Anda di halaman 1dari 5

III.

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Nomenklatur Bahan Pakan

Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Pakan hijauan adalah bahan yang berfungsi sebagai sumber serat atau sekaligus
sebagai sumber vitamin sedangkan pakan konsentrat adalah suatu bahan pakan
dengan nilai gizi tinggi yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan. Pakan hijauan untuk ternak
ruminansia dapat berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput dan daun-daunan
atau dapat berupa limbah pertanianbaik yang segar maupun yang kering (Nuschati,
2006 dalam Raharjo, dkk, 2013).
Hijauan makanan ternak adalah makanan pokok ternak ruminansia yang
berupa rerumputan dan daun-daunan. Bshsn hijauan makanan ternak dapat
dikelompokkan menjadi hijauan segar, hijauan limbah pertanian, hijauan awetan,
dan limbah pengolahan pertanian. Pakan yang berkualitas baik atau mengandung
gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap ternak tersebut, yaitu tumbuh
sehat, cepat gemuk, berkembang biak dengan baik, jumlah ternak yang mati atau
sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sehat sampai disapih
meningkat (Rukmana, 2005).
Bahan pakan hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman
dan dapat dimakan ternak. Secara garis besar bahan pakan hijauan digolongkan
kedalam lima kelompok yaitu graminae (rumput-rumputan), cypetaceae (teki-
tekian), leguminosa (kacang-kacangan), browse (rambanan), dan limbah
pertanian. Pada umumnya hijauan seperti rerumputan dan dedaunan merupakan
bahan pakan berserat (Syarifudin, 2011).

3.2 Pengenalan Alat

Alat merupakan pendukung langsung dalam melakukan suatu analisa.


Pengenalan alat dilakukan agar nantinya dapat mendukung acara praktikum, salah
satunya adalah uji fisik. Alat-alat sangat penting dalam melakukan percobaan, salah
satunya dibutuhkan dalam menganalisa bahan makanan. Alat-alat yang dimaksud
5

adalah alat-alat laboratorium sebagai pendukung pada praktikum agar diperoleh


hasil analisa yang benar (Askar,dkk. 1995; Parakkasi, 1993).

Alat-alat yang digunakan didalam analisis kimia yang biasa digunakan


terdiri dari alat-alat untuk membuat reagen kimia. Sebagian besar alat-alat yang di
pakai dalam analisis kimia baik yang klasik maupun instrumental dari tahap
persiapan, proses, sampai pengukuran tersebut dari gelas, besi, karet dan kayu.
Pengenalan alat-alat tersebut dan cara penggunaanya dimaksudkan agar
memperoleh hasil analisa yang benar (Sudarmadji, 1997).

Mengenal alat-alat praktikum merupakan salah satu aspek agar percobaan


dapat dilakukan dengan baik, lancar, dan aman (Kadaryanto, 2000). Menegtahui
cara kerja suatu alat dan fungsinya akan lebih membantu praktikan pada saat
praktikum. Apabila nama alat dan fungsinya telah diketahui maka akan lebih mudah
dalam mencari dan menggunakannya.

3.3 Uji Fisik Bahan Pakan

Karakteristik atau sifat bahan makanan ternak sangat berpengaruh dalam


proses pengolahan bahan pakan. Banyak jenis pakan lokal yang ketersediaanya
cukup potensial. Jenis pakan local tersebut juga telah di rekomendasikan oleh ahli
nutrisi dalam ternak impor (Mustari, 2000).

Keberhasilan teknologi pakan homogenitas pengadukan ransum laju aturan


pakan dalam organ pencernaan. Proses absorbsi dan delesi kadar nutrisi semuanya
terkait dengan sifat fisik pakan. Sifat fisik dan tekstur menentukan parameter yang
penting (Ali, 2006).

Sifat fisik suatu bahan pakan adalah salah satu factor yang sangat penting
untuk diketahui. Keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan
penyimpanan dalam industry pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang
komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik. Oleh
karena itu kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari
(Khalil, 1999).

3.4 Analisis Proksimat


6

Analisis proksimat merupakan pengujian laboratorium (laboratory testing).


Bahan pakan yang akan diformulasikan dan diolah menjadi ransum, pellet,
Crombie, suatu parameter kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu,
kalsium dan fosfor. Hasil analisis ini sangat penting dan akurasinya sangat berguna
dalam formulasi ransum terhadap mutu pakan jadi yang dihasilkan (Alamsyah,
2005).

Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan
pakan tersebut dipanaskan pada suhu 108o C dalam peranti pemanas, seperti oven.
Kadar air adalah presentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode
pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan
tetapi beberapa makanan seperti silase, bahan yang mudah terbang (atsiri) bias
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).

Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan


pakan dalam tanur pada suhu 400o C - 600o C sampai semua karbon hilang dari
sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organic yang ada dalam bahan pakan akan
terbakar dan sisanya merupakan abu yang di anggap mewakili bagian anorganik
makanan. Abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari
protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium klorida, kalium,
fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian
tidaklah sepenuhnya mewakili bahan anorganik pada makanan baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).

Lemak kasar merupakan ekstraksi bahan makanan dengan menggunakan


pelarut lemak, yang biasanya adalah ether. Ekstrak ether adalah zat yang
mengandung senyawa yang larut dalam ether, termasuk lipida dan zat yang tidak
mengandung asam lemak (Tillman, 1986). Istilah ekstrak ether dipakai untuk
senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan dengan pelarut lemak yaitu
ether.

Serat kasar adalah semua zat organic yang tidak dapat larut dalam H2SO4
0.3 N dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit. Hasil
endapannya di cuci, dikeringkan dan ditimbang lalu dibakar dana bunya di timbang.
7

Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin dan hemiselulosa tergantung pada
spesies dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994).

Protein adalah zat organic yang mengandung karbon, hydrogen, nitrogen,


oksigen, sulfur dan fosfor. Zat tersebut merupakan zat makanan utama mengandung
nitrogen. Senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya
(Siregar, 1994).

Hartadi,dkk (1990) mengatakan bahwa menganalisis kadar bahan ekstrak


tanpa nitrogen yaitu dengan semua data dikonversikan ke 100%. Nilai-nilai
individual untuk setiap zat makanan dijumlahkan. Rataan nilai bahan ekstrak
nitrogen (BETN) dihitung dengan : rataan bahan ekstrak tanpa nitrogen (%) = 100%
- % kadar air - % kadar abu - % serat kasar - % ekstrak ether - % protein kasar.

3.5 Free Fatty Acid

Lemak dan minyak beberapa tahun lalu secara praktis menunjukan semua
bahan yang sudah di ekstraksi dengan ether dari makanan atau jaringan. Asam
lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang didapat paling banyak
dalam minyak tertentu. Asam lemak yang terdapat dalam bahan pakan tersebut
mudah tengik atau tidak jika penyimpanannya terlalu lama (Rasyaf, 1990).

Lemak atau lipid sederhana yaitu ester dari tiga asam lemak atau trihybrid
alcohol gliserol. Lemak termasuk dalam air yang tidak larut dalam golongan zat-
zat yang tidak larut dalam air yang disebut lipid lemak. Lipid lemak apabila ditinjau
dari sudut tubuh merupakan bagian yang paling besar didalam tubuh hewan
dibandingkan dengan lipid yang lain (Tillman, 1991).

Penetapan asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat
paling banyak pada minyak tertentu (Sutardi, dkk, 2003). Analisis ini
diperhitungkan banyaknya zat yang larut dalam basa atau asam didalam kondisi
tertentu. Asam lemak bebas tidak mengurangi antioksidan dan melindungi ternak.
Apabila penambahan terlalu banyak kadar lemak bebas, akan merusak mesin karena
asam lemak mudah bereaksi dengan bagian methan yang akhirnya menyebabkan
karat. Asam lemak dengan grup-grup fungsional seperti epoksi dan hidroksi sulit
8

sekali untuk di esterifikasi tanpa merusaknya terlebih dahulu. Katalis ester yang
sulit dilakukan dengan metode kimiawi tersebut menjadi sederhana dengan
pemanfaatan teknologi enzimatik lipase (Sudarmadji, 1996).

3.6 Energi Bruto

Energy membuat hewan sanggup untuk melakukan suatu pekerjaan dan


proses-proses produksi lainnya. Semua bentuk energy diubah kedalam panas.
Penentuan nilai energy yang umum adalah dalam istilah bruto, energy yang dapat
dicerna, energy metabolis atau energy bruto. Energy bruto suatu bahan makanan
dapat ditentukan dengan membakar sejumlah bahan tersebut sehingga diperoleh
hasil-hasil oksidasi yang berupa karbondioksida, air dan gas-gas lainnya
(Askar,dkk. 1995).

Analisis kadar energy adalah usaha untuk mengetahui kadar energy bahan
baku pakan, dalam analisis biasanya ditentukan energy bruto lebih dahulu dengan
cara membakar sejumlah bahan baku pakan sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi
yang berupa karbondioksida, air dan gas lainnya. Untuk mengukur panas yang
ditimbulkan oleh pembakaran digunakan suatu alat bomb calorimeter. Penentuan
energy bruto menentukan jumlah kalori dalam bahan pakan yang di analisis
(Kartadisastra, 1994).

Energy bruto suatu bahan pakan ditentukan dengan membakar sejumlah


bahan tersebut sehingga diperoleh hasil oksidasi yang berupa karbondioksida, air
dan gas lainnya (Anggorodi, 1994). Menurut Rahardjo (2002), bila suatu nutrient
organic dibakar sempurna sehingga menghasilkan oksida maka panas yang
dihasilkan disebut energy bruto. Besarnya nilai energy bahan pakan tidak sama,
tergantung dari macam nutrient dari bahan pakan.

Anda mungkin juga menyukai