Anda di halaman 1dari 20

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia agroindustri telah berkembang pesat seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dari agroindustri telah menghasilkan
banyak produk yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Produk tersebut diantaranya
produk segar (sayur, buah, daging, ikan) dan produk olahan (minyak kelapa,
tepung, mentega, dll). Produk yang dihasilkan bergantung pada permintaan
masyarakat. Berdasarkan permintaan tersebut produk tidak hanya diperhatikan
kualitasnya melainkan juga dalam segi pengemasan atau packaging.
Packaging merupakan upaya manusia untuk mengumpulkan sesuatu yang
berantakan kedalam satu wadah serta melindunginya dari gangguan cuaca
(Widiatmoko dalam Dwi Arum, 2013). Kemasan (package) merupakan struktur
yang telah direncanakan untuk mengemas bahan pangan baik dalam keadaan
segar atau setelah mengalami pengolahan (Marlen, 2008).
Pengemasan selain berfungsi untuk melindungi produk juga memiliki
banyak fungsi lain seperti menarik minat konsumen. Karena pada kemasan
terdapat banyak informasi dan tampilan yang menarik sehingga produk tersebut
lebih mudah untuk dipasarkan. Pengemasan tidak hanya diperhatikan cara
pengemasannya saja, melainkan dari jenis kemasan yang sesuai untuk produk,
bahan kemasan yang sesuai serta kemanan dari kemasan tersebut. Pada
pengamatan ini diharapkan dapat diketahui jenis kemasan yang dipakai dalam
produk, bahan pengemas, serta peraturan yang berlaku terhadap penggunaan
kemasan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari identifikasi dan peraturan kemasan produk pangan dan
non pangan adalah untuk :
1. Mengetahui jenis-jenis kemasan
2. Mengetahui bahan pengemas
3. Mengetahui peraturan dan standarisasi kemasan di Indonesia

1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemasan


Pengemasan adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus kepada
suatu produk. Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur,
material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi
produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus,
melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan
membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006). Cenadi
(2000) menyatakan bahwa kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk.
Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri, dan label.

2.2 Jenis – Jenis Kemasan


Menurut Marlen (2008) berdasarkan struktur sistem kemas, kemasan dibagi
menjadi 3 jenis diantaranya yaitu :
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan
(kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng
susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang tempe,
dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan
setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya digunakan sebagai
pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang
setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus
daun, karton dus, makanan kaleng. 

2
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini
umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada
agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya
botol minuman dan botol kecap. 
3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya
digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai.
Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol,
wadah kaleng, dan sebagainya. 
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder
fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

2.3 Tujuan Kemasan 


Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan
mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan,
tekanan dan sebagainya. 
2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan
sebagainya. 
3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan
bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi,
daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan
atau label.
5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak
secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam
pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai
perangkat anti-pencurian. 

3
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi,
penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan
dan digunakan kembali. 
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk
mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

2.4 Peraturan – Peraturan pada Kemasan Pangan


Kemasan produk pangan selain berfungsi untuk melindungi produk, juga
berfungsi sebagai penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan
kepada konsumen. Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan-peraturan
mengenai kemasan pangan, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen. Undang-undang yang menetapkan standarisasi kemasan baik
kemasan produk untuk makanan dan non makanan yang sifatnya dan mengikuti
perkembangan teknologi. Beberapa dasar hukum yang bisa dijadikan acuan untuk
kemasan pangan antara lain :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
- Standar Kemasan Pangan (pasal 82-85)
b. Peraturan UU RI no.27 Tahun 1996 tentang pangan, hal yang wajib di
sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama produk, bahan baku yang
di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir produk, berat bersih,
keterangan tentang halal, tanggal kadaluarsa produk.
c. Peraturan UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
d. Peraturan UU Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Mengenai
Kemasan Kosmetik,Obat Dan Pangan
e. SNI 06-2692-1992 tentang kemasan

4
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Kemasan Minuman


3.1.1 Sunkist
a. Sejarah Singkat Produk
Sunkist merupakan produk minuman jeruk kaya vitamin C lokal buatan
anak dalam negeri. Produk ini diproduksi oleh PT. Monysaga Prima dengan yang
berada di Bekasi, Indonesia. Selain rasa jeruk, Sunkist juga menawarkan varian
rasa lainnya seperti apel, manga, dan nanas. Sunkist dikemas dalam kemasan yang
beragam seperti menggunkan kaleng dan tetra pak. Kemasan praktis mudah
dibawa atau dipegang serta dilengkapi dengan sedotan untuk memudahkan
konsumen dalam meminumnya.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Minuman jeruk Sunkist menggunakan kemasan kaleng untuk volume isi
300ml. Berdasarkan pemakaiannya kaleng termasuk dalam jenis kemasan primer
karena berkontak langsung dengan produk, serta merupakan kemasan sekali pakai.
Kaleng terbuat dari 75% alumunium dan 25% logam lainnya, penggunaannya
untuk pengemasan aman karena dapat melindungi dari kontaminasi luar dan
menutupi dari cahaya. Kaleng tidak berbahaya untuk kesehatan dan tidak
mempengaruhi mutu produk jika penyimpanannya benar dan kaleng yang
digunakan steril.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
Informasi yang tertera didalam kemasan atau labelisasi penting dalam
kemasan suatu produk baik pangan maupun non pangan. Labelisasi pada produk
Sunkist memuat nama produk, logo halal, kode produksi, informasi nilai gizi,
barcode, komposisi, nomor BPOM, tanggal kadaluarsa, isi bersih, dan perusahaan
produksi. Informasi ini penting untuk diketahui konsumen agar produk yang
dikonsumsi jelas bahan baku dan nutrisinya, serta tanggal kadaluarsa dan lain-
lain. Selain itu, hal ini dapat dijadikan bahwa produk tersebut asli dengan adanya
barcode, dan labelisasi dengan penataan dan designnya membuat produk semakin
menarik. Hal ini juga sesuai dengan peraturan UU RI no.27 Tahun 1996 tentang

1
pangan, hal yang wajib di sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama
produk, bahan baku yang di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir
produk, berat bersih , keterangan tentang halal, kadaluarsa produk

Gambar 3.1 Informasi pada kemasan Sunkist


d. Kesesuaian Kemasan Produk terhadap Peraturan dan Standar Kemasan di
Indonesia
Kemasan kaleng yang digunakan oleh produk Sunkist telah sesuai dengan
peraturan pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal 82 ayat 1 dan 2 karena berfungsi
untuk mencegah kerusakan dan bahan kemasan harus menggunakan bahan yang
aman bagi kesehatan manusia. Sedangkan untuk labelisasi produk Sunkist
mengacu pada peraturan UU RI no.27 Tahun 1996 seperti dijelaskan pada poin c,
sudah memenuhi standarisasi informasi-informasi tentang produk. Terkait
labeling kemasan Sunkist telah sejalan dengan peraturan Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan bahwa produk yang dipasarkan
diwilayah wajib mencantumkan label pada kemasan yang tidak mudah lepas,
luntur, rusak dan terletak pada bagian kemasan agar mudah dibaca.
3.1.2 Oran C
a. Sejarah Singkat Produk
Oran C adalah minuman yang berkarbonat dengan rasa buah-buahan yang
kaya vitamin C. Terdapat 3 rasa buah yaitu jeruk, nanas, dan jeruk nipis

2
(calamansi). Minuman ini diproduksi Korea Selatan, tepatnya oleh Dong-A
OTSUKA CO., LTD. 18, Gongdanseo-gil, Chilsep-Myeon, Haman-gun,
Gyeongsangnam-do, Korea serta diimpor ke Indonesia oleh PT. Korinus, bekasi
dan didistribusikan oleh PT. Heonz Royal Jaya, Jakarta. Oran C menjadi popular
di Indonesia terutama dikalangan remaja yang menyukai hal-hal yang berasal dari
Korea Selatan.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Jenis kemasan Oran C yaitu primer, karena kemasan bersentuhan langsung
dengan produk. Berdasarkan frekuensi pemakaiannya termasuk dalam kemasan
sekali pakai. Bahan yang digunakan yaitu kaleng. Kaleng terbuat dari 75 %
alumunium dan 25 % logam lainnya. Kemasan dibentuk seperti tabung kaleng dan
bagian atasnya dibuat untuk membuka kemasan dengan ditarik seperti minuman
kaleng pada umumnya. Volume kaleng yaitu 250 ml dengan ukuran tabung
memanjang keatas. Pengemasan dengan kaleng bagus untuk menutup produk dan
menghindari kontaminasi dari luar. Kaleng yang digunakan telah mengalami
sterilisasi sehingga aman dan terjaga higenitasnya. Namun, karena kaleng terbuat
dari 75 alumunium dan 25 persen logam lainnya dengan sifat alumunium yang
berpotensi berkarat maka hal ini menjadi kurang aman jika di simpan di ruangan
yang lembab dan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, untuk bagian atas
kaleng sebagai pembuka kemasan, sering kali dijumpai debu yang mungkin saja
sudah tercemar mikroorganisme dan ketika diminum tanpa membersihkan
dikhawatirkan mikroorganisme akan ikut masuk kedalam tubuh konsumen dan
menimbulkan gejala sakit.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
Menurut peraturan UU RI no.27 Thn 1996 tentang pangan, hal yang wajib
di sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama produk, bahan baku yang
di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir produk, berat bersih,
keterangan tentang halal, kadaluarsa produk. Pada kemasan Oran C sudah terdapat
informasi yang cukup mengenai produk meliputi merek,nama dan alamat
produsen, importer produk, pendistribusi produk, berat bersih, tanggal kadaluarsa,

3
barcode, komposisi, informasi nilai gizi, peringatan penggunaan produk, dan kode
produksi sehingga produk ini sudah lulus standar pelabelan Indonesia.

Gambar 3.2 Informasi pada kemasan susu Oran C


d. Kesesuaian Kemasan Produk terhadap Peraturan dan Standar Kemasan di
Indonesia
Kemasan yang digunakan oleh produk Oran C yaitu kaleng yang tertutup
sehingga mencegah kerusakan produk dari kontaminasi serta bahan kemasan
aman bagi kesehatan, hal ini sesuai dengan peraturan pada UU No. 18 Tahun 2012
Pasal 82 ayat 1 dan 2 bahwa kemasan pangan yang digunakan berfungsi untuk
mencegah kerusakan dan bahan kemasan harus menggunakan bahan yang aman
bagi kesehatan manusia. Selain itu untuk labelisasi telah sesuai dengan peraturan
UU RI no.27 Tahun 1996 tentang pangan dimana sudah terdapat informasi-
informasi tentang produk yang wajib ada didalam kemasan. Peraturan UU no 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen bahwa produk yang diperjual belikan
di Indonesia wajib mencantumkan bahasa Indonesia pada label kemasan, hal ini
sudah sesuai dengan kemasan Oran C yang menggunakan bahasa Indonesia pada
kemasannya walaupun produk impor.
3.1.3 Perbandingan Produk Dalam dan Luar Negeri
Perbandingan untuk produk minuman Sunkist dari Indonesia dan Oran c
dari Korea Selatan dilihat dari aspek kemasannya yaitu untuk jenis kemasan yang
digunakan sama menggunakan kaleng yang aman karena telah disterilasasi,

4
dengan perbedaan bentuk dan volume kaleng saja. Sunkist 300ml dan Oran C
250ml. Dari labelisasi informasi yang tertera keduanya sudah sesuai dengan
standarisasi pelabelan pangan Indonesia, namun untuk produk Sunkist tidak
mencantumkan peringatan usia konsumsi, sementara pada produk Oran c tidak
mencantumkan logo halal. Dapat disimpulkan produk minuman buah-buahan
kaya vitamin C baik kemasan dari dalam maupun luar yang dijual dipasar
Indonesia aman terhadap kesehatan, menarik secara desain kemasan dan
informative.
3.2 Identifikasi Kemasan Makanan
3.2.1 Roma Kelapa
a. Sejarah Singkat Produk
Roma Biskuit Kelapa merupakan salah satu merek dagang dari produk
biskuit lokal dibawah perusahaan Mayora Indah Tbk, Roma Biskuit Kelapa
menjadi salah satu biskuit yang favorit karena memiliki rasa yang berkualitas.
Mayora Indah Tbk mulai membuka usahanya di tahun 1977 dan bergerak di
bidang produksi makanan ringan.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Roma Biskuit Kelapa memiliki kemasan 27 gram dan 300 gram. Produk ini
dikemas dalam kemasan primer yang terbuat dari plastik Polypropylene atau PP.
Kemasan dapat disebut sebagai kemasan primer karena kemasan bersentuhan
langsung dengan produk. Bahan yang digunakan sebagai kemasan merupakan
salah satu jenis bahan plastik yang aman untuk makanan. Plastik PP memiliki
sifat lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang
baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno
dan Jenie, 1983). Monomer PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal
naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih
tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. PP adalah bahan
plastik yang dipakai pada kemasan makanan ringan/snack, sedotan, kantong obat,
penutup, dan lain-lain. Kemasan yang digunakan pada Roma Biskuit Kelapa
merupakan salah satu jenis plastik yang aman untuk makanan. Dengan daya tahan

5
yang baik terhadap panas, polypropylene terbukti tidak menghasilkan zat kimia
berbahaya sebanyak jenis lainnya.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan

Gambar 3.3 Informasi pada kemasan Roma Kelapa


Pada sebuah kemasan produk harus memiliki labelisasi yang lengkap
sebagai informasi kepada konsumen. Labelisasi berupa komposisi bahan, nilai
gizi produk, tanggal kadaluarsa, efek samping dari produk, nomor izin dari
BPOM/Kemenkes RI, serta perusahaan/produsen dari produk tersebut. Labelisasi
pada Roma Biskuit Kelapa telah sesuai dengan standar labelisasi di Indonesia.
Informasi yang tersedia harus akurat agar menjamin keamanan konsumen yang
mengkonsumsi produk tersebut.
d. Kesesuaian Kemasan Produk terhadap Peraturan dan Standar Kemasan di
Indonesia
Kemasan yang digunakan oleh Roma Biskuit Kelapa telah sesuai dengan
peraturan dan standar kemasan di Indonesia. Pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal
82 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa kemasan pangan yang digunakan berfungsi
untuk mencegah kerusakan dan bahan kemasan harus menggunakan bahan yang
aman bagi kesehatan manusia. Seperti yang telah diketahui bahwa kemasan PP
merupakan salah satu kemasan yang aman untuk bahan pangan serta aman bagi
kesehatan manusia. Terkait labeling kemasan roma kelapa telah sejalan dengan
peraturan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
bahwa produk yang dipasarkan diwilayah wajib mencantumkan label pada

6
kemasan yang tidak mudah lepas, luntur, rusak dan terletak pada bagian kemasan
agar mudah dibaca.
3.2.2 Oreo
a. Sejarah Singkat Produk
Oreo merupakan salah satu merek dagang biskuit dibawah perusahaan Kraft
Foods, Amerika Serikat. Oreo adalah biskuit lapis krim yang cukup populer di
dunia termasuk di Indonesia. Produk Oreo mulai diproduksi oleh Nabisco sejak
tahun 1912 dan masuk ke pasar Indonesia pada awal tahun 1990. Produk Oreo
cukup dikenal masyarakat karena selain rasanya yang enak produk semacam ini
masih belum terlalu populer di pasaran sehingga Oreo merupakan pelopor biskuit
krim.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Produk Oreo dikemas dalam kemasan 137 gram. Produk ini dikemas dalam
kemasan primer berbahan plastik Polypropylene atau PP. Kemasan pada Oreo
disebut sebagai kemasan primer karena kemasannya bersentuhan langsung dengan
produk. Plastik PP memiliki sifat sangat mirip dengan plastik PE, dan sifat-sifat
penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Plastik PP memiliki sifat lebih kuat
dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie,
1983). Monomer PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha
(distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi
dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan
katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley et al,
1988). PP adalah bahan plastik yang dipakai pada kemasan makanan
ringan/snack, sedotan, kantong obat, penutup, dan lain-lain. Kemasan yang
digunakan pada Oreo merupakan salah satu jenis plastik yang aman untuk
makanan. Dengan daya tahan yang baik terhadap panas, polypropylene terbukti
tidak menghasilkan zat kimia berbahaya sebanyak jenis lainnya.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
Pada sebuah kemasan produk harus memiliki kelengkapan informasi yang
sesuai dengan ketentuan. Kelengkapan kemasan dalam sebuah produk antara lain

7
nama produk, jenis produk, produsen, identitas perizinan produk, tanggal
kadaluarsa, serta peringatan efek samping dan petunjuk penggunaan atau
penyimpanan. Pada produk Oreo dapat diamati bahwa kemasan tersebut memiliki
kelengkapan informasi yang cukup lengkap.

Gambar 3.4 Informasi pada kemasan Oreo


d. Kesesuaian Kemasan Produk terhadap Peraturan dan Standar Kemasan di
Indonesia
Kemasan yang digunakan oleh Oreo telah sesuai dengan peraturan dan
standar kemasan di Indonesia. Pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal 82 ayat 1 dan 2
disebutkan bahwa kemasan pangan yang digunakan berfungsi untuk mencegah
kerusakan dan bahan kemasan harus menggunakan bahan yang aman bagi
kesehatan manusia. Seperti yang telah diketahui bahwa kemasan PP merupakan
salah satu kemasan yang aman untuk bahan pangan serta aman bagi kesehatan
manusia. Menurut Peraturan UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
bahwa produk yang diperjual belikan di Indonesia wajib mencantumkan bahasa
Indonesia pada label kemasan, hal ini sudah sesuai dengan kemasan oreo
menggunakan bahasa Indonesia pada kemasannya walaupun produk impor.
3.2.3 Perbandingan Produk Dalam dan Luar Negeri
Pada pengamatan produk Oreo dan Roma Biskuit Kelapa pada bagian
kemasan dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki kualitas yang sama. Baik
pada produk Oreo maupun Roma Biskuit Kelapa memiliki kelengkapan informasi
yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan di Indonesia. Produk
Oreo meskipun berasal dari luar Indonesia telah menyesuaikan dengan peraturan

8
yang berlaku. Secara tampilan produk Oreo maupun Roma Biskuit Kelapa
memiliki kemasan yang menarik dengan adanya warna biru pada ciri khas produk
Oreo yang disertai gambar produk serta warna merah pada kemasan Roma Biskuit
Kelapa dan gambar produk sehingga memudahkan dan menarik konsumen untuk
membeli. Selain itu produk Oreo dan Roma Biskuit Kelapa memiliki keamanan
kemasan yang baik. Namun kemasan pada Oreo dilapisi aluminium foil halus
sehingga produk menjadi lebih tahan lama sedangkan Roma Biskuit Kelapa tidak
ada lapisan aluminium foil.
3.3 Identifikasi Kemasan Non Food
3.3.1 Shampo Emeron
a. Sejarah Singkat Produk
Shampo Emeron merupakan sebuah merek produk perawatan rambut
(shampo) yang mulai diproduksi sejak tahun 1982 oleh PT.Lion Wings Indonesia.
Emeron berasal dari gabungan kata Emerald dan Lion. Emeron shampoo terbuat
dari zat aktif yang mengutamakan kemurnian, terbuat dari bahan-bahan bermutu
tinggi. Diproduksi dengan 3 varian produk yaitu emeron shampoo herbal lidah
buaya,lidah buaya kuning,dan emeron shampoo anti ketombe powder, dengan
pergantian nama dan perubahan varian pada sampo emeron sejak tahun 1982-
2017 yang sekarang telah berubah menjadi emeron nutritive shampoo (soft
smooth,ambut halus dan mudah diatur).
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Produk
Produk kemasan shampo emeron diproduksi dengan 2 macam kemasan
yaitu jenis kemasan botol dan kemasan sachet dengan ukuran isi berat bersih yang
berbeda-beda. Ukuran botol sampo emeron mulai dari 340ml-170ml,sedangkan
untuk kemasan saschet ukurannya hanya 10ml. Kemasan sampo emeron
merupakan kemasan primer karena bersentuhan langsung dengan isi sampo
tersebut sehingga pemakainnya hanya 1x pakai dan tidak dilakukan secara
berulang.Kemasan emeron botol dan saceht terbuat dari plastic, sehingga limbah
sampo emeron ini sulit terurai oleh alam. Namun oleh pelaku usaha kreatif
sampah plastic ini dapat di daur ulang dengan membuat kerajinan tagan seperti
anyaman tas dan tikar.

9
Bahan kemasan shampo emeron tidak mempengaruhi kualitas dan mutu
produk dalam arti merusak produk. Sebagai tempat sampo kemasan emeron ini
sangat fleksibel dan mudah untuk dibuka untuk kemasan botol dan kemasan
sampo saschet sehingga mudah digunakan dan tidak bertekstur tajam, Tetapi
untuk meminimalisisr penggunaan plastik, perlu adanya inovasi baru dalam
pembuatan kemasan sampoo yang ramah lingkungan karena kemasan sampo
emeron masih menggunakan kemasan plastic yang berdampak pada cemaran
lingkungan.
c. Kelengkapan Informasi Produk
Kelengkapan informasi pada kemasan sampo sachet emeron terdiri dari
nama merek, barcode, symbol penggunaan kemasan, komposisi, cara pakai,
manfaat penggunaan, logo dari majelis ulama Indonesia dan dilengkapi dengan
nama dan alamat produksi dari sampo tersebut, nomor BPOM dan tanggal
kadaluarsa shampo pada kemasan.

