Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancing adalah alat tangkap yang terdiri dari joran, senar, dan mata kail
tempat menempatkan umpan untuk menangkap ikan, dan saat ini pancing sudah
menjadi kegiatan rutin bagi penghobi mancing. Salah satu yang mempengaruhi hasil
tangkapan dari kegiatan mincing adalah umpan. Menurut Ardhya (2010) umpan pada
umumnya digunakan sebagai alat bantu penangkapan karena memberikan rangsangan
yang dapat diterima oleh reseptor pada ikan, yaitu penglihatan dan penciuman,
diterimanya rangsangan dari umpan terhadap penglihatan dan penciuman yang
merupakan bagian paling penting untuk mencari makan. Penggunaan umpan pada
suatu pengoperasian alat tangkap berfungsi untuk mengundang atau merangsang ikan
sehingga sistem pengoperasian yang dilakukan akan lebih efektif. Ada berbagai jenis
umpan yaitu umpan alami dan sintetis, umpan alaim lebih banyak digunakan dalam
kegiatan penangkapan ikan khususnya didanau dan sungai. Salah satu indikator untuk
mengetahui tingkat kesukaan jenis umpan adalah banyaknya dari jumlah tangkapan
ikan. Jenis umpan pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu umpan buataan dan
umpan alami. Umpan buatan adalah umpan yang dibuat dari hasil kreativitas manusia
atau pabrik, sedangkan umpan alami jenis umpan yang sudah ada secara alami seperti
katak, ikan seluang, cacing, dan daging ayam. Jenis-jenis umpan alami tersebut
mudah didapat dan diperoleh dilingkungan sekitar kita, setiap jenis ikan mempunyai
tingkat kesukaan yang berbeda-beda terhadap umpan. Sebagai salah satu contoh ikan
gabus lebih menyukai umpan alami seperti katak kecil, ikan-ikan kecil, udang dan
cacing.

Tajur adalah alat tangkap berupa pancing, yang memakai mata pancing nomor
7-12, tali pancing terbuat dari monofilmen no 100-200 yang dilengkapi dengan galah
bamboo sebagai pegangannya. Alat tangkap ini kebanyakan dipasang pada daerah

1
pinggiran sungai. Sebagainya digunakan umpan dengan berbagai umpan baik hidup
maupun umpan yang telah mati (Widarmanto et. all, 2006).

Kecamatan Sungai Gelam merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada
dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Sungai Gelam dengan topografi
dataran, memiliki luas wilayah ± 654,51 Km2. Kecamatan Sungai Gelam yang
terbagi dari 15 desa dengan perbatasan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan
Mestong, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kumpeh Ulu, sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Jambi, dan sebelah berat berbatasan dengan kecamatan
Jambi Luar Kota merupakan pemekaran dari kecamatan Jambi Luar Kota dan
Kumpeh Ulu.

Keunggulan penggunaan umpan alami dan pancing tajur. Umpan alami


digunakan karena mudah didapatkan, banyak tersedia disekitar kita, tidak perlu biaya
yang besar untuk medapatkannya dan ada aroma tersendiri yang disukai oleh ikan
pada umpan alami yakni aroma amis yang terdapat pada umpan alami yang disukai
oleh ikan-ikan predator atau ikan pada umumnya. Pancing tajur digunakan karena
lebih ramah lingkungan, mudah digunakan dalam penangkapan ikan, hanya
menangkap ikan-ikan target dan tidak merusak habitat ikan yang ada di dalam
perairan.

Sejauh ini informasi terkait dengan penelitian penggunaan berbagai jenis


umpan terhadap hasil tangkapan ikan di sungai menggunakan metode pancing tajur
masih sangat terbatas, maka dilakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Ikan merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsmsi oleh


masyarakat. Oleh karena itu dalam penangkapan ikan menggunakan tajur tentu saja
ingin mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya penggunaan jenis umpan yang
berbeda diharapkan hasil penangkapan menggunakan pancing tajur menjadi optimal.

1.3 Hipotesis

2
 H0 : Perbedaan jenis umpan berpengaruh terhadap hasil tangkapan pancing
tajur.
 H1: Perbedaan jenis umpan tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan
pancing tajur.

1.4 Tujuan

Untuk mencari dan mengetahui jenis umpan alami yang paling baik dalam
penangkapan ikan menggunakan pancing tajur.

1.5 Manfaat

Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Bagi masyarakat


setempat dapat menjadi acuan dalam memilih jenis umpan yang terbaik dalam usaha
penangkapan ikan menggunakan pancing tajur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkah Laku Ikan Terhadap Umpan

Prinsip tingkah laku ikan yang menjadi sasaran tangkapan harus didukung
pemahaman terhadap indera utama ikan (sensory organ) khususnya indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea literalis dan sebagainya
(Gunarso 1985). Indera-indera tersebut merupakan indera penting pada ikan
berhubungan dengan tingkah laku alam (natural behaviour). Keberhasilan alat
tangkap sangat ditentukan oleh aktifitas ikan untuk mencari dan mendapat
makanan.Pengetahuan yang diperoleh melalui studi-studi tentang tingkah laku ikan
mengambil makanan, sangat membantu untuk memahami interaksi spesies target
dengan alat tangkap berumpan (Lokkeborg,1994). Batas respon ikan target terhadap
bau umpan (bait odour) juga ditentukan oleh besarnya active space dimana tingkah
laku food-searching berlangsung.

Tingkah laku makan dari ikan diklasifikasikan oleh Atema (1971) ke dalam
empat fase, yaitu: terangsang bau umpan (arousal), mencari posisinya (search
location), mengambil makanan (food uptake), dan memasukan ke mulut atau
menelannya (food ingestion). Hampir semua ikan menggunakan penciuman untuk
mendeteksi jarak mangsa (Atema, 1980). Jarak dimana ikan dapat mendeteksi
kehadiran umpan long line ditentukan oleh besarnya volume atraktan makanan yang

4
dilepaskan dari umpan, dimana konsentrasinya di atas ambang chemosensori ikan
(Wilson dan Bossert, 1963).

Penggunaan umpan sebagai pikatan (attractor) dalam penangkapan pada


umumnya dikaitkan dengan jenis dan lama waktu perendaman umpan. Jenis umpan
sangat ditentukan kebiasaan makan. Perendaman umpan dengan kurun waktu tertentu
menentukan kelayakannya terhadap ikan sasaran tangkapan, yaitu apabila dapat
merangsang secara kimiawi dan apabila tekstur umpan tidak pudar sehingga
penangkapan menjadi lebih efektif dan efisien. Fokus utama untuk memahami proses
tertangkapnya ikan ialah tertuju pada umpan yang merangsang ikan untuk makan;
kemudian penglihatan dan penampilan fisik yang dapat menstimulasi respon positif
atau negatif terhadap alat tangkap (Reppie, 2010). .Menurut Ferno, et al. (1986),
respon ikan terhadap umpan dipengaruhi baik oleh arus lemah maupun arus kuat.

2.2 Pancing Tajur

Pancing adalah suatu alat tangkap ikan yang terdiri dari mata pancing dan tali
atau tanpa umpan dengan memancing ikan target sehingga tertangkap pada mata
pancing, salah satu alat tangkap yang sering digunakan oleh para nelayan untuk
memancing yaitu pancing ulur (hand line) ( Sudirman dan Mallawa 2012 ). Pancing
tajur terbuat dari bahan bambu, benang nilon/senar pancing dan mata pancing,
pembuatan tajur dimulai dari pembuatan gagang dari bambu kesil berdiameter 0,5
cm, panjang 1 meter. Bambu dibersihkan dari cabang-cabangnya, kemudian tali
benang nilon/senar dikaitkan pada ujung bambu, lalu pancing dikaitkan pada ujung
nilon/senar. Cara pengoprasian tajur dipasang ditepi sungai dan rawa-rawa sekitar
sungai. Sebelum dipasang tajur diberi umpan berupa ikan kecil, katak kecil, lipas atau
cacing. Gagang tajur ditancapkan ditepi sungai. Jenis ikan yang tertangkap dengan
alat tajur antara lain ikan gabus, bujuk, keli, belut(di rawa-rawa), ikan baung, ikan
toman (di tepi sungai) (Muslim, 2004).

2.3 Keadaan Umum Perairan Sungai

5
Sungai adalah aliran air yang besar dan meamnjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).Sungai memiliki beberapa
jenis menurut jumlah airnya ( Syarifuddin, 2000 ) :
1. Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Biasanya sungai tipe ini ada di Kalimantan dan Sumatera contohnya
Sungai Kapuas, sungai Kahayan, Sungai Barito, Sungai Mahakam
(Kalimantan), dan Sungai Musi, Sungai Indragiri (Sumatera).
2. Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contohnya Sungai
Progo, Sungai Code, Sungai Opak, Sungai Kalibayem.
3. Sungai Intermittent atau sungai episodik yaitu sungai yang mengalirkan
airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya
kering.
4. Sungai Ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan.

2.4 Umpan

Ardhya (2010) umpan pada umumnya digunakan sebagai alat bantu


penangkapan karena memberikan rangsangan yang dapat diterima oleh reseptor pada
ikan, yaitu penglihatan dan penciuman, diterimanya rangsangan dari umpan terhadap
penglihatan dan penciuman yang merupakan bagian paling penting untuk mencari
makan. Penggunaan umpan pada suatu pengoperasian alat tangkap berfungsi untuk
mengundang atau merangsang ikan sehingga sistem pengoperasian yang dilakukan
akan lebih efektif. Ada berbagai jenis umpan yaitu umpan alami dan sintetis, umpan
alaim lebih banyak digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan khususnya didanau
dan sungai.

Jenis umpan yang digunakan dalam tajur antara lain:

a. Ikan seluang

6
Ikan seluang atau Rasbora merupakan salah satu genus ikan air tawar
dari Famili Cyprinidae. Diperkirakan terdapat 143 spesies ikan di dunia yang
berasal dari family Cyprinidae (Fish Base, 2012), dan 45 spesies diantaranya
terdapat di Indonesia (Kottelat et al., 1993). Di Indonesia, Rasbora banyak
ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan tersebut merupakan ikan
konsumsi yang penting di Indonesia dan dapat juga dimanfaatkan sebagai ikan
hias (Said & Mayasari, 2010).

b. Katak
Katak dan kodok merupakan hewan amfibi yang tersebar hampir
diseluruh dunia, termasuk Indonesia yang memiliki sekitar 450 jenis. Iklim
tropis Indonesia merupakan habitat alami yang cocok bagi katak dan kodok
untuk mempertahankan hidup dan menjaga metabolism tubuhnya. Amfibi
merupakan salah satu komponen penting dalam habitat perairan dan
teresterial. Seperti yang banyak kita ketahui manfaatnya dapat kita ambil dari
amfibi ini. Diantaranya dari segi ekologi dan ekonomi. Dari segi ekologi,
selain sebagai komponen penting dalam rantai makanan amfibi juga dapat
dijadikan sebagai Biondikator kualitas perairan. Sedangkan dari segi
ekonomis, beberapa jenis amfibi dikenal sebagai bahan makanan dan umpan
pancing oleh masyarakat luas dan dapat meraup keuntungan dari
perdagangannya, (Arhamin,
2008).
c. Daging ayam
Daging ayam broiler merupakan bahan pangan yang memiliki
kandungan gizi yang baik bagi kebutuhan manusia. Harga yang murah, rasa
dan aroma yang enak, tektur yang lunak dan relative mudah didapatkan di
pasaran menjadikan daging ayam broiler ini bahan pangan alternatif
yangdisukai hampir semua orang. Komposisi kimia ayam broiler terdiri dari
protein 18,6%, lemak 15,1%, air 66,0% dan abu 0,79% (Stade Iman et al.,
1988).

7
d. Cacing tanah
Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki
tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini paling sering
dijumpai di tanah dan tempat lembab, yang banyak mengandung senyawa
organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam maupun dari sampah
limbah pembuangan penduduk sebagaimana habitat alaminya. Cacing tanah
telah dikenal dari berbagai familia, yaitu moniligastridae, megascolecidae,
eudrillidae, glossocolecidae dan lumbricidae. Beberapa spesies yang sering
ditemui di Indonesia antara lain pontoscolex corethrurus, drawida sp,
peryonix excavatus, megascolex cempii, pheretima posthoma, pheretima
javanica, metaphire javanica dan metaphire capensis. (Khairulman dan
Amri, 2009; Suin, 1989).
2.5 Prefalensi (Kesukaan) Ikan Terhadap Umpan
Pada habitat aslinya ikan predator merupakan jenis ikan pemangsa salah
satunya yakni ikan gabus. Menurut Hidayatullah dkk (2015) mengungkapkan ikan
gabus biasa ditemukan di danau, rawa-rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga
kesawah-sawah. Ikan gabus memiliki sifat karnivora pemakan daging. Kebiasaan
makan/feeding habits ikan gabus bersifat karnivor, dengan makanan kseukaannya
memakan cacing, udang, katak, berudu (kecebong katak) dan ikan-ikan kecil lainnya
(Anonim, 2002).

8
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di sungai 46 Kecamatan Sungai Gelam. Penelitian


ini akan dilaksanakan pada bulan…. Samapi dengan….tahun 2021.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitiana yang digunakan pada penelitian ini ditulis pada Tabel 1
dan Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain :

No Nama alat Kegunaan


1 Pancing sebanyak 20 Untuk menangkap ikan
buah atau lebih
dengan ukuran
seragam
2 Senar/tali pancing Untuk mengikat pancing
3 Joran dari bamboo Untuk tempat penyangga pancing yang sudah diikat
senar
4 Penggaris Untuk mengukur panjang ikan

9
5 Pelampung Untuk meyetarakan kedalaman
6 Timbangan Untuk menghitung berat ikan
7 Pisau / golok kecil Untuk mengiris umpan
8 Alat tulis Untuk mencatat data yang diperoleh
9 Kamera Untuk dokumentasi dalam penelitian

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

No Nama bahan Kegunaan


1 Ikan seluang Untuk umpan pancing
2 Katak Untuk umpan pancing
3 Daging ayam Untuk umpan pancing
4 Cacing Untuk umpan pancing
5 Baskom Untuk meletakkan ikan hasil pancing
6 Karung Untuk wadah ikan
7 Talenan Untuk tempat mengiris umpan

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan turun


langsung di daerah penangkapan ikan (DPI). Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari lokasi penelitian dan
melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari literature terkait yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data
yang didapatkan tersebut dan ditambahkan melalui studi pustaka dari buku-buku
maupun jurnal.

3.4. Alur Penelitian

Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan :

a..Tahapan persiapan

10
Pada tahap ini semua peralatan dipersiapkan sebelum melakukan penelitian.
Peralatan yang dipersiapkan berupa pancing tajur, umpan tajur yakni ikan
seluang, daging ayam, katak, cacing.

b. Tahap setting
Tahap setting dimulai dari pelepasan mata kail yang telah diikat senar dan di
beri joran bambu. Dimana dalam satu kail pancing terdiri dari pelampung
sebagi pembatas kedalaman pancing dan terdapat umpan yang berbeda-beda.
c. Tahap immersing
Tahap immersing dimana tahap ini merupakan tahap pengoprasian alat
tangkap yakni pancing tajur mulai dari pemasangan umpan dan pemasangan
tajur. Untuk pengoprasian alat tangkap ini sekitar 3-5 menit dengan jarak tajur
satu dengan tajur lainnya yakni sekitar 5 meter.
d. Tahap hauling
Tahap hauling adalah dimana tahap ini merupakan tahap pengecekan dan
pengangkatan pancing tajur yang telah dioperasikan sebelumnya. Sebagai
tanda bahwa umpan telah dimakan, pelampung yang digunakan sebagai
pembatas kedalaman pancing berada pada posisi tenggelam.

11
Survei lokasi

Tahap persiapan

Tahap setting (pemasangan umpan)

Tahap immersing
(pemasangan/pengoprasian pancing
tajur)

Tahap hauling (pengecekan pancing


tajur)

12
Tabulasi dan analisis data

Gambar .1 Proses Alur Penelitian

3.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4


perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diterapkan sebagai berikut :

P1 = pancing menggunakan umpan katak

P2 = pencing menggunakan daging ayam

P3 = pancing menggunakan umpan ikan seluang

P4 = pancing menggunakan umpan cacing tanah

Data yang diperoleh dilakukan Analisis Ragam (ANOVA) dan jika terjadi
perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Duncan sebagai uji lanjut (Steel and Torrie,
1991), Model Analisis Ragam yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan rumus sebagai berikut:

Model Matematis

Yij = µ + Pi + єij
i = 1, 2, 3,…………,p dan j = 1, 2, 3,…………,u
Disini :
Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulagan ke-j

µ : Rataan Umum
Pi : Pengaruh perlakukan ke-i

13
Єij : Galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Snakeheads of the World. Htt: ///www.Fishace. Demon. Co.
Uk/snake/zastriat. Html. (4 April 2002).
Atema, J. 1980. Chemical senses, chemical signals and feeding behaviour in fishes.
In: Fish behaviour and its use in the capture and culture of fishes. Pp. 57-
101. ICLARM conf. Proc. 5 Manila.
Atema, J. 1971. Structures and functions of the senses of taste in the catfish
(Ictalurus natalis). Brain Behav.Evol., 4, 273-94.
Arhamin, Andani, Maiser Syaputra, Delizius Kolop. 2008. Studi keanekaragaman
jenis amfibi(ordo Anura)di sungai Ciapus (bagian hilir) Bogor. Diakses 2
April 2007.
Brand, A. V. 1984. Fish Cuathing Methods of the World. Food Agriculture
Organization (FAO). Fishing News Book, Ltd. Farnham. Surrey, England,
418pp.
Badan Pusat Statistic Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Sungai Gelam.
www.muarojambikab.bps.go.id, diakses 17 januari 2020 pukul 09.30 WIB.
Fish Base, 2012, List of Nominal Species of Rasbora, [diakses tanggal 17 Januari
2021], Tersedia Online Pada Laman,
http://www,fishbase,org/summary/spesciesRasbora
Ferno A, Solemdal P, Tilseth S. 1986. Field studies on the behaviour of whiting
(Gadusmerlangus) toward baited hooks. Fisk Dir. Ser. Hav. Unders. 18, 83-
95.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat Metode
dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Suberdaya Perikanan.
Jakarta

14
Hidayatullah, S., Muslim., Taqwa, H.F. 2015. Pendederan Larva Ikan Gabus (Channa
striata) di Kolam Terpal Dengan Padat Tebar Berbeda. Program Studi
Akuakultur, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Jurnal Perikananan
Dan Kelautan. 1(20) : 70 Hal
Kottelat, M,, Whitten AJ,, Kartikasari SN dan Wiroatmodjo S, 1993, Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi, Edisi Dwi Bahasa Inggris-
Indonesia, Periplus Edition (HK) Ltd, Bekerjasama dengan Kantor Menteri
KLH, Jakarta, Indonesia.
Lokkeborg S. 1994. Fish behavior and longlining (10-Ferno A, Solemdal P, Tilseth
S. 1986. Field studies on the behaviour of whiting(Gadus merlangus) toward
baite hooks. Fisk Dir. Ser. Hav. Unders.18,83-95.
Muslim, 2004. Jenis-jenis Alat Tangkap Tradisional Di Perairan Sungai Panungkal
Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Prosiding Seminar Nasional
Forum Perairan Umum Indonesia ke-1.
Reppie E. 2010. Pengaruh Minyak Cumi Pada Umpan Bubu Dasar Terhadap Hasil
Tangkapan Ikan-Ikan Karang. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol
VI, No. 3. Desember 2010. ISSN 1411-9234 (140-143)
Said, DS dan Mayasari N, 2010, Pertumbuhan dan Pola Reproduksi Ikan Bada
Rasbora Argyrotaenia pada Rasio Kelamin yang Berbeda, Limnotek 17(2) :
201 -209.
Sampurna. I.P., T.S. Nindhia. 2016. Metodologi Penelitian dan Rancangan
Percobaan. Universitas Udayana. Hal.40.
Stade Iman, W.J., V.M. Olson, G.A. Shmwell, S. Pasch. 1988. Egg and Poultry Meat
Processing. Ellis Haewood Ltd.
Steel, R.G.D., dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu
Pendekatan Biometric. Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudirman dan Achmar Mallawa. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung : Penerbit Bumi Aksara.
Widarmanto at. al. 2006. Karakteristik Alat Tangkap Di Danau Teluk, Jambi.
Prosiding Seminar Nasional Ikan Ke IV.
Wilson EO, Bossert WH. 1963.Chemical communication among animals.Recent
Prog. Hormone Res. 19, 673-716.

15

Anda mungkin juga menyukai