Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN HASIL TANGKAPAN RAWAI DASAR (Bottom Long line)

DENGAN MENGGUNAKAN UMPAN YANG BERBEDA DI


KELURAHAN TANJUNG ULU KECAMATAN
KUMPEH ILIR
Disajikan Oleh :
Rahmat Caniago, Adriani , Farizal 2, Yun Alwi3, Resmi4, dan Fauzan Ramadan4
1

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan


Universitas Jambi
Jln. Jambi-Ma Bulian KM. 15 Mendalo Darat Jambi 36361
Email : caniagorahmat76@gmail.com

RINGKASAN
Rawai dasar (Bottom long line) adalah alat penangkap ikan yang terdiri atas
rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada setiap ujung cabangnya
diikatkan pancing Secara umum rawai terdiri dari tali utama (main line), tali cabang
(branch line), mata pancing dan perlengkapan lainnya seperti pelampung dan
pemberat. Rawai dasar adalah alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan di
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro jambi, nelayan
biasa menggunakan umpan cacing tanah dan umpan beras dengan target penangkapan
yaitu ikan patin, ikan baung, dan ikan juaro.
Penelitian ini dilakukan pada sungai Batanghari di Kelurahan Tanjung Ulu
Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi pada Tanggal 1 Maret 2022 Sampai
30 Maret 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental fishing, dengan menggukan dua perlakuan yaitu umpan cacing tanah
dan umpan udang beras dengan ulangan sebanyak 30 kali. Data yang dihimpun yaitu
parameter lingkungan, komposisi hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan, berat
perjenis hasil tangkapan, dan berat total hasil tangkapan dimana hasil penelitian
dianalisis mengngunakan uji-t.
Hasil penelitian didapatkan bahwa parameter lingkungan di perairan sungai
Batanghari didapatkan arus 0,26 m/s, kedalaman 16, 86 m, suhu air 30,06°C, dan pH
air 7,42. Hasil tangkapan menggunakan umpan udang beras lebih tinggi (319) dari
pada menggunakan umpan cacing tanah (277). Dengan berat total ikan menggunakan
umpan udang beras 142,5 kg dibandingkan umpan cacing tanah 125,9 kg
Kesimpulan penelitian disimpulkan bahwa hasil tangkapan rawai dasar
menggunakan umpan udang beras menunjukkan hasil yang lebih banyak
dibandingkan menggunakan umpan cacing tanah.

Kata Kunci : Alat tangkap rawai dasar, cacing tanah, udang beras
Keterangan : ¹ Pembimbing Utama
² Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN

1
Latar belakang
Provinsi Jambi memiliki potensi sumberdaya perairan umum daratan (PUD)
seluas 115.000 Ha, meliputi sungai, danau, dan rawa yang terbesar di 11
Kabupaten/kota dengan produksi sebesar 7.039,20 ton/tahun. Kabupaten Muaro
Jambi dengan luas 5.326 Km² merupakan salah satu Kabupaten yang berada di
Provinsi Jambi dengan keunggulan dan potensi perikanan yang sangat menjanjikan
dengan produksi perairan umum mencapai 1.107,40 ton/tahun (Badan Pusat Statistik
Provinsi Jambi, 2019).
Kecamatan Kumpeh merupakan salah satu Kecamatan yang ada di dalam
wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Kumpeh dengan tofografi daratan,
dengan luas wilayah ±162,48 km². Kecamatan Kumpeh terdiri dari 16 Desa dan 1
Kelurahan. Dengan batas-batas wilayah, sebelah Utara Kecamatan Dendang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelah Timur Kecamatan Berbak Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, sebelah Selatan Kecamtan Sungai Gelam dan Kabupaten
Musi Banyu Asin Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat Kecamatan Kumpeh
Ulu dan Kecamatan Tamana Rajo (Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi,
2018).
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi
merupakan salah satu sentra usaha perikanan yang berada di Propinsi Jambi, memiliki
luas wilayah sebesar 28.961,79 ha atau 289,61 km² dengan pola pemukiman terpusat
dipinggiran Sungai Batanghari dan Sungai Kumpeh. Jumlah penduduk dan kepadatan
di Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir yaitu sebanyak 3.954 orang. Maka dapat
diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk Kelurahan Tanjung ialah 13,65 jiwa/
km². Sumber pendapatan atau mata pencaharian masyarakat Kelurahan Tanjung Ulu
Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar petani dan mata
pencaharian sampingan masyarakat Kelurahan Tanjung Ulu salah satunya sebagai
nelayan .
Nelayan di daerah Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir
menggunakan alat tangkap rawai, belat, jala, jaring ikan, tembilar, gerugu udang, dan
gerugu belut. Jumlah nelayan di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir
sebanyak 140 orang. Salah satu kegiatan penangkapan ikan di sungai Batanghari yang
banyak dioperasikan oleh Nelayan menggunakan alat tangkap rawai yaitu 56 orang.
Popularitas akan penggunaan alat tangkap rawai dasar (Bottom Long line) di
Kelurahan Tanjung Ulu diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu efektivitasnya
sebagai alat tangkap dan kemudahan dalam pengoperasiannya. Rawai dasar adalah
alat tangkap yang memiliki sejumlah variasi baik dalam hal ukuran, struktur maupun
besar kecil jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Alat tangkap ini
dioperasikan dekat maupun di dasar perairan dengan arah perentangan secara
horizontal. Setyorini dkk. (2009) menjelaskan bahwa rawai dasar (Bottom Long line)
merupakan alat tangkap yang cocok digunakan di perairan Indonesia, karena wilayah
perairan yang luas dan kaya akan berbagai ikan dasar. Rawai adalah alat penangkap

2
ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali yang bercabang cabang dan pada setiap
ujung cabangnya diikatkan pancing (Sadhori, 1985). Secara umum rawai terdiri dari
tali utama (main line), tali cabang (branch line), mata pancing dan perlengkapan
lainnya seperti pelampung dan pemberat (Nomura dan Yamazaki, 1977 dalam
Rianawati, 1994). Rawai merupakan alat tangkap ramah lingkkungan karena bersipat
seletif.
Berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh dari nelayan yang menggunakan
alat tangkap rawai dasar berupa Ikan Baung (Hemibagrus nemurus), Ikan Patin
(Pangasius pangasius), Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon). Hasil ini juga
dipengaruhi oleh umpan yang digunakan yaitu umpan cacing tanah dan umpan udang
beras.
Umpan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menunjang
keberhasilan operasi penangkapan ikan, khususnya pada alat tangkap rawai. Umpan
memberikan rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika dan kimia yang dapat
memberikan respons bagi ikan-ikan tertentu pada proses penangkapan ikan (Sadhori
1985). Pada umumnya ikan-ikan perairan tawar mendeteksi makanannya
menggunakan rangsangan (stimulus) kimia dengan menggunakan sistem
penciumannya seperti protein dan asam amino yang tereduksi. Perbedaan jumlah
hasil tangkapan bisa disebabkan oleh jenis umpan yang berbeda, hal tersebut
disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut
(Aldita et al., 2014).
Didapatkan informasi bahwa umpan yang biasa digunakan oleh nelayan
rawai di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir yaitu udang beras (Caridina
gracillirostris), umpan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Udang tersebut merupakan
hasil tangkapan sampingan dan jumlahnya sangat melimpah dan umpan cacing tanah
masih banyak ditemukan. Hal ini menjadikan alasan nelayan untuk menggunakan
udang beras dan cacing tanah sebagai umpan. Namun sampai saat ini nelayan di
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir belum mengetahui secara pasti
umpan mana yang memperoleh hasil tangkapan yang terbaik karena belum adanya
penelitian yang menjelaskan tentang perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan
rawai menggunakan umpan berbeda.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “perbedaan hasil tangkapan rawai dasar (Bottom long line)
dengan menggunakan umpan yang berbeda di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan
Kumpeh Ilir”.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan hasil
tangkapan rawai dasar (Bottom Long line) dengan mengunakan umpan yang berbeda
di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir.

