Anda di halaman 1dari 14

Cara Pengangkutan Ikan Hidup

by aan supriatna on Monday, June 02, 2014 in Budidaya Perikanan, penyuluhan


Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu
tempat ke tempat lainnya. Tujuan utama pengangkutan adalah barang yang dibawa bisa sampai di tempat
tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak sedikitpun. Perubahan bentuk, perubahan rasa, dan ke-tidak-
lengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar tujuan itu bisa terwujud, maka alat yang digunakan
dalam pengangkutan harus cocok, yaitu alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu. Selain itu,
pengangkutan juga harus menggunakan cara yang baik. Bila keduanya tidak dilakukan, sudah pasti barang
itu tidak akan sampai dalam keadaan utuh. Keadaan itu sangat merugikan.

Pengangkutan Ikan

Seperti pengangkutan barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang sama. Namun alat,
dan cara yang digunakan dalam pengangkutan ikan berbeda dengan alat, dan cara dalam pengangkutan
buku. Karena buku benda mati yang tidak mudah rusak. Sedangkan ikan mahluk hidup yang kemungkinan
besar bisa rusak, bahkan mati.

Untuk menentukan alat dan alat pengangkutan sangat tergantung dari karakteristik, dan sifat-sifat hidup
ikan, terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pernapasannya. Jangan sampai selama
pengangkutan alat pernapasannya terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian total.

SISTEM PENGANGKUTAN IKAN


A. Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka
Mengangkut ikan ada dua sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Terbuka adalah sistem
pengangkutan ikan dimana air dalam wadah angkut kontak langsung dengan udara sebagai sumber
oksigen. Sistem ini umumnya digunakan untuk mengangkut ikan dalam jarak yang dekat, misalnya dari
kolam ke kolam dalam lokasi yang sama. Bisa juga untuk jarak jauh, dan waktu yang lama, asalkan
dilengkapi instalasi pengangkutan dan persediaan oksigen yang cukup selama pengangkutan.
Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka

B. Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup


Sedangkan tertutup adalah sistem pengangkutan ikan dimana air dalam wadah angkut tidak kontak
langsung dengan udara bebas, karena tertutup rapat oleh wadah angkut. Oksigen yang dibutuhkan oleh
ikan selama pengangkutan berasal dari tabung oksigen yang dihembuskan sebelumnya. Sistem ini bisa
digunakan, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh, baik untuk waktu yang singkat maupun untuk waktu
yang lama.

Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup

C. Faktor - Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengangkutan Ikan


Sebenarnya mengangkut ikan hampir sama dengan memelihara. Bedanya kalau memelihara wadahnya
diam, sedangkan kalau mengangkut wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat
mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan memelihara.
Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas,
diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan berbeda dengan di
kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja.

Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat
pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal
lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan kotoran.

Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama
pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikan dengan baik, maka prinsip pengakutan bisa tercipta.

Kepadatan ikan tidak boleh teralu tinggi agar tidak berdesak-desakan. Sediakan sedikit areal, atau sekitar
setengah bagian dari tubuhnya. Kepadatan dalam satu wadah sangat tergantung dari ukuran ikan. Ikan
yang berukuran kecil, jumlahnya lebih banyak dari ikan besar.
Kepadatan juga sangat tergantung dari lamanya pengangkutan. Ikan yang diangkut dalam waktu yang lebih
lama, kepadatannya harus lebih rendah, dibanding ikan yang diangkut dalam waktu yang singkat. Ini
sangat tergantung dari ketersediaan oksigen selama pengangkutan.

Kepadatan ikan dalam wadah harus diperhatikan

Waktu pengangkutan juga harus diperhatikan. Karena ikan hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu yang
melebihi ambang batas hidupnya bisa berakibat fatal. Demikian juga dengan suhu yang kurang dari
ambang batas hidupnya. Namun yang sering terjadi adalah melebihi ambang batas, karena selama
pengangkutan, suhu akan naik.
Menentukan waktu pengangkutan harus tepat. Ini berkaitan erat jarak yang akan tempuh dan lamanya
pengangkutan. Selain itu juga berkaitan erat dengan prinsip pengangkutan, yaitu bagaimana menciptakan
suasana yang nyaman bagi ikan. Waktu kapan akan terjadi suasana seperti itu.

Pengangkutan ikan diusahakan pada malam ahari agar suhu udara rendah

Tentu saja itu terjadi pada suhu rendah. Karena itu pengangkutan ikan harus dilakukan pada malam hari,
sehingga bila terjadi kenaikan suhu selama pengangkutan, kenaikan itu tidak terlalu tinggi. Bila ikan akan
diangkut selama 12 jam, maka berangkatnya harus sore hari, sehingga tiba di tempat tujuan pada malam
atau pagi hari.

Perlakuan pada ikan yang akan diangkut juga turut menentukan kesuksesan dalam menerapkan prinsip
pengangkutan ikan, baik sebelum maupun selama pengangkutan. Ini juga berkaitan erat dengan sifat ikan.
Justru inilah yang menjadi faktor terpenting dari yang lainnya, dan menjadi kiat dalam pengangkutan.
Kiat-kiat itu diantaranya :
Pertama : Ikan yang akan diangkut harus diberok dahulu. Yaitu ditampung dalam bak dengan aliran air
bersih, dan tidak diberi pakan tambahan. Tujuan pemberokan adalah untuk mengeluarkan kotoran dari
tubuh ikan. Karena ikan yang baru dipanen banyak mengandung kotorannya.

Pemberokan ikan dapat dilakukan pada kolam jaring atau bak

Bila tidak diberok, maka selama pengangkutan, ikan akan mengeluarkan kotoran, dan kotoran itu akan
menurunkan kualitas air dalam alat pengangkutan, dimana kandungan karbondioksida dan amoniak tinggi,
sedangkan kandungan oksigen rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan ikan tidak bisa hidup dengan dan
tidak bisa bernapas dengan bebas.

Kedua : ikan harus diseleksi terlebih dahulu, yaitu dilakukan pemisahan antara ikan yang berukuran besar,
sedang dan kecil. Tujuan seleksi adalah agar ukuran ikan menjadi seragam, sehingga bila diangkut tidak
terjadi persaingan yang terlalu jauh sesama ikan yang diangkut.

Keterangan : a) Alat grading/seleksi ikan, b) Penyeleksian ikan

Persaingan itu berupa persaingan dalam memperebutkan tempat, dimana ikan yang besar bisa menyisihkan
ikan yang kecil. Keadaan ini bisa menyebabkan ikan kecil mati. Persaingan juga bisa berupa persaingan
dalam mendapatkan oksigen, dimana ikan besar dapat menggunakan oksigen lebih banyak dari ikan kecil.

Ketiga : ikan harus ditreatmen, atau disucihamakan terlebih dahulu, yaitu dengan cara merendam dalam
obat tertentu, contoh Kalium Permanganat (PK), dengan dosis tertertu dan dalam waktu, atau lamanya
tertentu pula. (lihat teknik mengobati penyakit ikan).
Kalium Permanganat (PK)

Tujuan treatmen adalah agar ikan-ikan yang akan diangkut terbebas dari segala penyakit. Ikan yang sakit
bisa terobati, dan ikan yang sehat bisa dicegah agar tidak terserang penyakit. Penyakit bisa menjadi
penyebab kematian dalam pengangkutan. Selain itu, bisa menjadi penyebab tersebarnya satu penyakit dari
satu daerah ke daerah lain.

Sumber : Dari berbagai sumber


Cara ke dua

Teknik Pengangkutan Ikan Hidup

Secara garis besar, transpotasi/pengangkutan ikan dibedakan menjadi 2


sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
a. Sistem terbuka
Yaitu pengangkutan ikan yang menggunakan wadah terbuka. Seperti jerigen,
drum, bak fiber, dan lainnya. Namun tetap pada kepadatan yang terukur sehingga
ikan yang diangut tetap aman, tidak rusak. Pengangkutan sistem terbuka ini lebih
cocok pada jenis ikan seperti lele, gurami ataupun patin. Karena jenis ikan ini
mampu mengambil oksigen langsung dari udara dan juga pengangkutan sistem
terbuka ini cocok juga untuk mengangkut induk ikan atau ikan yang berukuran
besar, namun bila ikan tersebut bukan ikan labirin, maka sebaiknya menggunakan
fiber atau bak besar dan ditambah dengan aerasi ataupun oksigen.
Pengangkutan sistem terbuka ini mungkin lebih cocok untuk pengangkutan
ikan jarak dekat, tetapi apabila menggunakan angkutan umum seperti bus, pesawat,
dan lainnya tidak cocok.
b. Sistem pengangkutan ikan tertutup
Yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan kantong plastik yang ditambah
oksigen. Keadaan ini memang dalam kondisi yang benar-benar tertutup atau tidak
bocor. Kalau terjadi bocor atau gembos, maka air beserta oksigen akan keluar. Dan
ini sangat membahayakan bagi ikan yang diangkut. Bahkan bisa menyebabkan
kematian. Biasanya penyebab kebocoran antara lain cara mengikat , yang salah
sehingga mudah lepas plastiknya, ataupun penyebab ain seperti terkena benda
runcing ataupun mungkin kerikil dan bebatuan. Biasanya pada saat sebelum
dipacking karena penempatan kantong plastik yang alah sehingga mudah
bocor. Jadi pastikan bahwa ikan yang di dalam plastik tidak bocor baik yang
diakibatkan oleh ikan itu sendiri, maupun benda lainnya. Sehingga keselamatan
terjamin.
Persiapan ikan sebelum diangkut:
Setelah ikan ditangkap, tentunya dengan cara penangkapan yang baik. Artinya
ikan tidak luka ataupun lecet, maka langkah selanjutnya yaitu ikan ditampung dalam
bak penampungan. Dan dalam bak ini, alirkan air secukupnya, sehingga oksigen
tetap mencukupi kebutuhan. Selama ikan ditampung ini, disebut dengan istilah
pemberokan.sedangkan tujuan dari hal ini yaitu untuk melaparkan ikan. Sehingga
ikan yang diangkut kondisi perut kosong, diharapkan pada saat pengangkutan nanti,
ikan tidak banyak mengeluarkan otoran. Dan apabila hal ini terjadi akan sangat
beresiko untuk ikan tersebut. Pemberokan ini dilakukan selama minimal satu hari
satu malam. Sehingga dengan hal ini ikan benar-benar siap untuk diangkut.
Cara pengangkutan ikan sistem tertutup:
Pengangkutan ikan dengan sistem ini, lebih cocok pada ukuran benih. Plastik
yang digunakan bisa menggunakan plastik ukuran 5 kg, 10 kg. Tingkat ketebalan
0,002-0,005 mm. Tergantung pada jenis dan ukuran ikan yang diangkut. Plastik
didobel agar tidak mudah lepas klem plastiknya, bila perlu rangkap 3. Setelah itu
lakukan pengisian air dengan menggunakan air bersih kira-kira tiap kantong 5-10
liter air. Dimana nantinya setengah bagian kantong plastik berisi ikan dan air, dan
setengah bagian yang lain berisi oksigen.
Tingkat kepadatan ikan dalam kantong plastik sangat dipengaruhi oleh ukuran,
jenis ikan maupun jarak tempuhnya. Juga besar kecilnya plastik.
contoh pengangkutan ikan menggunakan plastik ukuran 10 kg dengan ketebalan
0,005 mm

No Jarak tempuh Jumlah ikan Ukuran ikan


1 2-3 jam perjalanan 2 kg (500 ekor) 5-7 cm
2 -+ 5 jam 1,5 kg (300 ekor) 5-7 cm
3 <= 10 Jam 0,75 kg (200-250 5-7 cm
ekor)
4 >12 jam 1,5 kg (200 ekor ) 5-7 cm

Setelah kantong plastik diisi air,maka masukkan ikan ke dalam plastik sesuai
kepadatan dn jarak tempuh ikan sampai ke lokasi. Langkah selanjutnya keluarkan
udara yang ada di dalanm kantong plastik dengan cara pegang plastik lalu tekan
sampai permukaan air seghingga udara keluar dari plastik semuanya. Lakukan
pengisian O2 ke dalam plastik dengan cara emutar tabung oksigen sesuai dengan
kebutuhan. Setelah itu, putar platik tersebut agar oksigen tidak lepas. Dan ikan
dengan karet gelang yang kuat sehingga tidak mudah lepas dan gembos. Untuk
pegangkutan jarak dekat, di bawah 2 jam misalnya, masukkan kantong plastik
bersama ikan tersebut ke dalam bagor/zak plastik dan ikan dengan rafia. Untuk
pengangkutan dengan menggunakan angkutan umum akan lebih aman kalau
kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam stereoform, sehingga plastik tidak
mudah bocor.
Selamat mencoba..:)
Cara 3

TRANSPORTASI IKAN HIDUP


Oleh: Rinto
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata
rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh
ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan
dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya,
pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan
selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam
jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi
pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-
perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan
menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air
atau sistem kering.
A. PENGANGKUTAN SISTEM BASAH
Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan)
terbagi menjadi dua, yaitu :
(1). Sistem Terbuka
Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus
menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan.
Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat
ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama
pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.

(2). Sistem Tertutup


Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara
terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah
dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas
ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986).
(1). Kualitas Ikan
Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang
kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu
pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.

(2). Oksigen
Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan
terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil metabolisme
seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh
ikan selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi
ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan
O2 meningkatikan akan mengkonsumsi O2 pada kondisi stabil dan ketika kadar
O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi
kadar O2 yang tinggi.

(3). Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk
transportasi ikan adalah 6 – 8 0C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 –
20 0 untuk ikan di daerah tropis.

(4). Nilai pH, CO2, dan amonia


Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan
amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama
transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8.
Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat
digunakan larutan bufer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak
merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme perairan,
permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri
atau rumah tangga.

(5). Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi


Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih
dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan
perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil
perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi
oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi.
Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan selalu berusaha
melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah dan oksigen tidak
memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai alternatif pengganti
energi yang digunakan.

Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah


selalu terbentuk buih yang disebabkan banyaknya lendir dan kotoran ikan yang
dikeluarkan. Kematian diduga karena pada saat diangkut, walaupun sudah diberok
selama satu hari, isi perut masih ada. Sehingga pada saat diangkut masih ada kotoran
yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air
cukup tinggi, yaitu 1 : 3 atau 1 : 4 bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri
untuk dapat meningkatkan volume ikan yang diangkut.

B. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)


Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air,
Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah
sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan,
terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya
sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar .
Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif
meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan
(pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkan suhu
rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan
metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut,
oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup
saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih
mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap .

PEMINGSANAN IKAN
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf
pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan
rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan
berarti sistem saraf kurang berfungsi ..
Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu
rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus
listrik.
1. Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah .
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu
q penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang
bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan.
 Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan

secara bertahap sampai ikan pingsan.

2. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)


Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah :

No BAHAN DOSIS
1 MS-222 0.05 mg / l
2 Novacaine 50 mg / kg berat ikan
3 Barbitas sodium 50 mg / kg berat ikan
4 Ammobarbital sodium 85 mg / kg berat ikan
5 Methyl paraphynol (dormisol) 30 mg / l
6 Tertiary amyl alcohol 30 mg / l
7 Choral hydrate 3-3.5 g lt
8 Urethane 100 mg / l
9 Hydroksi quinaldine 1 mg / l
10 Thiouracil 10 mg / l
11 Quinaldine 0.025 mg / l
12 2-Thenoxy ethanol 30 – 40 ml / 100 lt
13 Sodium ammital 52 – 172 mg / l

Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan zat caulerpin dan caulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput
laut Caulerpa sp.
Pembiusan ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu :
1 Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang,
sehingga ikan lebih mudah ditangani.
2. Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang
dari 10 menit.
3. Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran

Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :


1. Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme
2. Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius
ke dalam darah.
3. Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan
distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan
lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air
dan lemak.

3. Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik


Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai
daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan
tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.

PENGEMASAN
Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Menurut
Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup
adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk
menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki
fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga
lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan
kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.
Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk
gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan
karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji
atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari
bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo
(1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena
memiliki karakteristik, yaitu :
 Berongga

 Mempunyai kapasitas dingin yang memada

 Tidak beracun, dan

 Memberikan RH tinggi.

Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media
lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu
mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa
beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir
dan bau basi selama digunakan

Anda mungkin juga menyukai