Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Sistem Pengangkutan atau Pengemasan Ikan Hidup


Terdapat dua cara atau teknik pengemasan produk ikan konsumsi yang biasa dilakukan
untuk transportasi benih ikan agar dapat hidup hingga sampai ditujuan atau tempat budidaya ikan
konsumsi yang uraiannya adalah sebagai berikut.

1.1.1. Pengemasan dengan Sistem Tertutup


Pengemasan tertutup, yaitu pengemasan ikan hidup dengan menggunakan wadah tertutup,
udara dari luar tidak dapat masuk kedalam media tersebut. Metode ini dilakukan pada proses
pengangkutan jarak jauh dalam waktu yang relatif lama. Teknik pengemasan tertutup dilakukan
dengan teknik atau cara berikut:

 menyiapkan kantong plastik polietilen,


 mengisi kantong plastik dengan air bersih dan benih ikan,
 mengeluarkan dari kantong plastik dengan maksud untuk menghilangkan karbon
dioksida, dan dilanjudkan dengan memasukkan oksigen dari tabung kedalam plastik
hingga volume 1/3-1/4 bagian,
 mengikat mulut kemasan dengan rapat dengan menggunakan karet gelang,
 plastik yang sudah berisi benih ikan kemudian dimasukkan kedalam strerofoam
sehingga tidka mudah pecah dan mudah diangkut,

Dalam proses pengemasan secara tertutup ini masih terdapat kelebihan dan kekurangan
yang ulasannya sebagai berikut.
 Kelebihan pengemasan tertutup.
 media air tahan terhadap guncangan selama proses pengangkutan berlangsung,
 dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh ( menggunakan pesat ),
 memudahkan penataan dalam pemanfaatan ruang selama pengangkutan.
 Kelemahan pengemasan tertutup.
 media air tidak dapat bersentuh dengan udara langsung sehingga tidak ada suplai
oksigen tambahan,
 tidak dapat dilakukan penggantian air, dan
 memerlukan kecermatan dalam mempehitungkan kebutuhan oksigen dengan lama
waktu pengangkutan.

1.1.2. Pengemasan dengan Sitem Terbuka


Pengemasan dengan metode terbuka, yaitu pengemasan ikan hidup yang diangkut dengan
wadah yang terbuka atau media air yang masih dapat berhubungan langsung dengan udara bebas
yang digunakan untuk proses pengangkutan benih jarak dekat dan tidak memerlukan waktu yang
lama.
Pengemasan dengan metode terbuka dilakukan dengan cara memuasakan benih ikan agar
laju metabolisme dan ekskresinya dapat berkurang pada saat proses pengangkutan sehingga air
tidak keruh dikarenakan kotoran ikan (untuk pengangkutan 5 jam). Adapun tahapan pengemasan
ikan selama transportasi, yaitu :
 menyiapkan wadah,
 masukkan air dan benih ke dalam wadah,
 berikan peneduh di atas wadah agar benih ikan tidak mengalami stres pada temperatur
yang tinggi,
 jumlah padat penebaran bergantung pada ukuran benih, benih ukuran 10 cm dapat
diangkut dengan kepadatan maksimum 10 ekor/L, dan
 setiap 4 jam sekali, ganti semua air di tempat yang teduh.

Sama seperti dengan metode pengemasan tertutup diatas, pengemasan dengan metode
terbuka juga memiliki kelebhan dan kekurangan yang diantaranya adalah sebgai berikut.
 Kelebihan pengemasan ikan metode terbuka.
 difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung,
 dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan
 dapat dilakukan penggantian air sebagian selama perjalanan.
 Kelemahan pengemasan ikan metode terbuka.
 dapat menimbulkan stres pada ikan,
 tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang, dan
 metode ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi melalui darat/laut.

1.2. Pengangkutan Berdasarkan Media


1.2.1. Pengangkutan Ikan Hidup dengan Teknik Basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting
untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak
dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada
kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah.
Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan
kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi
asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan
menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan
dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak
tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah
diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi
sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan
ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan
suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang
memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak,
serta kepadatan dan aktivitas ikan.
1.2.2. Pengangkutan Ikan Hidup dengan Teknik Kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun, ikan
harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas
energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula
aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar
habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
• Penggunaan suhu rendah,
• Pembiusan dengan zat kimia, dan
• Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan
menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam
air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan
menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air
sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia
dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk
pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat
dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat
cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.

1.3. Perlakuan Ikan Sebelum Pengemasan


Dalam budidaya ikan hias, salah satu faktor penting yang perlu mendapat perhatian adalah
teknik pengangkutannya. Tidak jarang pengusaha ikan hias mengalami kerugian karena
kesalahan teknik pengaangkutan. kerugiannya tidak hanya berupa waktu dan beaya, tetapi juga
kepercayaan pembeli menjadi luntur karenanya.
Untuk mengatasi hal ini, hanya ada satu jalan yang harus ditempuh yaitu memperbaiki
teknik pengangkutan. Dalam pengangkutan, bukan hanya jarak tempuh dan alat angkut yang
diperhitungkan, ternyata masih banyak segi yang harus dipertimbangkan.

1.3.1. Diberokkan
Berbeda dengan pengiriman produk mati, dalam pengiriman ikan hias, selain harus tepat
waktu ikan juga harus tetap hidup dan sehat sampai tujuan. Untuk mewujudkan tujuan
pengiriman ini ternyata tidak semudah yang diperkirakan, dan masih banyak pengusaha ikan
yang mengalami kesulitan dalam pengiriman. Ini disebabkan dalam pengiriman ikan hias banyak
hal yang harus dipertimbangkan, misalnya berapa perbandingan jumlah ikan, air, dan oksigen,
serta cara pengemasan dan alat angkut yang digunakan agar ikan selamat ditujuan.
Prinsipnya ada 2 kegiatan dalam pengiriman ikan hias yaitu pengemasan dan
pemberangkatan. Keduanya harus dilakukan dengan cepat dan tepat, sesuai dengan syarat
pengiriman ikan.
Untuk memperlancar pengiriman, sebelum pengemasan dilakukan, ikan harus sudah
diseleksi lebih dahulu. Seleksinya meliputi jenis, ukuran, dan kesehatan ikan. Sehingga ikan
yang dikirim benar - benar hanya ikan yang sejenis, seragam, dan sehat sesuai permintaan
pembeli.
Selain seleksi, satu kegiatan penting yang harus dilakukan sebelum ikan dikemas adalah
memberokkan ikan. Pemberokkan adalah suatu perlakuan untuk mengistirahatkan ikan setelah
mendapat penanganan tertentu ditempat pemeliharaan. Maksudnya adalah agar ikan kondisinya
lebih baik, dan tidak stress selama diperjalanan (minimum bisa dikurangi).
Pemberokkan dilakukan dalam air bersih yang sudah disterilkan, selama 2 -3 hari. Selama
pemberokkan ikan tidak diberi pakan, namun kondisi kesehatan ikan tetap terus dijaga.
Kandungan oksigen (O2) dalam air harus cukup, sebaiknya tidak kurang dari 8 ppm, dan
kandungan amoniak (NH4) tidak melebihi 0,1 ppm.
Bersamaan dengan pemberokkan dilakukan juga seleksi kesehatan, serta penghitungan
jumlah ikan. Seleksi kesehatan ini tidak hanya dilakukan terhadap ikan sakit, tetapi juga
keutuhan tubuhnya, seperti ikan yang bengkok, dan rusak. Ikan sakit, tidak normal, atau rusak
dipisahkan dari ikan yang sehat. Ikan sehat, dan normal inilah yang siap dikirim.

1.3.2. Sesuai Daya Tampung


Sebagai alat tempat pengiriman digunakan kantong plastik. Kantong plastik dipilih yang
kuat, dan untuk menghindari kebocoran sebaiknya digunakan rangkap dua. Untuk keselamatan
ikan, jumlah ikan yang dimasukkan dalam kantong plastik harus disesuaikan dengan kemampuan
daya tampungnya. Selain itu perbandingan isi ikan dengan jumlah air, dan oksigen juga harus
sesuai.
Menurut pedoman Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, sebaiknya
kantong plastik hanya diisi air 1/4 bagian. Air yang dimasukkan dalam kantong plastik harus
steril dan sudah difiltrasi terlebih dahulu. Selain itu untuk menjaga stabilitas kwalitas, air perlu
diberikan larutan buffer. Misalnya berupa buffer teknis (Na2HPO2). Caranya, larutan buffer
dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 9 gram buffer dalam 1 liter air.
Setelah kantong plastik diisi air, ikan dimasukkan kedalamnya. Berat/jumlah ikan yang
dimasukkan sebaiknya sama perbandingannya dengan berat/volume air. Cara menghitung
perbandingannya dapat dilakukan dengan menimbang atau menghitung jumlah ikan. Baru
kemudian, sisa isi kantong plastik diisi oksigen, dan diikat kuat agar oksigen tidak keluar atau
bocor.
Sebelum dilalu-lintaskan, agar lebih aman, plastik berisi ikan dikemas terlebih dahulu
dengan menggunakan karton. Karton yang digunakan harus kuat sehingga tidak mudah rusak
saat penanganan dan selama dalam perjalanan. Supaya pengemasan lebih efisien, dalam karton,
kantong-kantong plastik wadah ikan disusun teratur. Dan agar tidak mudah terpengaruh oleh
suhu lingkungan, dan juga tidak rusak akibat goncangan, maka kemasan\ harus dilengkapi
dengan styroform.
Setelah karton ditutup, agar ikan terhindar dari kesalahan perlakuan petugas pengiriman,
sebelum diberangkatkan karton harus diberi label. Label dapat berupa gambar, maupun
keterangan mengenai cara/larangan perlakuannya.. Tujuan pemberian label ini adalah memberi
informasi kepada petugas, sehingga kemasan diperlakukan sesuai petunjuk yang terdapat pada
label.