3
Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat maupun nelayan mengenai penggunaan umpan cacing tanah dan umpan
udang beras terhadap hasil tangkapan ikan patin, ikan baung, dan ikan juaro.
menggunakan alat tangkap Rawai di perairan Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan
Kumpeh Ilir.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada sungai Batanghari di Kelurahan Tanjung Ulu
Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muaro Jambi pada Tanggal 1 Maret 2022 Sampai
30 Maret 2022.

Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis umpan berbeda
(udang beras dan cacing tanah). Peralatan yang digunakan yaitu alat tangkap rawai
(tali pancing, mata pancing nomor 10, pemberat, pelampung dan bendera), perahu,
thermometer untuk mengukur suhu, pH meter untuk mengukur pH (kadar keasaman
atau basa) air, timbangan untuk mengetahui berat hasil tangkapan, botol aqua yang di
pasang tali untuk mengukur kecepatan arus, pemberat yang dipasang tali untuk
mengukur kedalaman air, ember, alat tulis, kamera (handphone), dan stopwatch.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
fishing yaitu datang langsung ke lokasi penelitian melakukan penangkapan dengan
alat tangkap rawai dasar (Bottom Long line) yang telah disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yang dilakukan di sungai Batanghari Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan
Kumpeh Ilir. Menggunakan 1 unit alat tangkap rawai dasar (Bottom Long line)
dengan panjang rawai 300 m, Jumlah mata pancing yaitu 150 mata pancing, dan
setiap 75 mata pancing dipasang jenis umpan yang berbeda yaitu udang beras dan
cacing tanah dalam bentuk utuh tidak dalam bentuk potongan dan masih segar dengan
ulangan sebanyak 30 kali pada masing-masing umpan. Jumlah perlakuan yang akan
dilakukan adalah dengan jumlah 2 perlakuan :
 P1 : Perlakuan umpan udang beras seberat ±2 gram
 P2 : Perlakuan umpan cacing tanah seberat ±2 gram

4
Gambar 1. Posisi umpan pada alat tangkap rawai

Analisis Data
Pengaruh perbedaan umpan terhadap jumlah hasil tangkapan rawai secara
keseluruhan dalam jumlah hasil individu (ekor), maka dilakukan analisis
menggunakan uji-t (Sudjana, 2005).

X 1−X 2
T hit =


S 1 1
+
n1 n 2

2
n ∑ x 12 −( x 1) 2
S1 =
n ( n−1 )

2
n ∑ x 2 2 − ( x 2 )2
S2 =
n ( n−1 )

2 ( n1 −1 ) S 12 + ( n2−1 ) S 22
S=
n1+ n2−2

Dimana:
T hit = Nilai t hitung
X1 = Rata-rata hasil tangkapan umpan cacing tanah
X2 = Rata-rata hasil tangkapan umpan udang beras
n1 = Jumlah sampel umpan cacing tanah
n2 = Jumlah sampel umpan udang beras
S12 = Ruang sampel
S2 2
= Ruang sampel
S = Standar deviasi

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Perairan di Kelurahan Tanjung Ulu
Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Kelurahan Tanjung Ulu, Kelurahan
Tanjung Ulu merupakan ibu kota Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Secara astronomis terletak pada koordinat S 01023’51.1”- E
103058’46.3”. Secara geografis batas wilayah Kelurahan Tanjung Ulu yaitu:
 sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan Dendang
 sebelah timur berbatasan dengan : Desa Gedong Karya,
 sebelah selatan berbatasan dengan : Provinsi Sumatra Selatan
 sebelah barat berbatasan dengan : Desa Sogo.
Perairan Sungai Batanghari di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh
Ilir Kabupaten Muaro Jambi masyarakat Kelurahan Tanjung Ulu memanfaatkan
Sungai Batanghari sebagai sumber penyokong kehidupan. Sungai dipergunakan
sebagai sarana transportasi, tempat mencari ikan, air untuk kebutuhan rumah tangga
dan mengairi sawah. Nelayan yang terdapat di Kelurahan Tanjung Ulu adalah
nelayan sambilan tambahan dimana sebagian kecil waktu digunakan untuk
melakukan pekerjaan menangkap ikan, sedangkan pekerjaan utama masyarakat di
Kelurahan Tanjung Ulu yaitu sebagai petani.
Menurut Susanto dan Purwasih (2012), sungai merupakan salah satu tipe
ekosistem perairan umum yang berperan bagi kehidupan biota dan juga kebutuhan
manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti pertanian dan industri yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktifitas alam maupun aktifitas manusia di
daerah aliran sungai (DAS). Sungai sebagai salah satu faktor satu badan perairan
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor alam maupun aktifitas manusia.
Lokasi penelitian penangkapan menggunakan alat tangkap rawai dasar yang di
operasikan satu titik Fishing ground (103º57'41,5" BT 1º23'19,7" LS) di perairan
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir. Peta lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.

6
Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Pengukuran Parameter Lingkungan


Pengukuran Parameter lingkungan yang diukur selama penelitian di
Kelurahan Tanjung Ulu meliputi Arus, kedalaman, suhu, dan pH. Pengukuran
parameter lingkungan dilakukan pada pagi hari saat proses penangkapan dan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran Parameter Lingkungan di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan
Kumpeh Ilir

Pengukuran Parameter Lingkungan

Arus (m/s) Kedalaman Suhu (°C) pH


Rata-rata 0,26 16,86 30,06 7,42

Kisaran 0,21-0,33 15-19 29-31 7,3-7,6

Berdasarkan Tabel 1 . bahwa kecepatan arus terendah pada saat penelitian


yaitu 0,21 m/s dan kecepatan arus tertinggi yaitu 0,33 m/s. Kecepatan arus pada saat
melakukan penelitian memiliki rata-rata sebesar 0,26 m/s. Kecepatan arus pada saat
proses penelitian termasuk kategori sedang. Pada saat proses penelitian arus sangat
mempengaruhi proses setting, immersing, dan hauling. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ihsan (2009) yang menyatakan bahwa kecepatan arus air dapat dibagi
menjadi 3 kategori antara lain kecepatan arus yang berkisar antara 0-0,25 m/s
termasuk kedalam kategori arus yang lambat kecepatan arus yang berkisar antara
0,26-0,50 m/s termasuk kedalam kategori arus yang sedang, kecepatan arus berkisar
antara 0,51-1 m/s termasuk kedalam kategori arus yang sangat cepat. Ikan dalam
mencari makan mengandalkan indra penciumannya bau umpan yang menyengat

7
kemudian dibawa oleh arus sungai dan ditangkap oleh indra penciuman ikan, hal ini
sesuai dengan pendapat Syandri (1998) yang menyatakan bahwa respon penciuman
pada ikan dan biota air lainnya terjadi karna adanya penyebaran bau yang telah larut
di dalam air. Oleh karna itu arus sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang
didapat.

Hasil dari pengukuran kedalaman perairan pada saat proses penelitian berkisar
antara 15-19 meter dengan rata-rata kedalaman 16,86 meter. Kedalaman perairan di
sungai batanghari dipengaruhi oleh curah hujan hal ini berpengaruh terhadap proses
pengopperasian rawai dasar. Nelayan di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh
Ilir biasanya mengoperasikan alat tangkap rawai dasar pada saat air surut, pada saat
air tinggi hasil tangkapan rawai dasar lebih sedikit. Hal ini disebabkan ikan akan
menyebar ke anak-anak sungai untuk mencari makanan pada rerumputan di tepian
sungai yang terendam akibat naiknya permukaan air dikarenakan daerah tersebut
banyak terdapat sumber makanan. Menurut Nurdawati (2007), semak belukar dan
tumbuhan yang lama terendam oleh air dalam waktu yang lama merupakan tempat
menempel perifiton yang menjadi makanan bagi ikan.

