Oleh :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Gnathostomata
Class : Osteichtyes
Subclass : Actinopterygii
Infraclass : Teleostei Gambar 1. Thunnus sp.
Superorder : Acanthopterygii
Order : Percifomes
Suborder : Scromboidei
Famili : Scrombidae
Gambar 2. Katsuwonus
Subfamili : Thunnini
Genus : Thunnus (8 species)
Katsuwonus (1 species)
Euthynnus (3 species)
Auxis (2 species) Gambar 3. Euthynnus sp.
Pembentukan Histamin
Histamin merupakan senyawa monoamine siklik/ amin biogenik yang
dihasilkan dari proses deaminasi dan dekarboksilasi asam amino histidin bebas (α-
amina-β-inidosal asam propionat) akibat aktivitas enzim – enzim spesifik bakteri. Enzim
spesifik yang sangat mempengaruihi proses pembentukan histamin adalah enzim L-
Histidine Decarboxylase (Hdc) (Mangunwardoyo et al, 2007). Histamin memiliki berat
molekul rendah yang terdiri atas sisi rantai etilamin dan cincin imidazol yang tidak larut
dalam air dan merupakan biogenik amin yang memiliki pengaruh fisiologis pada manusia
(Shahidi dan Bota, 1994). Biogenik amin (Histamin) dihasilkan dari reaksi enzimatik dari
gugus asam karboksilat pada asam amino yakni Histidin yang pada umumnya terjadi
akibat aktivitas bakteri. Jika ikan tidak segera ditangani dengan cepat maka protein-
protein yang telah berubah menjadi asam amino bebas akibat reaksi autolysis akan
diuraikan oleh bakteri enzimatik menjadi senyawa biogenik amin yakni histamin yang
dapat membahayakan manusia (Eerola 1993 dalam Nurjanah 2011).
Ikan yang terkontaminasi bakteri penghasil enzim histidin dekarboksilase
akan mengubah asam amino menjadi biogenik amin melalui proses dekarboksilasi.
Asam-asam amino yang mengalami proses dekarboksilasi seperti asam amino histidin,
lisin akan menghasilnya senyawa senyawa yang dapat dijadikan sebagai tanda-tanda
terjadinya kerusakan pada ikan. Seperti histidin menghasilkan senyawa berbahaya
seperti histamin dan lisin yang menghasilkan senyawa berbau tidak sedap seperti
kadeverin dan putresin yang dihasilkan oleh lisin Akumulasi biogenik amin pada jumlah
yang besar akan membahayakan apabila dikonsumsi karena bersifat toksik (Halasz et al.
1994 dalam Nurjanah 2011).
Histidin bebas pada daging ikan sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
histamin pada daging ikan. Daging ikan yang berwarna gelap memiliki kandungan histidin
bebas yang lebih besar dibandingkan dengan kandungan histidin bebas pada daging
putih. Namun, apabila dilihat dari segi kandungan histamin, daging merah memiliki
kandungan trimetilamin oksida/ TMAO yang tinggi yang berfungsi untuk menghambat
terjadinya pembentukan histamin sehingga kandungan histamin pada daging merah lebih
rendah dibandingkan dengan daging putih (Winarno, 1993). Perubahan histidin menjadi
histamin dapat dilihat pada Gambar 4.
H2N O H2N
Histadine
CH Decarboxylase CH-H
OH
N N
NH CO2 NH
Histidine Histamin
Daftar Pustaka
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Irianto dan Giyatmi. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Universitas
Terbuka. Jakarta.
Mangunwardoyo W, Romauli AS, dan Endang SH. 2007. Seleksi dan pengujian aktivitas
enzim L-histidine decarboxylase dari bakteri pembentuk histamin.
Makara Sains 11 (2):104-109.
Nurjanah, dkk. 2011. Bahan Baku Hasil Perairan. IPB Press. Bogor.
Omura Y, Price RJ, Olcott HS. 1978. Histamin forming bacteria isolated from spoiled
skipjack tuna and mackerel. Journal of Food Science 43(6):1779-1781.
Shahidi F, Botta JR. 1994. Seafood: Chemistry, Processing Technology and Quality.
London: Blackie Academic and Professional.
Winarno FG. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.