Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara kualitatif golongan
vitamin, histamine dan golongan fenol, mengidentifikasi zat-zat yang terdapat pada
sempel. Secara umum bertujuan untuk memberikan keterampialan kepada mahasiswa
dalam melakukan teknis analis kualitatif senyawa (sempel) dan reaksi yang terjadi,
reagen yang digunakan dan larutan-larutan pencampur dalam praktikum golongan
vitamin, histamine dengan sempel vitamin C, B1, CTM dan golongan fenol dengan
Menentukan kadar nipagin dalam sediaan serbuk dengan menggunakan metode
pendahuluan, penegasan dan kristal.

1.2 TEORI DASAR


A. Golongan Vitamin dan Histamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang
memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh
enzim (Lehninger, 1982).
Bedasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang
larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut
dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak
dapat disimpan dalam tubuh (Martoharsono & Soeharsono. 1975).
Vitamin mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis
tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses
fosforilase (vitamin B1, B2, B3 dan B6). Vitamin B2 dan B3  penggabungan pada
nukleotida purin atau piridin. Banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko- enzim bagi
enzim-enzim tertentu. Misalnya vitamin dari kelompok bekerja sebagai ko-enzim, yang
aktif pada proses metabolism dan pembentukan energi. Vitamin A bekerja sebagai
bahan pangkal untuk   pigmen retina rodopsin , yang essensial bagi proses penglihatan
dalam keadaan gelap dan kurang cahaya. Vitamin C berfungsi pada sistem reduksi-
oksidasi yang memegang peranan penting pada banyak proses redoks sedangkan vitamin
D dalam bentuk aktif penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh.
Beberapa vitamin baru aktif setelah mengalami aktivasi in vivo. Aktivasi vitamin larut
1
air dapat berupa fosforilasi (tiamin,riboflavin, niasin, pridoksin) dan dapat juga
membutuhkan pengikatan dengan nukleotida purin atau pirimidin (riboflavin, niasin).
Vitamin yang larut dalam air dapt pula berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu,
sedangkan vitamin A dan D mempunyai sifat lebih menyerupai hormon dan
mengadakan interaksi dengan reseptor spesifik intraseluler pada jaringan target
(Poedjiadi, 1994).
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia
dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan
karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu
penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.
Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentukdari asam
amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase. Hampir semua organ
dijaringan tubuh mengandung histamin itu. Zat tersebut terdapat terutama dalam sel-sel
tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan terikat dan tidak aktif. Antihistamin adalah zat
yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh,
dengan jalan memblok reseptornya.
Secara umum, antihistamin diserap dengan baik pemberian oral berikut sebagai
formulasi padat dan cair, dan mencapai konsentrasi plasma maksimum antara 1-4 jam
setelah pemberian dosis pada pasien anak dan dewasa. Plasma paruh tergantung pada
metabolisme obat dan proses pembersihan dalam tubuh. Semua antihistamin generasi
pertama, serta obat-obatan yang generasi kedua, dimetabolisme di hati oleh sistem
enzim sitokrom P450. Hanya cetirizine, fexofenadine levocetirizine dan sebagian besar
dihilangkan tanpa transformasi metabolik (dalam urin dalam dua kasus pertama, dan
dalam empedu dalam kasus fexofenadine) (Cuvillo, 2007).

B. Golongan Fenol
Fenol adalah reaksi umum pada kedua senyawa tersebut. Alkohol akan memberikan
hasil reaksi tertentu pada reaksi umumnya yang mana tidak bisa dihasilkan oleh Fenol
dan begitu juga sebaliknya, Fenol akan memberikan hasil reaksi tertentu yang mana
tidak bisa dihasilkan oleh Alkohol. Sementara karakteristik dari Fenol adalah sebagai
berikut, Fenol juga dapat berupa cairan dan padatan. Fenol juga ada yang rasanya manis
dan pahit, berbeda dengan alkohol, Fenol ada yang berasa asam. Mengenai
kelarutannya, Fenol Monovalen lebih larut dalam pelarut organik sementara Fenol
Polivalen umumnya larut dalam air.
2
Fenol yang disebut sebagai alkohol aromatik mempunyai rumus struktur R-OH.
Dimana pada alkohol (alkohol alifatik) R adalah gugus alkil. Sedangkan perbedaan nya
dengan fenol adalah gugus R nya adalah gugus aril (Benzena yang kehilangan 1 atom H
atau -C6H5).
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan
proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat
mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Nipagin (Methyl parahydroxybenzoate) merupakan salah satu senyawa turunan dari
asam benzoat, yang banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang dipakai
di berbagai jenis makanan. Penggunaannya diatur dalam Codex Alimentarius
Commission. Nipagin memiliki nama lain, yakni methyl paraben dengan rumus kimia
CH3(C6H4(OH)COO).
Nipagin memiliki rumus kimia berupa C8H8O3 dengan berat molekul sebesar 152,2
gr/mol. Pemeriannya serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah
larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
panas dan 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.titik leburnya antara 125o- 128o C.

BAB II
METODE PENELITIAN

3
1. Waktu dan Tempat
Waktu : 10 Desember 2018
Tempat : Laboratorium biologi

2. Uraian Bahan
A. CTM
Nama Lain           : Chlorpheniramini Maleas
Berat Molekul      : 390,87
Rumus Molekul   : C16H19ClN2.C4H4O4
Pemerian              : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit. 
Kelarutan             : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P
                                      dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan             : Antihistaminikum, sebagai sampel.

B. Vitamin C
Sinonim               : asam askorbat
Berat molekul     : 176,13
Rumus molekul  : C6H8O6
Kelarutan             : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%); praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzen
Pemerian              : serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau, rasa asam
Penyimpanan     : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Kegunaan           : sebagai sampel

C. Vitamin B1(Tiamin) FI edisi III : 599


Nama resmi         : THIAMINI HYDROCHLORIDI COMPRESSI
Nama lain            : Tablet tiamin hidroklorida/Vitamin B1
RM/BM                : C12H17ClN4OS.HCl/375
Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik.
D. Nipagin
Rumus kimia berupa C8H8O3 dengan berat molekul sebesar 152,2 gr/mol.
Pemeriannya serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
4
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah
larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
panas dan 40 bagian minyak lemak nabati panas

3. Alat dan Bahan Praktikum


A. Golongan Vitamin dan Histamin
a. Alat
- Tabung reaksi - Sendok Spatel
- Rak tabung reaksi - Lampu spiritus
- Tissue - Korek api
- Sikat tabung - Penjepit tabung reaksi
b. Bahan
Vitamin C, Vitamin B1, CTM, preaksi Mayer, Preaksi Nasler, FeCl3, HNO3, Sol.
Iodii, Aseton dan Air
B. Golongan Fenol
a. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Tissue
- Sikat tabung
- Sendok spatel
- Lampu spiritus
- Korek api
- Penjepit tabung reaksi
b. Bahan
- Nipagin
- Larutan FeCl3
- Larutan H2SO4
- Larutan HNO3
- Aseton dan Air
4. Prosedur Kerja
A. Golongan Vitamin dan Histamin
a. Analisis Vitamin B1

Siapkan alat dan bahan


5
Ambil serbuk vitamin B1 mengunakan sendok spatel
(< 1 sendok) masukan tabung reaksi

Pendahuluan

Penegas

Tabung II
Tabung I Tabung III

Tambahkan
dipanaskan pereaksi mayer Tambahkan pereaksi nesler
10 tetes
lihat warna yang akan lihat warna yang akan
terbentuk (terlihat) Lihat warna terbentuk (terlihat)
endapan yaang
terbentuk

b. Analisis Vitamin C

Siapkan alat dan bahan

Ambil serbuk Vitamin C mengunakan sendok


spatel (< 1 sendok) masukan tabung reaksi

Pendauluan Penegasan

Tambahkan FeCl3 Dipanaskan


sebanyak 10 tetes
kedalam tabung reaksi
yang berisi Vitamin C lihat warna yang
akan terbentuk
(terlihat)

6
c. Analisis CTM

Siapkan alat dan bahan

Lakukan proses Identifikasi

Pendahulua Penegasan Kristal

Masukkan serbuk Ambil zat sesuai


CTM kedalam kebutuhan, taruh
tabung tambahakan Masukkan Masukkan
serbuk CTM dalam preparat
HNO3 pekat serbuk CTM beri cairan aseton
kedalam tabung kedalam tabung
tambahakan + beri air lalu
tambahakan tutup dengan
Amati perubahan FeCl 2 tetes larutan sol iodii cover glass la
warna yang terjadi 2 tetes pada microskop

Amati perubahan warna yang terjadi Amati apakah


terbentuk kristal

B. Analisis Golongan Fenol


a. Nipagin

Siapkan alat dan bahan

Lakukan proses Identifikasi

Pendahuluan Penegasan Kristal

Ambil zat sesuai


Masukkan kebutuhan, taruh
serbuk kedalam Masukkan Masukkan
serbuk nipagin serbuk CTM dalam preparat
tabung beri cairan aseton
tambahakan kedalam tabung kedalam
tambahakan tabung + beri air lalu
FeCl3 4 tetes tutup dengan
H2SO4 2 tetes tambahakan
FeCl 2 tetes cover glass lihat
pada microcop
Amati perubahan Tetesan minyak
warna yang terjadi yang terjadi Amati perubahan
warna yang Amati apakah
terjadi terbentuk kristal

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


1. Identifikasi Golongan Vitamin dan Histamin
 Vitamin B1
a. Hasil
Penegasan Reagen Hasil
dipanaskan Bau seperti kacang
mayer Endapan putih
kekuningan
nessler Hijau tua

b. Pembahasan
Hasil identifikasi dari uji vitamin dengan sempel vitamin B1 menunjukan hasil
yang sesuai dengan hasil praktikum serta dengan pembanding yang digunakan
sebagai rujukan pembanding. Dalam uji golongan vitain ini, hanya mengunakan
sat uji yaitu dengan uji penegasan, uji ini dilakukan dengan tiga percobaan. Hasil
ketiga percobaan sesuai dengan hasil yang diinginkan.

 Vitamin C
a. Hasil
Pendahuluan Reagen Hasil
HNO3 Warna ungu kemudian
hilang
Penegasan Dipanaskan kuning

b. Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat ditulis bahwa uji vitamin yang mengunakan sempel
vitamin C, sesuai dengn hasil yang seharusya didapatkan pada proses identifikasi
berlangsung. Kesesuai hasil dibandingkan dengan hasil pada modul praktikum
yang dingunakan dan rujukan pembanding sebagai literatur pembanding.

8
 CTM
a. Hasil
Pendahuluan Reagen Hasil
HNO3 Warna kuning kehijauan
sekilas – dikocok-
berrwarna putih bening
Penegasan FeCl3 Kuning
Sol iodii Kuning kecoklat muda
Kristal Aseton + air Terbentuk kristal

b. Pembahasan
Dalam proses identifikasi uji golongan histamin, praktikan mengunakan CTM
sebagai sempel uji yang digunakan sebagai sempel. Dalam berlangsungnya
proses identifikasi dilakukan beberapa proses uji diantaranya ialah:
 Uji Pendahuluan
Uju ini dilakukan dengan menambahkan sempel atau zat dengan HNO3
pekat. Hasil identifikasi menunjukan warna warna kuning muda disertai
warna kehijauan sekilas. Setelah di kocok ad homogen warna yang dihasilkan
berubah menjadi warna putih bening.
Dari hasil yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya didapatkan pada modul
praktikum, hasil ini juga tidak sesuai dengan rujukan yang digunakan sebagai
pembanding.
 Uji Penegasan
Proses ini dilakukan dengan beberapa percobaan, akan tetapi akibat
ketersediaan reagen hanya ada dua percobaan yang dilakuakan yaitu:
Tabung 1, zat (sempet) + FeCl3. Dalam modul hasil yang seharusnya
didapatkan adalah terbentuk warna kuning, dari proses identifikasi warna
yang dihasilkan sesuai dengan hasil yang harus didapatkan pada modul.
Tabung 2 dengan menambahkna ctm (zat) dengan larutan Sol Iodii sebanyak
3 tetes. Hasil identifikasi menghasilkan larutan berwarna coklat keorange
namun dominan ke warna coklat. Identifikasi yang diperoleh menunjukan
hasil yang sama dengan hasil yang seharusnya diperoleh pada hasil modul
praktikum.
 Uji Kristal
9
Pengujian ini dilakukan dengan bantyuan microscop. Sempel atau zat yang
akan diidentifikasi direaksikan dengan aseton + air. Hasil identifikasi
menunjukan terdapat kristal pada sembel yang direaksiikan, hal ini sesuai
dengan hasil tujuan identifikasi yang terdapat pada modul praktikum.

2. Identifikasi Golongan Fenol


 Nipagin
a. Hasil
Pendahuluan Reagen Hasil
FeCl3 Coklat keruh
Penegasan H2SO4 Terdapat sedikit tetesan
minyak
HNO3 Warna orange
Kristal Aseton + air Terbentuk kristal

b. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat diketahui bahwa uji
pendahuluan, penegasan yang dilakukan bermacam-macam, namun hanya
sebagian praktikum yang dilakukan karena ketersediaan bahan dan reagen yang
tersedia. Dalam praktikum identifikasi golongan nipagin, mengunakan beberapa
uji diantaranya adalah :
 Uji Pendahuluan, uji ini dilakukan dengan zat + FeCl3 dan menghasilkan
warna ungu kecoklatan sebentar lalau warna ungu menghilang (memudar)
dan berubah menjadi warna coklat keruh.
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat dan rujukan pembanding serta
hasil dari modul praktikum menunjukan warna yang hampir sama,
kemungkinan hasil tidak sama persis diakibatkan karena sempel (nipagin)
yang digunakan atau larutan yang digunakan telah terkontaminasi.
 Setelah uji pendahuluan, dilakukan uji penegasan, uji ini dilakukan dengan
dua cara yaitu:
1. Zat (sempel) + H2SO4 dan menghasilkan perubahan warna, namun tidak
terjadi apapun, hanya terlihat sedikit tetesan minyak.
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh saat praktukum tidak
sesuai dengan rujukan pembanding dan modul praktikum yang

10
digunakan. Hal ini terjadi karena kemungkinan jumlah reagen dan sempel
(nipagin) yang digunakan tidak sama. Pengambilan sempel zat nipagin
terlalu banyak sehingga saat proses identifikasi dimulai hanya
membentuk tetesan minyak yang sedikit.
2. Zat + HNO3 menghasilkan warna berupa warna kuning setelah beberapa
saat pada modul praktikum dan rujukan pembanding, namun dalam
proses praktikum menujukan hasil warna yang berbeda yaitu hasil warna
yang diperoleh adalah warna orange. Ketidak cocokan hasil praktikum
dengan rujukan pembanding kemungkinan karena zat yang diambil saat
proses praktikum dimulai tidak sebanding dengan reagen yang diteteskan
dan kemungkinan lainya iyalah terkontaminasinya zat atau reagen yang
digunakan.
 Uji Kristal
Dalam identifikasi uji kristal pada nipagin, praktikan mengunakan bantuan
microskop, hal ini dilakukan karena kristal yang terbentuk tidak bisa dilihat
dengan mengunakan mata telanjang. Hasil dri identifikasi menunjukan hasil
yang sama dengan hasil yang diperoleh pada modul praktikum

11
BAB IV
KESIMPULAN

Pada praktikum analisis kualitatif golongan vitamin, histamine dan golongan fenol
dengan sampel golongan vitamin dan histamine berupa vitamin C, vitamin B1, CTM dan
untuk golongan fenol dengan sempel nipagin. Semua sampel ini dilakukan uji dengan
reaksi yang berbeda-beda, ada ang mengunakan reaksi pendahuluan ada yang tidak
mengunakan uji pendahuluan dan ada yang mengunakan reaksi kristal ada yang tidak
mengunakan uji reaks kristal, adapun hasil identifikasi dari praktikum adalah sebagai
berikut:
 Golongan Vitamin dan Histamin
Dari percobaan Uji Vitamin yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, dari semua sampel
yang diuji didapatkan hasil yang positif karena sampel yang diuji memang merupakan zat
aktif/sedian yang diinginkan.
Pada Uji Histamin yang dilakukan menghasilkan identifikasi yang sesuai dan tidak sesuai.
Ketidak sesuaian didapatkan pada uji pendahuluan sedangkan terdapat 2 percobaan yang
sesuai yaitu uji penegasan dan uji kristal.
 Golongan Fenol
Hasil yang dipeoleh saat praktikum dilakukan hampir dalam semua percobaan tidak
sesuai dengan warna dan hasil yang seharusya terjadi dalam praktikum. Kemungkinan
perbedaan ini dikarenakan jumlah zat dan reagen yang digunakan tidak sesuai atau bisa
diartikan perbandingan zat dan reagen yang diambil tidak sama. Adapaun alasan lain
yang dapat terjadi kemungkinana zat(sempel) atau reagen yang digunakan sudah
terkontaminasi saat proses pengambilan. Namun dalam peoses uji kristal ditemukan
terbentuknya kristal sesuai dengan hasil yang seharusnya didapatkan pada uju kristal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia ; Jakarta

Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Sudjadi. Analisis Kuantitatif Obat. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. 2008.

Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C
Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1,
Universitas Andalas.

Cuvillo, A Del, J Sastre, J Montoro, I Jáuregui, M Ferrer, I Dávila, J Bartra, J         Mullol,


dan A Valero, 2007, Use of antihistamines in pediatrics, Journal           Investigation
Allergol Clin Immunol, Vol. 17, No. 2, Spanyol.

Tjay, T.H, 2002. Obat–Obat Penting EdisiV. Elex Media Kompetindo. kelompok Gramedia :
Jakarta

LAMPIRAN
13
A. Golongan Vitamin dan Histamin
a. Vitamin C

Uji pendahuluan Uji penegasan

b. Vitamin B1

Uji Penegasan

c. Gol. Histamin

14
Reaksi

KETERANGAN

1. Uji Penegasan

(zat + FeCl3)

2. Uji Penegasan
1 2 3 ( zat + sl. Iodii)

3. Uji pendahuluan

(zat +HNO3 pekat)

Uji Kristal

CTM 1O X

B. Golongan Fenol

15
Reaksi 1

Keterangan

1 1. Penegasan
2 3
. . . 2. pendahuluan
3. Penegasan

Reaksi Kristal

16
Rujukan Pembanding

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1. Vitamin C sampel
     Vitamin C + Pereaksi Fehling + dipanaskan Merah bata
Vitamin C + AgNO3 + dipanaskan
    

Abu-abu dan ada endapan


      Vitamin C + KMnO4 + dipanaskan Kuning
Vitamin C murni
2.      Vitamin  C murni + Pereaksi Fehling + dipanaskan Merah bata
Vitamin C murni + AgNO3 + dipanaskan
    

Putih dan ada endapan abu-abu


     Vitamin C murni + KMnO4 + dipanaskan Bening
CTM
     CTM sampel + Larutan NaOH + CuSO4 Biru tua
3. CTM murni + Larutan NaOH + CuSO4
     Biru muda dan ada endapan

Difenhidramin-HCL Bening
Difenhidramin + H2SO4  pekat + Air 
4. Streptomisin Merah bata dan ada endapan
Streptomisin + NaOH + dipanaskan + HCl + FeCl3
5. Tetrasiklin Orange dan ada endapan
     Tetrasiklin sampel + H2SO4 pekat + dipanaskan Orange
 Tetrasiklin murni + H2SO4 pekat + dipanaskan
    

6. Penicillin
Penicillin + Iodium Merah bata dan ada endapan

Kloramfenikol Kuning keruh


     Kloramfenikol sampel + FeCl3 + HCl encer
7. Kloramfenikol murni + FeCl3 + HCl encer
     Kuning
Ampisilin
Ampisilin + Air + FeCl3  Orange
8.

17
Kimia Farmasi Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan
informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau
senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan
dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
Sedangkan analsis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolut atau
relatif dari suatu elemen atau senyawa yang ada di dalam sampel. Pada praktikum ini, untuk
mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O, dan N yang lain
dapat diketahui melalui analisis kualitatif.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu senyawa obat vitamin C, CTM,
difenhidramin-HCl, streptomisin, tetrasiklin, penicillin, kloramfenikol, dan ampisilin serta
masing-masing senyawa murninya yang digunakan sebagai pembanding senyawa-senyawa
obat tersebut.
Indicator terjadinya reaksi yang membuktikan bahawa suatu sampel senyawa obat
mengandung unsure C, H, O, dan N yang lain yaitu ditandai dengan terjadinya reaski seperti
perubahan warna zat, adanya pengendapan, adanya panas, adanya gelembung, dan lain-lain.
Pertama, pengujian dilakukan pada sampel vitamin C. Vitamin C mempunyai sifat
sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh
tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas
dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk mengatur control kapiler darah
secara memadai , mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes, memelihara kehamilan
dan lain-lain. Vitamin C umumnya mudah teroksidasi, senyawa obat yang teroksidasi
biasanya mengalami perubahan warna. Vitamin C dalam senyawa obat jika teroksidasi maka
warnanya menjadi bintik-bintik kecoklatan, sedangkan vitamin C murni dengan hablur atau
serbuk putih  jika teroksidasi berubaha warna menjadi kekuningan. Analisis kualitatif vitamin
C sampel dengan penambahan pereaksi fehling, AgNO 3, dan KMnO4 menghasilkan masing-
masing perubahan warna yaitu merah bata, abu-abu ada endapannya, dan kuning. Sedangkan
untuk vitamin C murni dengan perlakuan yang sama, menghasilkan masing-masing perubahan
warna yaitu merah bata, putih ada endapan abu-abu, dan bening. Jika dibandingkan, warna
vitamin C sampel lebih gelap daripada warna vitamin C murni. Hal ini disebabkan vitamin C
sampel mengandung zat-zat tambahan lainnya dan kemungkinan mengandung vitamin C
murni yang lebih sedikit dibandingkan dengan zat-zat tambahannya.
Kedua, pengujian dilakukan pada sampel CTM. Klorofeniramin Maleat atau yang biasa
dikenal sebagai CTM merupakan salah satu senyawa obat yang berkhasiat sebagai
18
antihistaminikum. Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja
histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2,
dan H-3. Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast yang
dihasilkan dari pemicu imunologis oleh interaksi antigen IgE. Analisis kualitatif sampel CTM
direasksikan dengan NaOH dan  ditambahkan CuSO4 menghasilkan warna biru tua.
Sedangkan untuk CTM murni dengan perlakuan yang sama, menghasilkan warna biru muda
ada endapannya. Jika dibandingkan, warna CTM sampel lebig gelap daripada warna CTM
murni. Hal ini disebabkan CTM sampel mengandung zat-zat tambahan lainnya dan
kemungkinan mengandung CTM murni yang lebih sedikit dibandingkan dengan zat-zat
tambahannya. Terbentuk endapan biru adalah sebagai hasil reaksi antara CTM dan Cu2+ yang
membentuk senyawa kompleks dimana Cu2+ sebagai atom pusat dn CTM sebagai ligan.
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion kompleks.
Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa logam transisi ataupun
logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau molekul netral yang disebut ligan
(ligands) dengan ikatan koordinasi. Warna nyala yang dimiliki pada setiap senyawa kompleks
mempunyai warna nyala yang berbeda. Reaksi pembentukan senyawa kompleks merupakan
reaksi Asam Basa lewis, dengan logam sebagai asam dan ligan sebagai basanya. Atom Pusat
adalah atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan atau yang memiliki
orbital (d) yang kosong. Ligan adalah molekul/ion yang mengelilingi logam.
Ketiga, pengujian dilakukan pada sampel difenhidramin–HCl yang juga merupakan
salah satu senyawa obat yang berkhasiat sebagai antihistaminikum. Analisis kualitatif sampel
difenhidramin ditambahkan H2SO4 pekat dan diencerkan dengan akuades menghasilkan warna
bening. Hasil dari percobaan berbeda dengan hasil teori pada buku penuntun praktikum
dimana warna larutan seharusnya merah-coklat. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan
reagen yang telah rusak atau telah terkontaminasi oleh zat-zat asing atau human error, dimana
kesalahan terjadi karena praktikan melakukan kesalahan pencampuran sampel dengan zat.

REFERENSI RUJUKAN

19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai