Anda di halaman 1dari 11

AKULTURASI

ISLAM
NUSANTARA
KELOMPOK 3:

1. FARIKHATUS SHOLIKHAH 041710025


2. ALIF MEGARISMANIA 041710235
3. AULIYA ZAKA RIZQI 041710238
4. RISKY AMALIA 041710265
1. Jaringan keilmuan Ulama Nusantara
 
1.1 Sejarah Terbentuknya Jaringan Ulama Indonesia
Menurut Abdullah bin Abdul Kadir al Munsyi dalam hikayatnya tentang
Kerajaan Malaka yang ditulis pada abad ke-13 hijriah, ada aksi
pemberangusan yang dilakukan oleh Belanda. Dalam hikayat tersebut
dijelaskan, Belanda mengumpulkan buku-buku dan hikayat yang dihasilkan
oleh komunitas Muslim dari berbagai wilayah Melayu.
Daerah-daerah mulai dari Riau, Langka, Pahang Trengganu dan Kelantan
dijarah kekayaan intelektualnya. tiga serangkai ulama yang cukup terkenal di
masanya. Mereka adalah Nuruddin Ar-Raniry, Al-Singkili dan Al-Maqasari
yang hidup dan berkiprah pada abad-17.
Beberapa ulama yang disebutkan di atas mempunyai jaringan yang
kuat. Mereka pernah belajar pada saat yang bersamaan di beberapa kota
di Timur Tengah, terutama Makkah dan Madinah. Ulama-ulama ini
mempelajari banyak ilmu, mulai dari akidah, akhlak, fiqh, sejarah Islam,
matematika hingga ilmu falak atau astronomi.
1.2 Jaringan Ulama Hadits Indonesia

Di antara sekian banyak ulama Indonesia yang pernah melakukan rihlah


‘ilmiyyah di Timur Tengah, ada sebagian di antara mereka yang secara khusus
membidangi disiplin hadits maupun ilmunya. Dapat dicontohkan di sini misalnya
Syaikh Mahfudz al-Tirmisi

Syaikh Mahfudz al- Tirmisi merupakan ulama Indonesia pertama yang


mengajarkan kitab hadits Sahihal-Bukhârî kepada beberapa ulama Indonesia, di
antaranya adalah Syaikh Hasyim Asy’ari. Dari Syaikh Mahfudz al-Tirmisi dan
Syaikh Hasyim Asy’ari inilah kemudian terbentuk jaringan ulama hadits
Indonesia.
2. Sanad Keilmuan Ulama Nusantara
Bagi para ulama, khususnya ulama hadits, periwayatan sebuah hadits,
qaul (pendapat) sahabat bahkan proses transformasi suatu disiplin ilmu
tertentu akan dapat lebih dipertanggungjawabkan ketika proses
transformasi tersebut diperkuat dengan sanad.

Dengan keberadaan sanad mereka menganggap bahwa mereka


mempunyai otoritas penuh dalam mentransformasikan pengetahuan
yang mereka kuasai kepada generasi berikutnya. jaringan keulamaan dapat
diketahui dan ditemukan sumber dan alurnya adalah melalui sanad keilmuan
tersebut.
Misalnya dalam mengkaji kitab kuning, setelah tuntas dipelajari dianggap sah
dan valid jika kiai sudah memberikan syahadah atau ijazah kepada santri untuk
diajarkan kembali pada yang lain.

Salah satu sanad keilmuan yang muttasil –langsung dari gurunya adalah sanad
Tafsir Jala lain, sebuah karya dua mufassir yang masyhur yaitu al-Suyuti dan al-
Mahalli.Sanadtersebut tidak hanya diberikan pada santri yang mukim, akan tetapi
diberikan pula pada santri juga kiai, ustadz, yang mengikuti pengajianTafsir Jala lain
pada setiap bulan Ramadan yang sudah lama dilakukan secara rutin sejak tahun 1984.
 
3. Pesantren dan Perkembangan keilmuan Islam Nusantara
3.1 Pesantren
Salah satu ciri khas dan kebanggaan dalam Pesantren adalah transmisi
keilmuannya yang terjamin mu’tabaroh dari guru yang satu kepada guru yang
lainnya. Hal ini sampai sekarang masih terus dilestarikan dan dipercaya sebagai
salah satu upaya adalah memperoleh ilmu yang manfaat dan barokah. Hal inilah
yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
3.2 Perkembangan keilmuan islam nusantara
Indonesia berperan penting dalam mencerdaskan bangsa. Lembaga pendidikan
tertua ini merupakan peninggalan ulama yang menyebarkan Islam ke Nusantara,
khusunya para Wali yang sembilan (Walisongo).

Istilah dan tradisi sanad berkembang dalam cabang ilmu hadis perkembangan
Islam dan peradabannya, tradisi sanad ini terus dipertahankan.Para ulama
mempertahankan tradisi sanad sehingga bisa eksis sampai saat ini. Tradisi sanad
keilmuan itu masih dipegang dan dilestarikan secara konsisten di kalangan civitas
pesantren. Pesantren telah eksis di tengah masyarakat selama enam abad lamanya,
yaitu mulai sejak abad ke-15 hingga sekarang.
Dalam jaringan ulama nusantara, pondok pesantren, khususnya di
Jawa, memiliki jalur sanad keguruan yang bermuara pada satu ulama besar,
misalnya kepada Syeikh Ahmad Khatib dan Syekh Nawawi al-Bantani
Dari ujung Timur hingga ujung Barat pesantren-pesantren di Jawa
mempunyai silsilah (sanad) keilmuan yang jelas dengan ulama-ulama di
Nusantara.
Untuk itu, pesantren sebagai sub kultur Indonesia, harus memiliki
transmisi keilmuan yang jelas dan terukur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai