Anda di halaman 1dari 15

B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

CONTOH RINGKASAN

PEMELIHARAAN SAPI PERAS

1. Pemeliharaan Sapi Perah Bunting.

Penentuan tanda-tanda kebuntingan sapi perah. Sebulan setelah perkawinan, sangat sulit
untuk mengetahui apakah sapi tersebut sudah bunting atau tidak. Namun, hal yang dapat
dipergunakan sebagai patokan adalah apakah sapi itu birahi kembali pada saat periode birahi
berikutnya. Kalau sapi tersebut tidak birahi kembali, berarti sapinya bunting dan sebaliknya. Sapi
yang birahi kembali ini seharusnya segera dikawinkan kembali untuk menghindari kerugian waktu
dalam memperoleh keturunan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kelainan-kelainan reproduksi.

Umumnya tanda-tanda kebuntingan dapat dilihat dari luar setelah umur kebuntingan 5
bulan ke atas. Tanda-tanda kebuntingan yang dapat dilihat dari luar antara lain:

a. Perut sebelah kanan kelihatan membesar.

b. Ambing kelihatan mulai membesar.

c. Pada umur kebuntingan yang semakin tua, apa bila kita menempelkan tangan pada perut bagian
kanan, akan terasa ada gerakan-gerakan foetus.

d. Gerakan sapi menjadi kurang lincah, akan tetapi kondisi badan sapi membaik dan berat badannya
bertambah.

Hal yang utama atau yang paling penting harus diperhatikan pada pemeliharaan sapi
perah bunting adalah ransum dan kesehatannya. Sapi perah bunting yang mendapatkan
ransum yang cukup baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitasnya serta kesehatannya
terpelihara dengan baik akan melahirkan pedet yang sehat dan kuat. Perhatian terhadap
ransumnya sangat penting dilakukan terutama setelah umur kebuntingan lebih dari dua bulan.
Alasannya, karena sapi perah bunting harus mempersiapkan perkembangan foetus yang
dikandungnya disamping harus memperbaiki kondisi tubuhnya sendiri dalam waktu yang
bersamaan untuk mempersiapkan produksi susu pada periode laktasi berikutnya.
Sapi perah bunting harus mendapat energi yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan
foetus dan produksi susunya pada saat yang bersamaan. Sapi perah bunting hendaknya tidak
mendapat energi yang berlebihan karena akan mengakibatkan kegemukan yang biasanya sering
menyebabkan kesulitan pada saat melahirkan. Ketersediaan protein dalam tubuh lebih terbatas
dibandingkan dengan ketersediaan energi. Oleh karena itu protein harus cukup tersedia di dalam
ransum yang diberikan untuk sapi perah yang sedang bunting. Kekurangan protein dapat
mengakibatkan menurunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kematian pada pedet yang
dilahirkan. Kebutuhan pakan utuk setiap kondisi fisiologis yang berbeda akan dibahas dalam bab
khusus.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Tanda-tanda Sapi Yang Akan Melahirkan. Bila ambing sapi perah telah membesar dan terdapat
tonjolan-tonjolan vena disekitarnya, putingnya keluar kolostrum kalau dipencet, urat-urat daging
sekitar vulva tampak mengendor sehingga sebelah kanan dan kiri pangkal ekor kelihatan cekung,
maka kelahiran diperkirakan kurang dari 24 jam ke depan (selambat-lambatnya 2 hari lagi). Hal ini
umumnya diikuti oleh pengendoran ligamentum sacropenosum tuberosum. Jika saat beranak hampir
tiba, maka induk sapi menjadi gelisah dan berjalan berputar-putar, sebentar tidur dan sebentar
berdiri dan kadang-kadang mengeluarkan feces sedikit-sedikit, vulva kelihatan memerah, bengkak
dan keluar lendir. Pada saat ini sapi mulai terasa kesakitan dan akan siap beranak. Bila sapi-sapi
sudah menunjukkan hal-hal diatas, maka perlu segera diambil keputusan yaitu mempersiapkan
segala peralatan yang diperlukan pedet yang baru lahir.

