Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

Nama Mahasiswa : MHD Zilyadain Al Burdan


Nomor Mahasiswa : E1E015009
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Judul : Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan
Pada Bubu Di Desa Pemusiran Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Pembimbing Utama : Nelwida, S.Pt., M.P
Pembimbing Pendamping : Heru Handoko, S.Pt., M.Si.
Tim Evaluator : 1. Ir. Abdul Latief, M.Si.
2. Dr. Ir. Noferdiman, M.P.
3. Dr. Ir. Zulfa Elymaizar, M.P.
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
PENGARUH PERBEDAAN JENIS UMPAN TERHADAP HASIL
TANGKAPAN BUBU DI DESA PEMUSIRAN KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR
Disajikan oleh:
MHD Zilyadain Al Burdan (E1E015009), Dibawah bimbingan:
Nelwida¹ dan Heru Handoko²
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Alamat kontak Jl. Jambi-Ma.Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361
Email: Alburdan19@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis umpan yang


berbeda terhadap hasil tangkapan ikan pada alat tangkap bubu. Penelitian
dilaksanakan di Desa Pemusiran Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi pada tanggal 30 Juni sampai dengan tanggal 10 Juli 2019 dengan
menggunakan metode experimental fishing dengan menggunakan 3 perlakuan
yaitu umpan terasi, ikan rucah dan tanpa umpan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil tangkapan bubu dengan umpan berbeda terdiri dari 8
spesies yaitu Tanah/keperas (Anematichthys apogon), Duri (Hexanematichthys
sagor), Bajang (Chrossocheilus gnathopogon), Selontok (Glossogobius giuris),
Baung (Hemibagrus nemurus), Gabus (Channa striata), Betutu (Oxyeleotris
marmorata), Udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Analisis keragaman
menunjukkan bahwa berat tangkapan yang diperoleh berpengaruh tidak nyata
dan jumlah tangkapan (ekor) diperoleh hasil yang berbeda nyata (p<0,05).
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan bahwa hasil tangkapan
yang menggunakan umpan terasi paling banyak untuk jumlah ekor dan untuk
ter berat adalah hasil tangkapan bubu tanpa menggunakan umpan.

Kata kunci : Bubu, Umpan, Terasi, Ikan Rucah, Tanpa Umpan.

¹ Pebimbing Utama
² Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak di pantai timur pulau Sumatera
ini berbatasan langsung dengan Propinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Tanjung
Jabung Timur mempunyai potensi sumber daya alam pada sektor kelautan dan
perikanan yang cukup besar, dengan panjang garis pantai 191 km yang
membentang dari perbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai
dengan perbatasan Provinsi Sumatra Selatan. Potensi wilayah perikanan tangkap

