ABSTRAK
¹ Pebimbing Utama
² Pembimbing Pendamping
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak di pantai timur pulau Sumatera
ini berbatasan langsung dengan Propinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Tanjung
Jabung Timur mempunyai potensi sumber daya alam pada sektor kelautan dan
perikanan yang cukup besar, dengan panjang garis pantai 191 km yang
membentang dari perbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai
dengan perbatasan Provinsi Sumatra Selatan. Potensi wilayah perikanan tangkap
1
laut dengan luas areal 77.752 hektar dan hasil perikanan tangkap yang terdiri dari
perikanan laut produksinya mencapai 23.491,54 ton, perairan umum mencapai
130,86 ton, serta hasil budidaya perikanan mencapai 120,4 ton. Dari berbagi jenis
perairan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini dengan produksi terbesar untuk
perairan laut terdapat di Kecamatan Mendahara, Kecamatan Nipah Panjang,
Kecamatan Sadu, Kecamatan Kuala Jambi dan Kecamatan Muara Sabak Timur.
(PEMKAB Tanjung Jabung Timur, 2014). Untuk menangkap ikan biasanya
masyarakat Pemusiran menggunakan berbagai alat tangkap dalam kegiatan
penangkapan ikan yang terdiri atas jala (Cast net), jaring insang (Gillnet) dan
bubu (Traps).
Bubu merupakan alat penangkap ikan yang tergolong ke dalam kelompok
perangkap (traps). Alat ini bersifat pasif, yakni memerangkap ikan untuk masuk
ke dalamnya namun sulit untuk meloloskan diri. Bubu terbagi atas tiga jenis
berdasarkan cara pengoperasiannya, yaitu : bubu dasar (ground fishpots), bubu
apung (floating fishpots), dan bubu hanyut (drifting fishpots) (Subani dan Barus,
1989). Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan
menggunakan bubu seperti; lama perendaman, tingkat kejenuhan perangkap (gear
saturation), habitat, desain bubu, dan umpan (Miller, 1990).
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
tersebut, penggunaan umpan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu.
Keberadaan umpan sangat penting dalam memikat ikan-ikan di sekitar bubu agar
masuk ke dalam bubu. Pada umumnya umpan diletakkan ditengah-tengah bubu
baik dibagian bawah, tengah atau atas dari bubu dengan cara diikat atau
digantung. Menurut Miller (1990) posisi umpan yang searah dengan aliran arus
dan posisi mulut bubu dapat menangkap dengan jumlah yang lebih banyak. Tetapi
pada umumnya nelayan alat tangkap bubu di daerah Pemusiran dalam penggunaan
bubu sama sekali tidak memakai umpan. Hal ini dikarenakan tidak mengetahui
mana umpan yang bagus dalam penangkapan ikan, sehingga menjadi alasan
nelayan untuk tidak memakai umpan. Umpan digunakan dalam pengoperasian
bubu berfungsi sebagai pemikat (attractor) dengan tujuan agar ikan karang yang
sifatnya bersembunyi pada terumbu karang dapat keluar dan tertarik untuk masuk
ke dalam bubu (Riyanto 2008). Faktor penentu keberhasilan proses penangkapan
ikan dengan menggunakan umpan salah satunya adalah kandungan kimia yang
ada di dalam umpan. Perbedaan jumlah hasil tangkapan yang disebabkan oleh
jenis umpan yang berbeda, hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan
oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu
umpan berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari
rangkaian protein (Riyanto 2008), dengan rincian protein pada ikan rucah hasil
tangkapan memiliki nilai protein yang relatif tinggi yaitu 14,4-20,8% berat segar
(Meinke, 1974) dan menurut Suprapti (2001) kandungan protein dalam 100 gr
terasi yaitu sebesar 30,0 gr.
Maka berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil
Tangkapan Bubu” untuk mengetahui perngaruh umpan pada alat tangkap bubu.
2
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan umpan
yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan pada alat tangkap bubu serta
meningkatkan hasil tangkap alat tangkap bubu di desa Pemusiran. Untuk manfaat
dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang
membutuhkan, khususnya untuk para nelayan agar menjadi panduan untuk
meningkatkan hasil tangkapannya.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental
fishing yaitu dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan langsung dengan
nelayan setempat menggunakan alat tangkap bubu dengan jumlah 9 unit dan
melakukan penangkapan pada 3 stasiun berbeda dengan jarak antara stasiun 20
meter dan kegiatan ini dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan dengan 10 hari
penelitian.
3
Yij = µ + αi + Eij
i = 1, 2, 3, (banyaknya perlakuan)
j = 1, 2, 3,……10(banyaknya ulangan)
Yij = Nilai Pengamatan yang diukur
µ = Pengaruh dari rata – rata peubah yang diamati
αi = Pengaruh perlakuan ke – i
Eij = Pengaruh Galat Percobaan ulangan ke - j dan perlakuan ke – i
Data-data yang diperoleh diolah dengan software SPSS 16. Data dianalisis
menggunakan Uji F (Anova). Apabila perlakuan berpengaruh nyata dengan
tingkat kepercayaan 0,05 maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf
95% (Steel dan Torrie, 1993).
4
104°6.932‘T. Lokasi penelitian jauh dengan pemukiman warga dan juga perairan
tersebut tidak di temukannya sampah/limbah dari rumah tangga
Parameter Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penangkapan
ikan, diantaranya mencakup suhu, pH dan kedalaman. Berikut ini hasil dari
pengukuran parameter lingkungan selama penelitian yang dilakukan di perairan
pemusiran dapat dilihat pada Tabel.1
5
Jumlah Berat Hasil Tangkapan Bubu (kg)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah (kg) ikan yang tertangkap
dengan jenis umpan pada bubu menunjukkan hasil yang berbeda. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Ikan yang Tertangkap (kg)
Perlakuan Jenis ikan Nama ilmiah Berat (kg)
Terasi Tanah/keperas Anematichthys apogon 1.96
Duri Hexanematichthys sagor 0.14
Bajang Chrossocheilus gnathopogon 0.48
Selontok Glossogobius giuris 0.29
Ikan rucah Duri Hexanematichthys sagor 0.83
Baung Hemibagrus nemurus 4.6
Gabus Channa striata 0.485
Tanpa umpan Tanah/keperas Anematichthys apogon 0.03
Duri Hexanematichthys sagor 0.32
Betutu Oxyeleotris marmorata 5.05
Udang galah Macrobrachium rosenbergii 1.97
Selontok Glossogobius giuris 0.13
Gabus Channa striata 1.02
7
umpan yaitu sebanyak 30 ekor ikan. Ikan yang paling banyak tertangkap adalah
ikan Tanah/kerepas dan juga ikan baung, untuk hasil tangkapan terendah adalah
ikan Betutu. Menurut Chheng et al. (2004), ikan keperas biasa hidup di sungai,
danau, waduk, dan parit. Ikan ini menyenangi air tergenang atau pola arus
lemah dan ikan kerepas adalah ikan yang omnivora atau pemakan segalanya. Ikan
baung adalah ikan yang tergolong ikan catfish dan ikan baung juga termasuk ikan
omivora tetapi makanan utama dari ikan baung adalah ikan dan umpan yang di
gunakan adalah umpan ikan rucah, hal ini di perkuat juga dengan pernyataan
Arsyad (1973) yaitu pakan utama dari ikan baung adalah ikan. Hasil tangkapan
ikan Selontok adalah hasil tangkapan terendah selama penelitian ini di duga
karena adanya predasi yang terjadi ketika ikan berada di dalam bubu. Berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa jenis ikan yang tertangkap selama penelitian. Untuk
jelasnya dapat di lihat di Tabel 5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan
bubu yang menggunakan umpan terasi mendapatkan hasil tangkapan per ekor
terbanyak dan untuk hasil tangkapan berat diperoleh pada bubu yang tidak
menggunakan umpan.
8
Saran
Adapun saran yang dapat penulis jika ingin mendapatkan ikan berdasarkan
berat di sarankan menggunakan bubu tanpa umpan dan jika ingin mendapatkan
hasil tangkapan dalam jumlah di sarankan menggunakan umpan terasi.
DAFTAR PUSTAKA
9
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Riyanto, M. 2008. Respons Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) Terhadap Umpan Buatan [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Santoso, A. D. 2007. Kandungan zat hara fosfat pada musim barat dan musim
timur di teluk hurun lampung. Jurnal Teknologi Lingkungan.8(3) : 207–
210.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
Bambang Sumantri. Gramedia. Jakarta
Subani, W dan H.R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut.: Balai Penelitian
Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Suprapti. 2001. Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus). Teknologi Budaya. Jakarta.
Slack, R and J, Smith. 2001. Fishing With Traps and Pots. FAO Training Series.
FAO. Italy.
10