Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci terletak di jalan maharaja Indra Pangkalan
Kerinci Kabupaten Pelalawan yang sudah berdiri sejak tahun 1986. Sekolah yang menjadi
teladan dan contoh bagi sekolah lain yang ada di Pangkalan Kerinci ini memiliki visi
menjadi SMA yang terdepan dan teladan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
peduli terhadap lingkungan dan menguasai IPTEKS dengan berlandaskan IMTAQ. Dalam
rangka mencapai visi tersebut sekolah melaksanakan berbagai langkah, salah satunya adalah
menjaga kedisiplinan masyarakat sekolah.
Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan suatu sekolah. Disiplin digunakan
terutama untuk memotivasi seseorang agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan
pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Berkenaan dengan tujuan disiplin
sekolah, Mama Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah (1)
memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; (2) mendorong siswa
dalam melakukan hal yang baik dan benar; (3) membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi untuk melakukan hal-hal
yang dilarang oleh sekolah; dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah tidak akan
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap
suswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tat tertib yang berlaku
disekolahnya. SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci sangat menekankan siswa untuk selalu
disiplin dan menaati segala peraturan dan tat tertib yang ada di sekolah. Menurut
Departement Pendidikan dan kebudayaan (1998: 37) mengemukakan bahwa tata tertib di
sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku para siswa selama mereka
bersekolah untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan. Tata tertib sekolah
merupakan salah satu bentuk aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa, sebagai
satu perwujudan kehidupan yang sadar akan hukum dan aturan. Tata tertib sekolah adalah

1
rambu-rambu kehidupan bagi siswa dalam melaksanakan kehidupan dalam masyarakat
sekolah.
Masalah yang dihadapi dalam pendidikan saat ini adalah bagaimana
meningkatkan mutu pendidikan, baik yang bersifat pengetahuan maupun sikap. Usaha
pertama yang dilakukan sekolah dalam pembinaan sikap yaitu melalui tata tertib sekolah.
Sebagaimana diketahui dewasa ini banyak sekali dengan mudah kita temui pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa sekolah. Banyak sekali siswa sekolah yang terlibat
dalam kenakalan remaja, pergaulan bebas dan penggunaan narkoba. Selain itu, terdapat
pelanggaran ringan yang sering dilakukan oleh siswa seperti mencontek, membolos,
merokok, tawuran antar sekolah, dan mencuri. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
sekolah akan memiliki dampak buruk minimal untuk dirinya sendiri.
SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci menerapkan sistem point untuk memberi efek
jera bagi siswa yang melanggar tata tertib dan aturan sekolah, walaupun sekolah telah
menerapkan sistem tersebut, namun siswa disekolah tetap saja melanggar aturan yang
diberikan, karena telah menjadi kebiasaan bagi mereka. Kepatuhan siswa terhadap tata tertib
sekolah seharusnya bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan
dari pihak lain. Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya kesadaran tentang
nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau larangan-larangan yang terdapat dalam tata
tertib tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan maslah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari disiplin sekolah?
2. Apa definisi dari tata tertib sekolah?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi siswa

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui defenisi disiplin sekolah
2. Untuk mengetahui tata tertib sekolah
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi siswa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Disiplin Siswa


2.1.1 Pengertian Disiplin Siswa

Disiplin sangat penting bagi peserta didik, karena disiplin mencerminkan karakter
yang dimiliki oleh peserta didik. Diharapkan disiplin yang ditanamkan sejak dini dapat
menjadi kebiasaan dikemudian hari. Didalam islam disiplin merupakan suatu keharusan
untuk hormat dan patuh dalam melaksanakan suatu sistem yang berupa perintah
atau aturan yang berlaku Dalam hal kedisiplinan banyak para ahli memberikan
pengertian sesuai sudut pandang mereka masing-masing. Menurut Anwar hafid, dkk (2013:
113) disiplin merupakan salah satu dari nilai –nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
karakter, dimana disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan ketertiban dan kepatuhan
terhadap berbagai ketentuan dan aturan yang ada. Menurut Kompri (2014: 58)
Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan,
kelompok, atau ,masyarakat yang berupa ketaatan terhadap peraturan, kode etik, dan norma
dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.

Zainal Aqib (2010: 116) disiplin adalah pengembangan mekanisme internal dari
siswa sehingga siswa dapat mangatur dirinya sendiri. Sedang menurut Kementrian
Pendidikan Nasional (2011: 7) Disiplin adalah proses bimbingan yang bertujuan
menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan- kebiasaan tertentu atau membentuk
manusia dengan ciri-ciri tertentu. Terutama, yang meningkatkan kualitas mental dan moral.
Nanang Martono menambahkan (2014:110) bahwa pendisiplinan siswa disekolah bertujuan
untuk memelihara kebiasaan mereka ketika bergabung di masyarakat. Karena sekolah
hanyalah sebuah lingkungan kecil yang sederhana dibanding di masyarakat yang
merupakan lingkungan yang lebih luas.

Dengan demikian dapat disimpulkan disiplin merupakan suatu tindakan atau prilaku
yang taat terhadap aturan atau norma, yang diharapkan dapat menjadi karakter siswa untuk
mencapai kualitas moral yang lebih baik. Prilaku disiplin ini apabila diterapkan disekolah,

3
tentu akan mempermudah pelaksanaan proses belajar mengajar yang efektif dalam
rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

2.1.2 Unsur-unsur Disiplin Siswa

Dalam pendidikan, disiplin merupakan hal pokok yang harus dibentuk pada
peserta didik. Karena setiap peserta didik haruslah berperilaku sesuai standar yang telah
ditetapkan oleh sekolahnya demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu suatu disiplin
yang hendak diterapkan kepada peserta didik harus mempunyai unsur-unsur pokok.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999:84) unsur-unsur pokok tersebut ialah:

1. Peraturan sebagai pedoman perilaku. Sebagai pedoman perilaku siswa peraturan


merupakan pola yang telah ditetapkan bersama baik oleh kepala sekolah, guru, ataupun
siswa. dimana tujuannya untuk membekali siswa untuk dapat berprilaku sesuai
dengan situasi tertentu.
2. Konsisten dalam menerapkan peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan
untuk mengajarkan dan memaksanya.
3. Hukuman untuk pelanggar peraturan.
4. Dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan aturan yang
berlaku.

Selain empat unsur pokok diatas, Hurlock juga menyebutkan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan unsur-unsur disiplin lainnya, yakni:

1. Peraturan
Sebagai pedoman perilaku siswa, peraturan merupakan aturan yang telah ditetapkan
bersama baik oleh kepala sekolah, guru, ataupun siswa. dimana tujuannya untuk
membekali siswa untuk dapat berprilaku sesuai dengan situasi tertentu.
2. Hukuman
Hukuman menurut para ahli pendidikan dipandang mempunyai tiga peranan penting
dalam membantu anak menjadi insan bermoral, fungsinya yaitu
a. Menghalangi pengulangan tindakan yang tidak sesuai
b. Hukuman mempunyai fungsi mendidik, yakni menyadarkan anak bahwa setiap
perbuatan itu mempunyai konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan.

4
c. Hukuman mempunyai fungsi memberi motivasi anak untuk menghindari kesalahan.
3. Penghargaan
Penghargaan merupakan suatu reworld yang dapat diberikan oleh pendidik kepada
siswa yang berprilaku sesuai aturan, dimana sebenarnya tidak harus selalu berupa
materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata, pujian, senyuman, tepukan punggung dan
sebagainya.
4. Konsisten
Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan, konsisten harus menjadi ciri
semua aspek disiplin. Baik dalam peraturan, hukuman dan juga penghargaan, supaya
anak tidak bingung, kalau tidak konsisten anak tidak dapat tahu mana yang baik
dan benar (boleh dilakukan) dan mana yang salah (tidak boleh dilakukan).

Dengan demikian disiplin erat kaitannya dengan peraturan yang telah menjadi
keputusan bersama, selain itu disiplin juga sering dikaitkan dengan hukuman, sanksi, dan
penghargaan yang selalu menyertainya. Meski begitu, unsur-unsur disiplin yang telah
ditetapkan merupakan upaya dalam membantu peserta didik untuk berprilaku sesuai
standar yang telah ditetapkan bersama.

2.1.3 Tujuan Disiplin Siswa

Sebuah proses pendidikan tidak akan berhasil jika tidak ada penerapan kedisiplinan
kepada para siswa dan komunitas yang ada di dalamnya. Karena disiplin merupakan suatu
kemampuan untuk memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal positif guna mencapai
sebuah prestasi Jejen Musfah (2015:41). Selain itu tujuan lain dari disiplin adalah
membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan, Elizabeth B. Hurlock
(1978:82).

Nanang Martono (2014:110) mengungkapkan bahwa pendisiplinan siswa disekolah


bertujuan untuk memelihara kebiasaan mereka ketika bergabung di masyarakat. Karena
sekolah hanyalah sebuah lingkungan kecil yang sederhana dibanding di masyarakat
yang merupakan lingkungan yang lebih luas. Jejen Musfah (2015:42) menambahkan bahwa
sejak awal siswa harus di kenalkan dengan lingkungan sekolah yang menghargai dan

5
menjunjung tinggi kedisiplinan. Karena usia anak-anak merupakan usia yang tepat untuk
penanaman mengenai kedisiplinan.

Adapun tujuan disiplin menurut Sutirna (2013: 116) terbagi menjadi dua, yaitu

1. Tujuan jangka pendek, yakni membuat anak menjadi terlatih dan terkontrol, dengan
mengajarkan perilaku yang baik dan buruk yang diperbolehkan dan tidak diperbolekan
untuk dilakukan.
2. Tujuan jangka panjang, yakni untuk membentuk perkembangan pengendalian
diri, atau pembiasaan. Dimana siswa dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh
atau paksaan dari luar.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999:83) menyebutkan beberapa kebutuhan masa


anak-anak yang dapat diisi dengan penanaman disiplin.

1. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan.
2. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat
perilaku yang salah. Perasaan yang pasti tidak mengakibatkan rasa tidak bahagia dan
penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak untuk hidup standar yang
disetujui kelompok social dan dengan demikian memperoleh persetujuan social.
3. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian
yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang.
4. Disiplin yang sesuai perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang
mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.
5. Disiplin mengembangkan hati nurani anak, pembimbing dalam pengambilan keputusan
dan pengendalian perilaku

Dengan begitu dari beberapa uraian diatas sekolah harus bisa memberikan
pengertian dan meyakinkan setiap siswanya bahwa perilaku yang baik, prestasi cemerlang,
hanya dapat diraih dengan kedisiplinan, karena tanpa kedisiplinan fungsi sekolah akan
mandul, dan potensi siswa akan terkubur, bahkan akan menimbulkan siswa
banyak masalah

6
2.2 Tata Tertib Siswa

2.2.1 Pengertian Tata Tertib Siswa

Disiplin erat kaitannya dengan ketertiban. Ketertiban berarti kepatuhan


seseorang dalam mengikuti peraturan karena didorong sesuatu dari luar. Disekolah akan
dijumpai berbagai tata tertib yang menjadi indikator prilaku siswa.menurut Nanang
Martono (2014:109) Tata tertib menjadi standar bagi mereka untuk dapat memahami
bagaimana menjadi siswa yang baik dan patuh, sehingga tata tertib dapat menjadi standar
kepatuhan kepatuhan siswa. Adapun tata tertib menurut Jejen Musfah (2014:41-42) adalah
perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Arikunto (1990:122) menyebutkan bahwa tata tertib adalah sesuatu yang mengatur perilaku
yang diharapkan terjadi pada diri siswa

Menurut instruksi menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal: 1 mei 1974, No.
14/U/1974, tata tertib sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah
sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya. Tata tertib murid merupakan
bagian dari tata tertib sekolah, selain tata tertib guru, kepala sekolah, dan administratif
sekolah. Tata tertib pada era sekarang ini telah di tentukan dan di susun oleh pemerintah
yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dalam surat keputusannya.
Namun, meski demikian setiap sekolah dapat untuk mengubahnya sesuai dengan keadaan
dan konsisi sekolah masing- masing. Menurut Sutirna (2013:115) tata tertib atau peraturan
yang cocok untuk sisiwa adalah tata tertib yang dapat dimengerti, diingat, dan
diterima oleh siswa. Di sekolah tata tertib biasanya sudah tertulis dan terpasang di
masing-masing sekolah. Beberapa tata tertib bisa dibuat oleh sekolah antara lain: tata tertib
mengenai kehadiran siswa, tata tertib ketika didalam kelas, dan tata tertib ketika berada di
lingkungan sekolah.

2.2.2 Unsur-Unsur Tata Tertib

Tata tertib berisi seperangkat peraturan yang meliputi hal- hal yang wajib
dilaksanakan dan yang perlu dihindari atau dilarang oleh seseorang, serta ketentuan sanksi
yang diberikan bagi orang yang melanggar. Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik

7
yang berlaku secara umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:
123-124) yaitu:

1. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.


2. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku dan pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata
tertib sekolah tersebut.

Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari sekolah, tetapi merupakan
kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait, terutama dari
pelajar atau siswa itu sendiri. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa tugas
dan kewajiban siswa yang harus dilaksanakan, larangan dan sanksi. Dengan
penerapan tata tertib yang ditaati semua pihak maka seluruh proses yang ada didalamnya
akan berjalan dengan lancar, itulah tujuan adanya tata tertib.

2.2.3 Tujuan Tata tertib Sekolah

Pada dasarnya tata tertib sekolah adalah suatu usaha yang agar individu dapat
melaksanakan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalam kelompok atau organisasi dalam masyarakat untuk seterusnya melatih
individu untuk hidup berdisiplin. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan pelaksanaan
tata tertib sebaiknya orang tahu akan tujuan tata tertib . menurut pendapat Sarumpaet dalam
buku, Rahasia Mendidik Anak yang menyatakan,” Tujuan dari Tata Tertib ialah untuk
melatih anak agar dapat mengatur dirinya sendiri.(Serumpaet, 1983: 92)

Dari kutipan diatas jelaslah bahwa anak harus diajarkan untuk memiliki perasaan
pada diri sendiri serta mengendalikan diri untuk diri sendiri. Oleh sebab itu setelalah
mengerti pertimbangan harus dilatih untuk memilih. Berilah segala perilaku pertimbangan
terhadap anak, itu sebagaimana rupa supaya mempunyai pertimbangan yang sehat. Seorang
anak tidak boleh dilatih dengan sebagai seekor hewan, hanya menurut tanpa bertanya, anak
harus dilatih untuk mentaati tata tertib yang berlaku atau yang ada di sekolah, tujuan
diadakan ketaatan siswa dalam mematuhi tat atertib sekolah berkisar pada dua macam
tujuan.

8
1. Tujuan Internal
Tujuan internal adalah usaha untuk membentuk tingkah laku siswa yang berkepribadian
teratur, terlihat dalam suatu kebijaksanaan, kesopanan, bergaul, ketertiban, kesusilaan.
2. Tujuan eksternal
Tujuan eksternal adalah upaya untuk menanamkan sikap bernilai ketaatan dan kepatuhan
pada tata tertib sekolah yang dapat di terapkan dalam situasi proses belajar mengajar.

Maka dari tujuan yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan, maka dapat
di analisa terdapat sesuatu konsep dan dikemukakan oleh penulis adalah untuk membentuk
sikap dan tingkah laku siswa yang tertib, sopan, dan sesuai senantiasa dikontrol dan di
kendalikan oleh nilai dan taat, patuh pada peraturan tertentu dan menjadi kebiasaan
dalam memperoleh hasil yang memuaskan. (Schaepe Charles, 1982: 33)

2.2.4 Tahapan Dalam Membuat Tata Tertib

Menurut Bambang Trimansyah (2014: 81), terdapat empat tahapan dalam membuat
tata tertib, yaitu:

1. Menentukan peraturan apa yang hendak dibuat.


2. Meeumuskan apa saja yang harus diatur agar orang bisa disiplin dan tidak berbuat
kesalahan.
3. Menuliskan aturan satu persatu, mulai dari yang umum hingga khusus.
4. Peraturan bisa kalimat perintah ataupun larangan.

Pembuatan tata tertib ini masih termasuk secara umum, dimana pedoman ini dapat
digunakan untuk membuat peraturan suatu organisasi dalam suatu lingkungan, semisal
tata tertib sekolah, tata tertib siswa, tata tertib lalu lintas, tata tertib rumah, dan lain
sebagainya. Selain itu Eka Prihatin (2011:97) menjelaskan cara merancang kedisiplinana
atau tata tertib sekolah ialah sebagai berikut:

1. Penyususnan rancangan harus melibatkan guru, staf, administrative, wakil siswa,


wakil orang tua, yang diharapkan mereka merasa bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaanya.
2. Rancangan dibuat sesuai dengan Visi dan Misi sekolah

9
3. Rancangan harus dibuat singkat dan jelas agar mudah dipahami
4. Rancangan harus memuat secara jelas daftar perilaku yang dilarang beserta
sanksinya, sanksi yang ditetapkan harus bersifat mendidik.
5. Peraturan yang telah disepakati harus disebar luaskan, misal melalui rapat, surat edaran,
atau majalah sekolah
6. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa harus diarahkan dalam pembentukan disiplina
siswa.

Dengan demikian dalam pembuatna tata tertib siswa haruslah meibatkan seluruh
warga sekolah, dengan cara mereka saling mengungkapkan pedapatnya dan berkontribusi
dalam membuat rancangan agar seluruh warga sekolah memiliki rasa untuk saling
bertanggung jawab.

2.2.5 Cara Mengajarkan Tata Tertib Kepada Siswa

Salah satu cara mengkomunikasikan aturan kepada siswa ialah melalui tata tertib.
Bagaimana mengajarkan taat tata tertib ini kepada siswa tidaklah mudah, dan butuh
beberapa pertimbangan. Menurut Carolyne dan Edmund (2009: 82) ada tiga aspek penting
dalam proses pengajaran menganai peraturan kepada siswa, yaitu

1. Menjelaskan dan menampilkan perilaku yang sesuai dengan peraturan. Dimana


dalam hal ini gunakan kata dan tindakan yang dapat menyampaikan perilaku tersebut
secara konkret dan sedetail mungkin. Misal, jangan sekedar memberitahu siswa dengan
melarangnya keluar ruangan ketika guru izin untuk meninggalkan ruangan.
Melainkan beritahu kepada siswa bahwa perilaku yang harus mereka lakukan
ialah duduk dikursi, tidak rebut, dan mengerjakan tugas.
2. Mempraktikkan perilaku. Siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan perilaku
yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang telah ada. Dengan hal tersebut kita
akan melihat, apakah mereka memahami dan dapat mengikuti aturan yang telah ada
ataupun belum. Jika belum berarti prosedur atau aturan tersebut harus dijelaskan
kembali dan diulang beberapa kali. Praktik sangat membantu untuk mengajarkan
aturan terhadap siswa kelas bawah, namun untuk kelas atas paktik juga dapat
memudahkan mereka memahami aturan yang rumit.

10
3. Umpan Balik. Setelah siswa diminta untuk memahami mengenai aturan yang
ada, maka beritahu kepada mereka apakah mereka telah melakukannya dengan baik,
jika mereka membutuhkan perbaikan, maka beritahukan juga. Dan hendaknya umpan
balik disampaikan secara rinci
2.3 Faktor Pendorong Dan Penghambat Kedisiplinan Di Sekolah

Disiplin bukan merupakan hukuman, ikatan yang mengekang atau paksaan yang
harus dituruti.” Disiplin harus diartikan sebagai sesuatu yang positif yang timbul dan
tumbuh dari penentuan pada diri pribadi secara sadar. Maka penentuan aturan dalam
menerapkan disiplin di suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam menunjang
proses belajar mengajar yang baik untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam menerapkan suatu aturan ada dua faktor yang sangat penting yang selalu
melekat pada sebuah aturan. Tak terkecuali pada penerapan kedisiplinan di sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya. Faktor tersebut adalah faktor pendorong dan faktor
penghambat terjadinya disiplin di sebuah lembaga pendidikan.
2.3.1 Faktor Pendorong Kedisiplinan
Faktor pendorong kedisiplinan di sebuah lembaga pendidikan merupakan suatu
faktor yang menunjang dalam melaksanakan aturan dalam menjalankan kedisiplinan pada
sebuah lembaga pendidikan”. Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting dan urgen
yang harus terus menerus dilaksanakan. Apabila faktor pendorong atau faktor pendukung
kedisiplinan sudah mendukung maka kedisiplinan di sekolah akan dapat berjalan
sebagaimana diinginkan. Faktor pendorong dalam menerapkan kedisiplinan pada sebuah
lembaga pendidikan ada 2 (dua), yaitu :
1. Dorongan dari dalam
a. Pengalaman. Pengalaman seorang guru dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan
sekolah sangat diperlukan. Karena guru merupakan pemain peran dalam mencapai
tujuan pendidikan yang dasar kuncinya adalah menerapkan kedisiplinan dalam
lingkungan sekolah. Dengan adanya dukungan dari para guru maka anak didik akan
mengalami suatu proses yang disebut dengan kebiasaan. Dan kebiasaan ini merupakan
benih-benih yang akan menjadi suatu pengalaman. Dengan adanya pengalaman dalam
diri siswa maka siswa akan sadar akan tujuan pendidikan.

11
b. Pengikutan dan ketaatan. Pengikutan dan ketaatan merupakan langkah penerapan dan
praktik atas peraturan yang mengatur perilaku individu (disiplin). Hal ini sebagai
kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan
diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan
memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan
dapat diikuti dan dipraktikkan.
c. Sarana Pendidikan. Sebagai sarana untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan.
d. Kesadaran. Disiplin yang efektif ditujukan pada seseorang yang berkemampuan untuk
melaksanakan sesuatu tanpa paksaan. Merupakan pemahaman diri bahwa disiplin
dianggap penting sebagai kebaikan dan keberhasilan diri, selain itu kesadaran diri
menjadi motif yang sangat berpengaruh bagi terwujudnya disiplin
e. Kemauan untuk berdisiplin
Dari kelima faktor disiplin diatas yang memegang peranan yang sangat penting
adalah kesadaran diri, dimana disiplin tersebut harus benar-benar berasal dari pemahaman
diri akan pentingnya disiplin yang akan berdampak positif bagi kelancaran dalam menuju
keberhasilan cita-citanya. Kesadaran diri ini terwujud dalam kegigihan dan kerja keras untuk
menunjang peningkatan dan pengembangan prestasi yang positif.
2. Dorongan Dari luar
a. Perintah
b. Larangan
c. Pengawasan
d. Paksaan
e. Hukuman untuk berdisiplin
Jadi pembentukan disiplin harus melalui proses panjang, dimulai sejak dini dalam
keluarga dan dilanjutkan sekolah. Hal-hal penting dalam pembentukan itu terdiri dari
kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, teladan, lingkungan disiplin, dan latihan-latihan.

2.3.2 Faktor Penghambat Kedisiplinan


Menurut Tulus Tu’u (2004:53) menyatakan sebagai berikut. Pelanggaran disiplin
dapat terjadi karena tujuh hal berikut ini:

12
1. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap.
2. Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dan kurang dimonitor oleh
kepala sekolah.
3. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
4. Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatan
dan pemantapan disiplin sekolah.
5. Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi
disiplin sekolah.
6. Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani
disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah.
7. Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin diri.
Mereka ini cenderung melanggar dan mengabaikan tata tertib sekolah.
2.1 Bagaimana Tata Tertib Sekolah untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMA
Negeri 1 Pangkalan kerinci

TATA TERTIB SMA NEGERI 1 PANGKALAN KERINCI

A. KETENTUAN UMUM
1. Siswa wajib mengikuti semua kegiatan yang berkaitan dengan Pendidikan dan Proses
Belajar Mengajar (PBM) dengan baik.
2. Jam belajar dimulai pukul 07.00 wib, dan dinyatakan terlambat jika hadir lewat dari
jam tersebut.
3. Siswa harus berada di dalam kelas 5 menit sebelum jam pelajaran di mulai.
4. Siswa tidak dibenarkan mengikuti ujian akhir semester jika presentase kehadiran tatp
muka efektif kurang dari 90% (10% ketidakhadiran tanpa keterangan/alfa = 11
hari/semester).
5. Siswa yang tidak hadir lebih dari 2 hari karena sesuatu keadaan/sakit maka orang
tua/wali wajib hadir ke sekolah dan memperlihatkan surat keterangan dokter.
6. Siswa yang akan meninggalkan sekolah pada jam pelajaran berlangsung karena tugas
sekolah harus mendapat izin dari guru yang mengajar saat itu, disetujui guru piket dan
diketahui waka kesiswaan.

13
7. Siswa yang akan meninggalkan sekolah pada jam pelajaran berlangsung karena
keperluan keluarga/sakit/urusan selain harus mendapat izin dari guru yang mengajar
saat itu/guru piket dan diketahui/dijemput oleh orang tua siswa yang bersangkutan.
8. Siswa wajib menggunakan pakaian seragam SMAN 1 Pangkalan Kerinci beserta
atributnya dalam keadaan bersih dan rapi.
9. Siswa wajib menggunakan sepatu kain hitam bertali dengan kaos kaki putih 10 cm di
atas mata kaki.
10. Siswa laki-laki harus berambut pendek dengan ukuran maksimal bagian depan 3 cm,
samping dan belakang 1 cm.
11. Bagi siswi yang berambut panjang harus diikat dengan rapiatau menggunakan jilbab
yang sudah ditentukan bagi muslimah.
12. Siswi wajib memakai alas jilbab warna putih setiap hari.
13. Siswa wajib mempunyai kelengkapan belajar dan penunjang lainnya.
14. Siswa wajib mengikuti upacara, ROHIS, ROKRIS, kegiatan cinta lingkungan dan
peringatan hari besar agama, hari besar nasional serta acara lain yang diselenggarakan
di sekolah.
15. Siswa wajib menciptakan suasana kekeluargaan sesame siswa, bapak dan ibu guru,
staf TU dan kepala sekolah.
16. Siswa wajib menjaga nama baik diri sendiri, keluarga dan sekolah.
17. Siswa wajib taat dan patuh serta menghormati orang tua/wali, guru, dan karyawan
sekolah.
18. Siswa wajib menjalankan perintahagamanya masing-masing.
19. Siswa wajib berperan serta secara aktif melaksanakan dan menjaga 7K ( keamanan,
ketertiban, kebersihan, keindahan, kesehatan, kekeluargaan, dan kehormatan ).
20. Siswa wajib berpartisipasi dalam kegiatan OSIS.
21. Setiap selesai upaca/acara tertentu yang dilaksanakan di sekolah, ketua kelas wajib
melaporkan kehadiran anggota kelasnya kepada walikelas.
22. Selama belajar siswa bertanggung jawab atas kebersihan dan ketertiban kelas dan
lingkungan.
23. Siswa tidak diizinkan meminjam atau meminjamkan kendaraan pribadi kepada orang
lain/siswa lainnya tanpa izin dari guru piket.

