PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari identifikasi dan peraturan kemasan produk pangan dan
non pangan adalah untuk :
1. Mengetahui jenis-jenis kemasan
2. Mengetahui bahan pengemas
3. Mengetahui peraturan dan standarisasi kemasan di Indonesia
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini
umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada
agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya
botol minuman dan botol kecap.
3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya
digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai.
Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol,
wadah kaleng, dan sebagainya.
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder
fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
3
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi,
penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan
dan digunakan kembali.
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk
mendorong calon pembeli untuk membeli produk.
4
BAB 3. PEMBAHASAN
1
pangan, hal yang wajib di sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama
produk, bahan baku yang di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir
produk, berat bersih , keterangan tentang halal, kadaluarsa produk
2
(calamansi). Minuman ini diproduksi Korea Selatan, tepatnya oleh Dong-A
OTSUKA CO., LTD. 18, Gongdanseo-gil, Chilsep-Myeon, Haman-gun,
Gyeongsangnam-do, Korea serta diimpor ke Indonesia oleh PT. Korinus, bekasi
dan didistribusikan oleh PT. Heonz Royal Jaya, Jakarta. Oran C menjadi popular
di Indonesia terutama dikalangan remaja yang menyukai hal-hal yang berasal dari
Korea Selatan.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Jenis kemasan Oran C yaitu primer, karena kemasan bersentuhan langsung
dengan produk. Berdasarkan frekuensi pemakaiannya termasuk dalam kemasan
sekali pakai. Bahan yang digunakan yaitu kaleng. Kaleng terbuat dari 75 %
alumunium dan 25 % logam lainnya. Kemasan dibentuk seperti tabung kaleng dan
bagian atasnya dibuat untuk membuka kemasan dengan ditarik seperti minuman
kaleng pada umumnya. Volume kaleng yaitu 250 ml dengan ukuran tabung
memanjang keatas. Pengemasan dengan kaleng bagus untuk menutup produk dan
menghindari kontaminasi dari luar. Kaleng yang digunakan telah mengalami
sterilisasi sehingga aman dan terjaga higenitasnya. Namun, karena kaleng terbuat
dari 75 alumunium dan 25 persen logam lainnya dengan sifat alumunium yang
berpotensi berkarat maka hal ini menjadi kurang aman jika di simpan di ruangan
yang lembab dan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, untuk bagian atas
kaleng sebagai pembuka kemasan, sering kali dijumpai debu yang mungkin saja
sudah tercemar mikroorganisme dan ketika diminum tanpa membersihkan
dikhawatirkan mikroorganisme akan ikut masuk kedalam tubuh konsumen dan
menimbulkan gejala sakit.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
Menurut peraturan UU RI no.27 Thn 1996 tentang pangan, hal yang wajib
di sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama produk, bahan baku yang
di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir produk, berat bersih,
keterangan tentang halal, kadaluarsa produk. Pada kemasan Oran C sudah terdapat
informasi yang cukup mengenai produk meliputi merek,nama dan alamat
produsen, importer produk, pendistribusi produk, berat bersih, tanggal kadaluarsa,
3
barcode, komposisi, informasi nilai gizi, peringatan penggunaan produk, dan kode
produksi sehingga produk ini sudah lulus standar pelabelan Indonesia.
4
dengan perbedaan bentuk dan volume kaleng saja. Sunkist 300ml dan Oran C
250ml. Dari labelisasi informasi yang tertera keduanya sudah sesuai dengan
standarisasi pelabelan pangan Indonesia, namun untuk produk Sunkist tidak
mencantumkan peringatan usia konsumsi, sementara pada produk Oran c tidak
mencantumkan logo halal. Dapat disimpulkan produk minuman buah-buahan
kaya vitamin C baik kemasan dari dalam maupun luar yang dijual dipasar
Indonesia aman terhadap kesehatan, menarik secara desain kemasan dan
informative.
