KOSMETIK
OLEH
ULFAH HIDAYAH YASIR
51622011027
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Penetapan Kadar Zat Pada
Makanan”
Makalah ini berisikan tentang metode penetapadan kadar zat pada makanan dan
kosmetik
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Kadar Air
2. Kadar Abu
Analisa kadar abu metode pengabuan kering menggunakan
panas tinggi dan adanya oksigen. Metode pengabuan cara kering
banyak dilakukan untuk analisis kadar abu. Caranya adalah dengan
mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di
dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api
sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat tetap
(konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak
sebagai oksidator.Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu
tinggi 500-6000C. Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan
total abu dari suatu contoh. Analisa kadar abu bertujuan untuk
memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan
pangan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Abu terdiri dari mineral
yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam
detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein
kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering
ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih
berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis serta jenis analisis
lanjutan yang akan dilakukan terhadap abu. Jenis-jenis bahan yang
digunakan untuk pembuatan cawan antara lain adalah kuarsa,
vycor, porselen, besi, nikel, platina, dan campuran emas-platina.
Cawan porselen paling umum digunakan untuk pengabuan karena
beratnya relatif konstan setelah pemanasan berulang-ulang dan
harganya yang murah.Meskipun demikian cawan porselen mudah
retakk, bahkan pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-
tiba.
Sebelum diabukan, sampel-sampel basah dan cairan
biasanya dikeringkan lebih dahulu di dalam oven pengering.
Pengeringan ini dapat pula dilakukan menentukan kadar air
sampel. Pra-pengabuan dilakukan di atas api terbuka, terutama
untuk sampel-sampel yang seluruh sampel mengering dan tidak
mengasap lagi. Setelah perlakuan ini, baru sampel dimasukkan ke
dalam tanur (furnace)Apabila pengabuan yang berkepanjangan
tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon free ash),
residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian
diabukan sampai didapat abu berwarna putih ini, residu dapat pula
diperlakukan dengan hidrogen peroksida, asam nitrat dan atau
asam sulfat, tetapi perlu diingat bahwa perlakukan ini akan
mengubah bentuk mineral yang ada di dalam abu.(Fauzi, 2006)
Jika diperlukan, dapat pula residu yang belum bebas karbon
dilarutkan dalam sejumlah kecil air dan kemudian disaring dengan
kertas saring berkadar abu rendah. Kedua bagian ini kemudian
diabukan kembali secara terpisah.
Pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600
derajat Celcius dan zat anorganik yang tertinggal di dalam
pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash). Jumlah abu
dalam bahan pangan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan abu ditentukan dengan
cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada
suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan
suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan
terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili
bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan
organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan
yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan
sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan
demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada
makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
3. Kadar lemak
Lemak adalah bagian dari lipid yang mengandung asam
lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik
yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya.
Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Lipida adalah
senyawa organik yang terdapat di dalam mahluk hidup yang tidak
larut di dalam air tetapi larut di dalam pelarut nonpolar seperti
heksan, dietileter.Komponen utama lipida adalah lemak, lebih 95%
lipida adalah lemak.Lemak adalah triester asam lemak dan gliserol.
Nama kimia dari lemak adalah triasilgliserol (TAG) dan nama lain
yang sering digunakan adalah trigliserida
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan
dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam
tabung soxhlet. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini
bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya,
ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol,
dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak
tidak sepenuhnya benar. Penetapan kandungan lemak dilakukan
dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah
untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga
merubah warna dari kuning menjadi jernih
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat
dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat
Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang
digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar
minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena
jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat
turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan
Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan
pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu
memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan
secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung
pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang hilang
dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini
menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan
penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang
lebih lama daripada metode kontinu .
Prinsip dari analisa kadar lemak dengan melarutkan
(ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelautlemak
(ether) selama 3-8 jam. Beberapa pelarut yang dapat digunakan
adalah kloroform, heksana, danaseton. Lemak yang terekstraksi
(larut dalm pelarut) terakumulasi dalamwadah pelarut (labu sokhlet)
kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengancara dipanaskan dalam oven
suhu 60°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik
didih lemak lebih besar dari 60°C, sehingga tidak menguap dan
tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan
beratnya.
4. Kadar Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting
bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam
amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula
posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga
Protein juga dapat diartikan sebagai zat makanan yang
paling kompleks. Protein terdiri dari karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen, dan sulfur, dan biasanya fosfor. Protein sering disebut
sebagai zat makanan bernitrogen karena protein merupakan satu-
satunya zat makanan yang mengandung unsur nitrogen. Protein
esensial untuk pembangunan protoplasma hidup karena terdiri dari
unsure karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Protein
terkandung dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein
hewani paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi
pembangun karena komposisinya sama dengan protein manusia. Di
lain pihak protein nabati lebih murah. Protein ini lebih bermanfaat
sebagai bahan bakar tubuh daripada sebagai pembangun tubuh,
tetapi menyediakan asam amino lebih murah yang dibutuhkan
tubuh untuk membangun jaringan
Analisis protein secara kuantitatif dapat dilakukan dengan
berbagai metode yaitu salah satunya dengan cara Kjeldhal. Cara
Kjeldhal digunakan untuk menganalisis kadar protein yang kasar
dalam makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis
dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan nilai
tersebut dengan angka konversi, diperoleh nilai protein dalam
bahan makanan itu.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Metode Analisis untuk pengujian logam berat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 angka 2, berupa Metode Analisis Penetapan kadar
LOgam Berat (arsen, Kadminum, Timbal, dan merkuri) dalam Kosmetik
sebagimana tercantum dalam lampiran 3 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini
Pasal 5
Gambar 4.4 Larutan Sampel, spiked, dan Baku Pembanding telah ditotolkan
diatas Plat Silika
Gambar 4.5 Hasil Evaluasi dengan eluen A (gambar A) dan hasil eluasi
dengan eluen B (gambar B)
Hasil yang diharapkan adalah obat tradisional sama sekali
tidak boleh mengandung bahan kimia obat. hasil uji dinyatakn
negatif apabila nilai Rf dari bercak larutan sampel tidak sama
dengan bercak pada larutan baku dan larutan spiked sampel.
Berdasarkan pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada sampel
yang diuji tidak menampakkan adanya bercak yang sejajar dengan
baku pembanding atau nilai Rf dari bercak sampel tidak sama
dengan bercak larutan baku dan larutan spiked sampel baik pada
plat yang dieluasi dengan etanol:metanol:amonia maupun pada plat
yang dieluasi dengan kloroform:metanol, sehingga dari pengujian
yang telah dilakukan dapat dinyatakan pada pengujian identifikasi
hasilnya negatif mengandung BKO.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penetapan kadar zat pada makanan meliputi Kadar Air, Kadar Abu,
Kadar Gula Reduksi, Kadar Protein, Kadar Lemak, Kadar Vitamin C
2. Penetapanan kadar zat pada kosmetik meliputi identifikasi Asam
REtinoat dalam kosmetik ,identifikasi bahan pewarna, identifikasi dan
penetapan kadar hidrokuinon, identifikasi senyawa kortikosteroid dalam
kosmetik dan semua metode tersebut menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ut.ac.id/4670/1/PANG4411-M1.pdf