Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN INDUSTRI HASIL PERIKANAN

COVER
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Dwi Setijawati, M. Kes

Disusun Oleh:
1. Qurrotul Ainiah (185080301111001)

2. Enggang Zulpathoni (185080301111026)

3. Dinty Nabiha Ariestya (185080307111003)

4. Muh. Alfin Syifaudin (185080307111018)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk

memenuhi tugas evaluasi tengah semester.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Setijawati, M. Kes yang

telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya

ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga kami bisa

menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata

sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena

itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa

mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa

bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Malang, 18 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................4
BAB 2................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN....................................................................................................5
2.1 Persediaan Bahan Baku.........................................................................5
2.2 Pengadaan Bahan Baku.........................................................................8
2.2.2 Penggunaan Bahan Baku Yang Bersaing..............................................11
2.3 Pohon Industri Komoditas Ikan Tuna....................................................13
BAB 3................................................................................................................. 18
PENUTUP..........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...........................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
LAMPIRAN.........................................................................................................20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

industri menurut Heri dan Heryanita (2016) adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang

jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri adalah

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah

jadi atau barang jadi, menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil

secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga

menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses

produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.

Pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan

manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena

merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri

berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Makin maju tingkat perkembangan

perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam

industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatannya. Istilah industrialisasi secara

ekonomi juga diartikan sebagai himpunan perusahaan-perusahaan sejenis

dimana kata industri dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya.

Sisanya seperti, industri obat-obatan, industri garmen, industri perkayuan, dan

sebagainya. Menurut Undang- Undang No. 3 tahun 2014, Industri adalah

seluruh bentuk dari kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau

1
memanfaatkan sumber daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang

yang memiliki nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa

industri.

Pengalengan yaitu salah satu cara penyimpanan dan pengawetan bahan

pangan yang dikemas secara hermetic dalam suatu wadah yang disebut can

atau kaleng dan kemudian disterilkan, sehingga diperoleh produk pangan yang

tahan lama dan tidak mudah mengalami kerusakan baik secara fisik, kimia

maupun biologis. Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang paling banyak

dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya. Ikan merupakan

salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial dan biasanya memiliki

kandungan protein sekitar 15-24% tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan

mempunyai daya cerna yang sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Ikan segar

merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high

perishable food). Kerusakan dapat disebabkan oleh proses biokimiawi maupun

oleh aktivitas mikrobiologis. Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan

menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan

pengawetan (BElvi, 2006).

Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri dari

beberapa spesies dari famili skombride, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah

perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan

ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda

sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin

daripada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip

biru Atlantik (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air

dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang

2
lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan

bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.

Ikan tuna dalam kaleng didefinisikan sebagai potongan daging putih ikan

tuna yang telah mengalami pemasakan pendahuluan dan dikalengkan dalam

medium minyak atau air garam (brine) (SNI-01-2712- 1992). Dengan demikian

berdasarkan jenis medium yang digunakan, produk ikan tuna kaleng dibedakan

atas produk tuna in oil dan tuna in water/brine. Dua jenis produk tersebut

merupakan produk tuna kaleng yang selama ini diproduksi dan dipasarkan di

industry pengalengan di Indonesia.

Tuna merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki potensi sebagai

bahan baku industri pengolahan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan

menjadi komoditas unggulan untuk ekspor. Pemasaran ikan tuna banyak

diarahkan ke industri pengolahan tuna dipasar internasional dalam bentuk loin,

steak dan fillet dalam keadaan beku. Seiring berjalannya waktu dengan

banyaknya jumlah ikan tuna dikembangkan pula industri pengolahan seperti

pengalengan, pemindangan, penggaraman, pengeringan dan pengasapan.

Adapun diversifikasi hasil olahan dalam bentuk lain seperti nugget, bakso dan

otak – otak sebagai strategi pemasaran karena persaingan yang semakin kuat

(Deswati dan Hikmah, 2016).

Hasil Industri dari ikan tuna menghasilkan limbah atau hasil samping yang

dapat berdampak buruk pada lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.

Limbah hasil industri perikanan dari komoditas tuna memiliki potensi untuk

dimanfaatkan. Hasil limbah yang dapat dimanfaatkan yaitu limbah padat yang

dihasilkan dari sisa pengolahan industri tuna. Limbah tuna memiliki potensi besar

karena mengandung kandungan kimia meliputi abu, lemak dan protein.

3
Kandungan kimia pada limbah ikan tuna ini dapat dimanfaatkan sebagai produk

olahanaik pangan seperti minyak ikan dan tepung ikan berkalsium ataupun non

pongan yang memiliki nilai tambah ekonomis tinggi (Rinjani, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persediaan bahan baku pada industri ikan tuna?


2. Bagaimana pengadaan bahan baku industri yang baik pada ikan tuna?
3. Bagaimana pohon industri komoditas ikan tuna?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui persediaan bahan baku pada industri ikan tuna

2. Untuk mengetahui pengadaan bahan baku industri yang baik pada ikan

tuna

3. Untuk mengetahui pohon industri komoditas ikan tuna

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Persediaan Bahan Baku

Persediaan bahan baku memiliki peranan yang sangat penting karena

jalannya operasi perusahaan tergantung adanya bahan baku. Penetapan jumlah

persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

tetapi apabila terlalu sedikit maka akan mengakibatkan hilangnya kesempatan

perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika permintaan lebih besar

daripada permintaan yang diperkirakan. Pengendalian persediaan bahan baku

sangatlah penting dalam sebuah industri untuk mengembangkan usahanya

karena akan berpengaruh pada efisiensi biaya, kelancaran produksi dan

keuntungan usaha itu sendiri. Adanya persediaan diharapkan dapat

memperlancar jalannya proses produksi suatu perusahaan.

Persediaan merupakan semua barang atau bahan yang diperlukan dalam

proses produksi dan distribusi yang digunakan untuk proses lebih lanjut atau

dijual (Sundjaja, 2011). Fungsi pengendalian bertujuan untuk menetapkan dan

menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan

baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang

optimal. Jenis-jenis persediaan menurut (Heizer dan Render, 2010), menyatakan

berdasarkan proses produksi, persediaan terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) adalah bahan-bahan

yang telah dibeli tetapi belum diproses. Bahan-bahan dapat diperolah dari

sumber alam atau dibeli dari supplier (penghasil bahan baku).

5
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau barang dalam

proses adalah komponen atau bahan mentah yang telah melewati sebuah

proses produksi/telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum

selesai atau akan diproses kembali menjadi barang jadi.

3. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintenance,

repair, operating) yaitu persediaan–persediaan yang disediakan untuk

pemeliharaan, perbaikan, dan operasional yang dibutuhkan untuk

menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif

4. Persediaan barang jadi (finished good inventory) yaitu produk yang telah

selesai di produksi atau diolah dan siap dijual.

Pengendalian persediaan menurut (Tuerah, 2014), adalah serangkaian

kebijakan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan

pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar

pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan

berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume

produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya. Tujuan persediaan dapatlah

dinyatakan sebagai bentuk usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga

dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak

terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari

persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini

akan berakibat biaya pesanan menjadi besar.

6
Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini dikenal empat

macam biaya persediaan menurut (Rangkuti, 2007), yaitu biaya penyimpanan

(holding cost), biaya pemesanan (ordering cost), biaya penyiapan (set-up cost)

dan biaya kehabisan atau kekurangan bahan (storage cost).

1. Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya persediaan yang

jumlahnya semakin besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan

didalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk

sebagai biaya penyimpanan adalah:

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan

b. Biaya modal yaitu alternatif pendapatan atas dana yang

diinvestasikan dalam persediaan

c. Biaya perhitungan fisik

d. Biaya asuransi persediaan

2. Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya persediaan yang

jumlahnya semakin besar apabila frekuensi pemesanan bahan baku yang

digunakan dalam perusahaan semakin besar. Biaya-biaya ini meliputi:

a. Proses pesanan dan biaya ekspedisi

b. Upah

c. Biaya pengeluaran surat-menyurat

d. Biaya pengiriman ke Gudang

3. Biaya penyiapan (set-up cost). Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak

dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan

menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi

komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

a. Biaya mesin-mesin menganggur

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

7
c. Biaya penjadwalan

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (storage cost) adalah biaya

yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan

bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah

sebagai berikut:

a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan pelanggan

c. Biaya pemesanan khusus

d. Terganggunya operasi

2.2 Pengadaan Bahan Baku

Ikan tuna merupakan komoditas ikan ekonomis penting. Selain itu, ikan

tuna juga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Hal ini dibuktikan

dengan hampir 80% ikan tuna yang didaratkan di PPS Nizam Zachman untuk

pasar ekspor, dan sisanya untuk pasar domestik (DJPT 2015). Data statistik PPS

Nizam Zachman tahun 2014 menyatakan sebanyak 29.267,42 ton volume

distribusi produk tuna untuk wilayah dalam negeri, dan volume ekspor ikan tuna

yang bersertifikat sebanyak 2.204.822,65 ton (Hutapea et al., 2017).

Ketersediaan bahan baku tuna diperlukan oleh industri perikanan tuna

dalam mendukung keberlangsungan usaha stake-holder. Ketersediaan bahan

baku tuna untuk industri perikanan tuna dinilai masih rendah. Hal ini terkait

kurangnya bahan baku dalam proses produksi. Ketersediaan bahan baku secara

kontinu diperlukan agar pengusaha mendapatkan kepastian dalam usahanya.

Pengadaan bahan baku secara umum harus bisa menyediakan suatu bahan

8
baku dalam jumlah yang cukup, memenuhi syarat mutu dan bisa diterima di

waktu yang sesuai serta dengan biaya yang layak.

Dalam pengembangan industri olahan tuna yang berdaya saing,

ketersediaan SDM yang mampu menangani mutu sangat diperlukan, sehingga

pabrik pengolahan dapat menghasilkan produk bermutu. SDM yang mampu

dalam penanganan mutu ini juga diperlukan. Kemampuan manajerial sangat

diperlukan dalam mengelola suatu industri pengolahan. Kemampuan manajerial

menyangkut manajemen produksi, termasuk bagaimana mengatur ketersediaan

bahan baku, mengatur berapa produksi harus dihasilkan pada periode tertentu,

sehingga kontinuitas ketersediaan produk terjamin, bagaimana mengatur

manajemen terkait profit dan keberlangsungan perusahaan.

Persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan

penting dalam operasi bisnis, sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen

proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun

tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran

akhir, yaitu untuk meminimalisasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk penanganan persediaan. Dalam sistem manufaktur maupun

non manufaktur, adanya persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan

biaya. Penetapan jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat

pemborosan dalam biaya simpan, tetapi apabila terlalu sedikit maka akan

mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan

keuntungan jika permintaan lebih besar daripada permintaan yang diperkirakan.

Pengendalian persediaan bahan baku sangatlah penting dalam sebuah industri

untuk mengembangkan usahanya karena akan berpengaruh pada efisiensi

biaya, kelancaran produksi dan keuntungan usaha itu sendiri. Adanya

9
persediaan diharapkan dapat memperlancar jalanya proses produksi suatu

perusahaan (Tuerah, 2015)

Parameter aktivitas produksi adalah pada sub parameter ketersediaan

bahan baku tuna dan sanitasi higienitas di pelabuhan dan industri perikanan

tuna. Ketersediaan bahan baku tuna diperlukan oleh industri perikanan tuna

dalam mendukung keberlangsungan usaha stake-holder. Ketersediaan bahan

baku tuna untuk industri perikanan tuna dinilai masih rendah. Hal ini terkait

kurangnya bahan baku dalam proses produksi. Ketersediaan bahan baku secara

kontinu diperlukan agar pengusaha mendapatkan kepastian dalam usahanya.

Dalam mengatasi permasalahan ketersediaan bahan baku adalah dengan

mendatangkan bahan baku yang berasal dari daerah lain untuk menjaga

kontinuitas dan volume produksi. Strategi mengatasi permasalahan ketersediaan

bahan baku dilakukan stakeholder dengan mendatangkan bahan baku tuna

berasal dari Bitung, Cilacap. Malang.

Harga ikan tuna segar sebagai bahan baku tuna olahan akan

memengaruhi biaya total produksi. Semakin tinggi harga bahan baku, maka

semakin tinggi biaya produksi dan akibatnya harga produk olahan tidak dapat

bersaing di pasar internasional. Komponen harga bahan pendukung untuk tuna

olahan diantaranya kaleng. Apabila asal bahan baku dan bahan baku pendukung

diperoleh dari impor, maka pada umumnya harga bahan baku menjadi lebih

tinggi dan ini akan mempertinggi biaya produksi. Dengan kata lain, negara yang

mempunyai sumber daya tinggi ikan tuna dan bahan baku pendukung mampu

diproduksi dalam negeri, secara logika akan menyebabkan rendahnya biaya

produksi, sehingga produk yang dihasilkan menjadi efisien dan mampu bersaing

dengan harga di pasar internasional (Lestari et al., 2013).

10
 Pengujian Ketercukupan Persediaan Bahan Baku Kuantitatif

Menurut Tuerah (2015), kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order

Quantity) adalah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari

pemesanan dan penyimpanan. Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus :

Keretangan:

EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*) (Kg)

D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit (Kg)

S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan (Rp)

H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun

2.2.2 Penggunaan Bahan Baku Yang Bersaing

Regulasi pengaturan ekspor dan impor sangat mempengauhi daya saing

produk suatu negara. Sebagai contoh Indonesia mempunyai sumber daya alam

(SDA), khususnya ikan tuna yang cukup baik. Namun demikian, regulasi ekspor

yang masih dalam penataan menyebabkan Indonesia masih mengekspor tuna

segar kepada Thailand. Thailand mendapat pasokan bahan baku ikan tuna segar

dari Indonesia dan kemudian mengolah dan akhirnya Thailand menguasai pasar

tuna kaleng dunia. Pengembangan industri olahan tuna sangat memerlukan

dukungan penuh dari pemerintah, yaitu berupa keterjaminan bahan baku,

dukungan terhadap bahan baku pendukung lainnya seperti fasilitasi impor

terhadap kaleng, dan lain-lain.

11
Mutu produk olahan tuna akan sangat menentukan penguasaan pasar

internasional. Peningkatan mutu perlu dilakukan dari sisi hulu sampai dengan

hilir. Penanganan ikan tuna pada saat penangkapan, pasca penangkapan,

distribusi/selama transportasi dari pelabuhan ke tempat pengolahan sampai

dengan penerapan GMP dan HACCP perlu dilakukan dengan baik. Thailand

yang sudah mempelopori dan menguasai pasar internasional dapat dijadikan

contoh bagaimana negara tersebut menghasilkan ikan tuna olahan bermutu,

Padahal dilihat dari sumber daya, Indonesia memiliki keunggulan komparatif

sangat baik. Salah satu faktor daya peningkatan daya saing produk adalah

melakukan promosi. Dalam pemasaran diperlukan promosi untuk

memperkenalkan dan mengkomunikasikan produk, dengan harapan konsumen

dapat membeli produk yang dipromosikan.

Tuna olahan Indonesia mempunyai daya saing lebih tinggi bila

dibandingkan dengan tuna beku, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan

tuna segar. Namun demikian, bila dibandingkan dengan negara pesaing, tuna

olahan Indonesia mempunyai daya saing lebih rendah dan hanya mampu

menduduki posisi ke-7. Faktor produksi dan pemasaran yang sangat

berpengaruh terhadap daya saing ikan tuna olahan adalah: (1) Mutu ikan tuna

olahan yang dihasilkan, (2) Hambatan tarif dan non tarif dan (3) Pengembangan

market intellegence dan Promosi. Faktor manusia dan kelembagaan yang

mempunyai peranan penting dalam peningkatan daya saing adalah (1) Peran

Pemerintah dalam pengembangan Industri olahan tuna, (2) Ketersediaan SDM

yang mampu dalam penanganan mutu, 3) Peran Pemerintah dalam

penanggulangan dan penanganan illegal fishing Prioritas strategi untuk

meningkatkan daya saing tuna olahan Indonesia terkait faktor produksi dan

pemasaran adalah (1) Meningkatkan mutu tuna olahan Indonesia, (2) Mendorong

12
mengatasi hambatan tarif dan non tarif; (3) Meningkatkan pengembangan market

intellegence dan Promosi. Prioritas strategi terkait faktor manusia dan

kelembagaan adalah (1) Meningkatkan Peran Pemerintah dalam pengembangan

Industri olahan tuna, (2) Meningkatan kapasitas SDM yang mampu dalam

penanganan mutu serta (3) Pemberantasan dan pengawasan illegal fishing.

