Anda di halaman 1dari 10

JISE 5 (2) (2016)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK THREE TIER MULTIPLE CHOICE


UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK KELAS XI

Syarifatul Mubarak, Endang Susilaningsih, Edy Cahyono

Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini mengembangkan instrumen diagnostik three tier multiple choice untuk mengidentifikasi
Diterima Agustus 2016 miskonsepsi yang dimiliki peserta didik pada materi larutan asam basa. Jenis penelitian adalah
Disetujui Oktober 2016 penelitian pengembangan (R&D). Metode penelitian merupakan metode 4D yang dimodifikasi
Dipublikasikan tanpa menyertakan tahap diseminasi. Subjek penelitian adalah 145 peserta didik SMA Kelas XI
IPA. Instrumen yang digunakan adalah tes diagnostik three tier multiple choice berjumlah 30 butir
November 2016
soal. Pengembangan instrumen dilakukan dengan tiga prosedur pokok, yaitu: (1) menentukan
________________ cakupan konsep yang diteliti, (2) mengumpulkan informasi tentang miskonsepsi peserta didik, (3)
Keywords: penyusunan dan validasi instrumen diagnostik berbentuk three tier multiple choice. Data hasil tes
Acid, Base, Diagnostic dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan instrumen yang
test, Misconceptions, dikembangkan baik dan valid dengan nilai CVR 0,99 dan mean sebesar 1,52 dengan nilai
Three-tier reliabilitas instrumen sebesar 0,90. Penelitian ini mengungkap 166 kombinasi profil miskonsepsi
yang dialami peserta didik pada materi larutan asam basa. Profil miskonsepsi peserta didik tertinggi
____________________ yang diperoleh pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan pengertian hidrolisis garam dengan
temuan 42,07% peserta didik terdiagnosis mengalami miskonsepsi dengan temuan sembilan pola
jawaban yang menunjukkan miskonsepsi.

Abstract
____________________________________________________________________________________
This research is developing three tier multiple choice diagnostic intrument to identify students misconceptions in
understanding acid base solution concepts.This study was kind of research and development study. Research
method is 4D method modified without including the dissemination phase.Research subjects were 145 IPA XI
grade students. Instrument that used is three tier multiple choice diagnostic test instrument consisting of 30 item
questions.Developmental of these instrument be done by three main procedures: (1) defining the scope of concepts
under study, (2) collecting infromations about students misconceptions, and (3) composing and validating of
three tier multiple choice diagnostic instrument.Data result was analized descriptively and qualitatively.
Research result shown that the developed instrument was good and valid with CVR value 0,99 and mean 1,52
with instrument reliability value was 0,90.This research reveal 166 type of students misconceptions profile
expressed in acid base solution matter. Result of students miscenseptions profile analysis shown that highest
students misconceptions profiles was related to definition of salt hydrolysis with 42,07% students had been
diagnoted of having misconceptions, with nine answer paterns that showing misconceptions.

© 2016 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4523
E-mail: Syarif.almubarak@gmail.com

101
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN Tes diagnostik three tier multiple choice