1
laut dengan luas areal 77.752 hektar dan hasil perikanan tangkap yang terdiri dari
perikanan laut produksinya mencapai 23.491,54 ton, perairan umum mencapai
130,86 ton, serta hasil budidaya perikanan mencapai 120,4 ton. Dari berbagi jenis
perairan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini dengan produksi terbesar untuk
perairan laut terdapat di Kecamatan Mendahara, Kecamatan Nipah Panjang,
Kecamatan Sadu, Kecamatan Kuala Jambi dan Kecamatan Muara Sabak Timur.
(PEMKAB Tanjung Jabung Timur, 2014). Untuk menangkap ikan biasanya
masyarakat Pemusiran menggunakan berbagai alat tangkap dalam kegiatan
penangkapan ikan yang terdiri atas jala (Cast net), jaring insang (Gillnet) dan
bubu (Traps).
Bubu merupakan alat penangkap ikan yang tergolong ke dalam kelompok
perangkap (traps). Alat ini bersifat pasif, yakni memerangkap ikan untuk masuk
ke dalamnya namun sulit untuk meloloskan diri. Bubu terbagi atas tiga jenis
berdasarkan cara pengoperasiannya, yaitu : bubu dasar (ground fishpots), bubu
apung (floating fishpots), dan bubu hanyut (drifting fishpots) (Subani dan Barus,
1989). Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan
menggunakan bubu seperti; lama perendaman, tingkat kejenuhan perangkap (gear
saturation), habitat, desain bubu, dan umpan (Miller, 1990).
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
tersebut, penggunaan umpan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu.
Keberadaan umpan sangat penting dalam memikat ikan-ikan di sekitar bubu agar
masuk ke dalam bubu. Pada umumnya umpan diletakkan ditengah-tengah bubu
baik dibagian bawah, tengah atau atas dari bubu dengan cara diikat atau
digantung. Menurut Miller (1990) posisi umpan yang searah dengan aliran arus
dan posisi mulut bubu dapat menangkap dengan jumlah yang lebih banyak. Tetapi
pada umumnya nelayan alat tangkap bubu di daerah Pemusiran dalam penggunaan
bubu sama sekali tidak memakai umpan. Hal ini dikarenakan tidak mengetahui
mana umpan yang bagus dalam penangkapan ikan, sehingga menjadi alasan
nelayan untuk tidak memakai umpan. Umpan digunakan dalam pengoperasian
bubu berfungsi sebagai pemikat (attractor) dengan tujuan agar ikan karang yang
sifatnya bersembunyi pada terumbu karang dapat keluar dan tertarik untuk masuk
ke dalam bubu (Riyanto 2008). Faktor penentu keberhasilan proses penangkapan
ikan dengan menggunakan umpan salah satunya adalah kandungan kimia yang
ada di dalam umpan. Perbedaan jumlah hasil tangkapan yang disebabkan oleh
jenis umpan yang berbeda, hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan
oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu
umpan berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari
rangkaian protein (Riyanto 2008), dengan rincian protein pada ikan rucah hasil
tangkapan memiliki nilai protein yang relatif tinggi yaitu 14,4-20,8% berat segar
(Meinke, 1974) dan menurut Suprapti (2001) kandungan protein dalam 100 gr
terasi yaitu sebesar 30,0 gr.
Maka berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil
Tangkapan Bubu” untuk mengetahui perngaruh umpan pada alat tangkap bubu.

2
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan umpan
yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan pada alat tangkap bubu serta
meningkatkan hasil tangkap alat tangkap bubu di desa Pemusiran. Untuk manfaat
dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang
membutuhkan, khususnya untuk para nelayan agar menjadi panduan untuk
meningkatkan hasil tangkapannya.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di desa Pemusiran Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi pada tanggal 30 Juni sampai dengan tanggal 10 Juli
2019.
Materi dan Peralatan
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tangkapan yang di
peroleh dengan menggunakan alat tangkap bubu. Alat yang digunakan yaitu unit
operasional penangkapan ikan berupa bubu dengan jumlah 9 unit, 1 unit perahu
motor 1 GT, timbangan untuk mengetahui berat hasil tangkapan, alat tulis, kamera
(handphone). Alat untuk mengukur parameter lingkungan seperti, termometer, pH
meter, batu yang telah terikat tali untuk mengukur kedalaman.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental
fishing yaitu dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan langsung dengan
nelayan setempat menggunakan alat tangkap bubu dengan jumlah 9 unit dan
melakukan penangkapan pada 3 stasiun berbeda dengan jarak antara stasiun 20
meter dan kegiatan ini dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan dengan 10 hari
penelitian.

Data yang Dihimpun


Data yang diambil terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil data yang diperoleh dari pengamatan
langsung ke lapangan berupa hasil tangkapan bubu dalam hal ini yang menjadi
target penangkapan adalah ikan, data hasil tangkapan meliputi banyaknya ikan
yang tertangkap dihitung perekor dan Berat hasil tangkapan banyaknya ikan yang
tertangkap dalam satuan kilogram dan juga parameter lingkungan. Sedangkan data
sekunder adalah data yang didapatkan dari data hasil penelitian terdahulu atau dari
sumber-sumber dinas perikanan dan sejenisnya.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan model persamaan berikut :

3
Yij = µ + αi + Eij
i = 1, 2, 3, (banyaknya perlakuan)
j = 1, 2, 3,……10(banyaknya ulangan)
Yij = Nilai Pengamatan yang diukur
µ = Pengaruh dari rata – rata peubah yang diamati
αi = Pengaruh perlakuan ke – i
Eij = Pengaruh Galat Percobaan ulangan ke - j dan perlakuan ke – i
Data-data yang diperoleh diolah dengan software SPSS 16. Data dianalisis
menggunakan Uji F (Anova). Apabila perlakuan berpengaruh nyata dengan
tingkat kepercayaan 0,05 maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf
95% (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di 3 titik koordinat yaitu, Stasiun 1 dengan


titik koordinat 1°‘3.641’S-104°6.935’T, Stasiun 2 dengan titik koordinat
1°3.852’S-104°6.933‘T dan stasiun 3 dengan titik kordinat 1°3.664’S-

4
104°6.932‘T. Lokasi penelitian jauh dengan pemukiman warga dan juga perairan
tersebut tidak di temukannya sampah/limbah dari rumah tangga

Parameter Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penangkapan
ikan, diantaranya mencakup suhu, pH dan kedalaman. Berikut ini hasil dari
pengukuran parameter lingkungan selama penelitian yang dilakukan di perairan
pemusiran dapat dilihat pada Tabel.1

Tabel 1. Parameter Lingkungan


Parameter Lingkungan rata - rata
pH 6.73

Suhu (◦c) 29.5

Kedalaman (cm) 99.8

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat pada saat melakukan penelitian rataan


pH adalah 6.73. Menurut Effendi (2003) Organisme air dapat hidup dalam suatu
perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam
lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat
rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme
aquatik. Kisaran nilai pH bagi kehidupan organisme perairan adalah 6 – 9,5.
Saat penelitian memiliki rataan 29.5 ◦c dan ketika penelitian suhu tidak
berbeda jauh ketika mengalami kenaikan dan penurunan suhu . Menurut Effendi
(2003) Suhu merupakan salah satu faktor alam yang mempengaruhi keberadaan
ikan dalam suatu wilayah perairan. Suhu berperan aktif dalam keberlangsungan
kehidupan ikan, karena suhu akan mempengaruhi kebiasaan dan aktifitas ikan.
Kenaikkan suhu perairan sebesar 10ºC akan meningkatkan metabolisme dalam
tubuh ikan itu sampai dua kali lipat. Penurunan suhu perairan 1ºC akan
menurunkan nafsu makan dari ikan. Jika suhu perairan tiba-tiba naik cukup tajam,
maka tingkat metabolisme dalam tubuh ikan naik, dan kebutuhan oksigen pada
ikan tersebut juga meningkat.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh penting terhadap kualitas air,
lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadi pengadukan dasar akibat pengaruh
gelombang, arus atau aktivitas organisme di dalamnya. Kedalaman juga
mempengaruhi tekanan yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah
seiring bertambahnya kedalaman. Dengan bertambahnya kedalaman, proses
fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut sampai pada suatu kedalam yang disebut compensation depth,
yaitu kedalaman tempat oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis
sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan (Effendi, 2003).

5
Jumlah Berat Hasil Tangkapan Bubu (kg)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah (kg) ikan yang tertangkap
dengan jenis umpan pada bubu menunjukkan hasil yang berbeda. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel.2. Rataan Berat (kg) Hasil Tangkapan


Perlakuan rata-rata
Terasi 0.2865 ± 0.116
Ikan rucah 0.5915 ± 0.230
Tanpa Umpan 0.852 ± 0.913

Berdasarkan analisis keragaman bahwa jumlah berat hasil tangkapan


berpengaruh tidak nyata (p>0.5) dengan angka F hitung 2.67. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan yang menggunakan umpan atau tidak mengunakan
umpan tidak memberikan perbedaan berat hasil tangkapan.
Hasil tangkapan bubu yang menggunakan tanpa umpan memiliki jumlah
terberat yaitu 8.52 kg di ikuti dengan umpan ikan rucah dengan jumlah berat
5.915 kg dan yang paling terendah adalah bubu yang menggunakan umpan terasi
yaitu dengan berat 2.865 kg. Umpan terasi mendapatkan jumlah terberat pada ikan
Tanah/keperas dengan berat 1.96 kg, Pada umpan ikan rucah jenis ikan terberat
adalah ikan Baung (4.6 kg) dan pada bubu yang tidak menggunakan umpan
mendapatkan ikan terberat yaitu ikan Betutu (5.05 kg). Hal ini juga di duga bahwa
ikan betutu adalah salah satu ikan predator yang tidak terlalu memilih dalam hal
makan seperti yang di nyatakan Junius (2016) Ikan betutu dewasa biasanya
memangsa ikan, udang-udangan (krustasea), dan serangga air (insekta), sedangkan
juvenilnya memakan kutu air (Daphnia, Cladocera, dan Copepoda), jentik-jentik
serangga dan Rotifera. Pada stadia larva, Ikan betutu juga memakan plankton
nabati (ganggang) dan plankton hewani. Berdasarkan hasil penelitian ada
beberapa jenis ikan yang tertangkap dengan umpan yang digunakan selama
penelitian. Untuk jelasnya dapat di lihat di Tabel 3.

6
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Ikan yang Tertangkap (kg)
Perlakuan Jenis ikan Nama ilmiah Berat (kg)
Terasi Tanah/keperas Anematichthys apogon 1.96
Duri Hexanematichthys sagor 0.14
Bajang Chrossocheilus gnathopogon 0.48
Selontok Glossogobius giuris 0.29
Ikan rucah Duri Hexanematichthys sagor 0.83
Baung Hemibagrus nemurus 4.6
Gabus Channa striata 0.485
Tanpa umpan Tanah/keperas Anematichthys apogon 0.03
Duri Hexanematichthys sagor 0.32
Betutu Oxyeleotris marmorata 5.05
Udang galah Macrobrachium rosenbergii 1.97
Selontok Glossogobius giuris 0.13
Gabus Channa striata 1.02

Jumlah Ekor Hasil Tangkapan Bubu


Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah ekor ikan yang tertangkap
pada pengaruh perbedaan jenis umpan pada bubu menunjukan hasil yang berbeda
juga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel.4. Rataan (Ekor) Hasil Tangkapan


Perlakuan rata-rata
Terasi 6.5𝑎 ± 2.80
Ikan rucah 5.8𝑎 ± 2.20
Tanpa umpan 3𝑏 ± 1.83
Ket: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian umpan


berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut berganda Duncan menyatakan bahwa umpan
terasi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan ikan rucah, Umpan terasi berbeda
nyata (P<0,05) dengan bubu tanpa umpan dan umpan ikan rucah berbeda nyata
(P<0,05) dengan bubu tanpa umpan terhadap jumlah ekor yang tertangkap.
Hasil tangkapan ekor tertinggi adalah bubu yang menggunakan umpan
terasi dengan banyak 65 ekor ikan di ikuti dengan bubu umpan ikan rucah yaitu
sebanyak 58 ekor ikan dan paling rendah adalah bubu yang tidak menggunakan

7
umpan yaitu sebanyak 30 ekor ikan. Ikan yang paling banyak tertangkap adalah
ikan Tanah/kerepas dan juga ikan baung, untuk hasil tangkapan terendah adalah
ikan Betutu. Menurut Chheng et al. (2004), ikan keperas biasa hidup di sungai,
danau, waduk, dan parit. Ikan ini menyenangi air tergenang atau pola arus
lemah dan ikan kerepas adalah ikan yang omnivora atau pemakan segalanya. Ikan
baung adalah ikan yang tergolong ikan catfish dan ikan baung juga termasuk ikan
omivora tetapi makanan utama dari ikan baung adalah ikan dan umpan yang di
gunakan adalah umpan ikan rucah, hal ini di perkuat juga dengan pernyataan
Arsyad (1973) yaitu pakan utama dari ikan baung adalah ikan. Hasil tangkapan
ikan Selontok adalah hasil tangkapan terendah selama penelitian ini di duga
karena adanya predasi yang terjadi ketika ikan berada di dalam bubu. Berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa jenis ikan yang tertangkap selama penelitian. Untuk
jelasnya dapat di lihat di Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan Jumlah Ikan yang Tertangkap (Ekor)


Perlakuan Jenis ikan Nama ilmiah Ekor
Terasi Tanah/keperas Anematichthys apogon 44
Duri Hexanematichthys sagor 3
Bajang Chrossocheilus gnathopogon 12
Selontok Glossogobius giuris 6
Ikan rucah Duri Hexanematichthys sagor 14
Baung Hemibagrus nemurus 39
Gabus Channa striata 5
Tanpa umpan Tanah/keperas Anematichthys apogon 1
Duri Hexanematichthys sagor 3
Betutu Oxyeleotris marmorata 4
Udang galah Macrobrachium rosenbergii 16
Selontok Glossogobius giuris 2
Gabus Channa striata 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan
bubu yang menggunakan umpan terasi mendapatkan hasil tangkapan per ekor
terbanyak dan untuk hasil tangkapan berat diperoleh pada bubu yang tidak
menggunakan umpan.

8
Saran
Adapun saran yang dapat penulis jika ingin mendapatkan ikan berdasarkan
berat di sarankan menggunakan bubu tanpa umpan dan jika ingin mendapatkan
hasil tangkapan dalam jumlah di sarankan menggunakan umpan terasi.

DAFTAR PUSTAKA

Archdale MV, K. Anraku, T. Yamamoto, and N. Higashitani. 2003. Behaviour of


the Japanese Rock Crac “Ishigani” Caribdis japonica Towards Two
Collapsible Baited Pots: Evaluation of Capture Effectiveness. Marine
Fisheries Research Journal. No. 69: 789-791.
Arsjad, M. N. 1973. Perkembangbiakan, kebiasaan makanan, dan hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi ikan baung (Mystus nemurus C. V.) di
Danau Sipin dan Danau Kenali Jambi. Thesis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 83 hal.
Chheng, P. E, Baran and B.T, Touch. 2004. Synthesis of all published information
on beardless barb Cyclocheilichthys apogon (“trey srawka kdam”) based on
FishBase 2004. WorldFish Center and Inland Fisheries Research and
Development Institute, Phnom Penh, Cambodia. 12 p.
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. 2012. Kembali ke Selera Asal Terasi.
http://dinkes-sulsel.go.id diakses tanggal 13 Februari 2019
Effendie, M. I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta
Fitri, A.D.P. 2008. Respon Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu terhadap
Umpan Terkait dengan Efektivitas Penangkapan Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,
dan Teknik Penangkapan. IPB Press, Bogor.
Junis A., 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.
Martasuganda, S. 2003. Bubu (Traps ). Cetakan ketiga. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Meinke. 1974. Coupled Dynamic In The Indian Ocean During. Nature,401, 356-
360.
Miller, RJ. 1990. Effectiveness of Crab and Lobster trap. Marine Fisheries Resea-
rch Journal. No. 47: 1228-1249.
Montgomery, D.C and E.A. Peck. 2006. Introduction a Linier Regression
Analisis. John Wiley dan Sons Inc. New York
Murtidjo, B. A. 1997. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
PEMKAB Tanjung Jabung Timur. 2014. Potensi Daerah Bidang Perikanan dan
Kelautan. http://tanjabtim.go.id diakses tanggal 1 April 2019
Pramono, J. 2006. Perikanan Bubu dan Peluang Pengembangan di Sekitar
Lokasi Sea Farming Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Departemen

9
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Riyanto, M. 2008. Respons Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) Terhadap Umpan Buatan [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Santoso, A. D. 2007. Kandungan zat hara fosfat pada musim barat dan musim
timur di teluk hurun lampung. Jurnal Teknologi Lingkungan.8(3) : 207–
210.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
Bambang Sumantri. Gramedia. Jakarta
Subani, W dan H.R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut.: Balai Penelitian
Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Suprapti. 2001. Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus). Teknologi Budaya. Jakarta.
Slack, R and J, Smith. 2001. Fishing With Traps and Pots. FAO Training Series.
FAO. Italy.

10

Anda mungkin juga menyukai