FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GARUT M. Azrul Afzal Azhan Nizam (24036121004) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan , Fakultas Pertanian, Universitas Garut Jl. Raya Samarang No. 52 A Telp. 0262 544217 Email : 24036121004@faperta.uniga.ac.id ABSTRAK Ikan termasuk kedalam komoditas yang sangat mudah rusak dan membutuhkan penanganan segera setelah pemanenan. Apabila tidak ditangani dengan benar maka ikan akan mudah sekali rusak dan dapat mengakibatkan penurunan mutu ikan dan pembusukam pada ikan, tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penanganan pasca pemanenan ikan akar mutu dan kesegaran ikan tetap terjaga dengan pengujian yang dilakukan adalah penyimpanan pada suhu ruang dingin dan beku, pengujian pH, Pengujian amoniak, dan pengujian H2S. Kata Kunci : Ikan, Pasca Pemanenan, Pengujian (penyimpanan, amoniak dan H2S)
PENDAHULUAN hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun
teksturnya, Dalam SNI 01-2729.1-2006 Ikan termasuk komoditas yang tentang Spesifikasi Ikan Segar ini dijelaskan sangat mudah rusak dan membutuhkan bagian tubuh yang mendapat perhatian penanganan segera setelah diambil (dipanen) untuk menilai tingkat kesegaran ikan dari laut. Hal ini dapat dilihat pada ikan-ikan meliputi 1) kenampakan mata, 2) insang, 3) yang baru ditangkap dalam beberapa jam lendir permukaan tubuh, 4) daging (warna saja kalau tidak diberi perlakuan atau dan kenampakan), 5) bau, dan 6) tekstur penanganan khusus yang tepat, maka mutu daging. Selain tingkat kesegaran ikan yang ikan tersebut akan menurun. Penanganan menentukan mutu dan nilai jual ikan, tingkat ikan basah harus dimulai segera setelah ikan kerusakan yang terjadi pada bagian tubuh diangkat dari laut (saat pemanenan) dengan ikan juga turut mempengaruhi mutu dan perlakuan suhu rendah serta memperhatikan nilai jualnya.Kerusakan yang dialami ikan faktor kebersihan (sanitasi) dan kesehatan secara fisik ini disebabkan penanganan yang (higienis). Salah satu faktor yang kurang baik, sehingga menyebabkan luka menentukan nilai jual ikan dan hasil ataupun memar pada bagian badan ikan, perikanan lainnya adalah tingkat sehingga ikan menjadi lembek.Benturan kesegarannya (Junianto, 2003). fisik dapat terjadi mulai dari penangkapan Ikan segar adalah ikan yang masih (pemanenan), selama pengangkutan dan mempunyai sifat yang sama seperti ikan distribusi, sampai ke tangan penjual (pengecer) di pasar. Benturan fisik akan Alat-alat yang digunakan dalam menyebabkan luka dan memar pada tubuh praktikum ini antara lain : timbanganan, ikan. Bahan pangan yang luka dan memar akan menyebabkan terjadinya peningkatan talenan, baskom, pisau, clingwarp, baki, enzim proteolitik (Afrianto, 2003). dan trash bag. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Bahan-bahan yang digunakan kerusakan fisik ikan harus menjadi perhatian dalam praktikum ini antara lain ikan segar. serius, oleh setiap pihak yang bertanggung jawab atas kesegaran ikan tersebut PROSEDUR KERJA Penanganan yang baik dan tepat dapat Pengujian Karakteristik Ikan mengeliminir probabilitas tingkat kerusakan Sampel ikan dibersihkan fisik yang terjadi, sehingga nilai jualnya tetap tinggi dan gizi yang terkandung di menggunakan air mengalir. Timbang