Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penggunaan ekstrak etanolik Padina sp.
terhadap daya simpan filet ikan kembung selama penyimpanan pada suhu kamar. Filet ikan kembung
direndam selama 30 menit dalam larutan ekstrak etanolik Padina sp. dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 1,5; dan 2
g/ 100 mL akuades. Filet ikan kembung kemudian disimpan pada kotak styrofoam pada suhu kamar selama
24 jam dengan selang waktu pengamatan setiap 6 jam. Parameter yang diamati meliputi: pH, Total Plate Count
(TPC), kadar histamin, kandungan bakteri pembentuk histamin (BPH), dan organoleptik (kenampakan,
bau, dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanolik Padina sp. yang
berbeda memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai TPC, kandungan BPH, dan nilai organoleptik
keseluruhan filet ikan kembung selama 24 jam. Filet ikan kembung yang diberi ekstrak etanolik Padina sp.
masih layak konsumsi hingga jam ke-6.
Abstract
The aim of this research was to determine the effect of Padina sp. ethanolic extract on shelf life of
mackerel fillet during storage at room temperature. Mackerel fillet soaked up into Padina sp. extract solution
at various concentration (0; 0.5; 1; 1.5; and 2 g/100 mL) for 30 minutes and stored in styrofoam box at room
temperature for 24 hours. The fillet observed every 6 hours. The observed parameters were pH, total plate
count (TPC), total histamine forming bacteria, total histamine, and organoleptic tests. The results showed
that the quality parameters of the fillet were significantly affected (p<0.05) by concentration of Padina sp.
extract. Total histamine parameter showed that mackerel fillet was safe for consumption until 24 hours of
storage time. The treatment of Padina sp. ethanolic extract made mackerel fillet consumable up to 6 hours.
Mangunwardoyo et al. 2007 menyatakan November 2013. Bahan lain yang digunakan
bahwa bakteri Staphylococcus spp. mampu selama penelitian berupa etanol (J.T.Baker),
menghasilkan histamin hingga mencapai Trypticase Soy Broth (TSB) (Oxoid), Tryptone
kadar 124,37 mg sehingga perlu dilakukan Soy Agar (TSA) (Oxoid), Plate Count Agar
penanganan khusus selama masa penyimpanan (PCA) (Oxoid), medium Niven agar, metanol
untuk dapat mempertahankan mutu dan kondisi (J.T.Baker), resin Dowex, HCl (J.T.Baker) dan
produk ikan sehingga tetap terjaga kualitas dan H3PO4 (J.T.Baker). Peralatan yang digunakan
keamanannya untuk dikonsumsi. dalam penelitian ini adalah waterbath (Sibata),
Beberapa contoh bahan alami telah rotary vacum evaporator (Buchi), freeze dryer,
diketahui memiliki potensi menghambat blender, inkubator (Isuzu Incubator Himawari),
kemunduran mutu ikan selama penyimpanan, kolom kromatografi, dan spektrofotometer
diantaranya alga contohnya Padina sp., (Shimadzu).
Sargassum sp., Gracilaria sp., Caulerpa sp.,
dan Gelidium sp. yang mengandung beberapa Ektraksi Padina sp.
senyawa bioaktif contohnya antibakteri, antivirus Dalam penelitian ini dilakukan
dan antitumor (Atmadja, 1992; Salvador et al. ekstraksi alga Padina sp. untuk mendapatkan
2007; Damirel et al. 2009; Rajasulachana et al. ekstrak etanolik. Metode ekstraksi yang
2009). Penelitian mengenai penggunaan ekstrak digunakan merujuk pada metode ekstraksi
alga untuk memperpanjang daya simpan Padina sp. menggunakan etanol yang dilakukan
fillet ikan telah dilakukan, contohnya ekstrak Malingin et al. (2012) yang dimodifikasi.
Sargassum sp. yang dapat memperpanjang daya Modifikasi dilakukan pada penggunaan
simpan fillet nila merah (Wicaksono 2010) suhu evaporasi pada rotary evaporator yang
dan fillet ikan kembung (Farihah 1993). Selain menggunakan suhu 60oC dimodifikasi menjadi
penggunaan ekstrak Sargassum sp., terdapat juga 40oC untuk mengurangi resiko terjadinya
penelitian mengenai usaha memperpanjang daya kerusakan senyawa yang terkandung dalam alga.
simpan fillet nila merah dengan menggunakan Padina sp. yang sudah dikoleksi dikering-
ekstrak alga Padina sp. (Husni et al. 2014). anginkan selama 48 jam dalam ruangan,
Malingin et al. (2012) melaporkan bahwa terhindar dari sinar matahari langsung.
ekstrak etanolik Padina sp. memiliki aktivitas Padina sp. yang telah kering kemudian
antibakteri terhadap beberapa bakteri yaitu dihancurkan hingga menjadi halus seperti
Staphylococcus aureus, S. pneumoniae, tepung. Sampel sebanyak 1150 g dimaserasi
Escherichia coli dan Neisseria gonorrhoeae. dengan etanol 95% sebanyak 3450 mL selama
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh 24 jam dengan terus digoyang dalam waterbath
penggunaan ekstrak Padina sp. terhadap daya pada suhu kamar (28-29oC) pada kecepatan
simpan fillet ikan kembung (Rastrelliger sp.) 80-90 rpm. Ekstrak disaring dan residu
selama penyimpanan suhu kamar. dimaserasi kembali dengan cara yang sama
menggunakan 1150 mL etanol (setengah
BAHAN DAN METODE volume pelarut awal) selama 24 jam. Filtrat
Bahan dan Alat hasil penyaringan kemudian dicampurkan dan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu
ini terdiri ikan kembung segar yang diperoleh 40oC. Ekstrak pekat yang diperoleh kemudian
dari pasar TPI Pelabuhan Perikanan Samudera dikeringkan dengan freeze dryer selama 2x24
Cilacap dan supermarket Superindo Yogyakarta. jam. Ekstrak kering yang didapat kemudian
Alga Padina sp. didapatkan dari Pantai Drini ditimbang dan disimpan pada suhu –20oC
dan pantai Sepanjang Gunungkidul pada bulan sampai dilakukan pengujian.
Gambar 1 Pengaruh konsentrasi ekstrak etanolik Padina sp. terhadap pH filet ikan kembung yang
■
disimpan pada suhu kamar (◊=0; =0,5; ▲=1; x=1,5; dan □=2 g/100 mL).
reaksi pemecahan glikogen oleh ekstrak etanolik Padina sp. yang berbeda tidak
enzim yang terdapat pada daging memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(Santoso et al. 1999). Setelah penyimpanan (p<0,05) terhadap pH pada fillet ikan kembung
selama jam ke-12 hingga akhir selama penyimpanan 24 jam pada suhu kamar.
masa penyimpanan (jam ke-24)
terjadi kenaikan pH karena terbentuknya Jumlah Bakteri Total (TPC)
senyawa bersifat basa misalnya amoniak hasil Hasil pengujian TPC daging ikan
dari proses perombakan protein pada daging kembung dengan perlakuan ekstrak Padina sp.
ikan oleh enzim dan bakteri (Liviawaty dan selama penyimpanan suhu kamar dapat dilihat
Afrianto 2010). Santoso et al. (1999) pada Gambar 2. Kandungan total bakteri pada
menambahkan bahwa peningkatan nilai daging ikan kembung semakin meningkat
pH pada daging ikan selama penyimpanan seiring dengan lamanya penyimpanan, namun
menunjukan adanya aktivitas enzim proteolitik jumlah bakteri pada fillet ikan kembung yang
yang terdapat pada jaringan daging ikan diberikan perlakuan ekstrak Padina sp. lebih
sehingga terbentuk senyawa amoniak yang rendah dibandingkan tanpa pemberian ekstrak.
bersifat basa. Kandungan maksimal bakteri pada ikan untuk
Nilai pH daging ikan kembung yang dapat dikatakan segar dan layak konsumsi
disimpan pada suhu kamar dengan perlakuan telah diatur dalam SNI 01–2729.1–2006 (BSN
pemberian ekstrak Padina sp. berkisar antara 2006c) yaitu 5,0x105 CFU/g. Hasil penelitian
6,63–6,97 pada awal penyimpanan, kemudian menunjukan fillet ikan yang diberikan
mengalami penurunan pada jam ke-6 menjadi perlakuan ekstrak Padina sp. masih layak
kisaran antara 6,00-6,43 dan selanjutnya konsumsi sampai jam ke-6, sedangkan fillet
terus mengalami kenaikan sampai kisaran ikan kembung tanpa pemberian ekstrak sudah
7,60–7,93 pada jam ke-24. Aprianti (2011) tidak layak dikonsumsi. Penyimpanan setelah
menyatakan bahwa ikan kembung yang 12 jam hingga akhir masa penyimpanan 24
disimpan dalam suhu kamar memiliki nilai jam keseluruhan sampel didapatkan sudah tak
pH 6,97 pada awal penyimpanan dan pada layak konsumsi. Penelitian Putro et al. (2008)
jam ke-6 mengalami penurunan menjadi menunjukan bahwa fillet ikan kembung yang
6,72, kemudian meningkat sampai jam ke-24 disimpan pada suhu kamar dengan pemberian
menjadi 7,89. Hasil analisis regresi didapatkan ekstrak bawang putih 2 g/100 mL akuades
bahwa perlakuan pemberian konsentrasi sudah tidak layak dikonsumsi pada jam ke-6
Gambar 2 Pengaruh konsentrasi ekstrak etanolik Padina sp. terhadap jumlah bakteri total (TPC)
■
filet ikan kembung yang disimpan pada suhu kamar (◊=0; =0,5; ▲=1; x=1,5; dan □=2
g/100 mL).
penyimpanan berdasarkan total kandungan sp. mayoritas berasal dari senyawa metabolit
bakterinya. sekunder dari alga tersebut yaitu senyawa
Berdasarkan hasil analisis regresi alkaloid, cardiac glycosides, carotenoids,
didapatkan bahwa perlakuan pemberian flavonoids, saponins, steroids, tannins dan
konsentrasi ekstrak yang berbeda memberikan terpenoids.
pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05)
terhadap kandungan total bakteri pada fillet Kandungan Bakteri Pembentuk Histamin
ikan kembung selama penyimpanan 24 jam. (BPH)
Perlakuan ekstrak 0 g/100 mL akuades tidak Hasil pengujian BPH fillet ikan kembung
berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak 0,5 dengan perlakuan ekstrak Padina sp. selama
g/100 mL akuades sedangkan perlakuan ekstrak penyimpanan suhu kamar dapat dilihat pada
1, 1,5, dan 2 g/100 mL akuades berpengaruh Gambar 3. Kandungan total bakteri pada daging
nyata pada kandungan total bakteri fillet ikan ikan kembung semakin meningkat seiring
kembung selama masa penyimpanan 24 jam dengan lamanya penyimpanan, namun jumlah
pada suhu kamar. Pemberian ekstrak etanolik bakteri pada fillet ikan kembung yang diberikan
Padina sp., khususnya pada konsentrasi 1, 1,5, perlakuan ekstrak Padina sp. lebih rendah
dan 2 g/ 100 mL akuades mampu menghambat dibandingkan dengan fillet ikan kembung
pertumbuhan bakteri dan memperpanjang tanpa perlakuan. Ekstrak Padina sp. dapat
masa simpan fillet ikan kembung. Peningkatan menghambat pertumbuhan bakteri pembentuk
jumlah bakteri terjadi karena daging ikan histamin yang terdapat pada fillet ikan kembung.
merupakan media yang cocok untuk Jumlah bakteri pembentuk histamin pada
pertumbuhan bakteri, mengingat kandungan waktu awal berkisar antara 3,77x102 sampai
protein yang cukup tinggi dari daging ikan itu 5,43x102 CFU/g dan pada jam ke-24 pada
sendiri. Peningkatan jumlah bakteri selama kisaran 2,67x108 sampai 2,94x108 CFU/g. Fillet
penyimpanan ini menunjukan penurunan ikan kembung dengan perlakuan pemberian
tingkat kesegaran ikan (Liviawaty dan Afrianto ekstrak Padina sp. 2 g/ 100 mL akuades memiliki
2010). Husni et al. (2013) menunjukkan jumlah bakteri pembentuk histamin yang paling
bahwa aktivitas penghambatan bakteri oleh rendah, sedangkan jumlah kandungan bakteri
ekstrak Padina sp. terhadap bakteri pembusuk pembentuk histamin paling tinggi didapatkan
pada fillet nila merah. Malingin et al. (2012) pada fillet ikan tanpa perlakuan ekstrak
menyebutkan aktivitas antibakteri pada Padina (kontrol 0 g/100 mL akuades). Hasil penelitian
Pengamatan (Jam)
Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak etanolik Padina sp. terhadap jumlah bakteri pembentuk
histamin (BPH) ikan kembung yang disimpan pada suhu kamar (◊=0; =0,5; ▲=1; ■
x=1,5; dan □=2 g/100 mL).
Putro et al. (2008) menunjukan bahwa fillet ekstrak 1, 1,5, dan 2 g/100 mL akuades
ikan kembung yang disimpan selama 24 berpengaruh nyata. Perlakuan pemberian
jam pada suhu kamar dengan pemberian ekstrak etanolik Padina sp., terutama pada
ekstrak bawang putih memiliki kisaran konsentrasi 1, 1,5, dan 2 g/ 100 mL akuades
jumlah bakteri pembentuk histamin mampu menghambat pertumbuhan bakteri
antara 2,9x102 CFU/g pada awal masa pembentuk histamin pada fillet ikan kembung.
penyimpanan, hingga 2,7x108 CFU/g setelah
24 jam masa penyimpanan. Pemberian ekstrak Kadar Histamin
Padina sp. pada hasil penelitian ini lebih Kandungan histamin yang terdapat pada
baik dalam menghambat pertumbuhan fillet ikan kembung dengan perlakuan ekstrak
bakteri pembentuk histamin pada Padina sp. yang disimpan pada suhu kamar
fillet ikan kembung selama masa 24 selama 24 jam secara keseluruhan mengalami
jam penyimpanan pada suhu kamar. peningkatan dengan kisaran 24,30–166,83
Berdasarkan hasil analisis regresi mg/kg daging dibanding dengan kandungan
didapatkan bahwa pemberian perlakuan ekstrak histamin waktu awal penyimpanan yang
etanolik Padina sp. yang berbeda memberikan hanya berkisar antara 8,76–9,39 mg/kg daging
pengaruh beda nyata (p<0,05) terhadap (Tabel 1). Kandungan maksimum histamin
kandungan bakteri pembentuk histamin pada yang diperbolehkan pada daging ikan untuk
fillet ikan kembung selama penyimpanan dikatakan layak dan aman konsumsi sesuai
24 jam pada suhu kamar. Perlakuan tanpa dengan standar SNI 01-2729.1-2006 adalah 100
pemberian ekstrak etanol dan padina 0,5 g/100 mg/kg daging (BSN 2006c). Dengan demikian
mL akuades menunjukkan tidak beda nyata dari segi kadar histamine fillet ikan kembung
(p<0,05), sedangkan perlakuan pemberian yang diberikan perlakuan ekstrak Padina sp.
masih layak konsumsi hingga penyimpanan daging ikan kembung dengan perlakuan
24 jam, sedangkan fillet ikan kembung yang ekstrak Padina sp. 2 g/100 mL akuades.
tanpa diberikan ekstrak (kontrol 0 g/ 100 Penggunaan ekstrak Padina sp. memberikan
mL akuades) sudah tidak layak konsumsi. pengaruh terhadap kenampakan daging
ikan kembung yaitu adanya warna
Organoleptik Kenampakan Daging Ikan cokelat dan kehijauan pada daging ikan.
Kembung Warna cokelat dan hijau pada daging
Nilai organoleptik kenampakan daging ikan kembung tersebut disebabkan
ikan kembung dengan perlakuan ekstrak oleh warna dominan dari pigmen alga
Padina sp. selama penyimpanan suhu kamar Padina sp. itu sendiri. Salah satu pigmen
disajikan pada Tabel 2. Nilai organoleptik dominan yang terdapat pada alga cokelat seperti
kenampakan daging ikan kembung pada tiap Padina sp. adalah fucoxhanthin yang
konsentrasi ekstrak Padina sp. yang digunakan memberikan warna cokelat (Januar dan
mengalami penurunan seiring dengan lama Wikanta 2011).
penyimpanan, yakni skor 7-8 pada awal
penyimpanan kemudian menurun hingga Organoleptik Bau Daging Ikan Kembung
skor 1–2 pada akhir penyimpanan. Penurunan Nilai organoleptik bau daging ikan
nilai organoleptik kenampakan daging ikan kembung dengan perlakuan ekstrak
kembung pada penyimpanan jam ke-6 masih Padina sp. selama penyimpanan pada suhu
berkisar pada kondisi layak produk ikan segar, kamar dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai
yaitu 7,0. Spesifikasi kenampakan daging ikan organoleptik bau daging ikan kembung pada
kembung pada jam ke-6 yaitu sayatan daging tiap konsentrasi ekstrak Padina sp. yang
sedikit kurang cemerlang, spesifik jenis, tidak digunakan mengalami penurunan seiring
ada pemerahan sepanjang tulang belakang, masa penyimpanan, yakni skor 9 pada awal
dinding perut daging utuh (BSN 2006c). penyimpanan kemudian menurun hingga skor
Nilai organoleptik kenampakan daging 1–4 di akhir penyimpanan. Penurunan nilai
ikan kembung tanpa perlakuan ekstrak organoleptik bau daging ikan kembung pada
Padina sp. (kontrol 0 g/100 mL akuades) pada masa penyimpanan jam ke-12 berkisar 7,0
penyimpanan jam ke-24 menunjukan nilai untuk daging ikan kembung dengan perlakuan
yang terendah bila dibandingkan dengan ekstrak Padina sp. konsentrasi 1, 1,5, dan
nilai organoleptik kenampakan daging 2 g/100 mL akuades, namun untuk daging
ikan kembung dengan perlakuan ekstrak ikan kembung dengan perlakuan ekstrak
Padina sp., sedangkan nilai organoleptik Padina sp. dengan konsentrasi 0 dan 0,5 g
kenampakan yang tertinggi adalah 2,43 pada 100 mL akuades sudah memiliki nilai
organoleptik di bawah 7,0. Sampel ini skor 9 pada awal penyimpanan kemudian
telah mengalami penolakan oleh panelis. menurun hingga skor 1-4 di akhir penyimpanan
Daging ikan kembung dengan perlakuan jam ke-24. Penurunan nilai organoleptik
ekstrak Padina sp. memiliki penurunan tekstur daging ikan kembung pada masa
nilai organoleptik bau yang lebih kecil penyimpanan jam ke-6 masih berkisar pada
dibandingkan dengan penurunan nilai kondisi batas penerimaan oleh panelis, yaitu
organoleptik yang terjadi kontrol. Daging 7,0 untuk daging ikan kembung dengan
ikan kembung dengan perlakuan ekstrak perlakuan ekstrak Padina sp. konsentrasi
Padina sp. memiliki bau khas alga yang 0,5; 1,0; 1,5; dan 2 g/100 mL akuades, namun
menutupi bau dari daging ikan sendiri, untuk kontrol (0 g/100 mL akuades) sudah
sehingga tidak terlalu tercium bau amonia mengalami penolakan oleh panelis (skor < 7,0).
yang menyengat seperti pada daging ikan Daging ikan kembung dengan perlakuan
kembung tanpa perlakuan ekstrak etanolik ekstrak Padina sp. memiliki penurunan
Padina sp. (kontrol). Hasil penelitian Farihah nilai organoleptik tekstur yang lebih kecil
(1993) menunjukan bahwa nilai organoleptik dibandingkan dengan penurunan nilai
bau fillet ikan kembung dengan penambahan organoleptik yang terjadi pada daging
ekstrak Sargassum sp. yang disimpan selama 24 ikan kembung tanpa pemberian ekstrak
jam pada suhu kamar mengalami penurunan Padina sp.. Lama penyimpanan jam ke-
serupa dengan hasil penelitian ini. Kisaran nilai 24 didapatkan daging ikan kembung tanpa
organoleptik pada awal masa penyimpanan perlakuan alga memiliki tekstur yang sangat
berada sekitar nilai 8. Penyimpanan setelah 12 lunak, bekas jari tidak hilang bila ditekan (tidak
jam semua sampel sudah mengalami penolakan elastis) dan daging sangat mudah lepas terurai
dari panelis dengan kisaran nilai organoleptik dan hancur, hal tersebut terjadi disebabkan
antara 3-5 pada jam ke-24. proses degradasi protein oleh bakteri pembusuk
(Widiastuti 2008). Daging ikan kembung
Organoleptik Tekstur Daging Ikan Kembung dengan perlakuan ekstrak Padina sp.
Nilai organoleptik tekstur daging memiliki tekstur yang sedikit lebih kompak
ikan kembung dengan perlakuan ekstrak dibanding dengan daging tanpa perlakuan
Padina sp. selama penyimpanan pada suhu ekstrak, hal ini menunjukan bahwa ekstrak
kamar dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai Padina sp. memiliki pengaruh menghambat
organoleptik tekstur daging ikan kembung aktivitas bakteri, sehingga proses degradasi
yang diberi ekstrak Padina sp. mengalami protein terhambat dan kerusakan tekstur
penurunan seiring masa penyimpanan, yakni daging dapat lebih dihambat dalam
masa penyimpanan pada suhu kamar.