2. Pemeliharaan Pedet.

Pedet yang baru lahir sangat memerlukan perhatian peternak, karena pada saat-saat ini
pedet sangat rentan dengan lingkungan barunya. Pedet yang baru lahir biasanya langsung
dijilati oleh induknya. Hal ini merupakan naluri sapi untuk membantu mengeringkan tubuh
anaknya dan membantu sirkulasi darah serta pernafasannya. Kalau hal ini tidak terjadi,
peternak harus berperan aktif. Begitu pedet itu lahir, lendir-lendir yang ada di dalam lubang
hidung dan mulut pedet harus segera dibersihkan dengan menggunakan kain yang lembut dan
bersih. Apabila pedet yang baru lahir itu belum mulai bernafas, maka pedet harus segera
diberi pertolongan. Caranya adalah dengan menelentangkan pedet itu sedemikian rupa,
sehingga kaki-kakinya menghadap keatas. Kemudian kedua kaki depannya dipegang dan
digerak-gerakan ke atas dan kebawah dengan serentak berkali-kali sampai terlihat adanya
tanda-tanda bernafas. Setelah pedet tersebut dapat bernafas dengan sempurna, bersihkanlah
seluruh tubuhnya dengan kain yang bersih atau bahan lainnya yang bersih dan kering.
Kemudian tali pusar diikat sekitar 2,5 cm diatas perut, lalu dipotong sekitar 1 cm dari ikatan
kearah berlawanan tubuh pedet. Kemudian bekas potongan tali pusar atau plasenta diolesi
yodium. Tujuannya adalah untuk menghindari infeksi kuman melalui tali pusar. Apabila suhu
udara terlalu dingin, sebaiknya pedet diselimuti dan kandangnya diberi alas jerami kering.
Pedet yang lahir dalam keadaan normal akan terus berdiri beberapa saat setelah lahir dan
sekitar 30 menit kemudian sudah bisa menyusu pada induknya. Tetapi apabila pedet tidak
bisa menyusu sendiri ke induknya, maka peternak harus membantunya dengan mendekatkan
mulut pedet ke puting susu induknya sampai pedet bisa menyusu dengan lancar. Sebelum
pedet menyusu pada induknya, puting susu induk harus sudah dibersihkan dari kotoran
maupun organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada pedet dengan cairan yang
mengandung 0,02 % Chlorine (Kaporit). Setelah selesai menyusu, mulut pedet harus
dibersihkan dengan kain yang lembut dan bersih.
Hal-hal lain yang harus juga mendapat perhatian dalam pemeliharaan pedet adalah
pemberian tanda. Pemberian tanda harus permanen dan yang umum digunakan adalah nomor
telinga. Tanpa pemberian tanda pada pedet yang baru lahir, akan menyulitkan dalam
melakukan managemen yang baik seperti dalam “sistem pencatatan” yang nantinya akan
menyulitkan dalam melakukan seleksi untuk meningkatkan program produksi. Hal-hal/data
yang sangat dianjurkan tercakup dalam suatu kartu catatan yang khusus untuk pedet adalah
sebagai berikut:
1. Nama/ nomor telinga
2. Tanggal lahir
3. Jenis kelamin

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

4. Induk dan bapak


5. Lahir normal atau abnormal
6. Gambar/foto pedet itu sendiri.

Sekitar 25 –33 % pedet mengalami kematian pada umur 4 bulanan. Kematian sering
diakibatkan karena kurang makan, pneumonia yang sering berkomplikasi dengan gangguan
pencernaan dan infeksi pada pusar. Sedangkan kematian pedet pada umur dibawah umur 3
bulan sekitar 20 %. Pedet yang dilahirkan dalam keadaan lemah, pemeliharaannya kurang
ekonomis karena pertumbuhannya terlambat sehingga memerlukan waktu yang lebih lama
sampai pedet itu berproduksi. Disamping itu, suatu kenyataan bahwa pemeliharaan pedet
pada umur beberapa minggu pertama memang saat-saat yang kritis bagi kehidupan pedet
terutama karena kepekaannya terhadap penyakit seperti penyakit pneumonia, diare dan
kesalahan makanan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa sejak lahir pedet harus mendapat
kolostrum selama 4 hari. Pada hari-hari selanjutnya sampai umur 11 minggu, pedet harus
diberikan menyusu pada induknya atau diberikan secara terpisah dengan induknya dengan
memberikan susu hasil perahan induknya sendiri atau induk lainnya. Apabila pedet
memperoleh susu hasil perahan, susu dapat diberikan dalam tempayan atau ember biasa atau
ember khusus yang dilengkapi dengan karet yang menyerupai puting ambing sapi perah.
Tempat pemberian susu untuk pedet sebaiknya jangan dari bahan yang mudah berkarat dan
sebaiknya mudah dibersihkan. Sesudah maupun sebelum pemberian susu, tempat pemberian
susu hendaknya dibersihkan untuk mengurangi berkembangbiaknya kuman yang dapat
merugikan pedet.

Tabel 1. Jumlah Pemberian Susu Berdasarkan Umur Pedet.

Jumlah pemberian susu


Umur pedet (kg/ekor/hari)

1 – 4 hari Kolostrum
5 – 7 hari 2 – 4
Minggu ke-2 4,5 – 5,0
Minggu ke-3 5,0 – 6,0
Minggu ke-4 4,5 – 5,0
Minggu ke-5 3,0 – 4,0
Minggu ke-6 2,5 – 3,0
Minggu ke-7 2,0
Minggu ke-8 1,5
Minggu ke-9 1,5
Minggu ke-10 1,0
Minggu ke-11 Disapih

Jumlah pemberian susu pada pedet berdasarkan berat badannya dan untuk pedet
jantan berbeda jumlah pemberiannya dengan pedet betina. Untuk pedet jantan diberikan 1/8
dari berat badannya sedangkan untuk pedet betina 1/10 dari berat badannya. Jumlah susu
tersebut diberikan pada umur 5 hari sampai umur 4 minggu. Selanjutnya pemberian susu itu
terus menerus dikurangi sampai pedet tidak lagi diberi susu sampai umur 11 minggu. Susu
jangan diberikan dalam keadaan dingin, tetapi dalam keadaan hangat-hangat kuku dengan

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

suhu sekitar 32,30 C – 370 C. Frekuensi pemberian susu dapat diatur sesuai dengan banyaknya
susu yang akan diberikan.
Jumlah susu yang akan diberikan pada pedet sapi perah, dapat pula digunakan
ketentuan sebagai mana tercantum pada table 8. Pada umur sekitar 2 minggu, pedet sudah
mulai diberikan hijauan muda yang segar sedikit demi sedikit. Pemberian hijauan ditambah
terus sesuai dengan pertambahan umur pedet itu. Pemberian konsentrat dimulai sejak pedet
berumur 4 minggu.
Konsentrat yang akan diberikan disesuaikan dengan standar yang telah dianjurkan
khusus untuk pedet sapi perah (akan khusus dibahas pada bab selanjutnya yaitu ransum dan
formulasinya). Setelah berumur 15 minggu, pemberian konsentrat dan kualitasnya sudah
harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk sapi dara bagi pedet betina dan untuk
sapi pejantan muda bagi pedet jantan.

Pemisahan Pedet Dari Induknya. Pedet tinggal bersama dengan induknya sebaiknya jangan
kurang dari 72 jam setelah melahirkan, dengan maksud agar pedet mendapat kolostrum dan
menggertak induk sapi perah untuk mengeluarkan air susu dengan mudah dan lancar. Pemisahan ini
sangat penting artinya, karena apabila dibiarkan lebih lama bersama induknya akan menyebabkan
terjadinya indigesti atau salah cerna sebagai akibat kebanyakan minum air susu, bahkan bisa mati
karena kekenyangan. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah atau menghentikan naluri
menyusu pada induknya agar tidak menyulitkan pada saat pemerahan selanjutnya.Pedet kemudian
diberi minum kolostrum baik dengan menyusukan langsung ke induknya atau dengan menggunakan
ember yang telah disediakan. Susu yang baru keluar dinamakan kolostrum dan harus diberikan pada
pedet sampai 4 hari dan minimal selama 3 hari. Kolostrum ini sangat penting untuk pedet yang baru
lahir, karena berfungsi sebagai:

a. zat pencahar/Laxtive (menguras atau membersihkan tahi gagak/kotoran dalam pencernaan


pedet, sehingga pencernaan menjadi lancar.
b. Kolostrum juga berfungsi sebagai antibody untuk meningkatkan kekebalan tubuh pedet
terhadap berbagai penyakit karena mengandung 10 – 100 kali lebih banyak vitamin A
dibandingkan dengan air susu biasa (vitamin ini penting karena pada saat pedet baru lahir
kekurangan vitamin A). Sehingga warna kolostrum lebih kekuning-kuningan dibandingkan
dengan warna air susu biasa. Antibodi tersebut diproduksi di dalam darah induk dan
dialirkan (ditransferkan) melalui air susu (kolostrum). Jika pedet minum kolostrum, antibody
diserap ke dalam darah yang kemudian jika diperlukan akan menyerang penyakit yang
menyerang pedet.
c. Selain kaya dengan vitamin A, kolostrum juga kaya dengaan vitamin D yaitu 3 kali lebih
banyak dari air susu biasa.
d. Kolostrum juga mengandung protein 4 – 7 kali lebih banyak dan mineral Ca dan P juga lebih
tinggi dari air susu biasa, dan sangat berguna untuk pembentukan antibody, pertumbuhan
dan kesehatan pedet yang baru lahir.

Untuk lebih jelasnya perbedaan komposisi gizi kolostrum dan susu biasa dari sapi FH dapat dilihat
pada table 9. Menurut beberapa peneliti, bahwa anak sapi yang tidak mendapatkan kolostrum
mengalami angka kematian yang lebih tingg

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Antara Kolostrum dan Air Susu Biasa Pada Sapi Pries
Holstein.

No Komponen Kolostrum (%) Air Susu Biasa

(%)

1 Lemak 6,0 3,5

2 Bahan Kering Tanpa Lemak 22,3 8,6

3 Protein 18,8 3,25

4 Immuns Globuline 13,1 0,09

5 Laktose 2,5 4,6

Pemberian Makanan Pada Pedet. Makanan anak sapi/pedet berbeda dengan


makanan sapi dewasa, karena disesuaikan dengan pertumbuhan alat pencernaannya yang
belum berfungsi sebagai hewan ruminansia. Rumen baru mulai berkembang setelah diberi
hijauan dan makanan penguat. Oleh karena itu, anak sapi yang baru lahir alat pencernaannya
sama dengan non-ruminansia. Air susu masuk ke sulcus oesophagus, kemudian melalui
bakal rumen masuk ke omasum kemudian ke abomasum. Kapasitas abomasum pada pedet
mencapai 70 % dari seluruh lambung, sedangkan pada sapi dewasa hanya 7 %.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian air
susu secara tepat dan teratur, dapat menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 1 kg per
hari. Di Eropa dan Amerika bahkan mencapai 1,5 kg per ekor per hari dan mencapai berat
sapih lebih dari 200 kg untuk sapi Fries Hollands. Hal ini dimungkinkan karena ketepatan
dan kecermatan dalam pemberian air susu dan sistem pemeliharaannya. Oleh karena itu di
negara tersebut, berat hidup sapi dewasa dapat mencapai rata-rata sampai 500 – 600 kg dan
produksi susunya dapat mencapai rata-rata lebih dari 20 liter/ekor/hari.
Sebagian peternak di Indonesia belum memahami tentang pentingnya penyediaan atau
pemberian air susu pada pedet sesuai dengan kebutuhan pedet. Misalnya sewaktu harga air
susu sedang membaik atau produksi susu menurun karena musim kemarau atau dengan
alasan-alasan lainnya, jatah pemberian air susu terpaksa dikurangi atau disapih sebelum
waktunya. Konsekwensinya, pertumbuhan pedet menjadi terhambat dan akan berakibat lebih
buruk pada perkembangan pedet setelah dewasa.
Seandainya karena suatu hal peternak tidak memungkinkan memberikan air susu
pada pedetnya, maka air susu dapat disubstitusikan dengan skim milk sepenuhnya atau
kombinasi antara air susu dengan skim milk. Apabila skim milk yang digunakan dalam
bentuk bubuk, maka dalam pemberiannya harus diencerkan dengan air hangat kuku (37 0 C)

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

dengan perbandingan 1: 9. Pemberian dapat diberikan 2 – 3 kali sehari dalam keaadaan masih
hangat kuku. Untuk lebih jelasnya pemberian air susu untuk pedet dapat dilihat pada table 10.

Tabel 3. Patokan Pemberian Air Susu, Skim Milk dan Kombinasinya.

Umur Pedet (Minggu) Air Susu Penuh (kg) Skim Milk (kg)
1 1,8 -
2 2,5 -
3 3,2 - Menurut
beberapa 4 2,7 0,9 peneliti,
pemberian 5 1,8 1,8 “skim
milk” 6 0,9 2,7 untuk
pedet 7 - 4,5 tidak
8 - 5,0
9 - 5,4
10 - 5,4
12 - 5,4
14 - 4,5
18 - 3,6
20 - 2,7
22 - 1,8
24 - 0,9
26 - -
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan bila dibandingkan dengan pemberian air susu
penuh. Bahkan hal ini dapat mengurangi penyakit mencret dan salah cerna pada pedet.
Namun untuk menjamin pertumbuhan yang lebih baik serta untuk pencegahan terhadap
penyakit yang mungkin menyerang pedet, sangat perlu penambahan vitamin dan antibiotika
ke dalam skim milk.

Tabel 4. Susunan Bahan-bahan Makanan Untuk Air Susu Pengganti (Milk Replacer).

NO Bahan Makanan Komposisinya dalam


. campuran ( %)
1 Skim milk 50
2 Tepung kedelai 25
3 Tepung beras merah 7
4 Tepung jagung 7
5 Tepung gandum 7
6 Tapioka 4
7 Mineral: Tepung tulang 1*
Garam 1*
8 Minyak ikan dan antibiotika Secukupnya/sesuaikan
dengan dosis

* Sebagai tambahan
Catatan: Sebagai pedoman penggunaan pengganti air susu tersebut diatas adalah: setiap 1 kg
campuran setara dengan 8liter air susu. Setiap liter campuran tersebut harus
ditambahkan dengan 100gram molase.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Tabel 5. Patokan Pemberian Susu Pengganti Air Susu Untuk Pedet.

Umur Pedet Berat Badan Kolostrum Air Susu Susu Pengganti


(Hari) (Kg) (Liter) (Liter) Air Susu (gr)

0–5 - 1/10 X BB 1/10 X BB -


6–9 - - 1/10 X BB -
10 – 13 - - 1/10 X BB – 0,5 100
14 – 17 - - 1/10 X BB – 1 175
18 – 21 - - 1/10 X BB – 1,5 250
22 – 25 - - 1/10 X BB – 2 325
26 – 29 - - 1/10 X BB – 2,5 375
30 – 33 35 - 1 (minimum) 450
40 - 1 (minimum) 450
45 - 1 (minimum) 500
50 - 1 (minimum) 600
55 - 1 (minimum) 650
60 - 1 (minimum) 700
65 - 1 (minimum) 750

Pemberian Konsentrat. Pemberian konsentrat sebelum pedet disapih dimaksudkan untuk


mensubsitusi sebagian dari air susu yang diberikan. Seperti yang terlihat pada table 13. Pedet
telah mulai dapat diberikan konsentrat sejak umur 1 bulan sebanyak 0,25 kg/hari. Kemudian
ditambah sedikit demi sedikit sejalan dengan perkembangan lambung/rumennya.

Tabel 6. Patokan Pemberian Air Susu Dan Konsentrat Untuk Pedet.

Umur Pedet Kolostrum Air Susu Konsentrat


(Hari) (Liter) (Liter) (Kg)
2–3 Bersama induk - -
3–4 2–3 - -
4–7 3 - -
7 – 14 - 3–4 -
14 – 21 - 4–5 -
21 – 30 - 5–6 -
30 – 45 - 6 0,25
45 – 60 - 4–5 0,50
60 – 75 - 3–4 0,75
75 – 90 - 2–3 0,90
90 – 105 - 1–2 1,00
105 – dst - – 1,00

Keterangan: Pemberian dilakukan 2 – 3 kali sehari dalam bentuk kering atau basah.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Campuran konsentrat yang tinggi kandungan proteinnya dikenal dengan nama “calf stater”
harus segera diberikan kira-kira sebanyak 1 kg. Calf stater tersebut harus mengandung 22 % protein
kasar atau sekitar + 18 % protein dapat dicerna dan 72 – 75 % TDN (Total Digestible Nutrient).
Walaupun calf stater berkualitas tinggi, namun tetap perlu ditambahkan mineral dan vitamin dalam
jumlah yang cukup. Table 14 memperlihatkan beberapa contoh ransum “Calf stater”.

3. Pemeliharaan Sapi Dara.

Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai dengan bunting dan akan melahirkan anak
pertama disebut dengan sapi perah dara. Pedet sapi perah sudah boleh disapih pada umur 11
minggu. Namun banyak peternak sapi perah yang menyapih pedetnya pada umur lebih dari 11
minggu. Peternak-peternak sapi perah yang belum memahami betul mengenai perawatan sapi
perah, terutama mengenai pemberian ransum pada pedet, sebaiknya menyapih pedet-pedetnya
pada umur yang lebih tua dari 11 minggu agar pertumbuhannya tidak mengalami hambatan.

Pertumbuhan dan besar badan sapi dara sebelum melahirkan anak pertama sangat
tergantung kepada pemberian makanan dan sistem pemeliharaannya. Bila makanan tidak
mencukupi baik secara kuantitatif maupun kualitatif maka pada waktu beranak pertama akan
mengalami:

1.Berat badan tidak mencapai ukuran yang normal (tetap kecil).


2.Pedet yang dilahirkan mempunyai berat badan yang lebih rendah dari yang normal, bahkan
kadang-kadang lemah.
3.Kemampuan produksi susunya akan lebih rendah dari produksi yang diharapkan.

Sistem Pemeliharaan Sapi Dara. Pada dasarnya ada dua macam sistem pemeliharaan sapi dara
yaitu:

1. Dikandangkan (secara terkurung):


Sapi dara ditempatkan secara khusus di dalam kandang yang ukurannya lebih kecil dari kandang
sapi dewasa. Sepanjang hari sapi-sapi ini berada dalam kandang dan diikat, kecuali pada saat-saat
tertentu secara reguler sapi dikeluarkan pada halaman yang dipagari untuk kebutuhan exercise
(relaxasi untuk melatih otot-otot agar tidak kaku). Makanan berupa rumput, konsentrat dan air
minum disediakan di dalam kandang. Dengan sistem ini sapi-sapi lebih mudah dikontrol, terutama
dalam hal birahi dan penyakit. Tetapi ada pula kelemahannya yaitu lebih banyak memerlukan
tenaga kerja.

2. Dilepas Di Padang Rumput:


Pada sistem ini, sapi dara digembalakan siang dan malam di padang rumput yang dipetak-petak
dan dipagar. Penggembalaannya diatur secara bergilir (rotasi). Makanan penguat (konsentrat) dan
air minum disediakan secukupnya pada petak mana sapi sedang digembalakan. Kelemahan sistem
ini adalah sulit dalam pengontrolan penyakit, membutuhkan tanah yang lebih luas serta biaya
pemagaran yang tinggi. Untuk menanggulanginya maka sebelum sapi dara dilepas di padang
rumput, sapi tersebut harus diperiksa terlebih dahulu apakah sapi-sapi dara tersebut sudah biasa
makan makanan yang mengandung serat yang tinggi, diperiksa pula apakah ada sapi yang terkena
caplak/jamur pada tubuhnya atau terkena penyakit-penyakit lainnya.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Mengawinkan Sapi Dara. Sapi perah dara dikawinkan tergantung dari umur dan besar
tubuhnya. Namun yang paling menentukan adalah besar tubuhnya. Apabila pemberian pakan dan
pemeliharaannya cukup baik, sapi dara akan mempunyai berat badan yang mencukupi untuk
dikawinkan pada umur rata-rata 15 bulan, sehingga pada umur 2 tahun sudah beranak pertama.
Beberapa peternak sapi perah mengawinkan sapi daranya pada umur 14 – 17 bulan tanpa
menimbulkan akibat yang merugikan, sudah tentu dengan sistem managemen pemeliharaan yang
cukup baik. Sehingga pada umur 23 –26 bulan sapi-sapi tersebut sudah melahirkan pertama. Tetapi
banyak peternak yang mengawinkan sapi daranya pada umur 26 – 28 bulan, sehingga umur 3 tahun
baru bisa beranak pertama. Peternak yang demikian, praktis akan mengeluarkan biaya lebih banyak
sebelum sapi daranya berproduksi. Sebagai patokan apabila peternak merasa agak kurang
pengetahuannya atau pengalamannya dalam menangani sapi daranya, sebaiknya sapi dara
dikawinkan pada umur 17 – 18 bulan. Perkawinan sapi perah dara terlalu cepat, dengan keadaan
tubuh yang masih terlalu kecil, salah satu akibat negatifnya adalah sapi perah tersebut akan tetap
kecil (tidak tumbuh) setelah dia menjadi induk dan akan mengalami kesulitan melahirkan pada
periode melahirkan berikutnya. Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang manager yang baik
untuk mengontrol berat badan ternaknya melalui recording/pencatatan terutama mengenai berat
lahir, berat sapih, berat pada umur 6 bulan, 12 bulan dan 18 bulan serta berat badan pada saat
melahirkan pertama.

Sebagai patokan pengontrolan mengenai berat badan yang normal pada saat dikawinkan
dan melahirkan serta berat badan pada periode pertumbuhan dari pedet sampai dara dapat dilihat
pada tabel 15 dan tabel 16.

Tabel 7. Berat Badan Yang Dianjurkan Bagi Sapi Dara Pada Saat Dikawinkan Dan
melahirkan.

Berat Badan (kg) Umur Pertama


Dikawinkan (bulan)
Bangsa Saat Dikawinkan Saat melahirkan

Ayrshire
Brown Swiss 300 – 350 425 – 525 18

Guernsey 375 – 450 525 – 625 18

Holstein 275 – 325 425 –475 17

Jersey 350 – 450 425 – 625 18

250 - 300 400 - 450 15

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Tabel 8. Ukuran Berat Badan Normal Selama Periode Pertumbuhan Dari Pedet Sampai Dara

Umur (bulan) Holstein (kg) Jersey (kg)

Lahir 44 25

1 54 33

2 73 47

3 97 63

4 124 82

5 152 104

6 180 126

7 207 148

8 231 168

9 254 186

10 277 203

11 290 219

12 325 236

13 336 245

14 352 257

15 366 266

16 382 278

17 397 289

18 415 300

19 430 312

20 448 324

21 466 336

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Kesehatan. Pada prinsipnya untuk menjaga kesehatan sapi dara ada 3 hal penting
yang harus diperhatikan yaitu:

4. Pemeliharaan Sapi Betina Dewasa

Kunci keberhasilan dalam pemeliharaan sapi perah terletak pada pengetahuan dan
pengertian terhadap ternak yang dipelihara. Perusahaan sapi perah biasanya dapat mengembalikan
investasi yang ditanamnya bila biaya tenaga kerja rendah, apalagi bila dapat memanfaatkan tenaga
kerja keluarga. Biaya tenaga kerja dan pakan adalah faktor utama dalam usaha produksi air susu.
Faktor lain yang persentase biaya produksinya juga cukup tinggi adalah biaya bangunan dan
peralatan (dibahas lebih detail di bab perencanaan perusahaan persusuan).

Pemeliharaan sapi perah adalah suatu ilmu pengetahuan dan seni yang merupakan
kombinasi antara idea, fasilitas, materi dan tenaga kerja untuk menghasilkan air susu (produk yang
berharga) dan pemasarannya. Untuk menghasilkan produk ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
memerlukan suatu proses dari memelihara pedet sampai sapi perah menjadi dewasa. Oleh karena
itu diperlukan waktu dan perhatian sungguh-sungguh agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Untuk memperoleh waktu yang tepat dalam mengawinkan sapi, maka perlu diketahui tanda-tanda
sapi yang sedang birahi seperti keterangan dibawah ini:

a. Bila sedang dilepas di padang rumput, sapi-sapi yang sedang birahi akan menunggangi sapi-
sapi yang tidak birahi, atau apabila dia ditunggangi oleh sapi-sapi lainnya akan diam saja.
b.Sapi yang birahi kelihatannya gelisah, berjalan mondar mandir, nafsu makan menurun dan
sering melenguh.
c. Vulvanya agak membesar, lunak dan berwarna kemerah-merahan.
d.Keluar cairan jernih (mucous) dari vulvanya.

5. Pemeliharaan Sapi Laktasi.

Sapi perah begitu selesai melahirkan, biasanya ingin minum. Oleh karena itu, air minum
harus selalu tersedia. Air minum yang diberikan hendaknya yang hangat-hangat kuku. Kira-kira
setengah jam setelah melahirkan, air susunya sudah mulai keluar. Bilamana air susu belum keluar
juga, dapat disuntikkan hormon oxytocin atau meminta pertolongan dokter hewan.

Pada permulaan laktasi, berat badan sapi akan mengalami penurunan, karena sebagian dari
zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh sapi. Pada saat itu
sapi laktasi juga mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan sebab
nafsu makannya menurun. Oleh karena itu, pemberian ransum terutama konsentrat harus segera
ditingkatkan sesaat setelah nafsu makannya membaik kembali.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Dari sejak melahirkan, produksi susu akan meningkat dengan cepat sampai mencapai puncak
produksi yaitu kira-kira pada hari ke 35 – 50 hari setelah melahirkan. Setelah mencapai puncak
produksi, produksi susu harian akan mengalami penurunan rata-rata 2,5% per minggu. Lama diperah
atau lama laktasi yang ideal adalah 305 hari atau sekitar 10 bulan. Sapi perah yang laktasinya lebih
singkat atau lebih panjang dari 10 bulan, akan berakibat terhadap produksi susu yang menurun pada
laktasi yang berikutnya. Produksi susu sapi perah per laktasi akan meningkat terus sampai pada
laktasi ke 4 atau pada umur 6 tahun, apabila sapi perah itu pada umur 2 tahun sudah melahirkan
pertama (laktasi pertama). Setelah sapi perah itu berumur 8 tahun, produksi susu per laktasi sudah
mulai menurun. Apabila dibuat suatu indeks persentase, maka produksi susu yang tertinggi = 100 %
dicapai pada waktu sapi perah berumur 6 tahun; sedangkan pada umur 2 tahun; 3 tahun; 4 tahun;
dan 5 tahun, jumlah produksi susu yang dapat dicapai per laktasi adalah berturut-turut 77 %; 87 %;
94 %; dan 98 %. Produksi susu per laktasi akan menurun dengan bertambahnya umur sapi perah
tersebut, seperti terlihat pada tabel 18.

Tabel 9. Produksi susu berdasarkan umur sapi

Umur sapi Periode laktasi Produksi susu per laktasi

2 tahun I 77 %

3 tahun II 87 %

4 tahun III 94 %

5 tahun IV 98 %

6 tahun V 100 %

7 tahun VI 100 %

8 tahun VII 99 %

9 tahun VIII 98 %

10 tahun IX 96 %

11 tahun X 94 %

12 tahun XI 91 %

Peneliti lain juga berpendapat bahwa puncak produksi susu per laktasi dapat dicapai pada
umur 7 tahun. Sebelum dan sesudah umur 7 tahun produksi susu perlaktasi menurun.
Selama laktasi, kesehatan dan kebersihan sapi perah harus selalu dijaga dengan baik.
Pencegahan terhadap berbagai penyakit terutama mastitis harus benar-benar mendapat perhatian
khusus. Diduga 70 % dari sapi perah yang dipelihara di Indonesia menderita penyakit mastitis yang
dapat menurunkan produksi susu sekitar 15 – 20 % (Nurhadi, 1984).

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

6. Pemeliharaan Sapi Kering.

Untuk memperoleh jumlah produksi susu sesuai dengan yang diharapkan, maka selain
memperhatikan faktor bangsa dan pemberian pakan, juga perlu diperhatikan
tatalaksanaannya. Mengeringkan sapi laktasi dari waktu ke waktu, terutama pada sapi yang
bunting tua merupakan suatu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan. Beberapa kegunaan
dari masa kering tersebut adalah:

1. Memberikan kesempatan kepada kelenjar alveoli untuk beristirahat, agar ada persiapan untuk
produksi susu pada periode laktasi yang akan datang (berikutnya). Bila sapi tersebut dikeringkan,
keadaan alveolus menjadi sangat kecil dan hanya beberapa sistem saluran yang dapat terlihat.
Tetapi pada saat dua minggu sebelum melahirkan, jaringan-jaringan sekresi tersebut akan
bertambah kembali secara cepat dan membentuk suatu struktur yang akan menunggu
rangsangan dari kelahiran sehingga sekresi air susu dimulai lagi.
2. Memberikan kesempatan kepada induk sapi untuk menimbun makanan cadangan yang
diberikan untuk masa laktasi berikutnya. Air susu dibentuk dari zat-zat yang berasal dari darah
yang kemudian diubah menjadi zat-zat makanan yang terdapat dalam air susu. Dengan demikian
apabila seekor sapi diperah terus-menerus tanpa ada masa kering, maka akan terjadi suatu
pengurasan zat-zat pembentuk air susu dari tubuh sapi, sehingga produksi susu pada masa
laktasi berikutnya akan menurun.
3. Pada umur kebuntingan tertentu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan lebih banyak,
terutama dua bulan dari akhir kebuntingan. Pertambahan kedua hormon ini mengakibatkan
penghambatan dari sel-sel sekresi sehingga air susu berkurang. Dengan demikian pada masa
kebuntingan dua bulan terakhir ini sangat baik untuk memulai pengeringan, karena selain
produksinya sudah sangat menurun (rendah), juga akan memberikan kesempatan kepada organ-
organ yang mengatur laktasi untuk mengadakan suatu penyegaran pada masa istirahat ini.
4. Untuk mempersiapkan kelahiran dan juga memberikan kesempatan pada sapi dalam
pembentukan kolostrum yang berkualitas lebih baik. Induk sapi perlu mendapat tenaga dan
ketahanan tubuh untuk menghadapi kelahiran, sehingga foetus dapat dilahirkan dengan mudah.
Selain mendapat tenaga untuk melahirkan juga kolostrum yang dihasilkan akan lebih banyak.
5. Menambah produksi susu pada laktasi yang akan datang.

7. Pemeliharaan Pejantan

Potensi terbaik untuk mengembangkan mutu genetik sapi adalah dengan


menggunakan pejantan unggul atau semennya. Jika peternak secara tepat dapat menentukan
pejantan yang akan digunakan dalam kelompok ternaknya, maka ia akan mendapatkan
penghasilan tambahan. Akan tetapi, jika ia tidak memiliki pengetahuan atau pengertian
tentang seleksi maka ia akan kehilangan sebagian atau seluruh potensi ini dan akan
mengalami kegagalan dalam usaha sapi perahnya.
Untuk menentukan produksi seekor pejantan tidak dapat hanya menggunakan phenotype
yang dimilikinya. Perbedaan antara jantan dan betina dalam potensi progeny adalah
merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menaksir nilai pemuliaan (breeding value) kedua
jenis kelamin ini. Pada umumnya sapi betina memberikan 3 atau 4 keturunan dan maksimum 12
keturunan selama hidupnya. Sedangkan pejantan dapat menghasilkan berpuluh-puluh hingga
beratus-ratus keturunan. Bahkan pejantan yang digunakan dengan inseminasi buatan akan
menghasilkan ribuan keturunan. Oleh karena itu, progeny tests dari seekor pejantan sangat penting.

Membeli pejantan yang telah jadi merupakan usaha yang mahal. Oleh karena itu, sebaiknya
memelihara sapi jantan muda yang telah dipilih dengan baik.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

Jantan dan betina dipelihara bersama sebagai pedet hingga umur empat bulan. Setelah itu
mereka harus dipelihara secara terpisah.

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2


B1D021059 ADYTIA YOSA AKBAR 4A2

ADYTIA YOSA AKBAR B1D021059 4A2

Anda mungkin juga menyukai