Perubahan suhu pada perairan berpengaruh terhadap sebaran ikan demersal,


sebagai efek dari sifat material cair yang lamban melepas energi, menyebabkan antara
suhu permukaan air dan dasar air terjadi perbedaan. Meskipun permukaan perairan
suhunya turun tetapi di kolam-kolam air yang lebih dalam biasanya temperaturnya
masih hangat. Akibatnya ikan demersal berukuran besar bergerak menuju dasar
perairan yang lebih dalam terutama ikan yang mampu beradaptasi terhadap suhu.
Suhu yang melebihi atau kurang dari batas optimum dapat mempengaruhi ikan,
memberikan pengaruh pada nafsu makan, pertumbuhan, reproduksi, serangan
penyakit selain itu suhu juga berpengaruh terhadap penyebaran dan komposisi
organisme (Pramaharta, 2008). Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi
yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan
organisme perairan termasuk ikan demersal yang mendiami dasar perairan. Suhu di
perairan sungai batanghari di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir yang
merupakan lokasi penangkapan rawai dasar (Bottom Long line) menunjukkan bahwa
suhu terendah yaitu 29°C dan suhu tertinggi yaitu 31°C dengan Rata-rata suhu
permukaan selama penelitian berlangsung yaitu 30,06°C. Hasil pengamatan selama
penelitian didapat suhu yang masih sangat cukup baik untuk keberlangsungan hidup
ikan. Menurut Nugraha (2012), menyatakan bahwa organisme perairan seperti ikan
maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20°C - 30°C.
pH memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan organisme akuatik, bila
terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mematikan organisme, sehingga seringkali pH
suatu perairan digunakan sebagai petunjuk baik buruknya kualitas perairan. Hasil
pengukuran derajat keasaman (pH) pada saat proses penelitian di sungai Batanghari

8
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir berkisar 7,3-7,6 dengan rata-rata
7,42. Nilai pengukuran derat keasaman (pH) yang didapatkan masih tergolong normal
dan dikategorikan cocok untuk keberlangsungan hidup organisme dan
memungkinkan untuk ikan beradaptasi dengan baik diperairan. Sesuai dengan
pendapat Andria M, (2018) derajat keasaman sangat menentukan kualitas air karena
sangat membantu proses kimiawi air. Titik kematian ikan pada pH basa adalah 11 dan
pada pH asam adalah 4. Pada umumnya ikan air tawar hidup dengan baik pada
kisaran pH sedikit asam yaitu 6,5 – 8, sementara keasaman air untuk ikan melakukan
perkembangbiakan berkisar 6,4 – 7,0 sesuai jenis ikan sedangkan pH optimal untuk
ikan berkisar 6,5 - 8,5. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas perairan ditinjau dari
nilai pH telah sesuai untuk menunjang kehidupan organisme diperairan tersebut.

Komposisi Hasil Tangkapan


Jenis tangkapan rawai dasar di perairan Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan
Kumpeh Ilir yaitu Ikan Patin (Pangasius pangasius), Ikan Baung (Hemibagrus
nemurus), Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon), Ikan Lais Idung Budak
(Ceratoglanis scleronema), dan Ikan Baung Tikus (Bagrichthys macracacthus).
Komposisi hasil tangkapan ikan menggunakan umpan cacing tanah dan umpan udang
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi hasil tangkapan rawai dasar menggunakan umpan cacing tanah
dan udang di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir.
Perlakuan

Umpan cacing tanah Umpan udang Beras


Jenis Hasil Tangkapan
Cacing Persentase(%) Udang Persentase(%)
Tanah Beras
Patin (Pangasius pangasius) 56 20,21 72 22,57

Baung (Hemibagrus nemurus) 51 18,41 65 20,37

Juaro (Pangasius polyuranodon) 65 23,46 70 21,94

lais Idung Budak (Ceratoglanis scleronema) 56 20,21 64 20,06

Baung Tikus (Bagrichthys macracacthus) 49 17,68 48 15,04

Total 277 100 319 100

Berdasarkan Tabel 2. Bahwa komposisi hasil tangkapan selama 30 kali


pengulangan memiliki jumlah yang berbeda, pada perlakuan menggunakan umpan
cacing tanah dan umpan udang. Hasil tangkapan rawai dasar terbanyak menggunakan
umpan cacing tanah adalah ikan juaro dengan jumlah 65 ekor (23,46%) dengan hasil
tangkapan sedikit iyalah ikan baung tikus dengan jumlah 49 ekor (17,68%). Hasil
tangkapan ikan terbanyak menggunakan umpan udang yaitu ikan patin dengan jumlah

9
72 ekor (22,57%) dan hasil tangkapan sedikit yaitu ikan baung tikus dengan jumlah
48 ekor (15,04%).
Ikan yang didapat selama penelitian adalah Ikan Patin (Pangasius pangasius),
Ikan Baung (Hemibagrus nemurus), Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon), Ikan Lais
Idung Budak (Ceratoglanis scleronema), dan Ikan Baung Tikus (Bagrichthys
macracacthus). Secara umum bahwa hasil tangkapan adalah jenis ikan demersal,
ikan-ikan demersal dalam penginderaannya mengendalikan indra penciumannya
karena organ penglihatan mereka kurang berfungsi dengan baik, Jadi penngunaan
umpan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan alat tangkap rawai karena ikan
demersal mengandalkan indra pencuimanya untuk mencari makan. Menurut Stevenly
A. Takapaha (2010), dalam perikanan pancing, sifat ikan yang dimanfaatkan adalah
rangsangan yang timbul baik dari dalam ataupun dari luar. Dari dalam adalah
rangsangan terhadap makanan, sedangkan dari luar adalah tertarik dari warna, bau,
bentuk dan gerakan dari umpan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitri
et al. (2006) umpan yang baik untuk penangkapan adalah umpan yang memiliki
aroma atau bau yang khas, gerakan umpan, dan warna umpan.
Dari hasil yang diperoleh umpan udang beras memiliki hasil tangkapan paling
banyak dan umpan cacing tanah memiliki hasil tangkapan paling sedikit. Diduga
udang beras memiliki lebih berkilat dan baunya lebih menyengat sehingga lebih
disukai oleh ikan dan memberi daya tarik ikan lain untuk memangsanya. Umpan
cacing tanah mendapatkan hasil tangkapan paling sedikit mungkin disebabkan oleh
bau cacing tanah tidak begitu menyengat dan dari segi warna cacing tanah mudah
pucat sehingga ikan tidak begitu tertarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Blaxter
(1971) dalam Gunarso (1985), ikan mempunyai kemampuan untuk membedakan
warna dan biasanya akan lebih tertarik lagi pada objek yang mempunyai warna
kontras atau putih mengkilap (keperak-perakan). Partosuwiryo (2008), ciri umpan
yang baik yaitu warna daging ikan cerah atau mencolok, ada bau khas dan daging
ikan tahan lama.

Jumlah Hasil Tangkapan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan jumlah hasil tangkapan
menggunakan umpan cacing tanah dan umpan udang berdasarkan jumlah secara total
selama penelitian menggunakan alat tangkap rawai dasar di Kelurahan Tanjung Ulu
Kecamatan Kumpeh Ilir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah hasil tangkapan ikan menggunakan umpan cacing tanah dan umpan
udang beras selama 30 kali pengulangan.
Jumlah Total Hasil Tangkapan Perlakuan

10
Umpan Cacing Tanah Umpan Udang Beras
Jumlah 277 319
Rata-rata 9,23 ± 2,07a 10,63 ± 2,39b
Keterangan: berbeda sagat nyata pada jumlah ikan (P<0,05)
Hasil aanalisi uji-t didapatkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada alat
tangkap rawai antara umpan cacing tanah dengan umpan udang beras. Hasil
tangkapan udang beras lebih tinggi (10,63 ± 2,39) dibandingkan umpan cacing tanah
(9,23 ± 2,07). Umpan udang beras mendapatkan jumlah hasil tangkapan terbanyak
dibandingkan umpan cacing tanah. Hal ini diperkirakan umpan udang beras
mempunyai kelebihan yang disukai ikan target yakni warna kulit yang
mengilat/menarik hal ini membuat ikan target tangkapan dengan mudah dapat melihat
umpan pada jarak yang jauh serta tahan dalam air. Selain itu umpan ini mempunyai
bau yang cukup tajam sehingga merangsang indera penciuman ikan. Menurut Tester
et al., (1960) dalam Gunarso (1991), mengemukakan bahwa kuat atau kurangnya
rangsangan atau stimuli kedua indera penglihatan dan penciuman akan
mempengaruhi rengsangan terhadap nafsu makan ikan. Faktor-faktor cahaya atau
penerangan, warna ataupun kilap suatu objek (umpan) akan sangat membangkitkan
nafsu makan dari ikan target tangkapan. Dibandingkan objek (umpan) yang berwarna
gelap maupun kusam. Hal ini diperkirakan bahwa objek yang berwarna cerah dan
mengkilap akan lebih cepat terlihat oleh ikan target umpan. Oleh karena itu hasil
tangkapan ikan rawai dasar (Bottom Long line) di Perairan sungai batanghari di
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir selama penelitian dengan
menggunakan umpan udang beras memperoleh jumlah ikan yang paling banyak.
Hal lain menunjukkan bahwa rangsangan dari umpan terhadap ikan target
bukan semata dari bau (indera penciuman), selain lapar dan bekerjanya indera
penglihatan pada ikan target, kemungkinan kilap dari umpan yang terpasang pada
mata pancing (hook) serta gerak-gerak umpan yang diayun oleh arus memegang
peranan dalam memikat dan merangsang nafsu makan ikan target. Kebanyakan ikan
akan memberikan reaksi jika benda yang dilihat bergerak, mempunyai bentuk, warna
dan bau. Bau yang menyengat dari umpan dapat menarik perhatian ikan yang berada
di sekitar maupun yang jauh dari alat tangkap sehingga ikan yang berukuran lebih
besar dapat tertarik dan yang tertangkap berukuran besar dan berat (Jeksen et al.,
2018).

Berat Hasil Tangkapan


Berat hasil tangkapan alat tangkap rawai dasar menggunakan umpan cacing
tanah dan umpan udang di Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir selama
30 kali pengulangan dapat dilihat pada Tabel 4.

11
Tabel 4. Berat hasil tangkapan rawai dasar menggunakan umpan cacing tanah dan
umpan udang selama 30 pengulangan.
Berat Hasil Tangkapan (kg)
No Jenis Ikan Nama Ilmiah
Cacing Tanah Udang Beras

1 Ikan Patin Pangasius pangasius 34,8 41,2

2 Ikan Baung Hemibagrus nemurus 25,8 33,3

3 Ikan Juaro Pangasius polyuranodon 34.4 35

4 Ikan lais Idung Budak Ceratoglanis scleronema 20,5 23,2

5 Ikan Baung Tikus Bagrichthys macracacthus 10,4 9,8

Total 125,9 142,5

Rata-rata/hari 4,19 ± 0,97a 4,75 ± 1,02b

Keterangan : berbeda sangat nyata (P<0,05) menggunakan perlakuan umpan cacing


tanah dan umpan udang beras.

