberikan dampak positif bagi pembaca atau
peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi
peneliti Dalam mengembangkan ilmu. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi dasar penelitian lanjutan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, serta
penelitian ini pula diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menentukan metode yang tepat
yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai