Anda di halaman 1dari 4

Robohnya Dakwah Di Tangan Dai

BAB III

Fenomena Keporak-Porandaan Negeri-Negeri Islam

Factor yang memicu lahirnya keporak-porandaan diantaranya :

a. Orientasi massal abaikan pembinaan


Penggunaan pola kerja yang bersifat massal di awal langkah seringkali menyebabkan
organisasi dakwah tidak mampu menciptakan proses pembinaan terhadap unsur-unsur
SDM maupun perangkat-perangkat lain yang berfungsi meningkatkan serta membimbing
masyarakat yang mengikutinya dikemudian hari.
Bekerja dengan pola seperti ini menjadi factor penyebab masuknya beragam unsur luar
dalam barisan dakwah. Bahkan pada pos-pos yang strategis da menentukan.
- Ada yang tidak memahami sedikitpun tentang islam meskipun prinsip-prinsip
dasarnya.
- Adanya yang masuk keorganisasi demi kepentingan pribadi, baik materi, politik,
mapun keamanan.
- Bahkan ada yang menjadi mata-mata atau agen intelijen yangyang selalu mengawasi
dan memantau aktvitas sehingga dapat mengukur kekuatannya
b. Perhatian berlebih terhadap slogan
Gerakan dakwah, apabila tidak mampu mengubah slogan menjadi kenyataan atau
meweujudkan gambar menjadi realitas. Akan kehilangan kehormatan dan pengaruhnya,
akhirnya ia tidak mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang lebih besar dan lebih jauh.
Kegiatan memperbanyak bendera, slogan dan atribut islam bukanlah suatu cara untuk
mewujudkan perubahan islam dan menegakan hukum Allah SWT sepanjang bendera,
slogan, atribut tidak bisa di terjemahkan dalam realitas kehidupan nyata umat islam, baik
aspek moral maupun perundangan. Aktivitas yang bertentangan dengan slogan yang
senantiasa di gembor gemborkan inilah sesungguhnya yang menjadi unsur penghancur
paling dominan.
c. Perhatian berlebih terhadap kuantitas
Salah satu penyakit kronis adalah perhatiannya yang berlebih kepada kuantitas atau
bilangan bukannya kualitas. Mereka begitu gigih menciptakan perluasan wilayah dan
memperbanyak anggota dengan melupakan upaya memperkokoh dan memperkuat
cengkramannya. Perang badar dimenangkan oleh kualitas personil pasukan yang baik di
dalamnya. Perang hunain menjadi saksi hancurnya kuantitas yang dibarengi penyakit riya
dan takabur. Hal untuk meyakinkan bahwa kemenangan sesungguhnya milik orang
beriman meski dengan jumlah sedikit.
Dan sungguh teah kami tulis di dalam zabur sesudah( kami tulis dalam ) lauhul mahfudz,
bahwasanya bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba ku yang sholeh (Al- Anbiya: 105)
d. Orientasi kemiliteran
Kekuatan militer ibarat pedang permata dua, kalau tidak di jaga ketat dan di pergunakan
dengan baik, akan menjadi bencana bagi pemiliknya. Pemilikan kekuatan militer sebelum
kekuatan iman, kekuatan akhlak, kesadaran politik dan loyalitas pada organisasi,
merupakan pintu masuk bagi segenap penyakit jiwa. Contohnya ujub, takabur, merasa
tinggi hati.
Gerakan yang memiliki potensi konflik secara militer. Cenderung individualitas dalam
melakukan aktivitasnya. Ia tidak akan mengizinkan persaingan meskipun mereka adalah
partner awalnya. Maka dari itu, sebuah kekuatan militer harus di bingkai oleh nilai syariat-
syariat dan di kendalikan oleh pikiran sehat.
e. Keterbukaan dalam segala hal
Salah satu kekeliruan yang terjadi di negeri-negeri islam adalah aktivitas dakwah yang
sering melanggar kaidah tidak setiap yang diketahui itu perlu di katakan. Dari Qs. Yusuf
: 67 merupakan isyarat dari salah satu nabi Allah akan perlunya kehati-hatian dan sikap
waspada, tidak menyingkap seluruh kekuatan dan personel.
hai orang-orang yang beriman, ambilah kewaspadaan lantas majulah berkelompok atau
bersama-sama (An-Nisa : 71)
f. Tiada kesadaran politik
Sebagian orang berpikir menegakan bangunan iman itu tidak perlu dengan unsur-unsur
penyebab, tidak perlu adanya kesadaran berpolitik, strategi, dan manajemen. Justru
sebenarnya islam mendorong dan menghimbau kita untuk unsur-unsur penyebab dan salah
satunya adalah kesadaran politis karena dengan ini, kita bisa menyikapi misteri,
menangkap fenomena, dan memahami hal-hal di balik fenomena.
g. Jalan pintas
Sering melakukan jalan pintas dalam melakukan perubahan islam di tengah masyarakat
bahwa sesungguhnya factor waktu memiliki nilai dan kedudukan terdiri dalam setiap
aktivitas perubahan bahkan meskipun sekedar langkah perbaikan. Sesungguhnya,
kepahlawan itu hanya dapat terlihat melalui kesabaran, ketahanan, kesungguhan dan
kerjanya yang tidak mengenal Lelah. Barang siapa yang ingin menikmati buah sebelum
masak, maka saya tidak bersamanya sejenak pun. Ia lebih baik minggir dari dakwah ini
untuk mencari medan yang lain.
h. Lemahnya aspek pendidikan
Lemahnya pendidikan disebabkan oleh rapuhnya strategi atau pincangnya pengaturan
langkah kerja. Bisa juga disebabkan oleh terseretnya gerakan dakwah dalam pertikaian
yang tidak mendatangkan manfaat apapun, lemahnya pendidikan itu merupakan
kepincangan yang secara perlahan akan melahirnya penyakit dan problem dalam tubuh
gerakan dakwah.
Lemahnya pendidikan akan mengancam kualitas takwa dan wara anggota gerakan
dakwah. Pada akhirnya akan mengakibatkan lemahnya kekuatan nilai-nilai syariat dalam
membentuk akhlak, karakter, ucapan dan tiadakan pada umumnya.
i. Membudayakan ghibah dan namimah
Akibat dari adanya hal ini adalah lunturya kepercayaan, rasa rendah diri, porak-porandanya
barisan, serta tersingkapnya kelemahan gerakan dihadapan musuh. Ada gerakan islam yang
hancur, lantaran membudayakan sikap suka bicara dan menceritakan apa yang di dengar
tanpa seleksi. Bermula dari mencela pemimpin, ragu-ragu terhadap konsep, hingga
hancurlah bangunan gerakan.
j. Lunturnya kepercayaan terhadap pemimpin
Rasulullah Saw bersabda sesungguhnya seorang pemimpin itu apabila melahirkan
keraguan pada umat manusia, ia merusak mereka (HR. Abu Daud Dan Ibnu Hiban)
Seorang pemimpin harus menjauh dari subhat, khususnya hal-hal yang berhubungan
dengan urusan materi. Hendaknya dia menjadikan dirinya orang yang paling zuhud dan
paling jauh dari segala sesuatu yang berbau kenikmatan dan pemanfaatan.
k. Munculnya sentral kekuatan dalam tatanan

Factor penyebab munculnya markas kekuatan itu adakalanya disebabkan oleh perhatian
terhadap aspek politik yang terlalu dominan atau pemberian peghormatan kepada individu
tertentu terlalu berlebihan. Sebab yang lain adalah perasaan gila hormat. Yang menjadikan
berani membayar berapapun untuk dapat memanjat tembok kekuasaan.
Pada hal ini setiap individu wajib diberikan ketaatan (tidak memanas siapa yang lebih
hebat). Sehingga otoritas intruksi hanya berada di satu tangan dan pusat kekuatan pun
hanya satu. Apabila tidak demikian, kepemimpinan akan bercabang dan pada akhirnya
menimbulkan pusat-pusat kekuatan baru. Batas-batas penolakan seseorang terhadap suatu
kebijakan/ sikap politik tertentu biasanya di karenakan hal-hal tersebut
- Munculnya masalah yang mengandung syubhat
- Selisih pendapat dalam menentukan tercapai atau tidaknya sebuah target.
- Adapun hak seseorang untuk membatah pemimpin hanya di tentukan oleh beratnya
kemaksiatan yang dilakukan olehnya kepada Allah.
l. Kegagalan dan kehancuran bangunan gerakan.
Salah satu factor yang dapat melahirkan perbedaan dan perselisihan yang mengakibatkan
kehancuran adalah kegagalan dalam menangani masalah yang urgen atau kekalahannya
bertempur. Apabila sumber kekalahan itu pada pemimpin. Jemari tuduhan akan di arahkan
kepadanya saja. Dari sinilah hawa nafsu mulai tergerak.
Dalam sekejap, niali-nilai syariat terlupakan, objektivitas dan kejernihan pikiran tiada lagi.
Hawa nafsu yang berbicara, emosipun tak lagi terkendali dan fitnah berkobar, akhirnya,
semua itu mendorong iblis menguasai jiwa.
seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Ia tidak mengkhianati,
mendustai, dan tidak pula membiarkanya. (HR. Ttrmidzi).

Anda mungkin juga menyukai