14
24. Siswa tidak diizinkan beristirahat baik sendiri maupun berkelompok di areal parker.
25. Siswa tidak diizinkan membawa gitar, HP, radio ke dalam kelas serta mengaktifkan
saat PBM berlangsung.
26. Siswa tidak diizinkan memakai celana/rok jeans, celana pendek, sandal pada kegiatan
apapun kecuali hal yang diizinkan oleh pihak sekolah.
27. Kelas/labor yang kedapatan kotor, maka kelas yang menggunakan pada saat itu akan
dikenakan sanksi pembinaan.
28. Siswa wajib menjaga barang milik pribadi dan tidak dibolehkan membawa barang
berharga/perhiasan, sekolah tidak bertanggung jawab untuk mengganti barang yang
hilang.
29. Siswa diharuskan membawa wadahmakanan dan minuman bertutup dari rumah.

Ketentuan Sanksi:
A. Berupa Teguran
1. Bila bobot skor pelanggaran mencapai 100 ditegur oleh wali kelas.
2. Surat panggilan I : bila bobot skor pelanggaran mencapai 150 panggilan orang tua
oleh wali kelas.
3. Surat panggilan II : bila bobiot skor pelanggaran mencapai 300 panggilan orang
tua oleh BK (Bimbingan Konseling).
B. Peringatan/Sanksi Tertulis
1. Surat panggilan III : bila bobot skor pelanggaran mencapai 500, surat pernyataan
ditandatangani oleh peserta didik, orang tua dan wali kelas.
2. Surat panggilan IV : bila bobot skor pelanggaran mencapai 700, surat pernyataan
ditandatangani oleh peseerta didik, orang tua, wali kelas dan guru BK (Bimbingan
Konseling).
3. Surat panggilan V : bila mencapai bobot skor pelanggaran 1100 dikembalikan
kepada orang tua.

CATATAN:

1. Sebelum sanksi dilaksanakan dengan baik, siswa belum dibebaskan dari pembinaan.

15
2. Siswa yang menjalani skorsing/pembinaan tidak dibenarkan hadir dalam jam
pelajaran .
3. Pelanggaran yang sama tidak boleh dilakukan/terulang hingga 2 kali selama menjadi
siswa SMAN 1 Pangkalan Kerinci.
4. Sesuatu yang sudah terjadi diluar ketentuan di atas akan diambil kebijaksanaan yang
sesuai.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah
seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada
pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati,
dan siapapun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Setiap pelanggaran atas kepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjar dengan
hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu memahami bahwa nilaidisiplin itu
bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih
luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.
Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagitindakan-tindakan yang
menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan
lancar dan tidak terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan
preventif dan menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar.
Sekolah tanpa kedisiplinan adalah seperti kincir tanpa air.

3.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya
yangmungkin bisa dilakukan diantaranya Untuk menumbuhkan konsep diri siswa
sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik,
menerima, hangat dan terbuka. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga
mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa. Guru disarankan dapat
menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam
mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang
salah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Aqib Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak

Bangsa. Bandung: Yrama Widya

B Hurlock, Elizabeth. 1999. Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga

Charles Schaper. 1987. Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Restu
Agung,

Departement Kebudayaan dan Pendidikan 1998 Peraturan Tentang Tata Tertib Sekolah

Hafid, Anwar, dkk. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Kompri. 2014. Manajemen sekolah teori & praktek. Bandung: Alfabeta

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Pendidikan Michel Foucault. Jakarta:PT


Rajagrafindo

Musfah, Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan teori, kebijakan, dan praktik.

Jakarta: Prenadamedia Groub

Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta

Ranchman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: CV.


IKIP Semarang Press

Serumpaet. 1983. Rahasia Mendidik Anak. Bandung: Indonesia Publishing House

Sutirna. 2013. Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Trimansyah, Bambang. 2004. Saya Ingin Mahir Berbahasa Indonesia. Bandung: PT


Grafindo Media Pratama

18
Tu’us, Tulus. 2008. Peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa. Jakarta:
PT.Grasindo

19

Anda mungkin juga menyukai