Gambar 3.5 Informasi pada kemasan emeron


d. Kesesuaian Kemasan Produk Terhadap Peraturan dan Standar Kemasan di
Indonesia
Kemasan yang di gunakan oleh produk sampo emeron sudah memenuhi
standart SNI 06-2692-1992 dimana kemasan yang digunakan harus rapat dalam
pengemasannya agar tidak mempengaruhi kualitas produk sehingga aman sampai
ke konsumen. Menurut peraturan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan mengenai kemasan kosmetik,obat dan pangan, bahwa

10
produk yang dipasarkan diwilayah wajib mencantumkan label pada kemasan yang
tidak mudah lepas, luntur, rusak dan terletak pada bagian kemasan agar mudah
dibaca. Hal ini telah sejalan dengan labelisasi pada kemasan shampoo emeron.
3.3.2 Shampo TRESemme
a. Sejarah singkat Produk
TRESemme diluncurkan pada tahun 1947 oleh Godefroy Manufacturing,
dan dibeli pada tahun 1968 oleh Alberto Culver, produsen product rambut dan
perawatan kulit. Awalnya TRESemme hanya didistribusikan dalam salon. Namun
karena kualitasnya yang bagus produk shampoo ini menjadi lebih populer,
kemudian dipasarkan di supermarket dan apotek. TRESemme kemudian dibeli
oleh Unilever, perusahaan consumer goods multinasional Anglo-Belanda. Lini
produk kemudian dikembangkan lebih lanjut dan lebih banyak produk yang
ditambahkan dan hingga saat ini Tresemme merupakan brand merk shampo yang
laris di dunia maupun di Indonesia.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Shampoo TRESemme memiliki berbagai jenis kemasan diantaranya botol,
dan plastic pada kemasan kecil atau lebih dikenal sachet. Kemasan shampoo
sachetan merupakan jenis kemasan primer karena berhubungan langsung dengan
produk dan merupakan kemasan sekali pakai. Jenis bahan yang digunakan yaitu
plastic dan alumunium foil. Keunggulan menggunakan jenis bahan kemasan ini
adalah tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan hygienis, tak mudah
membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Untuk penggunaannya tidak merusak
produk, akan tetapi bekas kemasan ini dapat menjadi sampah yang sulit terurai
sehingga mencemari lingkungan dan bumi.
c. Kelengkapan Informasi Produk
Sebuah produk yang dipasarkan harus memiliki informasi yang cukup jelas
dalam menggambarkan kandungan dan manfaat dari produk tersebut kepada para
konsumen. Informasi yang akurat dan tepat ini supaya konsumen dapat
mengetahui keamanan jenis produk serta informasi lainnya yang harus tertera
pada kemasan suatu produk yang harus sesuai dengan ketentuan. Pada kemasan
produk TRESemme memiliki informasi yang cukup dimana tertera berbagai

11
informasi yang telah sesuai dengan ketetntuan maupun peraturan yang berlaku.
Informasi tersebut meliputi nama merek dagang, komposisi produk, isi bersih,
nomor BPOM, nama dan alamat perusahaan produksi, cara pemakaian dan
symbol kemasan sekali pakai.

Gambar 3.6 Informasi pada kemasan TRESemme

d. Kesesuaian Kemasan Produk Terhadap Peraturan dan Standart Kemasan di


Indonesia
Kemasan yang dipakai produk tersebut telah sesuai dengan SNI 06-2692-
1992 dimana kemasan tersebut harus rapat dalam pengemasannya agar tidak
mempengaruhi kualitas produk sehingga aman sampai ke konsumen. Serta
labeling yang digunakan sudah memiliki informasi yang lengkap sesuai dengan
standar Indonesia. Peraturan UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
bahwa produk yang diperjual belikan di Indonesia wajib mencantumkan bahasa
Indonesia pada label kemasan, hal ini sudah sesuai dengan kemasan shampoo
TREsemme yang menggunakan bahasa Indonesia pada kemasannya walaupun
produk impor.
3.3.3 Perbandingan Produk Dalam dan Luar Negeri
Pada pengamatan Produk Sampo dengan merk dalam Negri maupun Luar
Negri keduannya memiiki bahan kemasan yang sama yaitu dengan bahan dasar
plastik, serta memiliki manfaat yang sama. Baik pada produk Emeron maupun
TRESemme memiliki kelengkapan informasi yang sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang ditetapkan di Indonesia. Produk TRESemme meskipun berasal

12
dari luar Indonesia telah menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Keduannya memiliki ciri khas yang tidak sama dalam mempercantik tampilan dari
luar untuk menarik konsumen untuk memakai produk tersebut, dimana terdapat
desain khas produk yang memudahkan konsumen untuk mengenali produk.

13
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari identifikasi dan peraturan kemasan produk pangan
dan non pangan adalah untuk :
1. Mahasiswa telah mengetahui jenis-jenis kemasan, diantaranya berdasarkan
jenis kemasnya yaitu kemassan primer, kemasan sekunder, dan kemasan
tersier. Kemasan sekali pakai, kemasan yang dapat dipakai berulang kali
kemasan yang tidak dibuang.
2. Mahasiswa telah mengetahui bahan pengemas diantaranya yaitu plastic,
kaleng, tetra pak, alumunium foil, dan poly polyethylene plastic.
3. Mahasiswa telah mengetahui peraturan dan standarisasi kemasan di
Indonesia, diantaranya yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pangan - Standar Kemasan Pangan (pasal 82-85);
Peraturan UU RI No.27 Tahun 1996 tentang pangan, hal yang wajib di
sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama produk, bahan baku
yang di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir produk, berat
bersih, keterangan tentang halal, tanggal kadaluarsa produk; Peraturan UU no
8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen; Peraturan UU Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan mengenai kemasan kosmetik,obat dan
pangan; serta SNI 06-2692-1992 tentang kemasan.

4.2 Saran
Adapun saran dari laporan identifikasi dan peraturan kemasan produk
pangan dan non pangan ini memiliki kekurangan dalam memberikan informasi
sehingga penulis menerima kritik dan saran terkait bahasan pada laporan ini.

14
Daftar Pustaka

Bierley, A. W., R. J. Heat and M. J. Scott. 1988. Plastic Materials Properties


andAplications. Chapman and Hall Publishing, New York.

Brody. 1972. Bahan-bahan Pengemas. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi UGM

Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia


Pemasaran. Medan: Universitas Sumatra Utara.

https://monysaga.com/sunkist-2/ [diakses 22 maret 2020]

https://www.oranc indonesia.com/ [diakses 11 maret 2020]

https://www.unilever.co.id/ [diakses 11 maret 2020]

Kimber, Michelle. 2007. The Power of Packaging. Jurnal Ilmiah.


www.insglobal.com/assets/files/the_power_of_packaging_pdf. (diakses 26
februari 2018)

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta:


Erlangga.

Louw, A. & Kimber, M. 2007. The Power of Packaging, The Customer Equity
Company

Marleen S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Bandung: Widya Padjadjaran

Peraturan UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan UU Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Mengenai


Kemasan Kosmetik,Obat dan Pangan

Peraturan UU RI No.27 Tahun 1996 Tentang Pangan, Hal Yang Wajib Di


Sampaikan Dalam Kemasan Pangan

Standart Nasional Indonesia. 1992. SNI 06-2692-1992 Standar Mutu Shampo.


Jakarta : Badan Standar Nasional

Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Pasal 82 ayat 1 dan 2 Tentang Pangan -


Standar Kemasan Pangan

Sri Lestari, Dwi Arum, (2013). Redesign Kemasan Produk Makanan Ringan
“Aneka Gorengan Super 2R”, Semarang: Tugas Akhir Universitas Negeri
Semarang

15
Winarno dan Jenie. 1983. Pembuatan Filet Ikan dalam Kumpulan Makalah
Seminar Sehari Pengembangan Agribisnis Ikan Nila Merah di Jawa Barat.
Kerjasama Indonesia for Scientific Fisheries dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan BBAT. Sukabumi.

16

Anda mungkin juga menyukai