adalah salah satu jenis tes diagnostik yang dapat
Pembelajaran adalah serangkaian digunakan untuk mengidentifikasi dan
aktivitas yang sengaja diciptakan untuk mengukur miskonsepsi pada peserta didik. Tes
memudahkan terjadinya proses belajar. Guru diagnostik three tier multiple choice merupakan
perlu mengetahui efektifitas dan efisiensi dari pengembangan dari tes diagnostik two tier
semua komponen yang ada dalam proses multiple choice. Pengembangan tersebut terdapat
pembelajaran setelah pembelajaran dilakukan. pada ditambahkannya tingkat keyakinan peserta
Guru untuk dapat mengetahui hal tersebut didik dalam memilih jawaban dan alasan yang
tentunya harus melakukan proses evaluasi diberikan. Tingkat pertama merupakan
pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut dapat merupakan soal pilihan ganda dengan empat
menjadi petunjuk bagi guru untuk lebih pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus
memfokuskan perhatian kepada peserta didik dipilih peserta didik. Tingkat kedua merupakan
yang belum menguasai bahan pelajaran serta alasan peserta didik dalam menjawab
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta pertanyaan pada tingkat pertama. Tingkat ketiga
didik. berupa tingkat keyakinan peserta didik dalam
Salah satu kesulitan belajar peserta didik memilih jawaban dan alasan pada tingkat
adalah ketika peserta didik mengalami pertama dan kedua. Tingkat keyakinan yang
miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan dikembangkan berada pada rentang angka satu
pemahaman konsep yang terdapat di dalam sampai lima (Caleon & Subramaniam, 2010.,
pikiran peserta didik yang bertentangan dengan Hasan et al., 1999). Keunggulan yang dimiliki
konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh tes diagnostik three tier multiple choice adalah
pengalaman peserta didik (Hammer, 1996). dapat: (1) mendiagnosis miskonsepsi yang
Guru harus peka terhadap miskonsepsi yang dialami peserta didik lebih mendalam, (2)
terjadi pada peserta didik agar guru dapat menentukan bagian-bagian materi yang
merancang proses pembelajaran yang efektif memerlukan penekanan lebih saat
untuk mengatasi miskonsepsi tersebut, dengan pembelajaran, (3) merencanakan pembelajaran
demikian miskonsepsi harus diidentifikasi yang lebih baik untuk membantu mengurangi
sehingga tindakan dapat diambil untuk miskonsepsi peserta didik.
membantu peserta didik menggantinya dengan
konsep yang lebih ilmiah (Tuysuz, 2009). METODE PENELITIAN
Cara untuk mengidentifikasi miskonsepsi
salah satunya adalah dengan menggunakan Penelitian dilakukan dibeberapa SMA
instrumen tes diagnostik yang diberikan kepada Negeri yang terdapat di Kota Semarang. 35
peserta didik setelah proses pembelajaran peserta didik kelas XI IPA 12 SMA Negeri 1
dilakukan. Tes Diagnostik digunakan untuk Kota Semarang menjadi subjek uji coba skala
menentukan bagian mana saja pada suatu mata kecil sedangkan untuk subjek uji coba skala
pelajaran yang memiliki kelemahan dan besar adalah 145 peserta didik yang terdiri dari
menyediakan alat untuk menemukan penyebab kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Kota Semarang,
kekurangan tersebut serta digunakan untuk Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 5 Kota Semarang,
mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Semarang dan
didik dalam belajar (Suwarto, 2013). Prinsip Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Kota Semarang.
dasar tes diagnostik yaitu guru harus Penelitian ini merupakan penelitian
mempertimbangkan pengetahuan intuitif dasar dengan pendekatan Research and Development
yang telah peserta didik bangun jika ingin (R&D) dengan menggunakan model 4D yang
memahami pemikiran peserta didik terkait diterapkan tanpa menggunakan tahapan
konsep-konsep ilmu pengetahuan yang telah diseminasi. Produk yang dihasilkan dalam
diajarkan (Treagust et al., 2002). penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik

102
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

three tier multiple choice untuk mengungkap Tingkat keyakinan digolongkan yakin jika
miskonsepsi peserta didik pada materi larutan peserta didik memilih skala 4 (yakin) atau skala
asam basa. Prosedur penelitian ini dilakukan 5 (sangat yakin). Tingkat keyakinan
dengan prosedur penelitian dan pengembangan digolongkan ragu jika peserta didik memilih
Thiagarajan et al. (1974). Tahapan penelitian skala 1 (menebak), skala 2 (sangat ragu), atau
terdiri atas define berupa analisis kebutuhan dan skala 3 (ragu).
kajian literatur, tahap design berupa
pengembangan prototype instrumen tes HASIL DAN PEMBAHASAN
diagnostik dan tahap develop berupa validasi,
penilaian produk dan uji produk skala kecil dan Pengembangan Tes Diagnostik Three Tier
skala besar. Tahapan pengembangan produk Multiple Choice
terdiri atas analisis perangkat pembelajaran, Hasil dari produk yang dikembangkan
penyusunan kisi-kisi soal tes, penulisan butir secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 2.
soal, penelaahan soal dan revisi soal. Karakteristik tes diagnostik three tier multiple
Metode pengumpulan data terdiri atas choice yang telah dikembangkan adalah sebagai
metode dokumentasi, wawancara, angket dan berikut:
tes. Wawancara dilakukan kepada guru untuk Setiap butir soal yang dikembangkan
mengetahui pendapat guru mengenai instrumen terdiri atas tiga tingkatan. Tingkat pertama
tes diagnostik three tier multiple choice yang berupa soal pilihan ganda dengan empat
dikembangkan. Angket dibagikan kepada pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus
peserta didik, terdiri atas angket penilaian dan dipilih peserta didik. Tingkat kedua merupakan
angket respon. Angket penilaian dibagikan alasan peserta didik menjawab pertanyaan
kepada subjek uji coba skala kecil dan angket berupa 5 pilihan alasan yang telah disediakan.
respon dibagikan pada subjek uji coba skala Tingkat ketiga merupakan tingkat keyakinan
luas. peserta didik dalam memilih jawaban dan
Analisis data yang dilakukan meliputi alasan pada tingkat kesatu dan kedua yang
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya terdiri atas skala satu sampai skala lima. Skala
pembeda, analisis angket, interpretasi hasil tes satu dipilih jika peserta didik menebak jawaban
diagnostik three tier multiple choice, dan analisis dan alasan, skala dua dipilih jika peserta didik
profil pemahaman peserta didik peserta didik. sangat ragu terhadap jawaban dan alasan, skala
Pengujian validitas menggunakan content validity tiga dipilih jika peserta didik ragu terhadap
ratio (CVR). Pengujian reliabilitas menggunakan jawaban dan alasan, skala empat dipilih jika
rumus KR20 (Kuder-Richardson). Analisis profil peserta didik yakin terhadap jawaban dan alasan
pemahaman peserta didik menggunakan pola dan skala lima dipilih jika peserta didik sangat
kombinasi jawaban yang diberikan oleh Arslan yakin terhadap jawaban dan alasan yang
et al. (2012). Interpretasi hasil tes diagnostik three diberikan.
tier multiple choice dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Interpretasi Hasil Tes Diagnostik Three Tier Multiple Choice


Kombinasi Jawaban
Klasifikasi jawaban peserta didik
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
Benar Benar Yakin Pemahaman Utuh
Benar Salah Yakin Miskonsepsi (+)
Salah Benar Yakin Miskonsepsi (-)
Salah Salah Yakin Miskonsepsi
Benar Benar Ragu Beruntung/Kurang Keyakinan
Benar Salah Ragu Kurang Paham
Salah Benar Ragu Kurang Paham
Salah Salah Ragu Tidak Paham

103
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Soal tes akhir yang digunakan sebanyak Validitas Tes Diagnostik Three Tier Multiple
30 butir soal, terdiri atas 10 butir soal teori asam Choice
basa dengan sub pokok bahasan teori asam Validasi dilakukan untuk menentukan
basa, sifat larutan asam basa, derajat keasaman apakah instrumen yang digunakan sudah layak
dan aplikasi konsep pH dalam kehidupan dan dapat mengukur apa yang akan diukur,
sehari-hari, 10 butir soal larutan penyangga dalam penelitian ini yaitu miskonsepsi peserta
dengan sub pokok bahasan sifat larutan didik. Validasi yang dilakukan validasi isi
penyangga, komponen dan cara kerja larutan dengan menggunakan content validity ratio
penyangga, menghitung pH larutan penyangga (CVR). Lawshe (1975) menyatakan bahwa CVR
dan fungsi larutan penyangga, dan 10 butir soal merupakan sebuah pendekatan validitas isi
hidrolisis garam dengan sub pokok bahasan untuk mengetahui kesesuaian item dengan
pengertian hidrolisis garam, sifat garam yang domain yang diukur berdasarkan putusan para
terhidrolisis, jenis-jenis hidrolisis garam dan pH ahli. Validasi dilakukan oleh enam orang pakar
hidrolisis garam. (ahli). Instrumen tes yang dikembangkan telah
Penskoran diberikan dengan didasarkan dinyatakan valid oleh para validator dengan
pada jawaban peserta didik pada ketiga tingkat memperoleh skor CVR 0,99 dan mean 1,52
item soal, jika jawaban peserta didik benar pada yang mana telah memenuhi kriteria instrumen
tingkat pertama dan kedua serta memberikan yang valid berdasarkan metode CVR dengan
“sangat yakin” atau “yakin” (> 3 dari skala 5) menggunakan enam orang pakar. Hal ini
maka akan diberikan skor 1. Sebaliknya apabila menunjukan bahwa butir soal tes yang
peserta didik memberikan jawaban yang salah dikembangkan telah memiliki kesesuaian
pada tingkat pertama dan kedua atau pada salah dengan isi materi larutan asam basa untuk kelas
satu tingkat tersebut dan memberikan “ragu” XI SMA dan dapat digunakan untuk
(≤3 dari skala 5) maka akan diberikan skor 0. mengungkap miskonsepsi peserta didik.
Hasil tes yang dikerjakan oleh peserta
didik dianalisis dan diinterpretasikan untuk Reliabilitas Tes Diagnostik Three Tier Multiple
mengetahui miskonsepsi yang dialami peserta Choice
didik. Analisis miskonsepsi dilakukan terhadap Reliabilitas merupakan tingkat keajegan
peserta didik secara keseluruhan pada tiap butir soal dalam menilai apa yang ingin dinilai. Suatu
soalnya. Setiap peserta didik dimungkinkan tes dapat dikatakan reliable jika selalu
mengalami miskonsepsi pada materi yang telah memberikan hasil yang sama bila diteskan
mereka pelajari. kepada kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009).

