PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan hasil pertanian memiliki banyak jenis namun kebanyakan
mempunyai karakteristik yang sama. Salah satu karakteristik dari bahan
hasil pertanian adalah mudah rusak. Kerusakan bahan hasil pertanian dapat
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, perbedaan suhu,maupun cara
penanganan pasca panen yang kurang tepat. Hasil perikanan merupakan
salah satu bahan hasil pertanian yang mudah rusak. Ikan perlu diberikan
perlakuan khusus untuk menjaga kesegaran dan kerusakan. Salah satu cara
yang dilakukan untuk penanganan ikan adalah dengan cara dibekukan.
Pembekuan adalah proses penurunan suhu dari suatu bahan sampai
mencapai suhu di bawah titik bekunya. Proses pembekuan ditandai dengan
terjadinya perubahan fase air menjadi padat (kristal-kristal es). Prosesnya
terjadi secara bertingkat dari permukaan sampai ke pusat termal bahan.
Pusat termal bahan adalah titik yang terletak paling jauh dari media
pembeku. Pada titik ini proses pembekuan berlangsung paling lambat.
Proses pembekuan juga bertujuan mengawetkan sifat-sifat alami
ikan. Pembekuan menggunakan suhu lebih rendah, yaitu jauh dibawah titik
beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan
menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk
digunakan keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembekuan adalah :
1. Mengetahui prinsip pembekuan pada ikan
2. Mengetahui perubahan-perubahan sebelum dan sesudah proses pembekuan
3. Menghitung dan menganalisa laju pembekuan dengan kurva pembekuan,
selisih tebal ikan, dan selisih berat ikan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembekuan
Pembekuan adalah proses penurunan suhu dari suatu bahan sampai
mencapai suhu di bawah titik bekunya. Proses pembekuan ditandai dengan
terjadinya perubahan fase air menjadi padat (kristal-kristal es). Prosesnya
terjadi secara bertingkat dari permukaan sampai ke pusat termal bahan.
Pusattermalbahan adalah titik yang terletak paling jauh dari media
pembeku. Pada titik ini proses pembekuan berlangsung paling lambat
(Fellows, 2000).
h Parasita
- Parasit cacing Ekor 0
CATATAN
a
bila diperlukan
b untuk ikan predator
c untuk ikan scombroid, clupeidae, scombresocidae, pomatomidae, coryphaenedae
d untuk ikan yang dibudidayakan
e untuk ikan karang
f untuk ikan salmonidae
Sumber : SNI 4110-2014.
2.3.2 Ikan Kembung
Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) jantan merupakan ikan
air laut yang banyak pada musim puncak (Maret - Juni). Pemanfaatan ikan
kembung jantan banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan
kembung banyak mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang baik bagi
pencegahan penyakit dan kecerdasan otak. Omega 3 dan Omega 6
termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk
memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak,
menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah
(Irmawan,2009)
Kedudukan taksonomi ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.)
jantan menurut Irmawan (2009) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Bangsa : Perciformes
Suku : Scombridae
Marga : Rastrelliger
Jenis : Rastrelliger kanagurta L.
Tabel 4. Komposisi Gizi Ikan Kembung
Kandungan Zat Jumlah
Air (gram) 76,0 g
Protein (gram) 22,0 g
Energi (K) 103,0 K
Lemak (gram) 1,0 g
Kalsium (mg) 20,0 mg
Besi (mg) 1,5 mg
Fosfor 200,0 mg
Vitamin A (SI) 30,0
Vitamin B1 0,05
Sumber : Kriswantoro dan Sunyoto (1986)
h Parasita
- Parasit cacing Ekor 0
CATATAN
a
bila diperlukan
b untuk ikan predator
c untuk ikan scombroid, clupeidae, scombresocidae, pomatomidae, coryphaenedae
d untuk ikan yang dibudidayakan
e untuk ikan karang
f untuk ikan salmonidae
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Box styrofoam
2. Palu/pemukul
3. Termometer tusuk
4. Baskom
5. Jangka Sorong
6. Timbangan
3.1.2 Bahan
1. Ikan kembung
2. Ikan lele
3. Es batu
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
Pembersihan dan
Penyusunan pada box
Pencucian Ikan
styrofoam dengan
komposisi penempatan es
batu, ikan, es batiu
Pengukuran Ketebalan
Awal Ikan
Penimbangan akhir
Pembuatan kurva
pembekuan
3.2.2 Fungsi Perlakuan
Praktikum pembekuan diawali dengan menyiapkan bahan-bahan
yang akan dibekukan seperti ikan lele dan ikan kembung. Bahan-bahan
tersebut akan dibuat empat perlakuan, maka dibagi dengan jumlah berbeda
yaitu masing-masing jenis ikan 3 dan 5 ekor. Pemisahan jumlah ini
bertujuan untuk membandingkan suhu ikan pada tiap perlakuan. Ikan yang
sudah dipisah berdasarkan jumlahnya kemudian dicuci bersih dari kotoran
dan lendir yang menempel. Setelah dicuci, ikan kemudian diukur tebalnya
menggunakan jangka sorong. Ikan yang akan diukur dipilih salah satu dari
masing-masing jumlah ikan dan ikan tersebut yang digunakan untuk
pengukuran baik di awal maupun di akhir perlakuan. Ikan diukur
ketebalannya untuk diketahui tebal awal sebelum dilakukan pembekuan.
Kemudian ikan diukur suhunya menggunakan termomoter tusuk dengan
cara menusukkan bagian penusuk ke dalam mulut ikan. Pengukuran suhu
bertujuan untuk mengetahui suhu awal ikan sebelum pembekuan.
Selanjutnya ikan dilakukan penimbangan menggunakan neraca analitik
untuk diketahui berat awal sebelum pembekuan. Langkah berikutnya
dilakukan penimbangan es batu masing-masing 1 kg dan 1,5 kg. Es batu 1
kg untuk ikan berjumlah 3 ekot dan es batu 1,5 kg untuk ikan berjumlah 5
ekor. Es batu berfungsi untuk membekukan ikan. Langkah berikutnya
siapkan box styrofoam sebagai wadah. Box styrofoam dipilih karena
sifatnya yang kedap udara sehingga dapat menjaga kestabilan suhu dalam
box. Bahan yang telah disiapkan kemudian disusun pada box styrofoam
dengan susunan es batu-ikan-es batu. Peletakan ikan sebaiknya tidak
saling bertumpuk agar pembekuan dapat berlangsung secara optimal. Pada
luar box, tusukkan termometer tusuk hingga menembus box dan masuk
dalam mulut ikan. Kemudian dilakukan pengamatan suhu tiap 15 menit
hingga suhu yang ditunjukkan pada termometer mencapai 0oC. Setelah
mencapai suhu yang ditentukan, ikan kemudian pengukuran ketebalan
akhir menggunakan jangka sorong. Pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui berat ikan setelah pembekuan. Kemudian dilakukan
pengukuran berat dengan menggunakan neraca analitik digital.
Pengukuran berat ini bertujuan untuk mengetahui berat ikan setelah
pembekuan. Setelah seluruh perlakuan selesai serta data-data yang
diperlukan telah didapat, maka dapat dilakukan pembuatan kurva
pembekuan untuk mengetahui laju pembekuan pada ikan.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN