15
mempengaruhi perubahan saat fase post rigor. Peran bakteri pada tahap ini
dalam kerusakan ikan mulai tampak menonjol setelah dihasilkan senyawa-
senyawa sederhana hasil autolisis yang berfungsi sebagai media
pertumbuhannnya. Pertumbuhan bakteri menyebabkan proses kerusakan ikan
berlangsung semakin cepat, sehingga ikan akhirnya dikatakan busuk dan tidak
layak untuk dikonsumsi (Rozi, 2018).
Menurut Wibowo et al s(2014), daging yang didapatkan dari ikan yang baru
saja dimatikan simpanan ATP dari hasil glikolisis tersebut menjadi pembatas
protein miofibril (aktin dan miosin), masih tersisanya ATP membuat jarak aktin
dan miosin saling berjauhan sehingga kontraksi otot jarang terjadi. Jika
penurunan konsentrasi ATP dalam jaringan daging mencapai 1 mikro mol/gram
dan pH mencapai 5,9 maka kondisi tersebut sudah dapat menyebabkan
penurunan kelenturan otot. Penurunan kelenturan otot terus berlangsung seiring
dengan semakin sedikitnya jumlah ATP. Bila konsentrasi ATP lebih kecil dari 0,1
mikro mol/gram, terjadi proses rigor mortis sempurna.
Nilai pH merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menentukan tingkat kesegaran ikan. Nilai pH akan semakin menurun seiring
semakin banyaknya asam laktat yang terbentuk dan penurunan ATP. Semakin
rendah suhu yang digunakan maka aktivitas enzim semakin terhambat. Pada
proses glikolisis, enzim sangat berperan sampai terbentuknya asam laktat. Hal
ini menyebabkan akumulasi asam laktat berjalan lebih lambat sehingga
penurunan pH ikan juga berlangsung lebih lambat. Selain itu, proses penguraian
protein menjadi senyawa-senyawa yang bersifat basa oleh bakteri juga
terhambat sehingga peningkatan pH ikan berlangsung lebih lambat (Suprayitno,
2020).
16
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses yang terjadi
pada tubuh ikan setelah mati. Sedangkan tujuan dari praktikum adalah untuk
mengetahui waktu, pH ikan pada saat proses kematian ikan dan mengetahui
proses perubahan yang terjadi secara fisikawi dan biokimiawi.
17
2. METODOLOGI
18
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Ikan dibiarkan Mati
Dibiarkan mati
Tambahkan 10 mL aquadest
Hasil
19
2.3.2 Ikan ditusuk Medula Oblongata
Tambahkan 10 mL aquadest
Hasil
20
3. DATA DAN PEMBAHASAN
21
3.2 Pembahasan
3.2.1 Analisa Prosedur
22
4. PENUTUP
23
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
24
Perikanan.
Barodah, L. L., Sumardianto, S., & Susanto, E. 2018. Efektivitas serbuk
Sargassum polycystum sebagai antibakteri pada ikan lele (Clarias sp.)
selama penyimpanan dingin. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan, 6(1), 10-20.
Rozi, A. 2018. Laju kemunduran mutu ikan lele (Clarias sp.) pada penyimpanan
suhu chilling. Jurnal Perikanan Tropis, 5(2), 169-182.
Suprayitno, E. 2020. Kajian Kesegaran Ikan Di Pasar Tradisional Dan Modern
Kota Malang. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 4(2),
289-295.
Wibowo, I. R., Darmanto, Y. S., & Anggo, A. D. 2014. Pengaruh cara kematian
dan tahapan penurunan kesegaran ikan terhadap kualitas pasta ikan
nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(3), 95-103.
25
LAMPIRAN
26