Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ KEBERAGAMAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAMBI’’


Disusun untuk memenuhi tugas E-learning Pertemuan 1

Mata Kuliah :KEWARGANEGARAAN


Dosen Pengampu : JAYANTI APRI EMARAWATI, SH., M.M

Oleh :

Fadhlan Bariqi
2044190015

JURUSAN INFORMATIKA S-1


FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-NYA kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Tugas Makalah ini yang
berjudul “Keberagaman dan Kebudayaan Provinsi Jambi“.
Makalah ini berisi tentang pembahasan judul di atas sehingga dapat menambah
wawasasan ilmu pengetahuan untuk pembaca dan khususnya saya . Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan untuk hasil yang lebih baik.
Dengan demikian saya harapkan Makalah Ini dapat berguna bagi para pembaca,
akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 13 Maret 2021

Fadhlan Bariqi
DAFTAR ISI
JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Jambi pada Zaman Kerajaan
B. Suku Melayu dan Masyarakat Jambi
A. Suku Melayu Jambi
B. Masyarakat Melayu Jambi
C. Bahasa
C. Pemerintahan Jambi
D. Adat dan Kebudayaan Jambi
A. Rumah Adat
B. Tradisi
C. Pakaian Adat
C. Kuliner Khas Jambi
D. Kesenian
E. Tempat Wisata
A. Tempat Wisata Alam
B. Tempat Wisata Buatan
F. Potensi Ekonomi / Sumber Daya Alam

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jambi (Jawi: ‫ )جامبي‬adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di
bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi adalah nama provinsi di Indonesia yang ibu kotanya
bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, dan Gorontalo.
Asal nama
Ada beberapa versi tentang asal usul nama Jambi.
Yang pertama, nama Jambi muncul sejak daerah yang berada di pinggiran Sungai
Batanghari ini dikendalikan oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak,
yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton
dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama
ratunya “Pinang Masak”, maka kerajaan tersebut dikenal dengan Kerajaan Melayu
Jambe. Lambat laun rakyat setempat umumnya menyebut “Jambi”.
Versi kedua, kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan
kerajaan baru, pohon pinang banyak tumbuh di sepanjang aliran Sungai Batanghari,
sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Versi yang ketiga, berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de
Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar atau
pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa,
seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu,
sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan
Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani
berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada
waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar
ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua
peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan
Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi
secara akrab.
Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin
berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan
Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada
masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab:, yang secara harfiah berarti ’sisi’
atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.
Kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah
Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang
diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam inilah akhirnya
disebut “Jambi”.
Menurut teks Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja yang
bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibu kota kerajaan hingga ke laut,
dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam inilah yang kemudian
menjadi asal kata Jambi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas timbul beberapa pokok permasalahan yang berkaitan dengan
Keberagaman dan Kebudayaan Jambi, yaitu :
1. Bagaimana sejarah Jambi pada zaman kerajaan ?
2. Bagaimana pemerintahan jambi saat ini ?
3. Bagaimana adat istiadat Provinsi Jambi?
4. Bagaimana sumber daya alam Jambi?
5. Bagaimana wisata dan kuliner Jambi ?

C. Tujuan Pembahasan

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah sistem & teknologi informasi, tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah Jambi
2. Untuk mengetahui bentuk pemerintahan Jambi
3. Untuk mengetahui bagaimana keberagaman adat istiadat budaya Jambi
4. Untuk mengetahui tempat wisata dan kuliner jambi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Jambi pada Zaman Kerajaan

Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering
disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti
bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi, yang mereka sebut
dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi,
yaitu Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring
perkembangan sejarah, kerajaan-kerajan ini lenyap tanpa banyak meninggalkan jejak
sejarah.
Dalam sejarah kerajaan di Nusantara wilayah Minanga Kamwa (nama Minang Kabah
Kuno 1 M) adalah tanah asal pendiri Kerajaan Melayu dan Sriwijaya dari wilayah
Minanga Kamwa inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara, baik sekarang yg berada di
Malaysia, Brunei dan Indonesia di negeri Jambi ini pernah dikuasai oleh beberapa
kekuatan besar, mulai dari Sriwijaya, Singosari, Majapahit, Malaka hingga Johor-Riau.
Terkenal dan selalu menjadi rebutan merupakan tanda bahwa Jambi sangat penting
pada masa dulu.
Setelah Koying, Tupo dan Kantoli runtuh, kemudian berdiri Kerajaan Melayu Jambi.
Berita tertua mengenai kerajaan ini berasal dari T’ang-hui-yao yang disusun oleh Wang-
p’u pada tahun 961 M, di masa pemerintahan Dinasti Tang dan Hsin T’ang Shu yang
disusun pada awal abad ke-7, M di masa pemerintahan dinasti Sung.Diperkirakan,
Kerajaan Melayu Jambi telah berdiri sekitar tahun 644/645 M, lebih awal sekitar 25
tahun dari Sriwijaya yang berdiri tahun 670. Harus diakui bahwa, sejarah tentang Melayu
Kuno ini masih gelap. Sampai sekarang, data utamanya masih didasarkan pada berita-
berita dari negeri Cina, yang terkadang sulit sekali ditafsirkan.
Namun, dibandingkan daerah lainnya di Sumatra, data arkeologis yang ditemukan di
Jambi merupakan yang terlengkap. Data-data arkeologis tersebut terutama berasal dari
abad ke-9 hingga 14 M. Untuk keluar dari kegelapan sejarah tersebut, maka, sejarah
mengenai Kerajaan Melayu Jambi berikut ini akan lebih terfokus pada fase pasca abad
ke-9, terutama ketika Aditywarman mendirikan Kerajaan Swarnabhumi di daerah ini
pada pertengahan abad ke-14 M.Ketika Sriwijaya berdiri, Kerajaan Melayu Jambi
menjadi daerah taklukannya. Kemudian, ketika Sriwijaya runtuh akibat serangan
Kerajaan Cola dari India pada tahun 1025 M, para bangsawan Sriwijaya banyak yang
melarikan diri ke hulu Sungai Batang Hari, dan bergabung dengan Kerajaan Melayu yang
memang sudah lebih dulu berdiri, tetapi saat itu menjadi daerah taklukannya. Lebih
kurang setengah abad kemudian, sekitar tahun 1088 M, keadaan berbalik, Kerajaan
Melayu Jambi menaklukkan Sriwijaya yang memang sudah di ambang kehancuran.
Kerajaan Melayu Jambi mulai berkembang lagi, saat itu, namanya adalah
Dharmasraya. Sayang sekali, hanya sedikit catatan sejarah mengenai Dharmasraya ini.
Rajanya yang bernama Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297) menikah
dengan Puti Reno Mandi. Dari pernikahan ini, kemudian lahir dua orang putri: Dara
Jingga dan Dara Petak Menjelang akhir abad ke-13, Wangsa Kartanegara Dari Kerajaan
Singhasari, mengirim dua kali ekspedisi, yang kemudian dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu I dan II. Dalam ekspedisi pertama, Kartanegara berhasil menaklukkan Kerajaan
Melayu dan Sriwijaya yang memang sudah lemah. Berdasarkan Babad Jawa versi
Mangkunegaran disebutkan bahwa, Kartanegara menaklukkan Jambi pada tahun 1275
M.
Pada tahun 1286 M, Kartanegara mengirimkan sebuah arca Amogapacha ke Kerajaan
Dharmasraya. Raja dan rakyat Dharmasraya sangat gembira menerima persembahan
dari Kartanegara ini. Sebagai tanda terima kasih Raja Dharmasraya pada Prabu
Kartanegara, ia kemudian mengirimkan dua orang putrinya, Dara Jingga dan Dara Petak
untuk dibawa ke Singosari.Dara Jingga kemudian menikah dengan Mahesa Anabrang
dan melahirkan Aditywarman. Ketika utusan Kartanegara ini kembali ke tanah Jawa,
mereka mendapatkan Kerajaan Singosari telah hancur akibat serangan dari Kubilai Khan
dari Dinasti Yuan yang dibantu Raden Wijaya.Raden Wijaya kemudian menyerang balik
pasukan Kubilai Khan dan mengklaim seluruh wilayah kerajaan Singhasari, dan
mendirikan Kerajaan Majapahit. Dara Petak kemudian dipersembahkan kepada Raden
Wijaya untuk diperistri. Dari perkawinan ini, kemudian lahir Raden Kalagemet.
Ketika Kalagemet menjadi Raja Majapahit menggantikan ayahnya, ia memakai gelar
Sri Jayanegara. Demikianlah, keturunan Dara Petak menjadi Raja, sementara keturunan
Dara Jingga, yaitu Aditywarman, menjadi salah seorang pejabat di istana Majapahit.
Hingga suatu ketika, tahun 1340 M, Adityawarman dikirim kembali ke Sumatra, negeri
leluhurnya, untuk mengurus daerah taklukan Majapahit, Dharmasraya. Namun,
sesampainya di Sumatra, ia bukannya menjaga keutuhan wilayah taklukan Majapahit,
malah kemudian berusaha untuk melepaskan diri dan mendirikan Kerajaan
Swarnabhumi. Wilayahnya adalah daerah warisan Dharmasraya, meliputi wilayah
Kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya.
Dengan ini, berarti eksistensi Dharmasraya telah diteruskan oleh kerajaan baru:
Swarnabhumi. Pusat kerajaan diperkirakan berada di wilayah Jambi saat ini. Dalam
perkembangannya, pusat kerajaan yang dipimpin Adityawarman ini kemudian berpindah
ke Pagaruyung, hingga nama kerajaannya kemudian berubah menjadi Kerajaan
Pagaruyung, atau dikenal juga dengan Kerajaan Minangkabau. Akibat perpindahan pusat
kerajaan ini, Jambi kemudian menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan
Pagaruyung (Minangkabau). Kejadian ini terjadi sekitar pertengahan abad ke-14.
Ketika Kerajaan Malaka muncul sebagai kekuatan baru di perairan Malaka pada awal
abad ke-15, Jambi menjadi bagian wilayah kerajaan ini. Saat itu, Jambi merupakan salah
satu bandar dagang yang ramai. Hingga keruntuhan Malaka pada tahun 1511 M di
tangan Portugis, Jambi masih menjadi bagian dari Malaka. Tak lama kemudian, muncul
Kerajaan Johor-Riau di perairan Malaka sebagai ahli waris Kerajaan Malaka. Lagi-lagi,
Jambi menjadi bagian dari kerajaan yang baru berdiri ini. Jambi memainkan peranan
yang sangat penting dalam membantu Johor berperang melawan Portugis di Malaka.
Kemudian, memanfaatkan situasi yang sedang tidak stabil di Johor akibat berperang
dengan Portugis, Jambi mencoba untuk melepaskan diri. Dalam usaha untuk melepaskan
diri ini, sejak tahun 1666 hingga 1673 M, telah terjadi beberapa kali peperangan antara
Jambi melawan Johor. Dalam beberapa kali pertempuran tersebut, angkatan perang
Jambi selalu mendapat kemenangan. Bahkan, Jambi berhasil menghancurkan ibu kota
Johor, Batu Sawar. Jambi terbebas dari kekuasaan Johor. Namun, ini ternyata tidak
berlangsung lama. Johor kemudian meminta bantuan orang-orang Bugis untuk
mengalahkan Jambi. Akhirnya, atas bantuan orang-orang Bugis, Jambi berhasil
dikalahkan Johor.

B. Suku Melayu dan Masyarakat Jambi

A. Suku Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi (Jawi: ‫ )ماليو جامب‬merupakan suku yang berasal dari Jambi.[1]
Mereka mendiami wilayah Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Tebo.[1] Dusun-dusun mereka saling
berjauhan dengan rumah-rumah yang dibangun di pinggiran sungai besar atau sungai
kecil.
Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering
disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti
bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi khususnya Suku Melayu
Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga
kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan
Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan sejarah, kerajaan-kerajan ini lenyap tanpa
banyak meninggalkan jejak sejarah.
Dalam sejarah kerajaan di Nusantara Jambi dulu adalah wilayah Minanga Kamwa
(nama Minang Kabau Kuno 1 M) adalah tanah asal pendiri Kerajaan Melayu dan
Sriwijaya dari wilayah Minanga Kamwa inilah banyak lahir raja-raja di Nusantara, baik
sekarang yang berada di Malaysia, Brunei dan Indonesia di negeri Jambi ini pernah
dikuasai oleh beberapa kekuatan besar, mulai dari Sriwijaya, Singosari, Majapahit,
Malaka hingga Johor-Riau. Terkenal dan selalu menjadi rebutan merupakan tanda
bahwa Jambi sangat penting pada masa lalu. Bahkan, berdasarkan temuan beberapa
benda purbakala, Jambi pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.
B. Masyarakat Melayu Jambi

Kehidupan orang Melayu Jambi sekarang masih dapat dilihat dari


pengelompokan suku atau kalbu, yaitu pengelompokan sosial yang erat hubungannya
dengan Kesultanan Jambi dulu. Jumlah kalbu yang masih tersisa ada dua belas, yaitu
Jebus, Pemayung, Maro Sebo, Awin, Petajin, Suku Tujuh Koto, Mentong, Panagan,
Serdadu, Kebalen, Aur Hitam dan Pinokowan Tengah.
Lingkungan kesatuan hidup setempatnya yang terkecil disebut dusun, sekarang setingkat
dengan desa. Setiap dusun mempunyai nama berdasarkan ciri-ciri fisiknya. Ada dusun
yang bernama Teluk Leban, karena terletak di teluk yang ditumbuhi pohon kayu leban.
Ada yang dinamakan Rantau Panjang karena terletak di sebuah rantau (daratan) yang
panjang. Pemimpinnya disebut penghulu dusun. Selanjutnya masing-masing dusun
dikendalikan oleh marga yang dipimpin oleh seorang pesirah. Marga adalah wilayah adat
dari orang-orang yang merasa masih satu asal nenek moyang, atau karena adanya ikatan
persekutuan kekerabatan pada masa dulu.
Dalam masyarakat Suku Melayu Jambi masih tampak sisa-sisa pelapisan sosial lama,
ditandai oleh adanya golongan bangsawan yang berasal dari keturunan raja-raja zaman
dulu, yaitu mereka yang bergelar Raden, Sayid, atau Kemas. Golongan menengah
adalah para saudagar besar, pemilik perkebunan. Rakyat banyak biasanya menyebut diri
orang Kecik (orang kecil). Sistem pelapisan sosial seperti ini semakin lama makin
berubah. Orang Melayu Jambi hidup dalam rumah tangga keluarga inti monogami
dengan prinsip garis keturunan yang bilateral. Pilihan jodoh cenderung untuk endogami
dusun.
C. Bahasa

Suku Melayu Jambi dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar menggunakan


Bahasa Melayu Jambi atau masyarakat jambi sering menyebut dengan Baso Jambi, yang
masih satu rumpun dengan bahasa melayu lainnya di nusantara yakni rumpun bahasa
Austronesia, bahasa melayu jambi sendiri terkenal dengan dialek "O" nya mirip dengan
Bahasa Melayu Palembang dan Bahasa Bengkulu yang sama-sama berdialek "O".
bahasa Jambi memiliki beberapa bahasa turunan seperti bahasa Melayu Kuala Tungkal
(berakhiran e), bahasa Kubu/Rimba (Suku Anak Dalam) dan bahasa Kerinci. Bahasa-
bahasa tersebut masih terbagi lagi atas berbagai dialek. Di kota Bangko sendiri terdapat
beberapa dialek bahasa Bangko. Berbeda desa bisa berbeda dialek.
Contoh kata dalam bahasa Melayu Jambi:

Saya (dalam Bahasa Indonesia) menjadi Sayo (dalam bahasa Melayu Jambi)

Kemana (dalam Bahasa Indonesia) Menjadi Kemano (dalam Bahasa Melayu Jambi)

Apa (dalam Bahasa Indonesia) menjadi Apo (dalam Bahasa Melayu Jambi)

Angka Dalam Bahasa Melayu Jambi:


Satu = Sikok
Dua = Duo
Tiga = Tigo
Empat = Empat
Lima = Limo
Enam = Enam
Tujuh = Tojo
Delapan = Lapan
Sembilan = Sembilan
Sepuluh = Sepolo dan seterusnya

C. Pemerintahan Jambi

Sejak berdiri sendiri sebagai provinsi pada tahun 1957, Provinsi Jambi telah dipimpin
oleh 12 gubernur atau pejabat gubernur. Gubernur pertama Jambi adalah M Joesoef
Singedekane yang menjabat dari tahun 1957–1967.
Gubernur atau pejabat gubernur Jambi selanjutnya adalah H Abdul Manap (Pejabat
Gubernur 1967–1968), RM Noer Atmadibrata (1968–974), Djamaluddin Tambunan
(1974–1979), Edy Sabara (Pejabat Gubernur 1979), Masjchun Sofwan (1979–1978), H
Abdurrahman Sayoeti (1989–1999).
Selanjutnya, Zulkifli Nurdin (1999–2010), Hasan Basri Agus (Gubernur 2010–2015), H
Irman (Pejabat Gubernur 2015–2016), Zumi Zola Zulkifli (Gubernur 2016–2019), dan H
Fachrori Umar (2019–sekarang).
Gubernur Jambi saat ini dijabat oleh H Fachrori Umar (sebelumnya Wakil Gubernur),
menggantikan Zumi Zola Zulkifli yang terjerat kasus hukum pada tahun 2018.
Pembentukan kabupaten dan kota dalam Provinsi Jambi terjadi sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1956 dengan Daerah Swantantra Tingkat II Batanghari, Merangin,
Kerinci, dan Kotapraja Jambi. Kemudian terjadi pemekaran kabupaten dan kota pada
tahun 1965 dengan pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Tanjung
Jabung.
Pada tahun 1999, melalui Undang-Undang Nomor 54 tahun 1999 dibentuk
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur. Terakhir melalui Undang-Undang Nomor 25 tahun 2008 dibentuk Kota Sungai
Penuh. Sampai tahun 2010, secara administratif, Provinsi Jambi menjadi 9 kabupaten
dan 2 kota.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara keseluruhan di kabupaten/kota dan Provinsi
Jambi pada 2019 berjumlah 64.235 orang yang terdiri dari 29.140 orang laki-laki dan
35.095 orang perempuan. Untuk PNS di tingkat Provinsi berjumlah 11.631 orang.

D. Adat dan Kebudayaan Jambi

A. Rumah Adat

1. Rumah Adat Jambi Panggung Kajang Leko

Jambi merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera. Kota Jambi terbentuk
ketika Kerajaan Melayu Jambi berdiri sekitar abad XVII. Terletak di sekitar tepian Sungai
Batanghari, Jambi dibentuk dari berbagai kebudayaan yang berasal dari berbagai etnik,
strata sosial, ekonomi, dll yang dapat dilihat dari bangunan dan suasana tepi sungai.
Pada tahun 70an, Gubernur Jambi pernah mengadakan sayembara "Sepucuk
Jambi Sembilan Rumah" untuk mencari rumah adat yang menjadi jati diri daerah Jambi.
Dari hasil Sayembara tersebut, yang dipilih dan dijadikan sebagai rumah adat jambi
adalah Rumah Panggung Kajang Leko.
Rumah Panggung Kajang Leko merupakan konsep arsitektur dari Marga Bathin.
Hingga sekarang orang Bathin tetap mempertahankan adat istiadat yang ditinggalkan
oleh pendahulu mereka, bahkan peninggalan Kajang Leko pun masih dapat dinikmati
keindahannya dan masih dipergunakan hingga kini. Salah satu perkampungan Bathin
yang masih utuh hingga sekarang adalah Kampung Lamo di Rantau Panjang.
Rumah Panggung Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran
kurang lebih 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi & seni
ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan "gajah mabuk" diambil dari cerita
nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut
dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan "jerambah" atau "lipat
kajang" dengan atap bagian atas dinamakan kasau, terbuat dari anyaman ijuk yang
dilipat dua untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.
Pada langit-langit rumah terdapat pemisah/pembatas yang dinamai "tebar layar"
yang berfungsi untuk menahan rembesan tepias air hujan. Ruang diantara layar tebar
dan atap biasanya difungsikan untuk menyimpan peralatan. sedangkan di bagian tepi,
dinding rumah terbuat dari kayu yang dihiasi dengan ukiran.
Pintu rumah kajang leko ada tiga macam yaitu: pintu tegak, pintu masidinding, dan pintu
balik melintang.
Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6
tiang palamban.
Rumah Panggung Kajang Leko adalah salah satu bentuk pengejawantahan cita rasa seni,
budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan,
fungsi ruangan, seni ukiran, dll

2. Rumah Tuo Rantau Panjang

Selain Rumah Adat Kajang Leko, di Jambi juga terdapat rumah adat Merangin yang
dikenal dengan sebutan Rumah Tuo Rantau Panjang. Rumah adat ini berada di Desa
Rantau Panjang, Kabupaten Merangin yang merupakan tempat tinggal Suku Batin.
Di wilayah ini terdapat sekitar 80 buah bangunan rumah adat yang masih berdiri
dengan kokoh dengan bentuk rumah panggung dan konstruksi bangunan yang unik.
Rumah adat ini terbuat dari material kayu dengan beberapa tiang penyangga dan
usianya diperkirakan kurang lebih 500 tahun.
Rumah adat ini memiliki ciri khas berbentuk memanjang ke arah samping dengan
dilengkapi tangga, pintu, dan juga beberapa buah jendela dengan ukuran yang cukup
besar. Atapnya berbentuk segitiga memanjang dengan rangka susun yang menyilang.
Meskipun rumoh tuo rantau panjang pada zaman dulu menggunakan atap ijuk, namun
banyak juga yang kemudian menggunakan atap seng karena bahan ijuk yang semakin
sulit dicari.
Ukuran pintu masuk yang tingginya hanya sekitar 89 cm menjadi ciri khas tersendiri
sehingga tamu yang datang harus menunduk ketika memasuki rumah. Pintu ini menjadi
simbol tata krama dan kesopanan yang masih terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat.
Setidaknya ada 11 pintu pada rumah adat ini dengan ukuran yang berbeda-beda.
Pada bagian selatan rumah terdapat 4 pintu, yaitu pintu kamar, pintu ruang baliak
mendalam, pintu gedang, dan pintu dapur. Sementara pada bagian utara terdapat 5
pintu, yaitu satu pintu masuk dan 4 pintu gedang. Sedangkan pada bagian barat terdapat
1 pintu dapur dan di bagian pintu juga terdapat 1 pintu yang letaknya berada di dapur
juga.
Ruang pertemuan pada rumah adat ini masih terbagi menjadi tiga bagian dengan
sekat pemisah berukuran 10 cm. Pada lantai yang agak tinggi terdapat Balai Melintang
yang diperuntukkan bagai Ninik Mamak, cerdik pandai, dan juga ulama. Sementara
lantai tengah digunakan untuk keluarga dan lantai lorong menuju ke ruangan
diperuntukkan bagi para pekerja.
Rumah adat ini memiliki keunikan tersendiri karena menggunakan kayu sendi
sebagai bantalan tiang penyangga. Hal ini menjadikan rumah ini relatif aman dan tahan
gempa. Selain itu, rumah yang mampu bertahan hingga ratusan tahun ini ternyata
diolesi dengan getah pohon ipuh setiap lima tahun sekali sehingga tetap awet.
Rumoh Tuo Rantau Panjang bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja,
rumah adat ini juga menjadi museum dengan berbagai koleksi benda tradisional di
dalamnya. Pada bagian dinding dan penyangga rumah terdapat berbagai hiasan
ornamen berupa ukiran dengan motif-motif yang sarat akan makna filosofi.

B. Tradisi

1. Tradisi Berburu Sumbun

Sumbun merupakan sejenis kerang yang menjadi makanan favorit bagi masyarakatSuku
Duano di Jambi. Kebiasaan menangkap kerang jenis itu menjadi kegiatan rutin yang
diadakan setiap tahun.
Bahkan, tradisi ini dijadikan sebagai festival tahunan dengan diberi nama Festival
Kampung Laut oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Festival ini bertujuan
untuk melestarikan budaya dan juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
2. Tradisi Maanta

Tradisi ini merupakan kegiatan mengantarkan rantang yang berisi makanan ke rumah
sanak saudara. Hal yang membuat tradisi unik ialah sang penerima rantang akan
mengembalikan rantang tersebut yang sudah diisi jenis makanan yang sama.
Tradisi ini sendiri mempunyai makna yang cukup dalam, yaitu mempererat silaturahmi
dengan sanak saudara dan lebih mengenal silsilah keluarga. Biasanya rantang paling
bawah berisi nasi. Lalu dari rantang selanjutnya ke rantang paling atas berisi, dengan
urutan sayur-sayuran atau opor, keu basah, dan kue kering.

3. Tradisi Malam Berinai

Sebelum melakukan pernikahan, masyarakat di Jambi biasanya mengadakan upacara


adat Malam Berinai di malam sebelum ijab kabul. Calon mempelai akan diberi inai atau
dikenal dengan pewarna kuku.
Setelah itu, terdapat pertunjukan Tari Inai yang merupakan acara pokok dari upacara
adat ini. Bagi masyarakat setempat, Tari Inai merupakan simbolisasi untuk menjaga
calon mempelai wanita dari gangguan manusia ataupun makhluk halus.

4. Tradisi Makan Kelung

Di Desa Mendahara Ilir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, terdapat sebuah tradisi
yang unik yang dikenal dengan istilah "Makan Kelung". Namun, tradisi ini hanya
dilakukan pada saat tertentu saja, yaitu pada saat ada anggota keluarga yang mengidap
penyakit aneh.
Tradisi ini diawali dengan penyediaan sesaji oleh para wanita yang dianggap suci, yaitu
wanita yang sedang tidak haid. Setelah itu, orang yang sakit tersebut akan dimasukkan
ke dalam sebuah kamar untuk melakukan prosesi-prosesi tertentu.

5. Tradisi Kenduri Sko

Upacara adat Kenduri Sko merupakan upacara pemberian gelar terhadap seseorang
yang dianggap layak menyandang gelar Depati atau Permeti. Uniknya, untuk
mengundang para tamunya, para penyelenggara menggunakan bendera sebagai tanda
bahwa sang penerima diundang dalam upacara tersebut. Puncak dari upacara ini ialah
saat setiap lurah mengeluarkan semua pusaka dalam sesi penobatan gelar.
6. Tradisi Kumau

Tradisi Kumau merupakan sebuah upacara adat yang biasanya dilakukan oleh para
petani. Upacara adat ini dilakukan setahu sekali saat akan memulai kegiatan pertanian.
Dalam upacara adat ini, terdapat beberapa tahap, yaitu mulai dari Ngapak Jambe atau
membuka lahan, menyiram benih dengan air, Nyambau Beneih atau menabur benih,
dan memasang pupuh.

C. Pakaian Adat

A. Pakaian Adat Wanita Jambi

• Baju Kurung Tanggung


Baju Kurung Tanggung yang dikenakan kaum wanita Jambi adalah salah satu bentuk
pengaruh budaya Melayu. Baju adat ini terbuat dari kain beludru berwarna merah, baju
kurung asli Jambi biasanya memiliki hiasan berupa sulaman benang emas.
Pakaian ini disebut Baju Kurung Tanggung karena panjang lengannya tanggung, yakni di
bawah siku tapi tidak sampai menutupi pergelangan tangan.
Sementara untuk bagian bawahnya, wanita Jambi mengenakan kain songket yang
juga berwarna merah dan dikenakan seperti rok panjang. Kain songket ini terbuat dari
bahan benang sutra. Motif kain khas Jambi adalah bunga melati, pucuk rebung, dan bunga
tagapo atau bunga bertabur.
Sebagai aksesoris, wanita Jambi tak lupa mengenakan selendang, ikat pinggang, dan
aksesoris yang menutupi dada bernama Teratai Dada. Untuk alas kaki, mereka memakai
selop berujung runcing dan biasanya berwarna merah.

• Teratai Dada

Teratai dada adalah aksesoris yang dikenakan wanita Jambi untuk menutupi bagian dada.
Jika dilihat sekilas, Teratai Dada tampak seperti bagian dari Baju Kurung Tanggung karena
seperti menyatu dengan pakaian, tetapi sebenarnya merupakan dua bagian yang terpisah.
Selain berfungsi untuk mempercantik penampilan perempuan Jambi secara keseluruhan,
Teratai Dada juga bisa digunakan untuk menyamarkan lekuk tubuh wanita. Aksesoris ini
biasanya berwarna dasar merah dengan manik-manik berwarna emas.
Teratai Dada sangat cocok dikenakan dengan Baju Kurung Tanggung, terutama saat acara
pernikahan, sehingga membuat penampilan mempelai wanita menjadi elegan.
• Telukuk

biasa disebut dengan Kuluk. Telukuk atau Kuluk adalah penutup kepala asal Melayu Kerinci.
Telukuk telah dikenakan Suku Melayu Kerinci bahkan sebelum mereka memeluk agama
Islam. Dulunya Telukuk berfungsi untuk melindungi kepala dan sebagai simbol status sosial
yang menunjukkan martabat pemakainya.
Jenis Telukuk bermacam-macam dan digunakan pada acara yang berbeda-beda. Misalnya
untuk pernikahan dan pemberian gelar, beberapa jenis Telukuk atau Kuluk yang digunakan
antara lain Kuluk Berumbai Jatuh, Kuluk Kipas Terlilit, Kuluk Mahkota, Kuluk Kerinci Mudik,
Kuluk Sapik Udang, Kuluk Kuncup Melati, Kuluk Kenduri Sko Lempur, Kuluk Harian, dan lain-
lain.

• Kalung

Tak lengkap jika baju tradisional wanita tanpa aksesoris. Wanita Jambi mengenakan
perhiasan untuk tampilan yang lebih menawan. Misalnya kalung yang terdiri dari 3 jenis,
yaitu kalung Tapak, Bertingkat atau Jayo, dan Rantai Sembilan.

• Cincin

Selain kalung untuk leher, jari-jari wanita Jambi pun tak luput dari perhatian. Mereka
mengenakan cincin yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Pacat Kenyang dan cincin Kijang atau
Capung.

• Gelang

Saat mengenakan pakaian adat, wanita Jambi selalu melengkapinya dengan gelang yang
jenisnya cukup banyak. Ada yang dipakai di pergelangan tangan dan ada juga yang dipakai di
pergelangan kaki.
Untuk pergelangan tangan bernama gelang Kilat Bahu berjumlah 2 buah, gelang Kano,
gelang Ceper, dan gelang Buku Beban. Sementara untuk pergelangan kaki bernama gelang
Nago Betapo dan Ular Melingkar.

• Ikat Pinggang

Aksesoris berupa ikat pinggang tak boleh dilupakan untuk pemakaian Baju Kurung
Tanggung. Ikat pinggang tradisional Jambi biasanya berwarna emas.

B. Pakaian Adat Pria Jambi

Pakaian adat untuk pria Jambi memiliki beberapa bagian yang hampir sama dengan pakaian
wanita. Hanya saja terdapat perbedaan di beberapa bagian, seperti penggunaan aksesoris.
Pakaian tradisional Jambi untuk pria juga mendapat pengaruh dari busana etnis Melayu.
• Baju Kurung Tanggung

Untuk atasannya, sama persis dengan yang dikenakan kaum wanita Jambi. Panjang
lengannya tanggung, di bawah siku, membuatnya dinamakan demikian. Panjang tangan baju
yang tanggung ini memiliki filosofi agar pria Jambi tangkas dan cekatan dalam bekerja, serta
bisa diandalkan dalam beragam jenis pekerjaan.
Baju Kurung Tanggung terbuat dari kain neludru berwarna merah. Baju Kurung Tanggung
untuk pria juga dihiasi dengan sulaman dari benang emas. Motifnya adalah bunga tagapo
atau bunga bertabur, kembang berangkai, dan kembang melati. Sulaman emas pada Baju
Kurung Tanggung memiliki makna bahwa Melayu sebagai tanah yang subur dan kaya.

• Cangge

Cangge adalah celana yang dikenakan pria Jambi sebagai bawahan Baju Kurung Tanggung.
Terbuat dari kain beludru warna merah yang sama persis dengan atasannya. Tak lupa juga
ditambahkan kain songket pada bagian pinggang agar nampak lebih megah.
Setelah itu, digunakan pula ikat pinggang yang terbuat dari kuningan. Selain berfungsi
sebagai aksesoris, ikat pinggang juga berfungsi sebagai tempat menyelipkan keris.

• Lacak

Lacak adalah penutup kepala yang juga terbuat dari kain beludru berwarna merah, sama
seperti Baju Kurung Tanggung dan Cangge. Lacak dilengkapi dengan hiasan motif flora, yaitu
Tali Runci dan Bungo Runci.
Bungo Runci adalah rangkaian bunga warna putih yang dihubungkan dengan benang,
bunganya bisa berupa bunga asli atau tiruan. Lacak harus berdiri tegak saat dikenakan,
karena itu bagian dalam Lacak dilengkapi dengan kertas karton.

• Teratai Dada

Sama seperti wanita, pria juga mengenakan penutup dada yang berbentuk bunga teratai
dan disebut Teratai Dada. Hiasan ini dipasang melingkar di leher dan berfungsi sebagai
kerah.

• Gelang

Pria Jambi juga mengenakan gelang di kedua pergelangan tangannya. Gelang ini terbuat dari
logam celupan. Motif khas yang sering dipakai adalah naga kuning yang bermakna
kekuasaan dan tidak bisa diganggu.

• Selempang dan Selendang

Pria Jambi mengenakan selempang yang disilangkan di dada. Warna umumnya adalah
merah keunguan. Biasanya merupakan songket yang menjadi bagian dari sarung dengan
motif rangkaian bunga.
Selain itu, ada juga selendang yang dikenakan di pinggul. Warna selendang ini umumnya
merah jambu dengan ujung rumbai berwarna kuning.

• Keris
Pakaian adat pria kurang lengkap tanpa senjata yang melambangkan kebesaran, kekuatan
dan pelindung. Senjata tradisional Jambi berupa keris diselipkan di ikat pinggang, tepatnya
di bagian perut dengan arah menyerong ke kanan.

• Baju Adat Pernikahan

Pakaian terbaik umumnya dikenakan saat acara pernikahan, begitu pula dengan tradisi
Jambi dimana kedua mempelai mengenakan pakaian adat Jambi khusus acara tersebut.
Pakaian ini berbeda dengan baju tradisional keseharian. Perbedaannya terlihat pada warna
dan aksesoris yang dikenakan.

C. Kuliner Khas Jambi

Jambi merupakan sebuah daerah di Pulau Sumatera yang memiliki ragam kuliner khas
penggoyang lidah. Kuliner khas Jambi dominan menggunakan ikan sebagai bahan
utamanya.
Akan tetapi, masih ada banyak kuliner yang wajib dijajal. Berikut 20 makanan khas Jambi
yang begitu lezat.
1. Tempoyak
Tempoyak merupakan salah satu sajian kuliner khas Jambi yang sangat populer di
daerah Sumatera lainnya. Kuliner ini terbilang cukup unik karena terbuat dari buah
durian sebagai bahan utamanya. Buah Durian kemudian difermentasi dan ditambah
bumbu rempah lainnya.
2. Nasi Gemuk
Sekilas kuliner tradisional khas Jambi ini mirip dengan Nasi Lemak khas Malaysia. Nasi
Gemuk ini biasanya disajikan dengan aneka lauk pauk seperti keripik tempe, telur
balado, telur, mentimun, kacang, dan kerupuk udang.
3. Pempek Sambal
Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengetahui kuliner bernama pempek.
Namun ada yang berbeda dari varian Pempek Sambal khas Jambi ini.
Jika biasanya pempek menggunakan kuah cuka, maka Pempek Sambal Jambi berkuah
sambal dan bercampur daun jeruk serta kunyit.
4. Gulai Terjun
Secara visual, Gulai Terjun memiliki tampilan yang serupa dengan gulai daging pada
umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah, Gulai Terjun memiliki kuah yang lebih cair
jika dibandingkan kuah gulai lainnya.
Biasanya, Gulai Terjun ini disajikan dengan daging sapi atau kambing.
5. Gulai Tepek Ikan
Selain Gulai Terjun, ada pula kuliner serupa bernama Gulai Tepek Ikan. Pada mulanya,
kuliner ini disajikan ketika mengadakan acara adat seperti pernikahan atau acara
keagamaan.
6. Mie Celor
Tak hanya Palembang, Kota Jambi juga mempunyai kuliner Mie Celor dengan rasa yang
lebih khas.Makanan yang terbuat dari tepung terigu dan disajikan dengan tauge dan
seledri. Sajian kuah kental dengan campuran berbagai bahan membuat kuliner ini
banyak disukai.
7. Cumi Cah Kangkung
Sebagai daerah yang dihimpit perairan, tentunya Jambi juga memiliki sajian kuliner laut
yang begitu nikmat. Salah satu sajian yang menjadi Andalan warga Jambi adalah Cumi
Cah Kangkung.
Diolah dengan menggunakan cumi segar dan paduan bumbu rempah khas, menjadi
padanan sempurna yang wajib dicicipi.
8. Kerutup Ikan
Selain Cumi Cah Kangkung, ada satu lagi kuliner khas Jambi yang berasal dari kekayaan
laut yakni Kerutup Ikan. Kuliner khas Jambi yang satu ini berupa ikan goreng yang
dibungkus dengan daun kunyit.
9. Otak-Otak
Satu lagi kuliner laut khas Jambi yang wajib Anda cicipi, yakni Otak Otak Jambi. Sajian
kuliner Jambi ini bisa Anda temukan di pangsa pasar kaki lima maupun toko oleh-oleh.
Umumnya, Otak Otak dibanderol dengan harga yang lumayan murah untuk per
bungkusnya.
10. Lempok Durian
Ada satu lagi sajian kuliner khas Jambi yang berbahan dasar buah Durian. Lempok Durian
adalah kuliner rakyat yang menjadi kebanggaan tersendiri.
Rasa durian yang khas dan keras membuat penganan yang satu ini berhasil menarik
perhatian banyak orang. Sayangnya, kue ini menjadi kuliner khas Jambi yang mulai sulit
untuk ditemui.
11. Kue Srikaya
Berjalan jalan ke Kota Jambi maka sempatkanlah untuk mencicipi Kue Srikaya. Uniknya,
meski namanya Srikaya, kue ini sama sekali tidak menggunakan buah Srikaya dalam
pembuatannya. Kue Srikaya terbuat dari tape santan yang diberi warna hijau alami dari
daun pandan.
12. Kue Padamaran
Kue Padamaran sering dikira sebagai penganan yang berbahan dasar daun pandan.
Namun sebenarnya, kue ini menggunakan daun Suji yang menghasilkan warna hijau
alami.
Penganan yang terbuat dari santan dan tepung beras
13. Kue Kubang Boyo
Kue Kubang Boyo (Kubangan Buaya) dinamai demikian karena bentuknya yang
menyerupai punggung buaya. Kuah santan atau flanya membuat punggung buaya ini
seolah muncul dari permukaan air.
Rasanya sangat unik karena terbuat dari pasta pAndan dan tepung ketan. Bagi Anda
yang tertarik untuk mencicipi Kue Kubang Boyo ini, bisa mendapatkannya di warung kaki
lima.
14. Dodol Kentang Kerinci
Dodol Kentang Kerinci merupakan varian dodol kenamaan dari Jambi. Dodol yang
terbuat dari kentang ini menghasilkan cita rasa yang sulit ditemukan di daerah lain.
Tekstur lembut berpadu dengan cita rasa manis yang membuat pencicipnya merasa
ketagihan. Banyak yang mengatakan bahwa dodol kentang ini adalah camilan sehat
dengan sedikit kalori.
15. Kue Burgo
Makanan khas Jambi ini terkenal dengan teksturnya yang kenyal dan berpadu dengan
gurihnya rasa. Terbuat dari campuran tepung sagu dan tepung beras, Kue Bargo
disajikan dengan kuah kaldu dan telur rebus.
16. Gandus
Gandus merupakan makanan tradisional khas Jambi yang terbuat dari tepung beras dan
tepung sagu. Penganan yang terbuat dari campuran kedua bahan tersebut ditambah
dengan santan dan garam.
17. Kue Muso
Jika dilihat dari tampilannya, Kue Muso hampir mirip dengan kue pie. Bentuknya yang
mirip dengan mangkuk ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi Kue Muso ini.
Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Jambi akan berlomba lomba untuk membuat
Kue Muso ini sebagai kudapan atau menu pertama buka puasa.
18. Dodol Nanas
Pada dasarnya, kuliner dodol memang bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia.
Buah nanas sendiri merupakan komoditas terbesar yang dihasilkan oleh Kota Jambi.
Tak heran, buah Nanas sering diolah menjadi makanan khas salah satunya dodol. Dodol
Nanas khas Jambi ini banyak dijual di gerai souvenir atau pusat oleh oleh Kota Jambi.
19. Daging Masak Hitam
Daging Masak Hitam adalah olahan daging sapi yang dibumbui dengan rempah yang
menghasilkan warna hitam pekat.
Sekilas, makanan khas Jambi ini hampir mirip dengan kuliner khas Betawi yakni semur
daging. Tekstur daging yang sangat empuk membuat bumbu rempah meresap dengan
sempurna.
20. Rambutan Goreng
Sesuai dengan Namanya, terbuat dari daging rambutan yang digoreng. Sebelum
digoreng, daging rambutan akan dibiarkan beberapa saat sampai mengering dengan
sendirinya.
Kemudian, daging rambutan dilumuri dengan bumbu sebelum digoreng

D. Kesenian

1. Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih merupakan salah satu tarian tradisional Jambi yang difungsikan untuk
menyambut tamu kehormatan. Beberapa sumber mengatakan bahwa tarian ini
diciptakan pertama kali tahun 1962 oleh Firdaus Chatap, seorang seniman ternama di
Jambi.
Biasanya tari ini dibawakan oleh 9 penari perempuan yang dikawal oleh 2 penari laki.
Ada juga 1 penari laki-laki yang bertugas membawa payung. Para penari mengenakan
baju adat Jambi, properti yang digunakan di antaranya cerano berisi daun sirih, payung
dan keris.
Sajian tarian Sekapur Sirih terkesan anggun melalui kelembutan dan kehalusan gerak
yang menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu
mereka. Keindahan gerak tersebut menyatu dengan syair dan musik langgam khas
Melayu.
Meski dikenal sebagai tarian Daerah Jambi, Sekapur Sirih juga bisa ditemukan di wilayah
Riau dan Kepulauan Riau. Bahkan, tarian ini juga terkenal di Malaysia dan menjadi
sebuah tarian wajib yang disajikan untuk menyambut tamu-tamu besar.

2. Tari Selampit Delapan

Selampit Delapan merupakan salah satu nama tarian Jambi yang populer, selain Tari
Sekapur Sirih. Untuk pertama kalinya, tarian ini diperkenalkan oleh M. Ceylon, seorang
koreografer senior asal Padang Sidempuan yang bertugas di Dinas Kebudayaan Jambi
tahun 1970-an.
Perihal namanya, “Selampit Delapan” merujuk pada properti berupa 8 tali. Karena ada 8
tali, tarian ini pun melibatkan 8 orang penari. Di awal penciptaannya, tali yang digunakan
adalah sumbu kompor. Melalui saran O.K. Hundrik, tali tersebut kemudian diganti
dengan selendang.
Tari Selampit Delapan merupakan tarian pergaulan. Silang begantung delapan selendang
menjadi simbol bahwa bergaul harus saling bergantungan satu sama lain, saling tali
temali rasa kekeluargaan. Dengan musyawarah dan kegotong royongan sebagai falsafah
hidup masyarakat Melayu Jambi.
3. Tari Inai

Tarian daerah Jambi selanjutnya adalah Tari Inai, sebuah tarian sakral bagian dari
upacara pengantin masyarakat Melayu. Tidak hanya di Jambi, tarian ini juga bisa
dijumpai di daerah-daerah Melayu lainnya. Bahkan, dulunya tarian ini lebih banyak
ditemukan di daerah-daerah di Provinsi Kepulauan Riau.
Tarian Inai di masing-masing daerah Melayu sangatlah unik, baik ragam, gerak, hingga
perlengkapan tari yang digunakan. Di Jambi, tarian ini sering dibawakan secara
berpasangan, meski kadang-kadang juga ada yang dibawakan secara tunggal. Umumnya
penarinya adalah laki-laki dan gerakannya bersumber dari gerakan silat.
Dalam pelaksanaannya, sehubungan dengan upacara adat pengantin, tari ini biasa
dibawakan malam hari selepas Sholat Isya. Tarian ini menjadi bagian penting dalam
acara memberi tanda kepada pengantin. Pada tahun 2017 yang lalu, Tari Inai diusulkan
sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) nasional.
4. Tari Tauh (Rantau Pandan)

Tari Tauh merupakan tarian tradisional Jambi yang berasal dari Desa Rantau Pandan,
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Tarian yang diwariskan turun temurun ini
menggambarkan pergaulan muda mudi. Biasa disajikan ketika menyambut Rajo, Berelek
Gedang, dan Beselang Gedang (gotong royong menuai padi).
Dalam pelaksanannya, empat pasang laki-laki dan perempuan berpakaian Melayu
menari diiringi Kelintang Kayu, Gong, Gendang, dan Biola yang mengalunkan Krinok dan
pantun-pantun anak muda. Durasi penyajian tarian tak menentu, yakni tergantung
kepada panjangnya pantun yang dibawakan.
5. Tari Rentak Besapih

Tarian khas Jambi yang terkait erat dengan sejarah Jambi adalah Tari Rentak Besapih.
Semenjak dahulu Jambi dikenal sebagai kota perdagangan, hal inilah yang membuat
provinsi ini memiliki keragaman suku yang mendiaminya. Keragaman tersebut kemudian
direpresentasikan dalam tarian ini.
Sehubungan dengan hal itu, Rentak Besapih menyajikan rentak langkah dari berbagai
etnis menjadi suatu kesatuan utuh. Nuansa keakraban, kerja sama dan saling tolong
menolong tergambar dengan baik dalam gerak tari yang digarap dalam bentuk tarian
khas Melayu Jambi.
Tari ini disajikan oleh 8-10 penari berpakaian adat Melayu Jambi disertai hiasan kepala
dan kain tenun Melayu. Tarian ini hidup secara turun temurun dan biasanya digelar
untuk memeriahkan pesta rakyat. Sayangnya, saat ini Rentak Besapih termasuk dari
salah satu tari yang mulai jarang dipertunjukkan.

6. Tari Rentak Kudo

Tari Rantak Kudo atau Rentak Kudo adalah tarian daerah Jambi yang berasal dari
Hamparan Besar Tanah Rawang (Hamparan Rawang), Sungaipenuh, provinsi Jambi. Tari
ini adalah budaya asli masyarakat Kerinci yang awalnya menjadi bagian dari perayaan
sakral untuk merayakan hasil panen padi.
Disebut Rantak Kudo karena gerakan kaki penari berhentak-hentak dan hentakannya
seakan-akan senada dengan bunyi hentakan kaki Kuda. Sebagai bagian dari upacara yang
sakral, tari ini difungsikan sebagai sarana memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa,
ketika Masyarakat Kerinci dilanda musim kemarau panjang.
7. Tari Nitih Naik Mahligai
Selain Rentak Kudo, tarian Kerinci yang juga bersifat sakral adalah Niti Mahligai atau
Nitih Naik Mahligai. Tarian ini termasuk dari salah satu jenis Tari Asik dalam kebudayaan
masyarakat Kerinci. Tarian Asik merupakan jenis tarian upacara yang berkaitan dengan
pemujaan roh nenek moyang.
Masing-masing Tari Asik memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tari Nitih Mahligai dulunya
digunakan untuk penobatan seorang raja. Hal ini telah juga diisyaratkan oleh namanya,
“Niti” artinya berjalan di atas suatu benda, “Naik” berarti menuju ke atas, dan
“Mahligai” berarti tahta atau istana.
Seiring perkembangannya, sekarang tarian ini lebih difungsikan sebagai tari
penyambutan tamu-tamu besar pemerintah, sering kali juga disajikan pada acara
Festival Peduli Danau Kerinci (FPDK). Tari ini dibawakan oleh penari perempuan dengan
iringan musik gong, seruling, dan rebana.
8. Tari Kubu

Suku Anak Dalam atau Orang Rimba atau yang lebih populer disebut Suku Kubu
merupakan suku bangsa minoritas yang hidup di perbatasan antara Jambi dan Sumatera
Selatan. Mereka hidup secara semi-nomaden di sekitar hutan Taman Nasional Bukit 12.
Dalam kehidupan budaya Suku Kubu dikenal upacara pengobatan tradisional yang khas
dan magis. Sebuah upacara penyembuhan dan pengusiran roh jahat, karena mereka
percaya bahwa orang yang sakit tubuhnya adalah orang yang tengah dirasuki roh jahat.
Upacara tersebut kemudian menginspirasi lahirnya suatu bentuk tari kreasi, yakni Tari
Kubu. Lima penari laki-laki dan lima penari perempuan menarikannya. Dengan memakai
busana khas Suku Kubu, mereka membawakan gerakan yang bertumpu pada gerak
tangan dan hentakan kaki.
Pada bagian akhir, digambarkan bagaimana seorang yang sakit diangkat beramai-ramai,
didoakan dengan mantra-mantra, setelah sebelumnya diberi ramuan obat. Tarian ini
disajikan dengan iringan alat musik tradisional seperti kendang, perkusi, dan kecrek.
9. Tari Rangguk

Tarian dari Jambi lainnya adalah Tari Rangguk yang juga merupakan produk budaya dari
masyarakat Kerinci. Konon, tarian ini berawal dari ide seorang ulama di Dusun Cupak.
Sekitar abad ke-19, dikisahkan ulama tersebut menunaikan ibadah haji. Selain
menyempatkan diri mendalami agama, ulama tersebut juga belajar kesenian tradisional
Arab.
Ketika pulang, sang ulama mulai berdakwah menyebarkan agama Islam kepada
masyarakat Kerinci. Agar menarik perhatian, beliau berdakwah sambil memainkan alat
musik rebana yang diikuti dengan gerakan menganggukkan kepala dan melantunkan
pantun dan pujian kepada Allah. Aktivitas kesenian inilah yang kemudian dikenal dengan
Tari Rangguk.
Seiring perkembangannya, Tari Rangguk tidak lagi difungsikan sebagai media dakwah
saja, namun sebagai pertunjukan hiburan. Jika untuk hiburan penari memainkan rebana
dalam posisi melingkar. Adapun jika untuk menyambut tamu kehormatan, penari
memainkannya dalam posisi berdiri. Tari ini biasanya jurut turut memeriahkan Festival
Danau Kerinci.

10. Tari Kisan

Tari Kisan merupakan tarian khas Jambi yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Bangko, Provinsi Jambi. Pencipta aslinya tidak diketahui,
namun tari ini telah ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri pada
tahun 1983. Tarian yang menggambarkan kegiatan mengolah padi menjadi beras ini
dibawakan oleh penari remaja putri.
E. Tempat Wisata

A. Tempat Wisata Alam

1. Danau Kaco

Jika berangkat dari kota Jambi Anda butuh perjalanan sekitar 10 jam, hingga menuju ke
Sungai Penuh. Kemudian dilanjutkan hingga tiba di Desa Lempur kira-kira 90 menit. Dari
desa tersebut Anda akan melintasi sungai dan jurang, serta hutan rimba untuk sampai di
lokasi. Namun lelah Anda terbayar ketika melihat kejernihan Danau Kaco yang
memesona.
Keunikan destinasi alam ini terletak pada air danau yang berwarna biru dan bening
seperti kaca. Anda bisa merasakan kesegaran air danau, namun pastikan sudah lihai
berenang sebab kedalaman danau belum diketahui. Ketika siang hari, sinar matahari
memantul di permukaan danau dan tampak bercahaya. Kemilaunya terlihat seperti
kristal yang muncul dari dasar danau.

Lain lagi saat malam hari datang, danau tampak seperti mengeluarkan cahaya yang
membuatnya semakin cantik. Anda bisa menyaksikan keindahan tersebut dengan
berkemah di tepi danau. Apalagi ketika malam bulan purnama, biasanya volume
pengunjung meningkat di waktu ini. Udara alami yang fresh membuat siapapun betah
menghabiskan waktu disini.
Harga Tiket: Gratis
Lokasi : Dusun Baru Lempur, Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci, Kota Jambi.
2. Hiking di Gunung Kerinci

Gunung Kerinci merupakan gunung tertinggi di kedua di Indonesia setelah gunung Jaya
Wijaya di Papua. Untuk ukuran sumatera jelas gunung ini merupakan gunung tertinggi.
Mendaki gunung akan memberikan suasana yang sangat sejuk dengan pemandangan
pagi hari terbaik.
Sebaiknya kunjungi gunung pada saat yang tepat sehingga pemandangan matahari terbit
dapat dilihat dari puncak gunung. Hal ini akan menjadi pengalaman terbaik pada saat
berwisata ke daerah Jambi. Pahami juga rute yang sudah disediakan untuk para pendaki.
Harga Tiket : Rp 20.000;
Lokasi : Batang Sangir, Kec. Kayu Aro, Kab. Kerinci, Jambi.

3. Pulau Penyu

Berangkat dari Kota Jambi menuju Pelabuhan Nipah Panjang, kurang lebih lama
perjalanannya 3-4 jam. Berlanjut menggunakan kapal motor menuju Pulau Berhala
sekitar 40 menit. Setelah 10 menit perjalanan menaiki pompon sewaan milik penduduk,
barulah Anda sampai di pulau tak berpenghuni ini. Pulau Penyu hanya disinggahi saat
warga pesisir mencari kayu bakar saja.
Jadi tak heran jika suasana pulau begitu alami, dengan hamparan pasir putih yang halus.
Tak ketinggalan air laut berwarna biru yang memikat hati. Ketika Anda datang saat
musim penyu bertelur, maka setidaknya ada 5-6 penyu yang bisa Anda lihat proses
bertelurnya. Jika tidak bertemu penyu, Anda dapat menanti momen matahari terbenam
yang cukup menajubkan.
Harga Tiket: Rp 30.000;
Lokasi: Kec. Sadu, Kab. Tanjung Jabung Timur, Jambi.

B. Tempat Wisata Buatan

1. Gentala Arasy

Gentala Arasy merupakan salah satu museum yang bersejarah di kota Jambi. Museum
ini secara khusus menyimpan sejarah perkembangan Islam di kota ini dan menyimpan
berbagai macam benda bersejarah dan artefak yang ditampilkan dalam sejumlah koleksi
pajangan museum. Koleksi ini bisa berupa hasil dari hibah, pembelian ataupun
peminjaman sehingga dapat juga dikatakan sebagai benda-benda berharga.
Setelah puas melihat perjalanan Islam di Jambi pelancong bisa bergerak ke sebuah
jembatan yang dibuat dengan anggaran 88 milyar. Jembatan Gentala Arasy ini memiliki
pemandangan yang sangat bagus dengan berbagai lampu dan disain jembatan yang
unik. Pemandangan jembatan dapat dinikmati di atas jembatan atau di bawah jembatan
dengan sampan.
Tempat wisata ini terletak di daerah Arab Melayu Pelayangan. Anak-anak akan
dikenakan biaya Rp 1.500 dan orang dewasa akan dikenakan biaya 2000 rupiah. Tempat
wisata akan beroperasi setiap weekdays pada jam 8 pagi sampai jam 4 sore, kemudian di
hari Sabtu dan Minggu akan beroperasi dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang.
Lokasi : Kasang, Kec. Jambi Timur, Kota Jambi, Jambi.

2. Tugu Juang

Tugu juang ini merupakan symbol yang dibuat untuk menunjukkan perjuangan
masyarakat Jambi pada saat itu melawan Agresi Militer Belanda jilid 2 yang dilakukan di
berbagai daerah strategis. Jambi merupakan salah satu tempat yang dilalui oleh
perjalanan agresi dan masyarakat Jambi tidak membiarkan Belanda begitu saja melewati
tanah air mereka tanpa mendaratkan cidera yang berat.
Cerita lengkap mengenai sejarah perjuangan rakyat Jambi pada perang di masa itu dapat
dilihat langsung di bagian bawah tugu. Tempat ini sudah menjadi bagian dari sejarah
Jambi dan merupakan tempat yang sangat bagus untuk berfoto.
Harga Tiket: Gratis
Lokasi : Jl. HOS. Cokroaminoto No.4, Selamat, Kec. Telanaipura, Kota Jambi, Jambi.

3. Museum Siginjai
Museum jarang sekali menjadi sebuah tempat wisata yang populer. Pada saat liburan
Museum Siginjei akan dipenuhi oleh orang. Di dalam museum terangkum berbagai
kebudayaan Jambi yang diabadikan dengan baik agar dapat dipelajari oleh semua
generasi. Museum ini didirikan oleh Gubernur Jambi pada tahun 1981 bernama
Masjchun Syofwan.
Dalam museum dapat ditemukan berbagai koleksi yang berhubungan dengan arkeologi
dan geologi di Jambi. Museum ini terletak di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Sungai Putri.
Museum dibuka pada jam setengah 8 pagi di hari kerja dan tutup pada jam 4 sore.
Sedangkan di hari libur museum akan tutup pada jam 12 siang. Biaya untuk memasuki
museum ini adalah 5000 rupiah.
Harga Tiket: Rp 5.000;
Lokasi: Jl. Jenderal Urip Sumoharjo, Sungai Putri, Kec. Telanaipura, Kota Jambi, Jambi

F. Potensi Ekonomi / Sumber Daya Alam

1. Minyak bumi

Cadangan minyak bumi Provinsi Jambi sebesar 1.270,96 juta m3. Cadangan minyak bumi
antara lain terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, struktur Kenali Asam,
Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kabupaten Muaro Jambi.
2. Gas bumi

Cadangan gas bumi Provinsi Jambi sebesar 3.572,44 miliar m3. Cadangan tersebut
sebagian besar terdapat di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten
Batang Hari dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.
3. Batu bara

Cadangan batubara Provinsi Jambi sebesar 18 juta ton, yang merupakan batubara kelas
kalori sedang yang cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Cadangan
terbesar dijumpai di Kabupaten Bungo.
4. Perkebunan

Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit. Hal ini
didukung dengan program Pemerintah Derah Provinsi Jambi yaitu “Pengembangan
Kelapa Sawit Sejuta Hektar” serta “Replanting Karet”. Selain itu, casiavera juga banyak
dibudidayakan terutama di daerah Kerinci.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari isi makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan makalah ini dibuat untuk
sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui sejarah Jambi
2. Untuk mengetahui adat istiadat, kuliner, kesenian, dan tempat wisata di Jambi
3. Untuk mengetahui berapa banyak kekayaan sumber daya alam Jambi
4. Untuk mengetahui suku melayu jambi, dan juga Bahasa nya.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa apa yang telah dibuat penulis
masih banyak kekurangan, oleh karena itu masih diperlukan lagi pengembangan lebih lanjut
untuk perbaikan ke depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi#:~:text=Jambi%20(Jawi%3A%20%D8%AC%D8%A7%D9%
85%D8%A8%D9%8A)%20adalah,Khusus%20Ibukota%20Jakarta%2C%20dan%20Gorontalo.
https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-jambi
https://soekarnohatta-airport.co.id/pariwisata_detail/129/rumah-adat-jambi-panggung-
kajang-
leko#:~:text=Pada%20tahun%2070an%2C%20Gubernur%20Jambi,adalah%20Rumah%20Pan
ggung%20Kajang%20Leko.
https://nyero.id/rumah-adat-jambi/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/anoraga-ilafi/tradisi-jambi-c1c2/6
https://rimbakita.com/pakaian-adat-jambi/
https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/20-makanan-khas-jambi-
yang-memikat-rasa/
https://www.andalastourism.com/tempat-wisata-jambi
https://blogkulo.com/daftar-nama-tarian-daerah-jambi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jambi#:~:text=Sejak%20ratusan%20tahun%20lampau%2
0wilayah,Kubu%20atau%20Suku%20Anak%20Dalam.

Anda mungkin juga menyukai