KERAJAAN BIMA
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN SEJARAH
INDONESIA
KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :
1. WULANDARI
2. INTAN
3. NAHYA WIRDHANI.R
4. NAYLA ADELIA.R
5. PANDU MAULANA
KELAS X MIPA 5
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan akal. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyusun makalah dengan judul “Kerajaan Bima” ini dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Sejaran Indonesia. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan SMA
Negeri 1 Tukdana khususnya siswa dan siswi kelas X MIPA 5 yang selalu
mendo’akan dan memberikan motivasi kepada penyusun. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui Berakhirnya Kerajaan Bima
4. Untuk mengetahui Peninggalan Kerajaan Bima
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Interaksi antara masyarakat Bima dengan pedagang pendatang yang
mayoritas beragama Islam menjadi awal banyaknya penduduk yang kemudian
memeluk agama Islam. Apalagi pada awal berdirinya kerajaan ini, masyarakat
Bima masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Para pedagang
banyak yang menjual beberapa barang seperti rotan, selapang dan soga.
2. Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial di wilayah Kerajaan Bima terdiri dari beberapa suku,
sementara untuk penduduk aslinya berasal dari suku Donggo yang menghuni
wilayah pegunungan. Sedangkan untuk penduduk lainnya berasal dari suku
Bima yang merupakan pendatang dari suku Bugis dan suku Makassar di
wilayah pesisir Bima. Para pendatang tersebut menikah dengan penduduk asli
dan menetap sebagai masyarakat suku Bima pada abad ke-14.
Pendatang lainnya ada juga yang berasal dari suku Minangkabau dan
suku Melayu yang menetap di daerah Benteng, Kampung Melayu dan Teluk
Bima. Meskipun berasal dari beberapa suku yang berbeda, kehidupan sosial di
lingkungan masyarakat Kesultanan Bima hidup dengan rukun dan
berdampingan sebagai pedagang maupun pelayar. Menariknya lagi, di wilayah
kerajaan juga terdapat pemukiman Arab, mereka datang sebagai mubaligh dan
pedagang.
Sementara jika diperhatikan dari kehidupan budaya, masyarakat di
Kesultanan Bima hampir sebagian besar berpegangan teguh pada budaya-
budaya islami. Namun budaya Islam tersebut baru berkembang sejak Kerajaan
Bima berubah menjadi Kesultanan Bima.
3. Kehidupan Agama
Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Bima merupakan kerajaan Islam
sejak pemimpinnya, Raja La Kai l, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf
dan memeluk agama Islam pada awal tahun 1030 Hijriyah. Agama Islam
diperkenalkan pertama kali oleh Sayyid Murtolo dari Gresik, seorang putra
Syekh Maulana Ibrahim Asmara. Penyiaran agama Islam sendiri di kehidupan
Kesultanan Bima dilakukan bersamaan dengan kegiatan perdagangan.
Awalnya Islam hanya diterima oleh kelompok-kelompok kecil serta
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Penyebaran agama Islam juga
mendapat pengaruh dari Kerajaan Gowa yang memperluas penyiaran ke
5
Kepulauan Nusa Tenggara, khususnya di Pulau Sumbawa. Kemudian
penyebaran Islam dilanjutkan oleh para pedagang dari kesultanan Ternate,
Kesultanan Bone, Kesultanan Luwu dan kerajaan Tallo.
Sejak menjadi Kesultanan Bima yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, sehingga Sultan Bima menerapkan hukum Islam dan hukum adat secara
bersamaan. Pada tahun 1788, Kerajaan Bima telah mendirikan peradilan Islam
yang bernama mahkamah Syariah yang mempunyai fungsi utama untuk
mengadili urusan syariat keagamaan. Mulai dari sini juga-lah mayoritas
masyarakat yang tinggal di Kesultanan Bima hidup dengan aturan dan ajaran
agama Islam. Selain melalui perdagangan, penyiaran agama Islam juga
dilakukan melalui syair-syair dalam sastra dan sejarah.
C. Berakhirnya Kerajaan Bima
Kesultanan Bima berakhir pada tahun 1951 saat Sultan Muhammad Salahuddin
wafat, dan dinyatakan sebagai pimpinan terakhir di kesultanan ini. Sebelum
Kesultanan Bima berakhir, Bima telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan
menjadi bagian dari wilayah tanah air. Sehingga saat ini secara administratif, Bima
berada dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sayangnya tidak ada penjelasan secara rinci mengenai penyebab runtuhnya
Kesultanan Bima. Padahal pada masa periode kepemimpinan Muhammad
Salahuddin, kehidupan masyarakat di Bima cukup makmur dan maju dalam berbagai
bidang. Siti Maryam, salah seorang Putri Sultan, menyerahkan Bangunan Kerajaan
kepada pemerintahan dan kini di jadikan Museum. Di antara peninggalan yang masih
bisa di lihat adalah Mahkota, Pedang dan Funitur.
D. Peninggalan Kerajaan Bima
Ada beberapa peninggalan sejarah yang menjadi jejak keberadaan Kesultanan
Bima, diantaranya sebagai berikut :
1. Istana Asi Mbojo
Peninggalan ini dibangun pada tahun 1888 saat masa kepemimpinan
Sultan Ibrahim dan digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad
Salahuddin. Arsitektur pembangunan Istana Asi Mbojo dirancang oleh arsitek
Obzicter Rahatta dengan memadukan gaya Belanda dan Bima. Pada masa
Kesultanan Bima, istana ini digunakan sebagai kediaman keluarga Sultan dan
sebagai pusat penyiaran agama. Setelah kerajaan berakhir, saat ini Istana Asi
6
Mbojo menjadi museum peninggalan sejarah dan bisa dikunjungi oleh
wisatawan.
2. Istana Asi Bou
Peninggalan lainnya adalah Istana ASI Bou yang dibangun pada tahun
1927, dulunya juga digunakan sebagai kediaman Sultan dan keluarganya.
Istana ini dibangun sebagai kediaman sementara karena istana Asi Mbojo
sedang dilakukan renovasi. Desain arsitekturnya berupa rumah panggung
tradisional yang terbuat dari kayu jati. Pembangunannya menggunakan dana
pribadi Sultan Muhammad Salahuddin dan sebagian disokong dari kas
keuangan Kesultanan Bima.
3. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin
Pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Kadim, dibangun Masjid Sultan
Muhammad Salahuddin tahun 1737 Masehi. Pembangunan masjid sempat
terhenti, kemudian diteruskan kembali oleh Sultan Abdul Hamid. Desain
masjid dibuat bersusun tiga, hampir mirip seperti arsitektur masjid Kudus.
Namun, masjid ini hancur setelah di bom oleh pasukan sekutu dalam perang
dunia ke-2. Sultan Muhammad Salahuddin kemudian memerintahkan
pasukannya untuk pembangunan ulang masjid.
4. Masjid Al-Muwahiddin
Ada juga peninggalan berupa masjid Al-Muwahhidin yang didirikan pada
1947 saat kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin. Pembangunan masjid
ini bertujuan sebagai tempat ibadah sementara karena masjid Muhammad
Salahuddin hancur. Di sini menjadi tempat kegiatan studi Islam, dakwah dan
ibadah.
5. Rimpu
Rimpu diketahui merupakan pakaian wanita muslimah pada masa
Kesultanan Bima. Busana ini digunakan sebagai penutup tubuh dan penutup
kepala yang terdiri dari 2 lembar kain sarung. Satu kain sarung untuk menutupi
kepala, dan satu sarung lainnya diikat pada perut untuk pengganti rok. Rimpu
pertama kali dikenalkan di Bima pada abad ke-17 Masehi dan saat ini menjadi
salah satu peninggalan Kesultanan Bima.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Bima adalah kabupaten daerah tingkat II di provinsi Nusa Tenggara Barat dan
kerajaan yang terpenting di pulau sumbawa maupun di kawasan pulau-pulau Sunda
Kecil pada kurun waktu abad ke 17-19. Kerajaan Bima merupakan salah satu
diantara 6 kerajaan yang pernah ada di pulau Sumbawa yaitu Dompu, Sanggar,
Tambora, Papekat, Sumbawa dan Bima. Dalam kitab Negara kertagama yang ditulis
Mpu Prapanca tahun 1365 M, disebutkan bahwa Taliwang, Dompu, Sape,
Sanghyang Api, Bhima, Seram atau Seran, Hutan Kadali termasuk dalam wilayah
kekuasaan kerajaan Majapahit. Sedangkan kehidupan masyarakat Bima terdiri dari
kehidupan ekonomi, kehidupan sosial dan budaya serta kehidupan agama. Untuk
penyebab berakhirnya kerajaan Bima tidak ada penjelasan secara rinci. Padahal pada
masa periode kepemimpinan Muhammad Salahuddin, kehidupan masyarakat di
Bima cukup makmur dan maju dalam berbagai bidang.sedangkan peninggalan
sejarah yang menjadi jejak keberadaan Kesultanan Bima, diantaranya sebagai
berikut :
1. Istana Asi Mbojo
2. Istana Asi Bou
3. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin
4. Masjid Al-Muwahiddin
5. Rimpu
B. Saran
Dengan adanya keberadaan kerajaan-kerajaan yang terlahir di Indonesia, kita
harus bisa mengapresiasi peninggalan-peninggalan yang menjadi sumber ilmu
pendidikan dari generasi ke generasi. Upaya pengapresiasian itu sendiri dapat dengan
melestarikannya, memeliharanya, dan tidak merusaknya. Jika kita dapat
berpartisipasi dalam upaya tersebut, berarti kita mengangkat derajat dan jati diri
bangsa. Dengan begitu kita dapat menanamkan rasa nasionalisme terhadap negara
Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA