Disetujui,
Selasa, 11 Oktober 2011
ABSTRAK
Ikan merupakan bahan makanan yang sangat mudah mengalami kebusukan sehingga memerlukan penanganan
yang baik. Tingkat kemunduran mutu ikan ditentukan sejak penangkapan, pengolahan sampai penyajian. Salah satu
penyebab kemunduran mutu ikan segar adalah proses perombakan oleh aktivitas enzim terutama enzim proteolitik yang
terdapat secara alami pada ikan. Proses kemunduran mutu dan kesegaran ikan meliputi fase pre rigor, rigor mortis, post
rigor, dan busuk. Fase tersebut akan terus berlangsung jika tidak dihambat. Lamanya waktu perubahan yang berlangsung
pada ikan tergantung pada jenis ikan, ukuran, kondisi ikan waktu hidup, cara kematian, dan suhu penyimpanan. Studi ini
bertujuan untuk mengetahui proses kemunduran mutu pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) meliputi
perubahan nilai organoleptik, pH, TVB, dan TVC. Metode yang digunakan antara lain secara organoleptik, pengukuran pH,
pengujian nilai TVB dan TVC pada setiap fase kemunduran mutu. Fase pre rigor memiliki nilai organoleptik nilai pH
(6,6900,0000), nilai TVB (1,680,0000), dan nilai TPC 7,7 x 10 3. Fase rigor mortis memiliki nilai organoleptik, nilai pH
(6,3750,0070), nilai TVB (6,160,7920), dan nilai TPC. Fase post rigor memiliki nilai organoleptik, nilai pH., nilai
TVB., dan nilai TPC. Saat ikan mengalami kebusukan memiliki nilai organoleptik, nilai pH., nilai TVB., dan nilai
TPC.
Kata kunci : kemunduran mutu ikan, nilai organoleptik, nilai pH, nilai TVB, nilai TPC
ABSTRACT
Fish is a food that is very susceptible to disintegration so that it requires good handling. Speed of deterioration based on
fishing, processing until serving. One of the causes the deterioration is the process of updating on activity of proteolytic
enzymes, especially enzymes nature found in fish. The deterioration of the quality and freshness of the fish includes pre
rigor, rigor mortis, post rigor, and rotten. Phase will continue, if not suppressed. This study aims to understand the
degradation processes in Tambaqui (Colossoma macropomum) include changes in pH, organoleptic, TVB, and TVC. The
methods used include organoleptic, pH measurement, testing the value of TVB and TVC at each phase of the decline in
quality. Phase of pre rigor has organoleptic value...., pH value, the value of TVB...., and the TPC.... Phase of rigor mortis
has organoleptic value, pH ., the value of TVB...., and the TPC.... Phase of post rigor has organoleptic value , pH...., the
value of TVB, and the TPC.... When fish have deterioration has organoleptic value , pH, the value of TVB., and the
TPC....
Sampel 15 gram
Penanaman (embedding) dalam
Penambahan 45 mL TCA 7%
Trimming
Segera setelah ikan mati, terjadi perubahan- mortis tergantung pada spesies, kondisi fisik ikan,
perubahan yang dapatmengakibatkan penurunan mutu derajat perjuangan ikan sebelum mati, ukuran, cara
ikan. Penurunan tingkat kesegaran ikan ini terlihat penangkapan, dan suhu selama penyimpanan (Eskin
pada ikan yang disebabkan oleh aktivitas enzim dan Fase terakhir post mortem ikan adalah fase
mikroorganisme. Urutan proses perubahan yang terjadi post rigor. Berdasarkan hasil pengamatan, fase post
setelah ikan mati, meliputi perubahan pre rigor, rigor rigor berlangsung pada 9 jam setelah kan mati. Tahap ini
mortis, dan post rigor (Eskin 1990). ditandai dengan mulai melunaknya kembali otot ikan
Fase pre rigor merupakan perubahan pertama secara bertahap (Wang et al. 1998). Proses
yang terjadi ketika ikan mati. Fase ini ditandai dengan pembusukan ikan ditandai dengan terbentuknya
melemasnya otot-otot ikan sesaat setelah ikan mati senyawa-senyawa basa volatil yang mengakibatkan
sehingga ikan mudah dilenturkan. Nilai pH ikan yang peningkatan nilai pH. Komponen utama total volatile
baru mati mendekati netral. Hal ini sesuai dengan hasil base (TVB) adalah amoniak (NH3), trimetil amin (TMA),
yang didapat dimana nilai pH sebesar 6,69 0,6. dan dimetil amin (DMA). Nilai TVB yang diperoleh
Berdasaran hasil yang didapat, pase prerigor terjadi berdasarkan pengukuran saat ikan memasuki fase post
pada saat ikan dimatikan dan berlangsung sekitar 3 jam. rigor menunjukkan nilai yang tinggi yaitu sebesar 112,56
Jumlah mikroba pada fase pre rigot umumnya rendah. 0,7920. Nilai TVB akan terus meningkat seiring
Hasil penghitungan nilai TPC yang diperoleh pada saat dengan peningkatan kemunduran mutu. Milai TVB yang
fase pre rigor yaitu sebesar 7,7 X 10 3. Fase ini umumnya terukur saat ikan memasuki fase pembusukan lebih
terjadi peristiwa terlepasnya lendir di bawah kelenjar tinggi yaitu sebesar 269,36 0,7920. Nilai pH pada fase
permukaan kulit yang sebagian besar terdiri dari ini juga terus meningkat hingga mencapai 6,37 0,057.
glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal Nukleotida utama yang berperan dalam mentransfer
bagi pertumbuhan bakteri. Secara biokimia ditandai energi, yaitu ATP juga berperan dalam penambahan
dengan menurunnya kadar adenosine triposfat (ATP) jumlah ammonia pada volatil amin setelah kematian
dan keratin posfat (seperti pada reaksi glikolisis) (Eskin ikan. Nukleotida ATP adalah senyawa utama pembawa
1990). Energi pada jaringan otot ikan setelah ikan mati energi kimia dalam sel (Gill 2000).
diperoleh secara anerobik dari pemecahan glikogen Senyawa ADP kemudian diubah menjadi AMP
melalui proses glikolisis menghasilkan ATP dan asam oleh miokinase. Selanjutnya AMP diubah oleh enzim
laktat. Perubahan ini mengakibatkan pH tubuh ikan deaminase menjadi IMP dan IMP diubah menjadi inosin
menurun, diikuti pula dengan penurunan jumlah oleh enzim fosfatase. Kemudian inosin dengan cepat
adenosine triposfat (ATP) (Gopakumar 2000). berubah menjadi hipoksantin. Deaminase AMP menjadi
Saat konsentrasi ATP 0,1 mikro mol/gram akan IMP telah melepaskan molekul ammonia (NH3) dari
terjadi rigor mortis sempurna. Fase ini berlangsung pada gugusan basa purin adenine yang bersifat volatil (Eskin