Anda di halaman 1dari 18

UJI STABILITAS KADAR PROTEIN DALAM SEDIAAN KAPSUL

FREEZE DRY FASE AIR EKSTRAK IKAN GABUS (Channa Striata)


MENGGUNAKAN METODE LOWRY

NASKAH PUBLIKASI

REYNALDI RIZKY PRATAMA


I1022151049

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
STABILITY TEST OF PROTEIN LEVELS IN PREPARATIONS
FREEZE DRY CAPSULES WATER PHASE COK FISH EXTRACT
(Channa Striata)USING THE LOWRY METHOD

Reynaldi Rizky Pratama1, Mohamad Andrie1, Wintari Taurina1


Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak
Email: reynaldirizkyp@gmail.com

ABSTRAK
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan yang memiliki
kandungan protein yang tinggi. Tetapi sebagian besar masyarakat kurang
menyukai ikan gabus, karena rasa dan baunya yang amis. Oleh karena itu,
digunakan alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara
memproses fase air ekstrak ikan gabus menggunakan metode pengeringan
beku/Freeze dry (lyophilization) dan dikemas dalam sediaan kapsul. Sediaan
kapsul digunakan karena kepraktisannya untuk memberikan kenyamanan
bagi konsumen dan dapat menutupi bau amis dari ikan gabus selain itu
cangkang kapsul berfungsi untuk menjaga bahan aktif dari pengaruh
lingkungan sehingga diharapkan bisa menjaga stabilitasnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas kadar protein freeze dry fase
air ekstrak ikan gabus yang dibuat dalam bentuk sediaan kapsul setelah
disimpan selama 28 hari dengan suhu 30oC dan kelembaban 75%.
Pengukuran kadar protein dilakukan pada hari ke 0, 3, 7, 14, 21, dan 28 untuk
kemudian dianalisis dengan metode Lowry. Berdasarkan hasil uji kadar
protein sediaan kapsul freeze dry fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata)
yang diuji selama 28 hari mengalami ketidakstabilan, dimana penurunan
kadar yang signifikan dimulai dari hari ke-7 sedangkan sediaan yang tidak
dikapsul mengalami ketidakstabilan dimulai dari hari ke-7. Stabilitas sediaan
kapsul tidak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sediaan
yang tidak dikapsul.

Kata kunci : Ikan gabus, Stabilitas protein, Metode Lowry


ABSTRACT
Snakehead fish (Channa striata) is one of the fish that has a high protein
content. But most people don't like snakehead fish, because of its fishy taste and
smell. Therefore, an alternative is used to overcome this problem by processing the
aqueous phase of snakehead fish extract using the Freeze dry (lyophilization)
method and packaged in capsules. Capsule preparations are used because of their
practicality to provide comfort for consumers and can cover the fishy smell of
snakehead fish besides that the capsule shell functions to protect the active
ingredients from environmental influences so that it is expected to maintain its
stability. The purpose of this study was to determine the stability of the freeze dry
protein content in the aqueous phase of snakehead fish extract which was made in
capsule dosage form after being stored for 28 days at a temperature of 30oC and
75% humidity. Measurement of protein content was carried out on days 0, 3, 7, 14,
21, and 28 and then analyzed by the Lowry method. Based on the test results of the
protein content of the frozen dry capsules in the aqueous phase, snakehead fish
extract (Channa striata) which was tested for 28 days experienced instability, where
a significant decrease in levels started from the 7th day while the non-capsulated
preparations experienced instability starting from the 7th day. . There is no
significant difference in the stability of capsule preparations compared to non
capsulated preparations.

Key words : snakehead fish, protein stability, Lowry method


PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan
oleh manusia, karena memiliki kandungan protein yang tinggi, selain itu juga
mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Salah satu
ikan yang memiliki kandungan dan manfaat tersebut adalah ikan gabus
(Channa striata)(1). Kadar protein ikan gabus (Channa striata) mencapai
25,5% dibandingkan protein ikan lainnya, albumin ikan gabus cukup tinggi
mencapai 6,22% dan daging ikan gabus mengandung mineral seng dengan
kadar 1,74 mg/100 gram(2). Peningkatan albumin pada pasien pasca bedah
yang diberikan kapsul ekstrak ikan gabus (Channa striata) selama 10 hari
yaitu sebesar 0,7 g/dl dan mempercepat penyembuhan luka operasi(3).
Pengolahan yang tepat dapat meningkatkan kadar protein pada olahan
daging ikan gabus(4). Frezee dry merupakan salah satu metode pengeringan
yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil
pengeringan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas,
dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma,
warna, dan unsur organoleptik lain) dan dapat mempertahankan stabilitas
struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan
sangat kecil)(5,6). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengungkapkan
bahwa selama proses pengeringan bahan pangan semakin hilang kadar air
pada bahan saat pengeringan,maka akan menyebabkan naiknya kadar zat gizi
pada bahan pangan(7).Produk freeze dry ini mempunyai sifat sangat
higroskopis mudah menyerap air selain itu sifat protein yang terkandung
didalam produk freeze dry juga memiliki tingkat stabilitas yang rendah. Hal
ini salah satu faktor dimana pada hasil orientasi penelitian sebelumnya
terdapat perubahan fisik pada produk freeze dry yaitu berubah warna dari
putih menjadi kuning kecoklatan. Karena itu, diperlukan proses pengemasan,
pemilihan bahan pengemas, dan tempat penyimpanan sediaan yang tepat
sehingga akan mampu melindungi dan menjaga stabilitas produk(9). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini produk freeze dry dibuat dalam bentuk
sediaan kapsul yang diharapkan dapat mempertahankan stabilitas kadar
protein yang terdapat didalam sediaan tersebut. Sediaan kapsul digunakan
karena kepraktisannya untuk memberikan kenyamanan bagi konsumen dan
dapat menutupi bau amis dari serbuk hasil freeze dry fase air ekstrak ikan
gabus tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gadri yang
melakukan uji stabilitas kadar ketoprofen yang dibuat dalam sediaan kapsul,
dimana sediaan disimpan pada suhu 40oC selama 28 hari. Persen penurunan
kadar dalam kapsul HPMC-Karagenan sebesar 2,33% sedangkan kapsul
gelatin sebesar 0,93%(7). Oleh karena itu peneliti menggunakan cangkang
kapsul gelatin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pamudji kadar rata-
rata sediaan setelah penyimpanan 28 hari pada suhu 40°C dan kelembaban
75% adalah 99,96 ± 0,16 µg/mL, bahwa sediaan stabil dan dapat mencegah
betametason 17-valerat terdegradasi menjadi 21-valerat. Penetapan kadar
protein pada penelitian ini ditetapkan menggunakan metode Lowry.
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Reaksi

yang terlibat adalah kompleks Cu (II)-Protein akan terbentuk sebagai mana

metode Biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi

Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin Ciocalteu, kompleks

phosphomolybdat– phospotungstate (phosphomolybdotungstate),

menghasilkan hetero- polymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus

aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna

biru intensif yang dapat terdeteksi secara kalorimetri. Kekuatan warna biru

terutama bergantung pada kandungan residu triptopan dan tirosinnya.

Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) dari pada metode

biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas

deteksinya berkisar pada konsentrasi 0,01 mg/mL(39). Metode Lowry

bergantung pada dua reaksi yang berbeda. Reaksi pertama adalah

pembentukan kompleks ion tembaga dengan ikatan amida, membentuk


tembaga yang berkurang dalam larutan alkali. Ini disebut kromofor Biuret

dan biasanya distabilkan dengan penambahan tartrat(40). Reaksi kedua adalah

reduksi pereaksi Folin Ciocalteu (phosphomolybdate dan phosphotungstate),

terutama oleh kompleks ikatan antara tembaga-amida dan dipengaruhi oleh

jumlah kandungan tirosin dan triptofan. Reagen Folin Ciocalteu yang

membentuk warna biru dapat dideteksi dengan spektrofotometer di kisaran

500 sampai 750 nm. Reaksi Biuret sendiri tidak terlalu sensitif, dengan

menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu untuk mendeteksi ion tembaga yang

mengalami reduksi, alat uji Lowry hampir 100 kali lebih sensitif daripada

reaksi Biuret saja(41). Zat berikut yang diketahui mengganggu uji Lowry yaitu

deterjen, karbohidrat, gliserol, Trisin, EDTA, Tris, senyawa potassium,

senyawa sulfhidril, senyawa disulfida, kebanyakan fenol, urat, guanin, xantin,

magnesium, dan kalsium(42).


METODE

ALAT

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat press

hidrolik (modifikasi), alat sentrifugasi (PLC Series), alat freeze dryer

(Labconco model 7948030 Freezone-Stoppering Tray Dryers buatan

Amerika), beaker glass 250 mL (Pyrex), labu ukur 10 mL (Pyrex), tabung

reaksi (Pyrex), timbangan analitik (Denver Instrumen), alat pencetak kapsul,

climatic chamber.

BAHAN

Bahan yang digunakan antara lain fase air ekstrak ikan gabus

(Channastriata), aquabidest, Reagent Folin-Ciocalteu (Merck®) Reagent

Biuret (Merck®) larutan bovine serum albumin (BSA) (Merck®) dan

cangkang kapsul.

Cara Kerja
Preparasi sampel : Ikan gabus dibersihkan, dibuang bagian kepala dan isi
perutnya, serta dibuang sisiknya, kemudian ditimbang dagingnya. Daging
ikan gabus dikukus dalam panci selama ± 30 menit pada kompor gas dengan
suhu 70º C, kemudian daging ikan gabus ini dibungkus dengan kain flanel
dan dimasukkan ke dalam alat press hidrolik. Selanjutnya dilakukan
pengepresan berulang untuk mengambil ekstrak ikan gabus. Ekstrak ikan
gabus yang telah didapat ditampung, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditutup dengan clean pack dan alumunium foil, kemudian ekstrak
disentrifugasi selama 60 menit pada kecepatan 6000 rpm, setelah itu ekstrak
ikan gabus dipisahkan fase minyak, fase air, dan pengotor (endapan)
menggunakan pipet tetes dan disimpan di dalam wadah berupa botol kaca
gelap yang ditutup dengan aluminium foil dan clean pack. Disaring
menggunakan kertas saring warnanya putih bersih dan teksturnya kelihatan
renyah kertas saring berukuran 0,45 mikron (Kertas saring Millipore),
sehingga lebih mudah dihaluskan, sedangkan yang tidak disaring warnanya
kekuningan dan memiliki tekstur yang keras, susah di haluskan karena masih
terdapat fase minyak yang dapat membentuk gumpalan pada hasil freeze dry.
Kemudian diambil fase airnya dan dilanjutkan pada proses freeze dryer. Hasil
freeze dry yang di dapat dihaluskan. Setelah itu serbuk hasil freeze dry
tersebut dikemas dalam kapsul menggunakan alat pencetak kapsul.
Dimasukan kapsul kedalam wadah tertutup yang telah diisi dengan silika gel
dengan tujuan mengurangi interaksi isi kapsul dan kontaminasi uap air di
udara.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Pembuatan Larutan Induk
Ditimbang 0,10 gram Bovin Serrum Albumin (BSA), dilarutkan

dengan air suling dalam labu ukur 10 ml sampai tanda batas, sehingga

diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 10.000 ppm lalu didiamkan

selama 55menit.

Pembuatan kurva standar

Pembuatan kurva standar untuk menentukan persamaan regresi linier.

Dilakukan dengan disiapkan enam labu takar ukuran 10 ml, Selanjutnya

diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang.
Tabel 5. Komposisi Tabung Kurva Standar

Larutan Air suling Konsentrasi Larutan yang Pereaksi Pereaksi


Induk BSA (ppm) diambil (mL) Biuret Folin-
(mL) (mL) Ciocalteu
(mL)
0 Ad 10 mL 0 0 6 0,5
1,2 Ad 10 mL 600 0,6 6 0,5
1,4 Ad 10 mL 700 0,7 6 0,5
1,6 Ad 10 mL 800 0,8 6 0,5
1,8 Ad 10 mL 900 0,9 6 0,5
2 Ad 10 mL 1000 1 6 0,5

Penetapan Kadar Sampel

Sampel penelitian merupakan sediaan kapsul ekstrak ikan gabus

(Channa striata). Dilakukan pengukuran kadar pada hari ke 0, 3, 7, 14, 21

dan 28. Sebelum dilakukan uji sediaan kapsul dilarutkan terlebih dahulu

selanjutnya diuji menggunakan metode Lowry. Air yang mengandung

protein ditambahkan dengan reagen Biuret sebanyak 6 ml. Air yang

mengandung protein yang telah ditambahkan reagen Biuret digojog

kemudian inkubasi selama 10 menit dalam water bath dengan suhu 50ºC

kemudian didinginkan pada suhu ruang ± 20-25 0C. Selanjutnya tambahkan

dengan reagen Folin- Ciocalteu 0,5 mL, digojog kemudian inkubasi selama

30 menit dalam water bath dengan suhu 50ºC kemudian didinginkan pada

suhu ruang ± 20-25 0C. Selanjutnya disimpan dalam labu takar pada suhu

ruang selama waktu operating time yang didapatkan agar larutan tersebut
bereaksi, sampai terbentuk warna biru sempurna. Kemudian dibaca

absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang didapatkan dengan

menggunakan alat spektrofotometer visibel.

Verifikasi Metode Analisis


Uji Linearitas
Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk

memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit.

Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari metode

kuadrat terkecil, yaitu y = bx + a Persamaan ini akan menghasilkan koefisien

korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui

linearitas suatu metode analisis. Penetapan linearitas minimum

menggunakan lima konsentrasi yang berbeda. Nilai koefisien korelasi yang

memenuhi persyaratan adalah lebih besar dari 0.9970 (56).

Penentuan linearitas kurva kalibrasi dibuat dengan beberapa variasi

konsentrasi larutan BSA yaitu 600, 700, 800, 900 dan 1000 ppm. Larutan

sampel di baca absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Visible

pada panjang gelombang 630 nm dan didapatkan hasil seperti pada (tabel 6).

Uji Presisi

Presisi menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk

memberikan hasil yang relatif sama pada pengukuran berulang. Kriteria

penerimaan untuk uji presisi yaitu RSD ≤ 20%. Uji presisi ini dilakukan

dalam medium aquadest. Nilai tersebut menunjukkan telah memenuhi nilai

presisi.
Uji Akurasi

Akurasi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kriteria

penerimaan untuk uji akurasi yaitu % recovery berada pada rentang 90-

107%. Uji akurasi dilakukan pada medium akuades. Hasil uji menunjukkan

akurasi yang baik karena masih berada pada rentang 90-107%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran kadar bertujuan untuk melihat stabilitas sediaan kapsul
setelah penyimpanan 28 hari dan digunakan kontrol sebagai pembanding
yaitu freeze dry fase air ekstrak ikan gabus yang tidak dikapsul.

Tabel 10. Hasil rata-rata kadar protein yang dikapsul dan tidak
dikapsul 28 hari

Sediaan Kadar Protein (ppm) ±SD

Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7 Hari ke14 Hari ke 21 Hari ke 28


F1 191212,5± 190417,8 ± 183819,1 173800,8 170944,5 160930,8
2384,2 3065,614 ± ± ± ±
3814,65 1261,627 4370,364 3337,863

F2 192166,2 ± 190735,7 ± 184059,9± 176430,5 ± 167847,1 ± 161171,6 ±


2185,125 4156,999 4370,288 8313,998 3600,71 161171,6
kadar dalam 1 gr
200000
190000
180000
170000
160000 Kapsul
150000 Serbuk
140000
0 3 7 14 21 28
Hari

Gambar 17. Grafik Penurunan Kadar Protein Sediaan Kapsul


dan Tidak Dikapsul

Berdasarkan hasil uji normalitas shapiro-wilk dan uji homogeneity of

variances sediaan kapsul freeze dry didapat hasil nilai signifikansi perbedaan

persentase kadar protein pada sampel kapsul freeze dry dan tidak dikapsul

adalah nilai p>0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data uji normalitas dan

uji homogenitas tersebut mengikuti distribusi normal dan homogen.

Analisis telah memenuhi syarat karena telah memenuhi uji normalitas

dan homogenitas sehingga dapat dilanjutan uji untuk membandingkan kedua

data sampel tersebut. Kadar protein freeze dry fase air ekstrak ikan gabus

yang dibuat dalam sediaan kapsul dibandingkan kontrol yaitu dengan freeze

dry yang tidak dikapsul dianalisa dengan independent t-test. Berdasarkan

hasil uji statistik nilai Sig. (2-tailed) >0,05 maka H0 ditolak yang berarti

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sediaan yang dikapsul

dengan yang tidak dikapsul.


Berdasarkan hasil uji statistik kadar sediaan kapsul dan serbuk freeze

dry fase air ekstrak ikan gabus (Channa striata) hasil uji Post Hoc pada hari

ke-0 yang dibandingkan dengan hari ke-3 tidak mengalami perbedaan kadar

yang signifikan dengan tidak adanya tanda (*). Tetapi pada kadar hari ke-0

dibandingkan dengan hari ke-7 sudah mengalami perbedaan kadar yang

signifikan dengan terdapatnya tanda (*). Hal ini membuktikan bahwa

penurunan % kadar protein sediaan kapsul dan serbuk mengalami

ketidakstabilan dimulai pada hari ke-7.

Hasil Freeze dry fase air ekstrak ikan gabus yang dikapsul dan tidak

dikapsul mampu menjaga stabilitas kadar proteinnya hingga hari ke-3 dan

mulai mengalami ketidakstabilan dihari ke-7. Hal ini terjadi karena produk

freeze dry ini dapat meninggalkan kadar air sampai 1%, sehingga masih

adanya kemungkinan akan mengalami penguraian oleh bakteri (4). Selain itu

sifat gelatin dalam penyimpanan adalah selalu menyesuaikan kelembabanya

dengan dengan kelembaban lingkungan. Ketika ditempatkan pada kondisi

kelembaban tinggi gelatin akan mengalami peningkatan kelembaban,

demikian juga sebaliknya.

Hal tersebut disebabkan karena produk hasil freeze dry meninggalkan

rongga (pori) bersifat porous setelah pengeringan dan mudah sekali larut

dalam air. Jadi ketika sediaan disimpan dalam kelembaban yang tinggi maka

kadar air pada sediaan juga akan meningkat sehingga dapat memicu

timbulnya bakteri yang akan mengkontaminasi protein dan akan

mempengaruhi stabilitas protein didalam kapsul. Penyimpanan pada suhu


ruang protein mengalami degradasi akibat aktivitas enzim. Salah satu enzim

yang telah banyak dipelajari adalah enzim protease yang berfungsi

mengkatalis hidrolisis ikatan peptida pada protein. Temperatur

mempengaruhi aktivitas enzim pada temperatur rendah, reaksi enzimatis

berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga

suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum(57). Selain

itu semakin lama penyimpanan maka kadar protein akan turun karna proses

proteolitik dan lepolitik yang menjadi substansi yang bisa dimanfaatkan oleh

bakteri misalnya energi. Pada mekanisme perubahan tersebut biasanya dapat

menghasilkan air dan secara otomatis akan menurunkan kadar protein(58).

Penambahan air tersebut dapat dihindari dengan penambahan silica gel pada

wadah kemasan. Hal Penggunaan sediaan kapsul juga mempermudah pasien

dalam mengkonsumsi obat tersebut, pasien dapat mengatur dosis yang

digunakan, dan dapat melindungi dari rasa dan bau amis dari ikan gabus

yang kurang disukai oleh sebagian besar masyarakat.


Kesimpulan

Kadar protein sediaan kapsul dan serbuk freeze dry fase air ekstrak

ikan gabus (Channa striata) yang diuji selama 28 hari mengalami

ketidakstabilan dimana penurunan kadar yang signifikan dimulai dari hari

ke-7. Sehingga dapat disimpulkan tidak adanya pengaruh antara dikapsul

dan tidak dikapsul terhadap kestabilan protein.


DAFTAR PUSTAKA

1. Natsir, NA Latifa,S. Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap

Merah dan Ikan Kerapu Bebek. Jurnal Biology Science & Education.

2018 ; 07 (01) : ISSN 2541-1225.

2. Carvallo, 1998. Studi Profil Asam Amino, Albumin dan Mineral Zn

Pada Ikan Gabus dan Tondang. (Skripsi). Unibraw Malang.

3. Taslim, N. A., Hidayanty, H., Jafar, N. Pengaruh Pemberian Kapsul

Konsentrat Ikan Gabus Pada Pasca Bedah di RSU DR. Wahidin

Sudirohusodo Makasar. Agustus 2017. 4 (2). Bagian Gizi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

4. Yulvianti M., Ernayati W., Tarsono., Alfian R. Pemanfaatan Ampas

Kelapa Sebagai Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi Serat dengan

Metode Freeze Drying. Jurnal Integrasi Proses. 2015 ; 5 (2) : Hal 101 –

107.

5. Paliliewu N, Datau EA, Matheos JC, Surachmanto EE. Channa striatus

capsules induces cytokine conversion in pulmonary tuberculosis

patients. J Exp Integr Med. 2013 [cited Jun 26, 2014]; 3(3): 237-42.

doi:10.5455/jeim.

6. Yana, M.I, Kusnadi, J. Pembuatan Yogurt Berbasis Kacang Tunggak

(Vigna Unguiculata) dengan Metode Freeze Drying (Kajian Jenis dan

Konsentrasi Bahan Pengisi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2015 ; 03

(03) : Hal. 1204.


7. Gadri, A,Priani, S.E. Stabilitas Kadar dan Laju Disolusi Ketoprofen

dalam Sediaan Kapsul Gelatin dan Hpmc-Karagenan. Prosiding SNaPP

2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan. 2012 ; 03 (01) : Hal 87.

ISSN:2089-3582.

8. Lehninger Albert L. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.1993.

9. Foodreview Indonesia. Freeze Drying Technology : for Better Quality

& Flavor of Dried Products. Foodreview Indonesia. 2013 ; 07(02) : Hal

52-56

10. Harmita. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2004 : 1 (3).

11. Wuryanti. Isolasi dan Penentuan Aktivasi Spesifik Enzim Bromelin dari
Buah Nanas (Ananas comosus L.,). Artikel: JKSA. 2004 : VII(3).

12. Andayani R. Yenti R. Gustiva W. Pengaruh lama penyimpanan pada


suhu kamar dan lemari pendingin terhadap kandungan protein pada
dadih kerbau yangan metode kjeldahl. SCIENTIA. 2011 : 1(1). ISSN
2087-5045.

Anda mungkin juga menyukai