Hasil analisis uji-t didapatkan bahwa hasil tangkapan rawai dasar


menggunakan umpan cacing tanah nyata lebih rendah (4,19 ± 0,97) dibandingkan
umpan udang beras (4,75 ± 1,02) (P<0,05). Hal ini disebabkan umpan udang jumlah
hasil tangkapannya lebih banyak dibandingkan umpan cacing tanah sehingga
menyebabkan total berat hasil tangkapan menggunakan umpan udang lebih berat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rahmad (2019), semakin banyak jumlah hasil tangkapan
akan menghasilkan tangkapan yang lebih besar.
berat hasil tangkapan rawai menggunakan umpan udang beras yang terberat
adalah ikan patin dengan berat perjenis sebesar 41,2 kg dan hasil paling sedikit adalah
ikan baung tikus dengan berat 9,8 kg, untuk umpan cacing tanah berat hasil
tangkapan yang terbesar adalah ikan patin dengan berat 34,8 kg dan hasil tangkapan
yang terendah adalah ikan baung tikus dengan berat 10,4 kg.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari penelitian telah dilakukan iyalah
Terdapat perbedaan hasil tangkapan Rawai dasar (Bottom Long line) dengan
menggunakan umpan udang beras (caridina gracillirostris) yaitu menghasilkan
tangkapan yang lebih banyak (319) sedangkan umpan cacing tanah (Lumbricus
rubellus) mendapatkan hasil yang lebih sedikit yaitu (277).

Saran

12
Peneliti menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai jenis
umpan lebih efektif untuk menangkap ikan menggunakan alat tangkap rawai di
Kelurahan Tanjung Ulu Kecamatan Kumpeh Ilir

DAFTAR FUSTAKA
Aldita, I., Fitri, A.D.P., dan Pramonowibowo. 2014. Analisis perbedaan jenis umpan
dan lama perendaman pada alat tangkap bubu lipat terhadap hasil tangkapan
ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Perairan Rawapening. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Vol. 3. No. 3.
Hal. 88-95.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2018. Kecamatan Kumpeh Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. Jambi.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2019. Statistik Daerah Provinsi Jambi Tahun
2019. BPS Provinsi Jambi.
Fitri, A. D. P., Asriyanto, dan Y. Asmara. 2006. Studi Pendahuluan Pengaruh Umpan
Hidup dan Mati Serta Jarak Umpan Terhadap Tingkah Laku Ikan Kakap
Merah (Hutjanus argentimaculatus). Hal. 110-118 dalam: Prosiding Seminar
Nasional Perikanan Tangkap. Depertemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 25 Mei 2010.
Ihsan, N. 2009. Komposisi Hasil Tangkapan Sondong di Kelurahan Batu Tertip
Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Sekripsi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Jeksen, M., Syafrialdi, Djunaidi. 2018. Pengaruh hasil tangkapan alat tangkap bubu
dasar dengan menggunakan umpan yang berbeda di Sungai Tembesi
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Perairairan. 2(3), 1-11.
Nomura. M., dan Yamazaki. T. 1977. Fishing techniques 1 (compilation of transcript
of lectures). Japan International Coorperation Agency. Tokyo. 206.
Nugraha, D., M.N. Suparjo, dan Subianto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning
Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada Skala Laboratorium.
Jurnal of Management of Aquatic Resources, 1 (1): 1-6.
Pramaharta, 2008. Penempatan Instalasi Budidaya Sistem Keramba Jaring Apung
Wilayah Pesisir Pelabuhan Ratu. (Online),
(http://www.damandiri.or.id/file/pramharatamiipb bab4.pdf. Diakses 2 Maret
2011).
Rahmad, E. 2019. Perbedaan Hasil Tangkapan Drift Gill Net pada Pagi dan Malam
Hari di Perairan Ujung Jabung Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Fakultas
Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Sadhori. N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa.

13
Setyorini., Suherman. A., Triarso. I. 2009. Analisis perbandingan produktifitas usaha
penangkapan ikan rawai dasar (bottom set long line) dan cantrang (boat seine)
di Juwana Kabupaten Pati. Jurnal Saintek Perikanan. 5 (1):7-14
Stevenly A. Takapaha. 2010. Pengaruh Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Pancing Layang-Layang di Selat Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. VI (1).22-30.
Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Tarsito Bandung. Bandung, bandung.
Susanto, A., dan Purwasih. 2012. Analisis kualitas perairan sungai raman desa
Pujodadi Trimurjo sebagai sumber belajar biologi SMA pada materi ekosistem.
Bioedukasi. 3 (2).

14

Anda mungkin juga menyukai