UNIVERSITAS SILIWANGI
Tugas Individu
Keamanan Pangan
Keterangan :
C = konsentrasi hasil pengukuran mg/L (ppm) dikonversi ke dalam
satuan µg/L (ppb)
V = volume total sampel (mL) dikonversi ke dalan satuan liter (L)
W = berat sampel (g)
Dari perhitungan konsentrasi logam timbal (Pb) diperoleh
hasil bahwa kelima sampel mengandung logam timbal (Pb) dengan
konsentrasi masing-masing sampel yaitu : SBM = 0,87 mg/L;
CBM = 1,44 mg/L; SKI = 1,02 mg/L; CKI = 1,48 mg/L; dan
ProAKB = 2,00 mg/L. Terdapat 3 sampel yang melebihi ambang
batas SNI: 7387:2009 sebesar 1,14 mg/Kg yaitu pada sampel CBM,
CKI, dan ProAKB.
Komentar Metode penelitian dapat dilakukan secara lebih sederhana dan
cepat serta menghasilkan data yang akurat karena peneliti dalam
jurnal ini menggunakan metode analisis baru yaitu dekstrusi basah
yang merupakan pengembangan dari metode standar. Dibandingkan
dengan metode standar, metode dekstrusi basah hanya membutuhkan
waktu 60 menit dengan suhu 130°C sedangkan pada metode standar
membutuhkan waktu 4 – 5 jam dengan suhu 450°C sehingga sampel
beresiko kehilangan sebagian analitnya.
Berdasarkan metode penelitian dalam jurnal tersebut, saya
berpendapat sesuai dengan data yang terdapat pada jurnal yaitu
proses analisis logam timbal (Pb) pada 5 sampel MP-ASI dapat
dilakukan dengan mudah, memerlukan waktu yang singkat, serta
penggunaan suhu yang lebih rendah sehingga mengurangi resiko
kehilangan analit.
Keterangan :
abs = absorbansi
a = intersept
b = slope
Hasil
Uji organoleptik pada seluruh sampel diperoleh hasil yang
berbeda, baik dari segi warna, tekstur dan aroma. Pada uji warna,
seluruh sampel berubah menjadi warna kuning yang
menunjukkan bahwa seluruh sampel tidak mengandung formalin
(sampel yang mengandung formalin akan berwarna merah
keunguan). Pada pemeriksaan terkstur, buah nanas pedagang A
lebih kenyal yang menunjukkan bahwa buah nanas pedagang A
mengandung formalin. Sedangkan pada pemeriksaan aroma,
aroma nanas dari keempat pedagang menghilang yang
menunjukkan bahwa nanas tersebut mengandung formalin.
Pengukuran kadar formalin menggunakan spektrofotometer
menunjukkan hasil bahwa seluruh sampel dari keempat pedagang
buah mengandung formalin. Kadar formalin pada buah nanas di
pedagang A, B, C, D berturut-turut sebesar 0,0017 ppm; 0,0013
ppm; 0,0012 ppm, 0,0011 ppm. Sedangkan kadar formalin pada
buah pepaya di pedagang A, B, C, D berturut-turut sebesar
0,0008 ppm; 0,0011 ppm; 0,0012 ppm; 0,0009 ppm.
Komentar Kelebihan pengukuran kadar formalin menggunakan metode
spektrofotometer yaitu memiliki tingkat ketelitian yang tinggi karena
dapat mendeteksi sekecil apapun kadar formalin dalam makanan,
Khopkar (1990).
Sedangkan pada pengukuran menggunakan pereaksi Schiff
memiliki kekurangan yaitu memiliki tingkat ketelitian yang rendah
sehingga tidak dapat mendeteksi kadar formalin yang rendah pada
makanan.
Berdasarkan pemaparan di atas, saya berpendapat bahwa
metode spektrofotometer lebih baik daripada penggunaan pereaksi
Schiff dalam menentukan kadar formalin yang terdapat dalam
makanan karena metode spektrofotometer memiliki tingkat ketelitian
yang lebih tinggi. Dari keseluruhan langkah-langkah untuk
mengukur kadar formalin, penggunaan alat dan bahan yang
digunakan cukup banyak serta memerlukan langkah yang panjang
dan cukup rumit.
Daftar Pustaka
Putri, A.D. et al. 2016. Uji Kandungan Formalin pada Buah Pepaya (Carica pepaya L.) dan
Buah Nanas (Ananas comosus L.) yang di Jual Dilingkungan UIN Raden Fatah
Palembang dengan Metode Spektrofotometri. Jurnal Biota. 2. (1). 76-81.
Suparta, 1.G.N.A. et al. 2014. Analisis Residu Pestisida Jenis Organoklorin Pada Kentang
yang Dijual di Pasar Ubud, Gianyar dengan Metode GC-MS. Chemistry Laboratory.
1. (2). 111-115.
Taufiq, M. et al. 2020. Pengembangan dan Validasi Prosedur Pengukuran Logam Timbal
(Pb) dalam Makanan Pendamping Air Susu Ibu Menggunakan Spektroskopi Serapan
Atom. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia. 16. (1). 25-37.
Lampiran
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3