Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SELF CONTROL

BAB I
Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang
Setiap manusia selalu mengalami masalah dalam menjalani kehidupan. Baik
dari lingkungan luar maupun masalah yang berasal dari dalam diri manusia itu
sendiri. Seringkali masalah muncul karena ketidakmampuan manusia itu sendiri
dalam mengendalikan diri.
Beberapa masalah tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari,
seperti halnya masalah siswa dalam hal belajar, sulit konsentrasi, sulit
meningkatkan nilai dalam pelajaran tertentu atau bahkan masalah seseorang
dengan kebiasaannya. Kebiasaan makan yang kurang dari porsi semestinya, atau
justru sebaliknya. Semua dapat menjadi masalah ketika seseorang tak bisa
mengendalikan diri dalam menyeimbangkan dirinya dengan kebutuhan hidup
yang semestinya.
Berkembangnya kontrol diri atau pengendalian diri dalam diri manusia, pada
dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Seorang dewasa
diharapkan memiliki kontrol diri yang lebih baik daripada saat remaja atau
anak-anak. Namun, beberapa kasus menujukkan bahwa dewasa mengalami
beberapa masalah dengan pengendalian diri.
Oleh karena adanya masalah tersebut, penulis menulis makalah tentang
“Developing Self-Control” atau dapat disebut Pengembangan Pengendalian
Diri.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengendalian diri?
2. Bagaimana langkah-langkah pengendalian diri?
3. Bagaimana penerapan pengendalian diri?
4. Apa hambatan yang mungkin muncul dalam proses pengendalian diri?
5. Apa saja kelebihan teknik pengendalian diri?
6. Apa saja kelemahan teknik pengendalian diri?

1. 3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian diri.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah pengendalian diri.
3. Untuk mengetahui penerapan pengendalian diri.
4. Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul dalam proses pengendalian
diri.
5. Untuk mengetahui kelebihan teknik pengendalian diri.
6. Untuk mengetahui kelemahan teknik pengendalian diri.

BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Pengendalian Diri


Pengendalian diri merupakan sifat yang ada pada setiap seseorang, dimana
pengendalian diri ini membutuhkan perubahan perilaku ke arah yang
berlawanan untuk respon-respon yang perlu di tingkatkan. Biasanya orang
awam menyebutnya dengan daya kehendak atau kekuatan niat dalam artian bila
seseorang mempunyai niat yang kuat, pasti seseorang tersebut bisa
menghilangkan kebiasaan buruknya, dan jika seseorang menguatkan
kehendaknya,maka pasti seseorang tersebut bisa mneingkatkan kemampuan
dirinya.
Dalam pandangan Zakiyah Drajat, bahwa orang yang sehat mentalnya akan
dapat menunda sementara akan pemuasan kebutuhannya itu atau ia
dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang dapat
menyebabkan kerugian bagi dirinya. Dalam pengertian yang lebih umum
Pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan
memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan
perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini maupun masa yang akan
datang dengan cara menunda kepuasan sesaat. (Mas Agung
dalam Zakiyah Drajat, 1988)
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self
control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri
dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada.
Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan
mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan
akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tak diinginkan. (Fikriyah,
2014)

2.2 Langkah-langkah Pengendalian Diri


2.2.1 Menspesifikkan masalah dan menetapkan tujuan

Dalam memprogram pengendalian diri, individu tersebut dapat mengetahui


tujuan pasti dari apa yang akan di kendalikan, dan menspesifikkan
permasalahan yang akan di kendalikannya serta untuk mentargetkan suatu
tujuan tersebut perlu dilakukanpernyataan yang kuantitatif. Misalnya seorang
individu ingin mendapatkan nilai 90 diantara teman-teman sekelas saya.

2.2.2 Membuat komitmen untuk berubah

Seorang individu yang sudah melakukan tindakan-tindakan atau pernyataan


yang mengarah pada perbaikan perilaku mereka, tentunya seseorang tersebut
sudah merasakan beberapa manfaat dari target yang ia rencanakan sebelumnya.
Ada beberapa tindakaan yang menjaga komitmen agar tetap menjadi kuat,
diantaranya:
 Individu mendaftar semua manfaat yang akan di terima setelah mengubah
perilaku.

 Menyatakan secara publik komitmen yang di buat oleh invidu agar orang lain
menjadi saksi dari komitmen yang di buatnya, sehingga membuat tujuan
individu tersebut semakin kuat.

 Menata ulang lingkungan serta menyediakan pengingat waktu yang cukup sering
agar komitmen serta tujuan berjalan sesuai rencana awal.

 Menginvestasikan waktu dan energi untuk merancang proyek terbaik dari


individu.

 Menyusun teratment untuk menghadapi beberapa godaan yang menjadi


kemunduruan dari suatu tujuan tersebut.

2.2.3 Mengambil data dan menilai penyebab-penyebab masalah

Selanjutnya yaitu mengambil data terkait kemunculan perilaku bermasalah,


dimana perilaku yang akan dikendalikan itu sering muncul tanpa di ketahui
waktunya dan kemudian akan di turunkan atau di hilangkan dari individu.
Sehingga perlu mencatat karakteristik perilaku bermasalah yang muncul
tersebut sehingga dapat di temukan titik besar untuk kemajuan perilaku individu
tersebut.

2.2.4 Merancang dan mengimplementasikan rencana penanganan

Dalam kehidupan manusia juga tidak luput dari anteseden


(acuan, ikutan, model, terdahulu), dalam rencana penanganan
dibutuhkan pengelolahan anteseden, antara lain yaitu intruksi, modeling,
panduan fisik, lingkungan sekitar, orang lain, waktu dalam sehari-hari dan
operasi motivasi.
1. Intruksi

Meichenbaum (1977) menyatakan bahwa dalam modifikasi perilaku tentu


membutuhkan intruksi diri, intruksi diri terbagi atas intruksi diri bagi anak-anak
dan intruksi diri bagi orang dewasa.

Pelatihan intruksi bagi anak diantaranya yaitu:


 Orang dewasa memperagakan intruksi diri

 Anak melakukan tugas sesuai intruksi orang dewasa

 Anak melakukan tugas sembari menginstruksikan dirinya dengan bersuara

 Intuksi diri dengan bersuara di pudarkan

 Performa tugas di lakukan dengan intruksi diri tersembunyi

Sedangkan intruksi diri bagi orang dewasa yaitu:


 Mengidentifikasi stimuli internal tertentu yang di hasilkan oleh situasi yang
menekan

 Menentang diri sendiri dari perilaku yang negatif

 Menginstruksikan dirinya sendiri dengan mengambil langkah yang tepat.

 Membuat pernyatan-pernyataan penguat untuk individu itu sendiri setelah ia


sukses dalam perilaku yang menekan tersebut

2. Modeling

Modeling ini yaitu prosedur dimana contoh perilaku tertentu diperlihatkan ke


seseorang agar menyebabkan individu tersebut melakukan perilaku yang sama.

3. Panduan fisik
Yaitu pengaplikasian kontak fisik untuk menggerakkan perilaku yang di
inginkan.panduan fisik biasanya berfungsi untuk komponen utama dari prosedur
pengajaran. Selain itu panduan fisik ini untuk mengajarkan individu mengikuti
instruksi perilaku yang di modelkan sehingga instruksi dapat di gunakan tanpa
panduan fisik untuk membentuk perilaku lainnya.

4. Lingkungan sekitar

Yaitu individu membuat strategi untuk menata lingkungan, agar tidak lagi
muncul permasalahan yang menjadi perilaku yang negatif.

5. Orang lain

Individu dalam mengedalikan diri perlu orang lain karena untuk menurunkan
bahkan menghilangkan perilaku yang negatif tersebut, bila setiap hari
berkumpul dengan orang lain yang baik pula, bisa menjadikan perilaku negtaif
semakin berkurang atau bahkan hilang secara perlahan.

6. Waktu dalam sehari

Individu dimungkinkan untuk mengubah perilaku yang sebelumnya, sehingga


muncul aktivitas baru yang menjadi pengendalian diri yang lebih baik

7. Operasi diri

Yaitu kejadian-kejadian yang mempengaruhi kekatan konsekuensi sebagai


penguatatau penghukum, sehingga pada gilirannya perilaku di pengaruhi oleh
konsekuensi-konsekuensi tersebut

Selain mengelola anteseden juga mengolah konsekuensi dimana dalam


mengolah konsekuensi terdapat rekayasa kejadian konsekuen yaitu dengan
mengeliminasi penguat tertentu yang tanpa di sengaja sudah menguatkan
perilaku tak diinginkan dari situasi yang spesifik, selain itu mencatat dan
menggrafikkan perilaku target (grafik menunjukkan kemajuan perbaikan
bertahap sebagai pendorong bagi pikiran positif tentang kemajuan), selanjutnya
yaitu menerima penguat spesifik ketika individu memeprlihatkan atau hanya
dengan bertahan di program. Dalam penguatan program juga dapat
melibatkanorang lain untuk cara yang lebih efektif.

2.2.5 Mencegah kembalinya perilaku bermasalah dan membuat pencapaian


tujuan individu bertahan lama.

Untuk mencegah kembalinya perilaku bermasalah dan membuat pencapaian


tujuan individu bertahan lama, seseorang harus mengenali gejala apa yang
menyebabkan kembalinya perilaku bermasalah dan akankah seseorang mampu
mencapai tujuan secara tahan lama. Jika perilaku bermasalah kembali, maka
tujuan tak dapat dipertahankan lama. Gejala ini disebut ‘kemunduran’.

Kemunduran adalah kembalinya perilaku yang sudah ditangani ke tingkatan


yang sama dengan taraf awal perilaku sebelum penanganan diberikan.

Startegi untuk mencegah kemunduran dan mempertahankan pencapaian jangka


panjang, melibatkan 3 faktor yaitu anteseden, respon perilaku dan konsekuensi.
Beberapa strategi tersebut ialah:

a. Mempraktikkan langkah-langkah pengendalian diri untuk meningkatkan


perilaku tambahan. Seseorang akan cenderung menggunakan teknik-teknik
pengendalian diri jika pernah mengaplikasikannya di lebih dari satu proyek
pengendalian diri. Cara ini membuat seseorang lebih ahli mengatasi
kemunduran dan meraih perbaikan karena menggunakan teknik-teknik ini
beberapa kali otomatis memampukan seseorang untuk melakukan pengendalian
diri lebih baik.

b. Membentuk ‘sistem teman pendukung’ (buddy system). Dalam hal ini


diharapkan teman yang mendukung program dapat mencegah munculnya
kemunduran dan dapat melanggengkan program.
c. Menandatangani kontrak perilaku dengan orang lain yang bersedia mendukung
program modifikasi perilaku pribadi.

2.3 Penerapan Pengendalian Diri


Pada dasarnya sumber terjadinya self control atau pengendalian diri dalam
diri seseorang ada 2 (dua) yaitu sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di
luar diri). Karena itulah, teknik pengendalian diri dapat diterapkan baik dalam
masalah yang bersumber dalam diri, seperti memperbaiki apa yang menurut
seseorang kurang tepat dalam dirinya, ataupun yang bersumber dari luar, seperti
perilaku seseorang yang kurang tepat dalam menghadapi masalah dengan
rekannya.
Dalam hal ini, dapat dilihat contoh dari riset yang berkaitan dengan self-
control. Yakni hasil penelitian dari Meirina Ramdhani mahasiswi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2013. Penelitian ini berjudul
“Penerapan teknik kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok pada kategori
perokok ringan”. Adapun gambaran abstrak dari penelitian ini sebagai berikut :
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan permasalahan utama para
perokok aktif yang mulai menyadari bahaya akibat rokok. Kesulitan untuk
berhenti merokok berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengontrol
dirinya (self-control). Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan teknik
kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok. Pendekatan penelitian ini adalah
rangkaian kasus (case series). Subjek berjumlah 4 orang perokok laki-laki usia
dewasa yang biasa merokok tidak lebih dari 10 batang per hari (kategori
ringan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat subjek mengalami
penurunan konsumsi rokok per hari, yang dapat dilihat dari kondisi awal
sebelum diberikan intervensi, kondisi pada proses intervensi, kondisi setelah
intervensi dihentikan dan tahap tindak lanjut.

2.4 Hambatan dalam Pengendalian Diri


Pengendalian diri merupakan teknik modifikasi perilau yang diterapkan
pada diri sendiri, dimana kontrol dipegang oleh setiap individu, maka hambatan
yang muncul pun kemungkinan besar dikarenakan individu itu sendiri yang tak
dapat menahan diri dari godaan, ataupun karena situasi yang tak mendukung
seseorang untuk menjalankan program.
Beberapa jenis hambatan yang muncul pada proses pengendalian diri,
diantaranya, lingkungan, orang lain dan waktu dalam sehari.
 Lingkungan
Beberapa program modifikasi perilaku tak terjalankan dengan benar karena
adanya lingkungan yang tidak mendukung adanya program.
Contoh: Ana memprogram dirinya untuk diet, namun, di meja makannya ia
selalu melihat makanan dengan kadar kolesterol tinggi. Dalam hal ini,
lingkungan dapat menjadi penghambat dalam program pengendalian diri.
 Orang Lain
Adanya saudara, rekan atau bahkan orang lain yang tidak mengetahui program
pengendalian yang sedang dilakukan oleh seorang individu, biasanya tanpa
keraguan mengajak individu pada perilaku yang dapat menggagalkan program.
Contoh: Diana ingin memprogram dirinya untuk mengurangi kebiasaan
shoppingnya. Dalam seminggu biasanya ia menjalani shopping sebanyak lima
kali. Sekarang ia ingin menguranginya menjadi (paling banyak) dua kali dalam
seminggu. Namun ia memiliki teman yang juga hobi shopping dan ia tak
mengetahui program Diana. Sehingga temannya tersebut juga kerap kali
mengajaknya shopping. Hal ini dapat menggagalkan program Diana. Maka,
temannya (orang lain), juga dapat menjadi hambatan pengendalian diri.
 Waktu
Salah satu penghambat program modifikasi perilaku lainnya adalah waktu
dalam sehari.
Contoh: Rio adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan. Seringkali ia
memiliki jadwal kerja malam hari. Sehingga ia tidak dapat tidur saat malam
hari. Alhasil, Rio memprogram pengendalian diri terhadap dirinya untuk tidur
malam secara teratur. Namun, karena jadwal kerja malamnya ia tak bisa tidur
malam dengan teratur. Dalam hal ini, waktu dapat menggagalkan program
modifikasi perilakunya.

2.5 Kelebihan Pengendalain Diri


Beberapa kelebihan dari ‘self-control’ adalah sebagai berikut:
1. Individu dapat terlibat aktif dan dominan dalam pelaksanaan Self-management
2. Menciptakan kebebasan dari ketergantungan dan kontrol orang lain
3. Pengubahan tingkah laku yang diperoleh lebih tahan lama
4. Keterlibatan guru atau ahli pengubahan perilaku relative sedikit
5. Dapat meningkatkan generalisasi belajar
6. Mudah dilaksanakan dan tidak mahal
7. Rosyidan (Fatmawati, 2003) membuktikan bahwa pengelolaan diri dapat
mengatasi masalah terlalu berat merokok, kebiasaan belajar yang jelek, tidak
dapat tidur dan tidak dapat mengelola waktu dengan baik.
8. Shelton (1983) membuktikan bahwa pengelolaan diri dapat dipergunakan
untuk melatih sikap tegas
9. Richard (Fauzan, 1992) membuktikan bahwa dengan pengelolaan diri dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.6 Kelemahan Pengendalian Diri


Beberapa kelemahan dari ‘self-control’ adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program ini sangat tergantung dari kesediaan individu
2. Untuk tingkah laku sasaran yang bersifat pribadi tidak jarang hal ini sulit
diamati
3. Penggunaan reinforcement (penguatan) berupa daya imajinasi hanya dapat
disarankan untuk individu yang mempunyai daya khayal yang cukup baik
4. Memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi untuk
pengubahan diri
5. Lingkungan sekitar dan keadaan diri individu di masa datang sering tidak dapat
diatur, diprediksikan dan bersifat kompleks

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang dibahas dalam makalah ini, menjelaskan bahwa
teknik modifikasi perilaku ‘self-control’ atau bisa disebut pengendalian diri
merupakan kemampuan diri sendiri untuk menahan, menekan dan menghambat
dorongan yang (relatif) negatif dalam diri guna mengubah perilaku menjadi
lebih baik. Pengendalian tersebut dapat dengan menghilangkan, mengurangi
perilaku yang lama, atau bahkan menciptakan perilaku yang baru. Karena teknik
ini merupakan pengendalian diri, maka seorang individu itu sendirilah yang
menentukan seberapa besar perubahan dari perilaku yang ingin diubahnya.

3.2 Saran
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Kritik dan saran akan selalu diterima oleh penulis guna sebagai perbaikan
dipembelajaran mendatang.

Anda mungkin juga menyukai