Tabel 2. Garis Besar Produk Instrumen Tes Diagnostik Three Tier Multiple Choice
Produk yang dikembangkan Isi
Kisi-kisi soal tes diagnostik three tier multiple Sub pokok bahasan, indikator soal, kategori
choice tingkatan soal, jumlah soal
Petunjuk pengerjaan soal Petunjuk bagi peserta didik dalam mengerjakan soal
judul, mata pelajaran, kelas, tanggal, waktu
pengerjaan soal, soal-soal tes, pilihan jawaban,
Soal tes diagnostik three tier multiple choice
pilihan alasan, tingkat keyakinan memilih jawaban
dan alasan
Nomor soal, pilihan jawaban dan pilihan alasan yang
Kunci jawaban
benar
Pedoman dalam memberikan skor dan menentukan
Pedoman penskoran
hasil tes
Pedoman untuk mengklasifikasikan jawaban yang
Pedoman interpretasi hasil
diberikan peserta didik

104
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Analisis reliabilitas menghasilkan nilai rata-rata tingkat kesukaran sedang untuk tes
realiabilitas sebesar 0,92. Kriteria reliabilitas diagnostik.
soal dinyatakan diterima apabila nilai r11>0.70, Daya pembeda soal instrumen tes
hal ini berarti bahwa instrumen yang diagnostik three tier multiple choice yang
dikembangkan reliabel. Hasil tersebut dikembangkan sebagian besar berada pada
menunjukkan bahwa tes diagnostik three tier kategori baik dan sangat baik. Soal dengan daya
multiple choice yang dikembangkan dalam pembeda baik dapat membedakan peserta didik
penelitian ini tergolong baik dan memiliki pandai dan peserta didik yang kurang pandai
tingkat keajegan dalam mengungkap dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang
miskonsepsi yang dialami peserta didik pada diungkapkan oleh Arikunto (2009) bahwa daya
materi larutan asam basa. pembeda digunakan untuk melihat sejauh mana
kemampuan butir soal mampu membedakan
Karakteristik Butir Soal Tes Diagnostik Three antara peserta didik berkemampuan tinggi dan
Tier Multiple Choice peserta didik berkemampuan rendah. Soal tes
Soal tes yang baik harus valid dan yang baik adalah yang dapat membedakan
reliabel, selain itu soal tes harus memiliki peserta didik yang benar-benar menguasai
tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik. materi atau tidak, jika soal tes tidak dapat
Tingkat kesukaran dan daya pembeda membedakan peserta didik yang pandai dan
merupakan karakteristik butir soal tes, termasuk yang kurang pandai maka tujuan tes tidak akan
soal tes diagnostik three tier multiple choice. tercapai.
Karakteristik butir soal dari produk akhir yang
dikembangkan adalah sebagai berikut: Temuan Miskonsepsi Peserta Didik
Tingkat kesukaran 30 butir soal yang Guru harus dapat membedakan peserta
dikembangkan terdiri atas dua butir soal didik yang dapat memahami konsep dengan
tergolong kategori mudah, 19 butir soal baik, kurang memahami konsep, tidak
tergolong kategori sedang dan sembilan butir memahami konsep dan mengalami miskonsepsi
soal tergolong kategori sukar. Angka tingkat sehingga dapat mengupayakan cara mengatasi
kesukaran berkisar antara 0,10 – 0,73. masalah dengan tepat. Persoalan yang sering
Daya pembeda 30 butir soal yang muncul adalah ketika guru akan memberikan
dikembangkan terdiri atas dua butir soal pada penanganan terhadap permasalahan belajar
kategori jelek, satu butir soal pada kategori peserta didik, guru mengalami kesulitan dalam
cukup, 13 butir soal pada kategori baik dan 14 membedakan peserta didik yang memahami
butir soal pada kategori sangat baik. Angka konsep, kurang memahami konsep, tidak
daya pembeda berkisar antara 0,10 – 0,90. paham konsep dan mengalami miskonsepsi.
Tingkat kesukaran soal sebagian besar Miskonsepsi yang dialami peserta didik
butir tes diagnostik three tier multiple choice yang akan mengganggu mereka dalam menerima
dikembangkan termasuk kategori sedang. Hal pengetahuan baru. Konsep yang salah yang
tersebut disebabkan soal tes diagnostik yang telah tertanam kuat dalam benak peserta didik
baik adalah soal dengan tingkat kesukaran akan mereka anggap sebagai sesuatu yang
sedang. Tingkat kesukaran sedang diperlukan benar, dan mereka cenderung untuk
agar peserta didik yang kurang pandai tidak mengaplikasikan konsep yang mereka anggap
terlalu kesulitan dalam mengerjakan soal dan benar terhadap konsep yang baru mereka
peserta didik yang pandai tidak terlalu mudah terima. Suparno (2005) menyatakan bahwa
dalam mengerjakan soal. Pemilihan soal dengan miskonsepsi tidak mudah untuk dihilangkan.
tingkat kesukaran sedang ini juga sesuai Miskonsepsi juga dikhawatirkan dapat
penelitian Budiningsih et al. (2013) dan Fariyani menghambat pembentukan pengetahuan pada
et al. (2015) yang menggunakan soal dengan struktur kognitif peserta didik. Oleh karena itu,
miskonsepsi perlu dideteksi untuk mengetahui

105
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

materi yang dianggap sulit oleh peserta didik untuk konsep yang salah. Salah satu penyebab
sehingga guru dapat menentukan pembelajaran terjadinya miskonsepsi negatif adalah
remediasi yang harus dilakukan. kecerobohan peserta didik dalam memlilih
Analisis profil pemahaman peserta didik jawaban pada muatan konsep yang diberikan
didasarkan pada interpretasi hasil pola jawaban (Syahrul & Setyarsih, 2015). Misalkan pada soal
peserta didik pada tes diagnostik three tier berbentuk hitungan peserta didik telah dapat
multiple choice menggunakan acuan yang memilih alasan yang tepat, namun kurang tepat
dikemukanan oleh Arslan et al. (2012) dan dapat dalam menjabarkan perhitungan matematis
dilihat pada Tabel 1. Interpretasi hasil dilakukan yang diberikan maka diperoleh jawaban yang
pada tiap butir soal untuk tiap peserta didik. salah secara matematis. Batas untuk
Klasifikasi yang dikemukakan oleh Arslan et al. miskonsepsi negatif yang baik dalam sebuah
(2012) tersebut selanjutnya penulis jabarkan instrumen adalah 10%, dimana dengan batas
lebih mendalam sehingga memudahkan guru yang rendah ini dapat diasumsikan bahwa
untuk melakukan diagnosis lebih lanjut peserta didik kurang teliti atau tidak berhati-hati
terhadap peserta didik. dalam pengerjaan soal (Hestenes & Halloun,
Pemahaman utuh adalah kondisi dimana 1995). Miskonsepsi negatif juga menunjukkan
respon yang diberikan oleh peserta didik bahwa peserta didik memahami materi yang
meliputi semua komponen yang diinginkan dan disampaikan dengan dengan konsep yang salah
mereka yakin dengan jawaban beserta alasan karenanya peserta didik dapat memberikan
yang diberikan. Peserta didik pada kondisi ini analogi yang tepat untuk materi yang
dianggap telah menguasai materi atau konsep ditanyakan dengan menggunakan konsep yang
yang diberikan dengan baik (Abraham et al., tidak tepat (Romine et al., 2015).
1992) dan dapat membedakan apa yang mereka Miskonsepsi adalah kondisi dimana
ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui peserta didik mengemukakan gagasan yang
(McClary & Bretz, 2012). berbeda dengan yang dikemukakan para ahli.
Miskonsepsi positif atau disebut juga Istilah lain yang digunakan yaitu konsep
sebagai false positive adalah kondisi dimana alternatif, dimana gagasan yang dikemukakan
respon yang diberikan oleh peserta didik benar oleh peserta didik tidak langsung disalahkan
pada muatan konsep yang ditanyakan namun karena dalam pengalaman peserta didik, konsep
tidak dapat memberikan alasan saintifik yang yang dikemukakan tersebut boleh jadi dapat
tepat untuk menguatkan konsep yang menerangkan permasalahan yang diinginkan
dimilikinya. Miskonsepsi positif juga dapat dan sangat berguna (Suparno, 2005).
diartikan bahwa peserta didik memiliki Miskonsepsi umumnya terjadi karena peserta
pemahaman yang tercampur dengan didik kesulitan dalam mengasimilasi konsep-
miskonsepsi dimana alasan yang diberikan tidak konsep baru yang diterima sehingga bercampur
jelas dan menunjukkan ketidaklogisan informasi dengan pengalaman dan perasaan peserta didik
jika dihubungkan dengan konsep yang (Suwarto, 2013). Miskonsepsi tersebut dapat
diinginkan (Abraham, et al., 1992). Hal ini muncul dalam proses pembelajaran dan
mengindikasikan bahwa pembelajaran yang pengalaman belajar peserta didik atau
terjadi di kelas atau proses pembelajaran yang dikarenakan konsep yang diajarkan tidak sesuai
dialami oleh peserta didik kurang berarti atau dengan perkembangan mental peserta didik
bermakna. Peserta didik dalam kasus ini (Abraham et al., 1992).
mengetahui jawaban konsep yang benar tanpa Kurang keyakinan adalah kondisi dimana
mengetahui mengapa konsep tersebut benar peserta didik memberikan respon yang tepat
(Bayrak, 2013). pada muatan konsep yang ditanyakan dan
Miskonsepsi negatif atau disebut juga mampu memberikan alasan yang tepat sebagai
sebagai false negative adalah kondisi dimana penguat konsep yang diberikan tersebut. Peserta
peserta didik mengemukakan alasan yang tepat didik pada hal ini hanya kurang meyakini

106
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

jawaban yang mereka berikan sebagai jawaban Tidak paham adalah kondisi dimana
yang benar dan tepat. Harus diperhatikan pula peserta didik memberikan respon yang tidak
bahwa siswa yang memiliki kemampuan jelas serta menunjukkan ketidaklogisan
akademik yang tinggi dapat memiliki keyakinan informasi yang diberikan dengan tingkat
diri yang rendah. Peserta didik dengan keyakinan yang rendah. Peserta didik tidak
kemampuan yang tinggi dapat memberikan menunjukkan kepercayaan diri dalam
hasil yang kurang memuaskan karena memberikan jawaban dikarenakan
kekhawatiran akan salah (Bandura, 1993). ketidakpahaman mereka dalam menerima
Kurangnya keyakinan peserta didik dalam informasi yang berkaitan dengan konsep yang
menyatakan pendapat dapat diakibatkan oleh diberikan (Abraham et al., 1992).
kesulitan mereka dalam memahami apa yang Profil miskonsepsi peserta didik pada
dikerjakan, oleh karena itu mambantu peserta materi teori asam basa pada penelitian ini rata-
didik pada kategori ini untuk memahami rata secara keseluruhan ialah sebanyak 16,78%
dengah lebih baik dapat meningkatkan dan miskonsepsi (2,68% miskonsepsi positif, 1,84%
mengembalikan keyakinan peserta didik dalam miskonsepsi negatif, dan 12,26% miskonsepsi)
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan 72 pola jawaban yang menunjukkan
(Biggs, 1987). temuan miskonsepsi. Secara spesifik butir soal
Beruntung adalah kondisi dimana peserta no.1 berkaitan dengan teori asam basa
didik menjawab benar dan memberikan alasan merupakan soal dengan jumlah peserta didik
benar. Pada kondisi ini peserta didik tertinggi yang mengalami miskonsepi (33,79%)
memberikan respon hanya menebak sebagai dengan temuan 12 miskonsepsi. Miskonsepsi
tingkat keyakinan mereka. Hal ini berarti terbesar muncul saat peserta didik menganggap
peserta didik pada dasarnya tidak memahami bahwa reaksi Arrhenius hanya dapat terjadi
apa yang mereka kerjakan dan bagaimana cara pada asam kuat dan basa kuat. Butir soal no. 3
pengerjaannya serta tidak dapat memberikan merupakan butir soal dengan jumlah peserta
alasan yang tepat untuk yang mereka kerjakan. didik terendah yang mengalami miskonsepsi
Respon yang benar dan alasan yang tepat yang (6,21%).
mendukung jawaban yang diberikan semata- Profil miskonsepsi peserta didik pada
mata karena keberuntungan peserta didik dalam materi larutan penyangga pada penelitian ini
menjawab. Peserta didik dalam hal ini dapat rata-rata secara keseluruhan ialah sebanyak
dikatakan memiliki pseudo think dimana mereka 15,95% miskonsepsi (1,03% miskonsepsi positif,
mengungkapkan pernyataan yang benar dan 3,62% miskonsepsi negatif, dan 11,29%
alasan yang tepat hanya berdasarkan perkiraan miskonsepsi) dan 56 pola jawaban yang
dan tebakan mereka (Zulfa, 2013). menunjukkan temuan miskonsepsi. Secara
Kurang paham adalah kondisi peserta spesifik butir soal no.12 berkaitan dengan sifat
didik menjawab benar di salah satu tingkat pada larutan penyangga merupakan soal dengan
tingkat pertama dan kedua. Peserta didik pada jumlah peserta didik tertinggi yang mengalami
kondisi ini dapat dikatakan bahwa mereka miskonsepi (31,04%) dengan temuan 10 pola
memiliki pemahaman yang tercampur dengan jawaban yang menunjukkan miskonsepsi.
miskonsepsi (Abraham et al., 1992). Hal lain Marsita (2010) mengungkapkan terdapat
yang menyebabkan peserta didik kurang paham beberapa hal yang mempengaruhi kesulitan
adalah lemahnya peserta didik dalam peserta didik dalam menyelesaikan soal
memahami materi yang diberikan dan perhitungan pada larutan penyangga
pemberian alasan yang tidak tepat untuk konsep diantaranya adalah peserta didik mengalami
materi tersebut dimana kedua hal ini kesulitan dalam perhitungan desimal dan
menyebabkan peserta didik menjadi kurang logaritma serta konsep-konsep prasyarat seperti
yakin akan jawaban yang mereka berikan kemampuan stoikiometri dasar dan konsep
(Bandura, 1993). kesetimbangan kimia yang belum dipahami oleh

107
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

peserta didik sehingga mempengaruhi dengan tingkat kayakinan peserta didik (r=0,73,
penerimaan peserta didik dalam memahami n=145, p<0,000) dengan kategori skor tinggi
konsep perhitungan dalam larutan penyangga. pada tingkat pertama dan kedua memiliki
Peserta didik pada soal no. 18 ini mengalami tingkat keyakinan yang tinggi pula pada tingkat
beberapa kesulitan dalam materi pra syarat yang ketiga yang ditampilkan pada Gambar 1. Pola
dipelajarinya terutama pada konsep berkaitan yang serupa juga dilaporkan oleh Pesman&
dengan kesetimbangan reaksi serta pada Eryilmaz (2010) dan Dindar & Geban (2011)
perhitungan stoikiometri dasar. Kesulitan ini bahwa terdapat korelasi yang positif dan
mengantarkan pada miskonsepsi peserta didik signifikan terkait dengan hubungan antara skor
dalam menjawab butir pertanyaan yang peserta didik dan tingkat keyakinan yang
diberikan. Butir soal no. 14 merupakan butir diberikan.
soal dengan jumlah peserta didik terendah yang
30
mengalami miskonsepsi (3,45%).
Profil miskonsepsi peserta didik pada 25
materi hidrolisis garam pada penelitian ini rata-

Skor Peserta Didik


rata secara keseluruhan ialah sebanyak 21,03% 20
miskonsepsi (1,15% miskonsepsi positif, 7,47%
15
miskonsepsi negatif, dan 12,41% miskonsepsi)
dan 40 pola jawaban yang menunjukkan 10
temuan miskonsepsi. Secara spesifik butir soal
no.21 berkaitan dengan pengertian hidrolisis 5
garam merupakan soal dengan jumlah peserta
0
didik tertinggi yang mengalami miskonsepi
-1,00 1,00 3,00 5,00
(42,07%) dengan temuan sembilan miskonsepsi. -5 Tingkat Keyakinan
Miskonsepsi terbesar muncul saat peserta didik
menganggap bahwa reaksi hidrolisis garam Gambar 1. Scattergram Two Tier vs Tingkat
adalah reaksi antara asam kuat dengan basa Keyakinan
kuat membentuk H2O. Miskosepsi ini mencapai
SIMPULAN
22% dari subjek uji coba yang ada. Butir soal
no. 23 merupakan butir soal dengan jumlah
Instrumen tes diagnostik yang dihasilkan
peserta didik terendah yang mengalami
terdiri atas kisi-kisi tes, petunjuk pengerjaan
miskonsepsi (6,21%) pada materi hidrolisis
soal, soal tes, kunci jawaban, pedoman
garam.
penskoran dan pedoman interpretasi hasil. Soal
Secara keseluruhan penelitian ini
tes terdiri atas tiga tingkatan, yaitu: pertanyaan
mengungkap 166 butir kombinasi profil
dengan satu kunci jawaban dan empat
miskonsepsi yang dialami peserta didik. Hasil
pengecoh, pilihan alasan, dan tingkat keyakinan
bagi penelitian ini dapat digunakan sebagai
pada pilihan jawaban dan alasan yang
acuan bagi guru untuk melakukan perbaikan
diberikan. Produk akhir yang dihasilkan
dalam pembelajaran, khususnya pada
berjumlah 30 butir soal dengan bagian 10 soal
pembelajaran berkaitan dengan larutan asam
berkaitan dengan materi teori asam basa, 10 soal
basa. Guru dapat mengetahui bagian mana saja
berkaitan dengan materi larutan penyangga dan
yang terdeksi sebagai miskonsepsi pada peserta
10 soal berkaitan dengan materi hidrolisis
didik, dengan demikian guru dapat
garam. Soal tes dinyatakan valid dan reliabel
merencanakan pembelajaran lebih baik lagi
sehingga baik dan layak untuk digunakan. Soal
untuk mengatasi miskonsepsi yang terdapat
terdiri atas dua soal mudah, 19 soal sedang dan
pada peserta didik.
sembilan soal sukar. Daya pembeda soal
Terdapat hubungan positif dan signifikan
dikembangkan terdiri atas dua butir soal pada
antara tingkat pertama dan kedua dihubungkan
kategori jelek, satu butir soal pada kategori

108
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

cukup, 13 butir soal pada kategori baik dan 14 Procedia Social and Behavioral Sciences. 15, 600–
butir soal pada kategori sangat baik. Terdapat 604.
166 jenis temuan kombinasi profil miskonsepsi Fariyani, Q., Rusilowati, A., & Sugianto. 2015.
Pengembangan Four Tier Diagnostic Test
yang dialami peserta didik pada larutan asam
untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa
basa. Miskonsepsi tertinggi dengan persentase
SMA Kelas X. Journal of Innovative Science
42,07% ditemukan berkaitan dengan pengertian Education. 4 (2), 41-49
hidrolisis garam. Miskonsepsi terendah dengan Hammer, D. 1996. Misconception or P-Prims: How
persentase 3,45% berkaitan dengan komponen May Alternative Perspective of Cognitive
dan cara kerja larutan penyangga. Structure Influence Intructional Perceptions
and Intensions?. The Journal of The Learning
DAFTAR PUSTAKA Science. 5 (2), 97-127.
Hasan, S., Bagayoko, D., & Kellay, E. L. 1999.
Abraham, M. R. Grzybowski, E. B., Renner, J. W. & Misconception and the Certainty Response
Marek, E. A. 1992. Understanding and Index (CRI). Physic Education. 34 (5), 294-299.
Misunderstanding of Eigth Grader of Five Hestenes, D. & Halloun, I. 1995. Interpreting The
Chemistry Concept Found in Textbook. Force Concept Inventory A Response to
Journal of Research in Science Teaching. 29 (2), Huffman and Heller. The Physics Teacher. 33,
105-120. 502-506.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Lawshe, C. H. 1975. A Quantitative Approach to
Rosda Content Validity. Person-nel Psychology. 28 (4),
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi 563-575.
Pendidikan.Yogjakarta: Bumi Aksara Marsita, R. A, Priatmoko, S., & Kusuma, E. 2010.
Arslan, H. O., Cigdemoglu, C. & Moseley, C. 2012. A Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA
Three-Tier Diagnostic Test to Assess Pre- Dalam Memahami Materi Larutan Penyangga
Service Teachers’ Misconceptions about dengan Menggunakan Two-Tier Multiple
Global Warming, Greenhouse Effect, Ozone Choice Diagnostic Instrument. Jurnal Inovasi
Layer Depletion, and Acid Rain. International Pendidikan Kimia. 4 (1), 512-520.
Journal of Science Education. 34 (11), 1667–1686. McClary, L. M. & Bretz, S. L. 2012. Development
Bandura, A. 1993. Perceived Self-Efficacy in and Assessment of A Diagnostic Tool to
Cognitive Development and Functioning. Identify Organic Chemistry Student’
Educational Psychologist. 28, 117-148. Alternative Conceptions Related to Acid
Strength. International Journal of Science
Bayrak, B. K. 2013. Using Two-Tier Test to Identify
Primary Studend’s Conceptual Understanding Education. 2 (4), 23-28.
and Alternative Conceptions in Acid Base. Pesman, H., & Eryilmaz, A. 2010. Development of
Mevlana International Journal of Education. 3 (2), Three Tier Test To Assess Misconceptions
19-26. About Simple Electric Circuit. The Journal of
Biggs, J. B. 1987. Student Approaches to Learning and Educational Reaserch.103, 208-222.
Studying. Reaserch Monograph. Australian Romine, W. L., Schaffer, D. L., & Barrow, L. 2015.
Council for Educational Research Limited. Development And Application Of A Novel
Budiningsih, Muhardjito, & Asim. 2013. Rasch Based Methodology For Evaluating
Pengembangan Instrumen Diagnostik Three Tier Multi-Tiered Assesment Instruments:
untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Listrik Validation And Utilization Of An
Dinamis Siswa Kelas X SMA. Malang: Jurusan Undergraduate Diagnostic Test Of The Water
Cycle. International Journal on Science Education.
Fisika FMIPA UM.
Caleon, I., & Subramaniam, R. 2010. Development 37 (16), 2740-2768.
and Aplication of a Three Tier Diagnostic Test Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep
to Assess Secondary Student’ Understanding Dalam PendidikanFisika. Jakarta: Grasindo.
of Wave. International Journal of Science Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam
Education. 32 (7), 939-961. Pembelajaran. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Dindar, A. C & Geban, O. 2011. Development of A Syahrul, D. A. & Setyarsih, W. 2015. Identifikasi
Three-Tier Test To Assess High School Miskonsepsi dan Penyebab Miskonsepsi Siswa
Students’ Understanding of Acids And Bases. dengan Three Tier Diagnostic Test Pada

109
Syarifatul Mubarak, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Materi Dinamika Rotasi. Jurnal Inovasi Tuysuz, C. 2009. Development of Two-Tier


Pendidikan Fisika. 4. (03), 67-70. Diagnostic Instrumen and Assess Students
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. Misunderstanding in Chemistry. Scientific
1974. Instructional Development for Training Reaserch and Essay. 4. (6), 626-631.
Teachers of Exceptional Children: A Source Book. Zulfa, I. 2013. Analisis Miskonsepsi Siswa Dengan
Indiana: Indiana University. Certainty Of Response Index Dalam
Treagust, D. F., Tan. G., & Chia. 2002. Development Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem
and Application of a Two-Tier Multiple Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII
Choice Diagnostic Instrumen to Assess High MTS Hasyim Asyari. Undergraduate Thesis.
School Student’s Understanding of Inorganic UIN Sunan Ampel Surabaya.
Chemistry Qualitative Analysis. Journal of
Reaserch in Science Teaching. 39. (4), 283-301.

110

Anda mungkin juga menyukai