13
2.3 Pohon Industri Komoditas Ikan Tuna

Ikan Hidup

Ikan Segar
Ikan Utuh
Ikan Beku Segar

Beku
Ikan Tuna
Daging ikan
Fillet Nugget

Ikan Olahan
Bakso

Otak - Otak
Pengalengan

Pengasapan

Pemindangan

Penggaraman

Pengeringan

Tepung ikan
Limbah (kepala,
jeroan, tulang,
sirip) Minyak ikan

14
Bahan baku merupakan material yang digunakan untuk proses pengolahan.

Industri perikanan komoditas pengalengan ikan tuna dapat bersaing dan mampu

menumbuhkan sektor ekonomi perikanan apabila diikuti dengan ketersediaan

dan kemandirian bahan baku yang digunakan. Skema industri dapat berjalan

apabila terdapat pasokan bahan baku. Perkembangan industri dapat dilihat dari

terjaminnya proses produksi, suplai bahan baku serta suplai dari produk olahan

perikanan (Boer, 2020) . Bahan baku industri yang penting dalam industri

pengalengan ikan tuna ada beberapa macam yaitu

1. Persediaan bahan baku industri merupakan persediaan barang ataupun

bahan yang digunakan untuk proses produksi serta distribusi yang

diproses lebih lanajut. Persedian bahan baku ini harus dikendalikan agar

dapat menjamin dan menetapkan tersedianya produk jadi dan bahan

baku agar kuantitas optimal. Persediaan bahan baku untuk pengalengan

ikan tuna berupa bahan mentah, bahan pembantu, bahan dalam proses

dan bahan barang jadi.

 Bahan mentah ini merupakan bahan yang telah dibeli tetapi belom

melewati tahap proses. Bahan mentah yang digunakan untuk

persediaan bahan baku pengalengan ini berupa ikan tuna. Bahan

mentah ini harus selalu dipasok dengan mutu yang baik, jumlah

yang diperlukan untuk industri dan waktu pengiriman agar tidak

terjadi pemisahan. Pasokan ikan tuna yang digunakan biasanya

dalam keadaan segar atau beku yang nantinya akan diolah

menjadi produk akhir. Pemasok ikan tuna harus mengirimkan ikan

tuna dengan kualitas segar yaitu tidak cacat, tidak bau busuk dan

sehat secara fisik. Untuk industri pengalengan ikan tuna dapat

15
melalukan pemesanan 1-3 hari sebelumnya dengan rata-rata

pembelian 1,3 ton per pesanan.

 Bahan pembantu yang digunakan untuk industri pengalengan ikan

tuna dalam proses produksi yaitu air, klorin, es, sabun, medium,

kaleng, garam dan penutup kaleng (KMKK, 2016)

 Bahan dalam proses yang digunakan untuk pengalengan tuna ini

berupa medium yang berupa larutan / saus seperti soya bean oil,

air, saus tomat, bawang, moyanais, lemon, paper. Pengisian

medium ini dilakukan untuk memberikan seasoning.

 Bahan barang jadi merupakan hasil dari produk akhir berupa ikan

tuna yang telah dikalengkan / diproses yang siap untuk

dipasarkan.

2. Bahan baku industri memiliki fungsi pengendalian untuk persediaan yang

digunakan guna menetapkan dan menjamin agar tersedianya produk jadi,

komponen, barang dalam proses dan bahan baku secara optimal. Fungsi

persediaan bahan baku industri dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu

 Persediaan fluktuasi permintaan merupakan permintaan

konsumen yang tidak dapat diramalkan. Persediaan bahan baku

dapat disiapkan dengan jumlah yang cukup serta stabil apabila

terjadi penurunan bahan baku maka dapat disimpan untuk

ketersediaan saat terjadi permintaan naik.

 Persedian jumlah besar merupakan persediaan yang dipasok dan

disimpan dengan jumlah besar yang dapat digunakan untuk

produksi bahan baku permintaan konsumen apabila terjadi

kenaikan.

16
 Persediaan antisipasi digunakan apabila fluktuasi permintaan

konsumen dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan

pengalaman atau data masa lalu. Adapun perusahaan mengalami

tidak kepastian jangka waktu pengiriman barang sehingga perlu

antisipasi untuk menanggulanginya.

3. Kebutuhan biaya pengalengan tuna untuk kebutuhan persediaan bahan

baku dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu;

 Biaya Penyimpanan (set-up cost) dapat terjadi apabila bahan

diproduk sendiri didalam pabrik perusahaan dengan menghadapi

biaya penyimpanan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya

ini terdiri dari biaya mesin menganggur, biaya persiapan tenaga

kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi dan

sebagainya. Biaya penyimpanan tahunan dapat dihitung dengan

biaya penyimpanan per tahun. Biaya penyimpanan bahan baku

untuk pengalengan ikan tuna menurut Tuerah, 2015 yaitu sebesar

3173,5 rupiah / kg, dengan penjelasan komponen biaya sebagai

berikut ;

 Biaya Pemesanan atau pembelian merupakan biaya yang meliputi

proses pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, biaya

pengeluaran surat – menyurat, biaya pengepakan dan

penimbangan, biaya pemeriksaan dan biaya lainnya. Biaya

17
pemesanan tahunan dapat dihitung dengan

x biaya pemasangan. . Biaya

pemesanan bahan baku untuk pengalengan ikan tuna menurut

Tuerah, 2015 yaitu total sebesar Rp. 48.960.000, dengan

penjelasan komponen biaya sebagai berikut ;

 Biaya Kekurangan (storage cost) merupakan biaya yang timbul

karena persediaan tidak mencukupi atau lebih sedikit dari

permintaan bahan. Biaya yang termasuk yaitu kehilangan penjual,

kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusu, biaya ekspedisi,

selisih harga dan terganggunya operasi.

 Biaya Kapasitas merupakan biaya pemesanan bila bahan yang

diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dengan adanya

biaya pembuatan.

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ikan tuna merupakan komoditas ikan ekonomis penting. Selain itu, ikan

tuna juga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Faktor yang

mempengaruhi produksi ikan tuna di Indonesia yaitu ketersediaan bahan baku

tuna diperlukan oleh industri perikanan tuna dalam mendukung keberlangsungan

usaha stake-holder. SDM yang mampu dalam penanganan mutu ini juga

diperlukan dan juga kemampuan manajerial sangat diperlukan dalam mengelola

suatu industri pengolahan.

Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan komoditas tuna di

Indonesia yaitu dengan pengendalian persediaan bahan baku yaitu dengan

serangkaian kebijakan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,

kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar

pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan

berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume

produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya.

3.2 Saran

Dalam memproduksi pengalengan ikan tuna, kita perlu menyiapkan

segala sesuatu yang dibutuhkan baik itu bahan baku, peralatan, dan juga SDM.

Oleh karena itu disarankan untuk memilih bahan baku yang baik, peralatan yang

baik dan juga SDM yang mumpuni guna menghasilkan produksi yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Belvi, V. 2006. Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru Fish Canning).


Jurnal Belian . 5(3) :174-181
Boer, M., Riyanto, M., Kurnia, R., Setyobudiandi, I., Santoso, J., Sukri, N & K. A.
Aziz. 2020. Estimasi stok suplai kebutuhan bahan baku untuk industri
pengolahan ikan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 23(1):
158-165.
Hari I. E &Teuku A. M. 2016. Pengalengan ikan tuna komersial. Squalen. 2(2):
43-50.
Heizer, J & Rander, B. 2010. Prinsip – prinsip manajemen operasi. Salemba
Empat. Jakarta.
Heri, N & Heryanita, M. 2016. Sistem pendukung keputusan penentuan prioritas
pengembangan industri kecil dan menengah di lampung tengah
menggunakan analitical hierarchy process (ahp). Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Multimedia
Hutapea, R. Y., Solihin, I., & Nurani, T. W. (2017). Peran Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman Dalam Mendukung Industri Tuna (The Role of
Nizam Zachman Oceanic Fishing Port to Support Tuna Industries). Marine
Fisheries Journal of Marine Fisheries Technology and Management. 8(2):
187-198.

Keputusan Mentri Ketenagekerjaan Republik Indonesia. 2016. Penetapan


standar kompetensi kerja nasional Indonesia kategori industri pengolahan
golongan pokok industri makanan bidang pengalengan ikan tuna.

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 yang


mengatur tentang industry
Lestari, W., Syarief, R., & Sumantadinata, K. (2013). Strategi peningkatan daya
saing tuna olahan ndonesia di pasar Internasional. MANAJEMEN IKM:
Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah. 8(1): 36-44.
Rangkuti, F. 2007. Manajemen persediaan aplikasi dibidang bisnis. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Rinjani. 2017. Potensi pemanfaatan limbah industri perikanan tuna. [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sundjaja., S. Ridwan., & Berlian, I. 2010. Manajemen keuangan 2. Edisi
Keempat, Literata Lintas Media. Yogyakarta.
Tuerah, M. C. 2014. Analisis pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna
pada CV. Golden KK. Jurnal EMBA. 2(4): 524-536.

Wijaya, D., S. Mandey., & J. S. Sumarauw. 2016. Analisis pengendalian


persediaan bahan baku ikan pada PT. Celebes minapratama bitung. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi. 4(2).

20
21
LAMPIRAN

22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai