dalam mensukseskan program pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat dalam menyediakan protein yang murah. Beberapa kasus yang berhubungan dengan keracunan pangan salah satunya adalah kasus keracunan akibat mengkonsumsi ikan. Kasus keracunan histamin dikenal sebagai scombroid food poisoning, yang timbul setelah mengkonsumsi ikan dari jenis Scombridae atau Scomberesocidae (tuna, tongkol, cakalang)
Tipe
Gejala
Gastrointestinal (pencernaan) Mual, muntah, diare, sakit perut (kram) Neurologik (syaraf) Sakit kepala, berdebar-debar, rasa berdenyar-denyar, rasa terbakar, rasa gatal Hemodinamik (tekanan darah) Tekanan meningkat Subkutan (permukaan kulit) Kulit wajah dan tubuh memerah dan bengkak, kulit meradang pada tempat-tempat tertentu.
Histamin (1H-imidazol-4-ethanamin), salah satu senyawa dari golongan biogenik amin merupakan senyawa hasil dekarboksilasi dari asam amino histidin bebas. Selain terkandung secara alami dalam bahan pangan, histamin dapat timbul melalui proses pengolahan dan penyimpanan. Bahan pangan yang mengalami kerusakan, terutama bahan kaya protein dapat mengandung histamin dalam konsentrasi yang cukup besar. Protein akan terdegradasi menjadi asam amino yang kemudian terdekarboksilasi secara enzimatik menjadi
biogenik amin.
Istilah scombroid fish poisoning tidak lagi digunakan saat ini karena ikan lain selain jenis scombroid maupun bahan pangan lain dengan kandungan histamin yang tinggi dapat menyebabkan keracunan. Hanya negara-negara tertentu seperti Jepang, Amerika, Inggris dan Canada melakukan pendataan secara statistik terhadap kasus keracunan histamin. Keracunan histamin sering timbul di negara-negara dengan konsumsi ikan yang tinggi. Selain jenis ikan, metode preparasi ikan dan kebiasaan
Ikan merupakan komoditi yang mudah rusak oleh penanganan pasca tangkap yang tidak tepat, misalnya penyimpanan pada suhu ruang dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh perombakan protein oleh enzim yang terdapat di dalam daging ikan dan oleh bakteri.
dekarboksilase.
Bakteri dari jenis Enterobacteriacea, khususnya Proteus morganii, mengandung enzim histidin dekarboksilase yang relatif aktif.
Senyawa amin merupakan basa organic. Sifat basa yang kuat disebabkan oleh gugus H dengan gugus
metil (CH3).
Kekecualian terjadi pada trimetilamin yang reaksi basanya hanya berbeda sedikit dari ammonia karena efek sterik dari tiga gugus metal yang mengelilingi atom N. Metil dan etilamin beraroma kuat seperti ammonia dan berwujud gas.
Alkilamin dengan rantai sedang beraroma seperti ikan, berwujud cair dan menyebabkan iritasi pada kulit. Senyawa amin merupakan turunan dari amoniak. Tiga atom H dapat digantikan oleh gugus C-OH dalam berbagai cara. Berdasarkan jumlah ikatan hidrogen yang terbentuk, senyawa amin dapat dibedakan menjadi amin primer (R-
Dimetilamin
Trimetilamin Etilamin Dietilamin Trietilamin
(CH3) 2NH
(CH3) 3N CH3-CH2-NH2 (CH3-CH2) 2NH (CH3-C2) 3N
monoamine alifatik
Metilamin Dimetilamin Trimetilamin Etilamin Dietilamin CH3-NH2 (CH3)2NH (CH3)3N CH3-CH2-NH2 (CH3-CH2)2-NH2 Butilamin Amilamin Heksilamin Etanolamin Propanolamin ?? ?? ?? ?? ??
Sisteamin
Taurin
??
??
Metiltiopropilamin
Agmatin
??
??
N H3
NH2
N H
Trypt amin
NH2 OH Tyramin
NH2
Phenylethylamin
OH
OH OH NH2 OH Noradrenalin
OH NH2 OH Dopamin
OH N H Serotonin
NH2
OH
OH
N
OH
NH2 OH OH Octopamin
NH
CH3 Hordenin
CH3 OH
CH3 Synephrin
Biogenik amin terbentuk dari asam amino proteinogen. Berdasarkan letak gugus NH2 terhadap gugus COOH dibedakan menjadi -, -, - asam amino. Posisi banyak dijumpai pada asam amino karbonat alifatik (rantai lurus) Sekitar 20 asam amino dikenal sebagai penyusun asam amino alami. Melalui pemecahan atau pelepasan gugus CO2 terbentuklah senyawa amin dari asam amino.
R-CH(NH2)-COOH
R-CH2-NH2
+ CO2
Oleh karena itu biogenik amin sering diberi nama berdasarkan asal asam aminonya.
Enzim dekarboksilase L-glutamin dekarboksilase L-ornithin dekarboksilase L-lisin dekarboksilase L-arginin dekarboksilase L-histidin dekarboksilase L-tirosin dekarboksilase -asam amino dekarboksilase L-fenilalanin dekarboksilase
Nomenklatur internasional EC 4.1.1.15 EC 4.1.1.17 EC 4.1.1.18 EC 4.1.1.19 EC 4.1.1.22 EC 4.1.1.25 EC 4.1.1.16 EC 4.1.1.53
Substrat spesifik L-glutamin L-ornithin L-lisin L-arginin L-histidin L-tirosin Semua asam amino L L-fenilalanin, L-tirosin
Adanya asam amino histidin bebas Adanya mikroba yang memiliki enzim histidin dekarboksilase Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba
N N H
CH2
CH NH2
CH2 N CH 3 H
CH N C
CO2 C NH O
histidine
- CO2
N N H
CH2
C H2
NH2 + CH3
O C C NH O
+H2O
CH2 N CH 3 H
CH2 N C C NH O
histamine
2. 3.
Jumlah mikroba aktif yang mendekarboksilasi dan mensintesa histidin Laju pertumbuhan mikroba suhu waktu inkubasi Aktivitas enzim histidin dekarboksilase Kandungan asam amino histidin bebas pH 3,5 - 7 Kadar glukosa
Kandungan histamin
pH > 8 Jumlah mikroba aktif yang mengoksidasi atau memetilasi histamin Kadar glukosa rendah Laju pertumbuhan mikroba suhu waktu inkubasi Aktivitas enzim diamin oksidase (DAO) Konsentrasi NaCl
Pembentukan histamin dapat dihambat melalui beberapa perlakuan seperti suhu, garam, alkohol dan asam. Perlakuan sterilisasi, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu di bawah 10oC dan pengeluaran kandungan air serta oksigen dapat menghambat pertumbuhan mikroba pembentuk histamin. Selama penyimpanan ikan segar menggunakan kemasan aerob dan vakum pada suhu 5oC, kelompok mikroba Vibrionaceae dari gram negatif psikrotrof diketahui mendominasi bahan.
Pengaruh beberapa perlakuan panas terhadap perubahan kandungan histamin telah diteliti. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perebusan memberikan peningkatan kandungan histamin yang paling rendah (6,33%) dibandingkan perlakuan pemanasan lainnya yaitu pengukusan (8,19%), pengeringan matahari (161,85%), pengeringan oven (223,35%), pengasapan panas (36,92%), pengasapan dingin (327,74%) dan pengasapan cair (70,11%)
Penggunaan bumbu dan rempah dapat menghambat pembentukan histamin. Bumbu-bumbu merupakan bahan hasil pertanian yang
Jenis-jenis rempah diolah menjadi bubuk (setelah mengalami pengolahan), minyak atsiri dan oleoresin (ekstrak). Penggunaan bumbu terhadap bahan pangan diketahui pula mempunyai efek antimikroba sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet Bahan pengawet dapat dibedakan menjadi bahan pengawet alami dan bahan pengawet kimia atau sintetis. Bahan pengawet alami diperoleh dari tumbuhtumbuhan misalnya ekstrak bumbu dan rempah maupun dalam bentuk bubuk.
Aktivitas enzym HDC yang maksimal pada ikan tuna terletak pada suhu 37oC dan pH 6,5.
Aktivitas enzim HDC pada bakteri E. aerogenes berkurang sampai 40% dan 15% dengan adanya kayumanis dan cengkeh. Jenis pelarut akan mempengaruhi penghambatan aktivitas dekarboksilase pada ekstrak kasar E. aerogenes. Ekstraksi menggunakan air tidak menunjukkan efek terhadap aktivitas HDC kecuali ekstrak cengkeh yang mampu menurunkan aktivitas HDC sampai 40%.
Spices
Bacteria growth
Histamine
Cadaverin
Putrescin
Clove Cinnamon Sage Black pepper Cardamom Thyme Allspice Cumin Chili Nutmeg Control
2.2 4.3 9.8 10.2 10.0 9.8 9.3 9.5 9.9 9.8 9.8
Spices
Clove Cinnamon
Bacteria growth
<1 4,3
Histamine
0 0
Cadaverin
0 0
Sage
Black pepper Cardamom Thyme Allspice Cumin
3,0
8,6 8,4 4,0 7,5 8,2
0
191 469 0 266 2806
0
9 7 0 10 13
Chili
Nutmeg Control
8,7
8,6 8,7
3741
2451 352
10
16 11