*E-mail: nickhattu@fmipa.unpatti.ac.id
ABSTRACT
The research on the effect of vinegar to histamine content in bullet tuna (Auxis rochei) has been done.
Histamine content of quant itatively determined using a standard curve regression equation (y = 0.005 x - 0.046)
with a price coefficient of determination (R2 = 0.926) is close to unit y. The results showed levels of
histamine in bullet tuna marinated in vinegar with variation concentrations of 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%
within 10 minutes, are 25.9099; 20.0408; 18.9671; 18.7108 and 18.6336 mg/100g respectively. While the
levels of histamine in bullet tuna marinated in 25% of vinegar with variation of 10 minutes, 20 minutes, and
30 minutes, are 18.6336; 16.0550; and 15.5246 mg/100g respectively.
319
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
diproduksi melalui proses dekarboksilase daging ikan komu yang telah direndam dengan
bakterial dari asam amino histidin, dan asam cuka dalam variasi konsentrasi dan waktu
kebanyakan ditemukan dalam jumlah besar perendaman. Penelitian ini bermanfaat karena
pada ikan-ikan dari famili scombridae. dapat dijadikan data ilmiah mengenai kandungan
Keracunan histamin biasanya terjadi setelah histamin pada ikan komu akibat pengaruh asam
mengkonsumsi ikan yang mengandung histamin cuka dan sebagai rujukan data serta informasi
tinggi. Gejala keracunan sangat bervariasi dan dalam pengembangan produk pangan berbahan
merupakan gejala alergis, meliputi gatal-gatal, baku ikan.
diare, demam, sakit kepala, dan tekanan darah
turun (Borade, dkk., 2007 ; Shalaby, 1996; METODOLOGI
Suryanti, 2006 ; & Taylor, 1986). Bahan
Histamin merupakan salah satu anima Bahan-bahan yang digunakan dalam
biogenik yang diproduksi pada jaringan ikan penelitian ini adalah sampel ikan komu, asam
oleh bakteri dari famili Enterobacteriaceae, sulfanilat (p.a. Merck), asam klorida (p.a.
seperti Morganella, Klebsiella, dan Hafnia yang Merck), natrium nitrit (p.a. Merck), natrium
menghasilkan enzim histidin decarboxylase. klorida (p.a. Merck), natrium sulfat anhidrous
Bakteri yang secara alami terdapat pada insang (p.a. Merck), natrium fosfat monohidrat (p.a.
dan usus ikan akan menyebar ke seluruh bagian Merck), natrium karbonat (p.a. Merck), n-
tubuh selama proses penanganan (Sumner dkk., butanol (p.a. Merck), histamin dihidroklorida
2004). (p.a. Merck), akuades, kertas saring whatman no.
Kandungan histamin dapat dijadikan 42, asam cuka komersial merek Dixi.
indikasi mutu ikan komu dan histamin juga
merupakan indikator standar keamanan pangan Alat
produk ikan. Hal ini disebabkan kandungan Peralatan dan instrumen yang akan
histamin dapat menyebabkan efek keracunan. digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keracunan histamin terjadi di seluruh dunia seperangkat alat gelas (Pyrex), neraca analitik,
dan kemungkinan pada umumnya disebabkan blender, pemanas listrik (Cimarec 2), refrigerator
oleh racun yang dihasilkan pada ikan. (LG), sentrifuge (Labofuge 200-Heraeus),
Jepang, Amerika Serikat (USA), dan Inggris spektrofotometer UV-Vis (UV-1700 Pharmaspec
Raya (United Kingdom, UK) merupakan negara - Shimadzu).
dengan jumlah penduduk tertinggi yang
menderita keracunan histamin (Sumner dkk., Prosedur Kerja
2004). Persiapan sampel
Sebagai akibat dari banyaknya prevalensi Ikan komu yang telah diambil dari tempat
keracunan histamin dan tingkat komsumsi penjualan ikan dicuci bersih. Daging ikan bagian
produk hewani khususnya ikan yang tinggi, dorsal (tanpa kulit) diambil dari bagian tubuh
maka pengawasan kualitas pada pangan ikan komu selanjutnya diiris dan ditimbang
diantaranya kandungan histamin perlu sebanyak 5 g setelah itu daging ikan komu
mendapat perhatian serius bahwa perlunya tersebut direndam pada larutan asam cuka 5%,
upaya untuk menghambat dan menurunkan 10%, 15%, 20%, dan 25% dengan volume 30
kandungan senyawa ini dalam produk bahan mL selama 10 menit kemudian dicuci kembali
pangan. Beberapa upaya telah dilakukan di dengan akuades sebanyak 30 mL. Setelah
antaranya ikan direbus terlebih dahulu, ikan diperoleh konsentrasi histamin terendah,
diasapi, ikan direbus dengan penambahan konsentrasi tersebut dipakai untuk
garam. menvariasikan waktu perendaman selama 20
Kandungan histamin dalam ikan juga bisa menit dan 30 menit.
ditentukan berdasarkan pemberian asam cuka.
Pada konsentrasi asam asetat yang rendah dalam Pembuatan pereaksi p-fenildiazonium
waktu penyimpanan 5 jam kandungan histamin sulfonat
dalam ikan cenderung lebih tinggi dibandingkan Campuran 1,5 mL asam sulfanilat 0,9%
pada konsentrasi asam cuka yang tinggi (b/v) dalam HCl pekat dan 1,5 mL NaNO2 5%
(Seumahu dkk., 2010). Dalam penelitian ini (b/v) didinginkan dengan direndam dalam air es
dilakukan penentuan kandungan histamin dalam selama 5 menit. 6 mL dari larutan NaNO2 5 %
320
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
321
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
yakni, y = 0,005x-0,046 dengan koefisien ditemukan pada sampel ikan komu dengan
determinasi R2=0,926. konsentrasi asam cuka 5%. Sementara itu,
konsentrasi terendah ditemukan pada sampel
ikan komu konsentrasi asam cuka 25%.
Tabel 2. Hasil analisis statistika kandungan histamin ikan komu dalam waktu 10 menit
Tingkat signifikan
Perbandingan
(p)
Komu Kontrol Vs Komu, Asam Cuka 5% 0,981
Komu, Asam Cuka 10% 0,181
Komu, Asam Cuka 15% 0,105
Komu, Asam Cuka 20% 0,092
Komu, Asam Cuka 25% 0,088
Komu, Asam Cuka 5% Vs Komu, Asam Cuka 10% 0,454
Komu, Asam Cuka 15% 0,292
Komu, Asam Cuka 20% 0,260
Komu, Asam Cuka 25% 0,251
Komu, Asam Cuka 10% Vs Komu, Asam Cuka 15% 0,999
Komu, Asam Cuka 20% 0,998
Komu, Asam Cuka 25% 0,997
Komu, Asam Cuka 15% Vs Komu, Asam Cuka 20% 1,00
Komu, Asam Cuka 25% 1,00
Komu, Asam Cuka 20% Vs Komu, Asam Cuka 25% 1,00
322
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
ditemukan pada sampel ikan komu dengan cuka. Pemberian asam cuka dilakukan
waktu rendaman 10 menit, sedangkan berdasarkan pertimbangan bahwa asam cuka
konsentrasi terendah ditemukan pada sampel yang meresap ke dalam daging ikan komu
ikan komu dengan waktu rendaman 30 menit. diduga dapat menghambat reaksi pembentukan
histamin oleh enzim melalui proses
Tabel 3. Analisis kandungan histamin ikan dekarboksilase. Selain itu, penambahan asam
komu dalam larutan asam cuka 25% cuka pada ikan juga akan menurunkan pH.
Waktu Konsentrasi Histamin Semakin lama proses perendaman,
(Menit) (mg/100g) semakin meningkat pula penetrasi asam cuka
10 18,6336 ke dalam daging ikan yang direndam. Akibatnya
20 16,0550 rasa daging ikan yang dihasilkan terasa getir
30 15,5246 asam cukanya dengan bau yang sangat tajam.
Daya hambat larutan asam cuka terhadap
Hasil analisis data pengukuran histamin bakteri dan enzim semakin meningkat
secara statistika (Tabel 4) menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya konsentrasi larutan
kandungan histamin dalam daging ikan komu tersebut, namun rasanya semakin tidak disukai.
25% dengan variasi waktu perendaman 20 Fungsi asam cuka memberikan pengawet
menit dan 30 menit tidak berpengaruh nyata dengan menurunkan pH sehingga semua
(p>0,05) dalam penghambatan histamin terhadap bakteri pembusuk terhambat atau terhenti.
daging ikan komu dengan waktu perendaman 10 Namun semakin rendah pH, maka semakin
menit. asam pula bau dan rasa daging ikan komu yang
dihasilkan.
Tabel 4. Hasil analisis statistika kandungan
histamin ikan komu dalam larutan KESIMPULAN
asam cuka 25% Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
Tingkat maka dapat disimpulkan bahwa kandungan
Perbandingan histamin yang terdapat dalam daging ikan komu
Signifikansi (p)
Perendaman vs Perendaman 0,220 (Auxis rochei) dengan variasi konsentrasi asam
10 menit 20 menit cuka 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% dengan
Perendaman 0,134 waktu perendaman 10 menit adalah 25,9099;
30 menit 20,0408; 18,9671; 18,7108 dan 18,6336
Perendaman vs Perendaman 0,921 mg/100g sampel ikan komu. Kandungan
20 menit 30 menit histamin yang terdapat dalam daging ikan komu
dengan variasi waktu 10, 20, dan 30 menit pada
Proses pembentukan histamin pada ikan konsentrasi asam cuka 25% berturut-turut adalah
sangat ditentukan oleh aktivitas enzim histidin 18,6336; 16,0550; dan 15,5246 mg/100g sampel
dekarboksilase yang dihasilkan oleh bakteri ikan komu. Semakin tinggi konsentrasi asam
pembentuk histamin. Suhu optimum bagi cuka dan semakin lama perendaman,
perkembangan bakteri tersebut adalah menghasilkan kadar histamin ikan komu yang
20-30 °C. Penyebab utama pembusukan oleh semakin rendah, walaupun secara statistik tidak
bakteri bersumber dari insang. Sejalan dengan terdapat perbedaan yang signifikan.
hal tersebut, Seumahu dkk (2009) juga
melaporkan kandungan histamin dalam daging DAFTAR PUSTAKA
ikan berdasarkan pemberian asam asetat dengan Alfred, A. 1998. The Effect of Delayed Icing
konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% and Gutting on The Quality of Freshwater
menurun dari 51,10 mg/100g menjadi 42,29 Arctic Charr (Salvelinus alpinus L.).
mg/100g sampel selama 5 jam. Iceland: United Nation University-Fisheries
Semakin tinggi konsentrasi asam cuka dan Training Programe.
semakin lama perendaman, maka kadar histamin Aninomous, 2007. Kecil, Persentase Ekspor
ikan komu semakin rendah. Hal ini disebabkan Perikanan Lokal ke Cina.
karena kandungan histamin dalam daging ikan http://www.bisnisbali.com/2007/08/10/news/
komu ditentukan berdasarkan pemberian asam
323
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
324
Nikmans Hattu, dkk / Ind. J. Chem. Res., 2016, 3(2), 319-325
Hibah Bersaing 2010, Universitas Tsai, Y.H., Kung, H.F., Lee, T.M., Chen,
Pattimura. H.C., Chou, S.S., Wei, C.I. dan Hwang,
Shalaby, A. R. 1996. Significance of D.F. 2005. Determination of Histamine
Biogenic Amines to Food Safety and in Canned Mackerel Implicated in a
Human Health. Food Res.Int., 29(7): Food Borne Poisoning, Food Control,
675-690. 16(7): 579-585.
Suharna, C. 2006. Kajian Sistem Wicaksono, Dhias. 2009. Asesmen Risiko
Manajemen Mutu pada Pengolahan Histamin Selama Proses Pengolahan
“Ikan Jambal Roti” di Pangandaran – pada Industri Tuna Loin. Skripsi.
Kabupaten Ciamis. Tesis, Program Studi Program Studi Teknologi Hasil
Manajemen Sumberdaya Pantai, Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Program Pascasarjana Universitas Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Diponegoro. Semarang. Winarno, F. G. 1983. Enzim Pangan.
Sumner J, Ross T, Ababouch L. 2004. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Application of Risk Assessment in the Wudianto, M., Agustinus., dan P. Anung.
Fish Industry. Roma: FAO. 2007. Memancing di Perairan Tawar
Suryanti, Wikanta, T. dan Indriati, N. 2006. dan di Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kandungan Histamin pada Beberapa 125 hlm.
Produk Hasil Perikanan, Pusat Riset Yeh, C.Y., Lin, S.J. dan Hwang, D.F.
Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi 2006. Biogenic Amines, Histamine and
Departemen Kelautan dan Perikanan. Label of Dressed Fried Fish Meat
Taylor, S. L. 1986. Histamine Food Products in Taiwan, Food Control, 17:
Poisoning : Toxicology and Clinical 423–428.
Aspects. Critical Review in Toxicology.
17: 91-128.
325