1.3.3. Didesinfeksi
Perlu diperhatikan, terutama saat pemberokkan dan pengepakkan, semua peralatan dan
pekerja harus didesinfeksi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar ikan tetap sehat, terhindar dari
serangan jasad patogen akibat kontak dengan pekerja, alat, maupun kolam/bak yang digunakan.
Sebelum masuk ruang pemberokkan, pekerja harus mencuci tangan dan kaki terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan lysol, atau disinfektan lainnya. Sebaiknya yang memasuki
ruang pemberokkan hanyalah pekerja yang menangani ikan saja.
Desinfeksi juga dilakukan terhadap alat-alat, dan tempat wadah yang akan dipakai.
Desinfeksi wadah/tempat dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan desinfektan
sebelum wadah/tempat diisi air. Sedangkan deinfeksi alat-alat dapat dilakukan dengan
merendamnya dalamlarutan desinfektan, kemudian dibilas dengan iar bersih.

1.3.4. Pengangkutan
Dalam pengangkutannya selain keselamatan, tepat waktu perlu juga diperhatikan. Untuk
itu alat transportasi yang digunakan, cara penempatan karton-karton, dan waktu
pemberangkatannya perlu dipertimbangkan. Pengangkutan dapat melalui darat, dapat juga
melalui air, atau udara disesuaikan dengan jarak, dan kemudahan pengiriman. Untuk pengiriman
berjarak tempuh kurang dari 24 jam, dan dapat dilalui mobil, pengirimannya dapat melalui darat.
Sedangkan untuk daerah dengan jarak pengiriman lebih dari 24 jam, dapat menggunakan
pesawat terbang. Namun apabila daerah pengiriman tidak mungkin melalui darat dan udara,
maka pengirimannya bisa melalui air menggunakan kapal.
Agar kemasan/karton berisi ikan tidak rusak, maka penataannya harus dilakukan dengan
benar. Kemasan/karton-karton harus disusun berjajar satu-satu, dan rapat sehingga terlihat rapih,
dan tahan goncangan. Namun bila kemasan ingin disusun bertingkat, maka harus menggunakan
rak-rak.

1.3.5. Tepat Waktu


Selama diperjalanan, hal penting yang harus diperhatikan adalah ketepatan waktu
pemberangkatan. Jangan sampai setelah ikan dipetikemaskan, waktu pemberangkatannya belum
diketahui, sehingga ikan harus menunggu lama. Bila hal ini terjadi, bisa membahayakan
kelangsungan hidup ikan. Hal ini disebabkan karena selama penantiannya ikan akan
menghabiskan cadangan oksigen yang ada dalam kantong plastik.
Selain waktu pemberangkatan, lamanya perjalanan juga harus diketahui secara tepat. Yang
dimaksudkan lama perjalanan disini adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari ikan dikemas
sampai ikan diterima pembeli. Jika hal ini tidak diketahui secara tepat, maka sulit
memperkirakan perbandingan jumlah oksigen yang harus diberikan, akibatnya juga
membahayakan keselamatan ikan yang dilalu-lintaskan. Namun apabila semua persyaratan
pengiriman sudah diperhitungkan dengan baik, maka keberhasilan pengiriman ikan hias ini pasti
didapat.

1.4. Pembiusan Ikan


Ada begitu banyak pengobatan yang dapat dilakukan oleh para hobies, hal ini bertujuan
untuk penyembuhan atau membuat ikan agar tampak lebih indah. Salah satu langkah awal yang
perlu diperhatikan dan perhitungan yang matang adalah pembiusan. Pembiusan dapat dilakukan
dengan Obat bius kiia yang dijual dipasaran, tapi ada juga alternatif pembiusan yang dapat
dilakukan oleh hobies.
Pentingnya pembiusan adalah dikarenakan selain dapat menyebabkan gagalnya pembiusan
dan mengakibatkan kematian. Selain bertujuan untuk karantina dan mobilisasi, pembiusan juga
diperlukan sebagai bagian dari operasi kelainan, penyakit maupun keinginan dari para hobies
untuk memperoleh penampilan ikan agar lebih indah dan komersial.
terhadap ikan dengan menggunakan minyak cengkeh banyak dinilai lebih mudah
dikarenakan cengkeh berharga lebih murah (dibandingkan dengan obat kimia), mudah untuk
didapatkan serta hasilnya yang lebih efektif.
Kelebihan lain dari pembiusan dengan minyak cengkeh adalah bahwa setelah mengalami
pembiusan, ikan akan tetap berlendir dan tidak kehilangan nafsu makan. Pembiusan terhadap
ikan dilakukan untuk berbagai macam tujuan seperti proses implantasi hormon, relokasi ikan,
penimbangan ikan maupun proses seleksi indukan.
BAB II TUJUAN
2.1. Tujuan Praktek
Untuk mengetahui, meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang sistem pengangkutan
ikan terutama tentang pembiusan ikan menggunakan minyak cengkeh. Serta menambah kelihaian
dalam proses pemackingan ikan.
BAB III KESELAMATAN KERJA
3.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha dan dunia industry harus diperhatikan
dengan seksama pada semua para tenaga kerja yang berada didalam lingkup tersebut.
Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dengan menerapkan K3 akan dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja telah
diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan merupakan salah satu
sector dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi target produksinya. Tempat
kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumbersumber bahaya. Pada dunia usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di
dalam ruangan atau diluar ruangan bergantung pada tingkat usahanya. Usaha budidaya ikan
dapat dilakukan secara ekstensif, semi intensif ataupun intensif sangat menentukan penerapan
kesehatan dan keselamatan kerjanya. Pada usaha budidaya ikan secara ektensif atau tradisional
dimana pada usaha ini tidak banyak menggunakan peralatan-peralatan yang dapat menimbulkan
bahaya bagi para pekerjanya.

3.2. Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


 Helm Pengaman (Safety Helmet)
 Penutup Telinga (Ear Muffs)
 Penyumbat Telinga (Ear Plug)
 Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
 Masker
 Respirator
 Pelindung Wajah (Face Shield)
 Tali Pengaman (Safety Harness)
 Sabuk Pengaman (Safety Belt)
 Sarung Tangan (Gloves)
 Sepatu Karet (Boots)
 Sepatu Pengaman (Safety Shoes)
 Jas Hujan (Raincoat)
 Pelampung
 Rompi Safety
 Wearpack atau Coverall
BAB IV ALAT DAN BAHAN UNTUK PACKING DAN
PEMBIUSAN IKAN

4.1. Alat dan Bahan untuk Packing Ikan


4.1.1. Alat
1) Kantong plastik
2) Karet

4.1.2. Bahan
1) Ikan yang telah dibius
2) Oksigen (dalam tabung)
3) Air segar

4.2. Alat dan Bahan untuk Pembiusan Ikan


4.2.1. Alat
1) Ember
2) Suntikan

4.2.3. Bahan
1) Ikan yang akan dibius
2) Minyak cengkeh (0,1%)
3) Air segar
BAB V PROSEDUR KERJA
5.1. Kegiatan 1
1) Isi kantong plastic dengan air segar
2) Masukkan ikan ke dalam kantong plastic
3) Masukkan minyak cengkeh kedalam media pengemasan (5-10 ml/liter), suhu 20-3 °C
4) Apabila belum terlihat tubuhnya dan tidak bergerak namun tetap bernapas (±5 menit)
perlu dipertimbangkan untuk menambah bahan bius
5) Jaga agar ikan selalu tenggelam dalam air untuk menghindari kembung

Pasca pembiusan
1) Masukkan ikan yang dibius kedalam wadah penampungan, air tidak mengandung bahan
kimia lain, air wadah diberi aerasi
2) Bila ikan kembung bisandisiapkan daun ketapang kering, lalu masukkan kedalam air
media dalam wadah

5.2. Kegiatan 2
1) Kantong plastic diisi air 10 liter, diusahakan suhu air sama dengan suhu tempat
penampungan ikan, kemudian masukkan ikan
2) Kempeskan kantong plastik sampai tidak ada udara di dalamnya
3) Sisa ruang diisi dengan oksigen
4) Ikat dengan karet gelang, kemudian masukkan ke dalam sterofoam dalam posisi
ditidurkan
5) Untuk mempertahankan suhu, masukkan es batu yang sudah dibungkus plastik ke dalam
sterofoam
5.3. Tingkah Laku Ikan
No. Menit ke Tingkah laku ikan Keterangan
Ikan diam, tidak aktif, lemas, ikan
1. 00:01:30 Pemingsanan
mengeluarkan kotoran dari mulut
Minyak cengkeh
2. 00:04:23
ditambahkan ½ ml
3. 00:05:36 Ikan pingsan Pemingsanan
4. 00:00:30 Sirip mulai bergerak Dibangunkan
5. 00:01:45 Insang dan mulut mulai bergerak Dibangunkan
6. 00:03:35 Ekor mulai Dibangunkan
7. 00:04:20 Ikan mulai bergerak normal Dibungankan

Anda mungkin juga menyukai