3.2 Identifikasi Kemasan Makanan
3.2.1 Roma Kelapa
a. Sejarah Singkat Produk
Roma Biskuit Kelapa merupakan salah satu merek dagang dari produk
biskuit lokal dibawah perusahaan Mayora Indah Tbk, Roma Biskuit Kelapa
menjadi salah satu biskuit yang favorit karena memiliki rasa yang berkualitas.
Mayora Indah Tbk mulai membuka usahanya di tahun 1977 dan bergerak di
bidang produksi makanan ringan.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Roma Biskuit Kelapa memiliki kemasan 27 gram dan 300 gram. Produk ini
dikemas dalam kemasan primer yang terbuat dari plastik Polypropylene atau PP.
Kemasan dapat disebut sebagai kemasan primer karena kemasan bersentuhan
langsung dengan produk. Bahan yang digunakan sebagai kemasan merupakan
salah satu jenis bahan plastik yang aman untuk makanan. Plastik PP memiliki
sifat lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang
baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno
dan Jenie, 1983). Monomer PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal
naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih
tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. PP adalah bahan
plastik yang dipakai pada kemasan makanan ringan/snack, sedotan, kantong obat,
penutup, dan lain-lain. Kemasan yang digunakan pada Roma Biskuit Kelapa
merupakan salah satu jenis plastik yang aman untuk makanan. Dengan daya tahan
5
yang baik terhadap panas, polypropylene terbukti tidak menghasilkan zat kimia
berbahaya sebanyak jenis lainnya.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
6
kemasan yang tidak mudah lepas, luntur, rusak dan terletak pada bagian kemasan
agar mudah dibaca.
3.2.2 Oreo
a. Sejarah Singkat Produk
Oreo merupakan salah satu merek dagang biskuit dibawah perusahaan Kraft
Foods, Amerika Serikat. Oreo adalah biskuit lapis krim yang cukup populer di
dunia termasuk di Indonesia. Produk Oreo mulai diproduksi oleh Nabisco sejak
tahun 1912 dan masuk ke pasar Indonesia pada awal tahun 1990. Produk Oreo
cukup dikenal masyarakat karena selain rasanya yang enak produk semacam ini
masih belum terlalu populer di pasaran sehingga Oreo merupakan pelopor biskuit
krim.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Produk Oreo dikemas dalam kemasan 137 gram. Produk ini dikemas dalam
kemasan primer berbahan plastik Polypropylene atau PP. Kemasan pada Oreo
disebut sebagai kemasan primer karena kemasannya bersentuhan langsung dengan
produk. Plastik PP memiliki sifat sangat mirip dengan plastik PE, dan sifat-sifat
penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Plastik PP memiliki sifat lebih kuat
dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie,
1983). Monomer PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha
(distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi
dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan
katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley et al,
1988). PP adalah bahan plastik yang dipakai pada kemasan makanan
ringan/snack, sedotan, kantong obat, penutup, dan lain-lain. Kemasan yang
digunakan pada Oreo merupakan salah satu jenis plastik yang aman untuk
makanan. Dengan daya tahan yang baik terhadap panas, polypropylene terbukti
tidak menghasilkan zat kimia berbahaya sebanyak jenis lainnya.
c. Kelengkapan Informasi pada Kemasan
Pada sebuah kemasan produk harus memiliki kelengkapan informasi yang
sesuai dengan ketentuan. Kelengkapan kemasan dalam sebuah produk antara lain
7
nama produk, jenis produk, produsen, identitas perizinan produk, tanggal
kadaluarsa, serta peringatan efek samping dan petunjuk penggunaan atau
penyimpanan. Pada produk Oreo dapat diamati bahwa kemasan tersebut memiliki
kelengkapan informasi yang cukup lengkap.
8
yang berlaku. Secara tampilan produk Oreo maupun Roma Biskuit Kelapa
memiliki kemasan yang menarik dengan adanya warna biru pada ciri khas produk
Oreo yang disertai gambar produk serta warna merah pada kemasan Roma Biskuit
Kelapa dan gambar produk sehingga memudahkan dan menarik konsumen untuk
membeli. Selain itu produk Oreo dan Roma Biskuit Kelapa memiliki keamanan
kemasan yang baik. Namun kemasan pada Oreo dilapisi aluminium foil halus
sehingga produk menjadi lebih tahan lama sedangkan Roma Biskuit Kelapa tidak
ada lapisan aluminium foil.
3.3 Identifikasi Kemasan Non Food
3.3.1 Shampo Emeron
a. Sejarah Singkat Produk
Shampo Emeron merupakan sebuah merek produk perawatan rambut
(shampo) yang mulai diproduksi sejak tahun 1982 oleh PT.Lion Wings Indonesia.
Emeron berasal dari gabungan kata Emerald dan Lion. Emeron shampoo terbuat
dari zat aktif yang mengutamakan kemurnian, terbuat dari bahan-bahan bermutu
tinggi. Diproduksi dengan 3 varian produk yaitu emeron shampoo herbal lidah
buaya,lidah buaya kuning,dan emeron shampoo anti ketombe powder, dengan
pergantian nama dan perubahan varian pada sampo emeron sejak tahun 1982-
2017 yang sekarang telah berubah menjadi emeron nutritive shampoo (soft
smooth,ambut halus dan mudah diatur).
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Produk
Produk kemasan shampo emeron diproduksi dengan 2 macam kemasan
yaitu jenis kemasan botol dan kemasan sachet dengan ukuran isi berat bersih yang
berbeda-beda. Ukuran botol sampo emeron mulai dari 340ml-170ml,sedangkan
untuk kemasan saschet ukurannya hanya 10ml. Kemasan sampo emeron
merupakan kemasan primer karena bersentuhan langsung dengan isi sampo
tersebut sehingga pemakainnya hanya 1x pakai dan tidak dilakukan secara
berulang.Kemasan emeron botol dan saceht terbuat dari plastic, sehingga limbah
sampo emeron ini sulit terurai oleh alam. Namun oleh pelaku usaha kreatif
sampah plastic ini dapat di daur ulang dengan membuat kerajinan tagan seperti
anyaman tas dan tikar.
9
Bahan kemasan shampo emeron tidak mempengaruhi kualitas dan mutu
produk dalam arti merusak produk. Sebagai tempat sampo kemasan emeron ini
sangat fleksibel dan mudah untuk dibuka untuk kemasan botol dan kemasan
sampo saschet sehingga mudah digunakan dan tidak bertekstur tajam, Tetapi
untuk meminimalisisr penggunaan plastik, perlu adanya inovasi baru dalam
pembuatan kemasan sampoo yang ramah lingkungan karena kemasan sampo
emeron masih menggunakan kemasan plastic yang berdampak pada cemaran
lingkungan.
c. Kelengkapan Informasi Produk
Kelengkapan informasi pada kemasan sampo sachet emeron terdiri dari
nama merek, barcode, symbol penggunaan kemasan, komposisi, cara pakai,
manfaat penggunaan, logo dari majelis ulama Indonesia dan dilengkapi dengan
nama dan alamat produksi dari sampo tersebut, nomor BPOM dan tanggal
kadaluarsa shampo pada kemasan.
10
produk yang dipasarkan diwilayah wajib mencantumkan label pada kemasan yang
tidak mudah lepas, luntur, rusak dan terletak pada bagian kemasan agar mudah
dibaca. Hal ini telah sejalan dengan labelisasi pada kemasan shampoo emeron.
3.3.2 Shampo TRESemme
a. Sejarah singkat Produk
TRESemme diluncurkan pada tahun 1947 oleh Godefroy Manufacturing,
dan dibeli pada tahun 1968 oleh Alberto Culver, produsen product rambut dan
perawatan kulit. Awalnya TRESemme hanya didistribusikan dalam salon. Namun
karena kualitasnya yang bagus produk shampoo ini menjadi lebih populer,
kemudian dipasarkan di supermarket dan apotek. TRESemme kemudian dibeli
oleh Unilever, perusahaan consumer goods multinasional Anglo-Belanda. Lini
produk kemudian dikembangkan lebih lanjut dan lebih banyak produk yang
ditambahkan dan hingga saat ini Tresemme merupakan brand merk shampo yang
laris di dunia maupun di Indonesia.
b. Jenis Kemasan dan Keamanan Bahan Pengemas Terhadap Produk
Shampoo TRESemme memiliki berbagai jenis kemasan diantaranya botol,
dan plastic pada kemasan kecil atau lebih dikenal sachet. Kemasan shampoo
sachetan merupakan jenis kemasan primer karena berhubungan langsung dengan
produk dan merupakan kemasan sekali pakai. Jenis bahan yang digunakan yaitu
plastic dan alumunium foil. Keunggulan menggunakan jenis bahan kemasan ini
adalah tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan hygienis, tak mudah
membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Untuk penggunaannya tidak merusak
produk, akan tetapi bekas kemasan ini dapat menjadi sampah yang sulit terurai
sehingga mencemari lingkungan dan bumi.
c. Kelengkapan Informasi Produk
Sebuah produk yang dipasarkan harus memiliki informasi yang cukup jelas
dalam menggambarkan kandungan dan manfaat dari produk tersebut kepada para
konsumen. Informasi yang akurat dan tepat ini supaya konsumen dapat
mengetahui keamanan jenis produk serta informasi lainnya yang harus tertera
pada kemasan suatu produk yang harus sesuai dengan ketentuan. Pada kemasan
produk TRESemme memiliki informasi yang cukup dimana tertera berbagai
11
informasi yang telah sesuai dengan ketetntuan maupun peraturan yang berlaku.
Informasi tersebut meliputi nama merek dagang, komposisi produk, isi bersih,
nomor BPOM, nama dan alamat perusahaan produksi, cara pemakaian dan
symbol kemasan sekali pakai.
12
dari luar Indonesia telah menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Keduannya memiliki ciri khas yang tidak sama dalam mempercantik tampilan dari
luar untuk menarik konsumen untuk memakai produk tersebut, dimana terdapat
desain khas produk yang memudahkan konsumen untuk mengenali produk.
13
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari identifikasi dan peraturan kemasan produk pangan
dan non pangan adalah untuk :
1. Mahasiswa telah mengetahui jenis-jenis kemasan, diantaranya berdasarkan
jenis kemasnya yaitu kemassan primer, kemasan sekunder, dan kemasan
tersier. Kemasan sekali pakai, kemasan yang dapat dipakai berulang kali
kemasan yang tidak dibuang.
2. Mahasiswa telah mengetahui bahan pengemas diantaranya yaitu plastic,
kaleng, tetra pak, alumunium foil, dan poly polyethylene plastic.
3. Mahasiswa telah mengetahui peraturan dan standarisasi kemasan di
Indonesia, diantaranya yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pangan - Standar Kemasan Pangan (pasal 82-85);
Peraturan UU RI No.27 Tahun 1996 tentang pangan, hal yang wajib di
sampaikan dalam kemasan pangan antara lain: nama produk, bahan baku
yang di gunakan, nama dan alamat produsen dan importir produk, berat
bersih, keterangan tentang halal, tanggal kadaluarsa produk; Peraturan UU no
8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen; Peraturan UU Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan mengenai kemasan kosmetik,obat dan
pangan; serta SNI 06-2692-1992 tentang kemasan.
4.2 Saran
Adapun saran dari laporan identifikasi dan peraturan kemasan produk
pangan dan non pangan ini memiliki kekurangan dalam memberikan informasi
sehingga penulis menerima kritik dan saran terkait bahasan pada laporan ini.
14
Daftar Pustaka
Brody. 1972. Bahan-bahan Pengemas. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi UGM
Louw, A. & Kimber, M. 2007. The Power of Packaging, The Customer Equity
Company
Sri Lestari, Dwi Arum, (2013). Redesign Kemasan Produk Makanan Ringan
“Aneka Gorengan Super 2R”, Semarang: Tugas Akhir Universitas Negeri
Semarang
15
Winarno dan Jenie. 1983. Pembuatan Filet Ikan dalam Kumpulan Makalah
Seminar Sehari Pengembangan Agribisnis Ikan Nila Merah di Jawa Barat.
Kerjasama Indonesia for Scientific Fisheries dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan BBAT. Sukabumi.
16