berat dalamnya tidak berkurang. awal ikan dan amati karakteristik awal Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) daging yang meliputi warna, aroma, lendir merupakan salah satu jenis ikanpelagis yang dan berat ikan sebelum dan sesudah termasuk dalam salah satu spesies dari famili Carangidae yang dicirikan dengan dibersihkan. Kemudian kemas ikan garis kuning yang panjang dari batas atas menggunakan cling wrap dan simpan ikan mata ke batang ekor (Sudrajat, 2006). Ikan selar kuning ini adalah salah satu ikan yang pada suhu ruang sebagai kontrol, suhu dijadikan sebagai sample pengujian pada dingin dan suhu beku. Lalu amati perubahan praktikum kali ini yaitu dengan Uji H2S, Uji karakteristik ikan setelah penyimpanan. Amoniak, pH Daging, dan Penyimpanan. Pengujian Suhu dan pH Ikan TUJUAN Mahasiswa mampu menguasai dan Sampel ikan yang belum dicuci membedakan kualitas ikan yang disimpan ditusuk menggunakan termometer untuk pada kondisi suhu ruang, pendinginan, dan mengetahui suhunya. Kemudian untuk pembekuan, mengetahui perubahan yang menguji pH ikan tersebut di bersihkan dan terjadi pada ikan yang disimpan pada suhu dihaluskan. Timbang sampel yang telah ruang, pendinginan, dan pembekuan selama halus sebanyak 10 gram lalu tambahkan 25 penyimpanan. ml aquades. Lalu aduk menggunakan stirer METODOLOGI selama sekitar 2 menit. Setelah itu pindahkan pada labu ukur 100 ml dan Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Mei 2023 jam 11:30-14:30 tepatkan sampai tanda batas. Kemudian ukur WIB di Laboratorium Pasca Panen pH menggunakan pH meter. Fakultas Pertanian, Universitas Garut. Pengujian Amoniak Masukan sepotong sampel ikan yang ALAR DAN BAHAN telah diamati karakteristiknya kedalam erlenmeyer yang berisis larutan eber tanpa menyentuh pereaksi. Jika terdapat amoniak, maka akan terlihat asap putih. Sampel ikan selar yang digunakan Pengujian H2S sudah mengalami penurunan mutu sejak hari Letakan 5 gram sampel ikan pada pertama. Pada hari kedua, sampel yang cawan petri kemudian tutup dengan kertas disimpan di suhu ruang mengalami saring tetapi jangan sampai kertas saring kebusukan. Sedangkan pada suhu dingin dan menyentuh ikan. Teteskan Pb-asetat 5% beku, kualitas ikan masih sama seperti hari diatas kertas saring tepat diatas irirsan pertama namun bau sedikit lebih menyengat. daging. Adanya H2S ditandai dengan Pada suhu ruang, sampel ikan sangatrentan terbentuknya warna hitam atau coklat tua terkontaminasi mikroba, sehingga pada kertas saring. pembusukan ikan akan terjadi lebih cepat HASIL DAN PEMBAHSAN dibandingkan dengan penyimpanan pada Karakteristik Ikan suhu dingin dan suhu beku. Sedangkan pada suhu dingin, pembusukan daging terjadi Setelah dilakukan pengamatan, didapat hasil lebih lambat dibandingkan dengan daging penyimpanan suhu ruang pada tabel 1, yang disimpan pada suhu ruang. Aktivitas penyimpanan suhu dingin pada tabel 2, dan mikroba menurun pada suhu dingin. Dan penyimpanan suhu beku pada tabel 3. pada suhu beku, jumlah mikroba dalam Tabel 1. Hasil Pengamatan Penyimpanan daging semakin menurun, sehingga Ikan Suhu Ruang aktivitasnyapun semakin berkurang. Warna Pengujian Suhu dan pH Ikan Hari Tekstur Aroma Mata Tabel 4. Data Hasil Pengujian Suhu dan pH 1 Tidak segar Pucat Bau amis Sampel Suhu pH 2 Busuk Pucat Bau Ikan Selar 25,6OC 7,3 busuk Ikan 23,9OC 6,9 Kembung Tabel 2. Hasil Pengamatan Penyimpanan Ikan Tongkol 23,8OC 6,2 Ikan Suhu Dingin Ikan Mas 26,2OC 7,3 Warna Hari Tekstur Aroma Ikan Nila 26,3OC 6,6 Mata Ikan Bandeng 23,8OC 6,22 1 Tidak segar Pucat Bau amis 2 Tidak segar Pucat Bau amis Pengujian Amoniak dan H2S Berdasarkan hasil pengujian amoniak Tabel 3. Hasil Pengamatan Penyimpanan menggunakan larutan eber dan H2S Ikan Suhu Beku menggunakan Pb-asetat 1% pada sampel Warna ikan didapatkan data seperti pada tabel 5 Hari Tekstur Aroma Mata Tabel 5. Data Hasil Pengyujian Amoniak 1 Tidak segar Pucat Bau amis dan H2S 2 Tidak segar Pucat Bau amis Sampel Perlakua Uji Uji H2S Amoniak yang dapat menghasilkan H2S yaitu Har Har Har Har Psedoumonas. H2S yang dilepaskan oleh n i i i i bakteri pembusuk akan berikatan dengan ke- ke- ke- ke- dengan Pb-asetat menjadi Pb sulfit (PbSO3). 1 2 1 2 Timbulnya bau busuk dan lendir juga Ikan Ruang + + - + disebabkan oleh bakteri Psedoumonas yang Kembun Dingin - + - + g dimana bakteri ini dapat menghasilkan Beku - + - + enzim yang mampu memecahkan komponen Ruang - + - + Ikan Dingin - - - - lemak dan protein dari bahan pangan Tongkol (Dengen, 2015). H2S dapat dijadikan Beku - - - - Ruang - + - + indikator pendeteksi awal kebusukan pada Ikan Mas Dingin - - - - bahan pangan khususnya daging. Bahan Beku - - - - pangan yang menghasilkan H2S adalah Ruang - + - + pertanda bahwa bahan pangan tersebut Ikan Nila Dingin - - - - mulai mengalami kebusukan karena Beku - - - - terurainya asam amino bergugus sulfur Ruang - + - + menjadi senyawa H2S. Ikan Dingin - - - - KESIMPULAN Bandeng Beku - - - - Berdasarkan hasil pengamatan pada Ruang - + - + Ikan pengujian ikan pasca panen menghasilkan Dingin - + - + Selar bahwa ikan yang disimpan pada suhu Beku - + - + runang lebih cepat rusak dibandingkan pada suhu dingin dan beku. Karena pada suhu Menurut Prawesthirini (2009), tanda ruang lebih mudah ditumbuhi oleh mikroba awal terjadinya kebusukan pada daging yang dapat merusak ikan tersebut, adalah terbentuknya asap atau gas putih sedangkan pada suhu dingin dan beku laju yang menempel pada tabung reaksi, dimana metabolisme berkurang akibatnya rantai asam amino akan terputus oleh asam pertumbuhan mikrobapun melambat. kuat (HCl) sehingga terbentuk DAFTAR PUSTAKA NH4Cl(gas) .Uji eber merupakan metode Afrianto, E. 2003. Pengawetan dan yang dapat mendeteksiproduksi NH3 yang Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. disebabkan oleh aktivitas biokimia Junianto, 2003. Teknik Penanganan Ikan, mikroorganisme pada sampel yang pada Yogyakarta: Penebar Swadaya. tahap pengujian sudah mengalami awal kebusukan karena terjadinya proses Standar Nasional Indonesia (SNI) 01- metabolisme oleh mikroorganisme sehingga 2729.1-2006 tentang Spesifikasi Ikan menghasilkan NH4Cl. Segar. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional). Uji H2S dilakukan untuk mendeteksi pelepasan gas H2S oleh mikroorganisme Sudrajat, A. 2006. Studi Pertumbuhan, pada sampel, dimana bakteri pembusuk Mortalitas, dan Tingkat Eksploitasi Ikan Selar Kuning, Selaroides leptolepis (Cuvier dan Valenciennes) Jurnal Perikanan. 7(2): 223-228 di Perairan Pulau Bintan, Riau.