Anda di halaman 1dari 7

Kelompok : 7

PENDEKATAN DAN TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

A. Pendekatan Behaviorisme Teknik Modelling


Teknik Modelling merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior yang menekankan
pada prosedur belajar. Teknik modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru
pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.

 Tujuan
Tujuan dari modelling iniadalah seorang anak diharapkan bisa mengubah perilaku yang
adaptif dengan menirukan model nyata.

 Macam-Macam Modelling
a) Model yang nyata (live model) contohnya konselor sebagai model oleh konselinya, atau
anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi.
b) Model simbolik (simbolic model) adalah tokoh yang dilihat melalui film, video atau
media lain.
c) Model ganda (multiple model) biasanya terjadi dalam konseling kelompok. Seseorang
anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan mempelajari suatu sikap baru, setelah
mengamati bagaimana anggota lain dalam bersikap.

 Tahap Belajar Melalui Modelling


1. Tahap perhatian (attencion processi)
2. Tahap Retensi Belajar
3. Tahap Reproduksi

B. Pendekatan Behaviorisme Teknik Asertive Training

Perilaku asertif adalah teknik yang membantu siswa untuk mengungkapkan segala
perasaan yang ia alami dengan berani tanpa harus menyinggung hak orang lain. Dengan
menguasai perilaku asertif, diharapkan siswa terisolir dapat memperoleh kesesuaian sosial
yang ditandai membaiknya interaksi dengan teman sekelasnya.

Corey (2005: 213) menyatakan bahwa teknik assertif training digunakan untuk
membantu orang-orang yang :
a) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung,
b) Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya,
c) Memiliki kesulitan untuk mengatakan “Tidak”,
d) Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya.
e) Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Menurut Osipow (1984) prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa
pendekatan perilaku dalam konseling, yaitu sebagai berikut:

a) Menentukan kesulitan klien dalam bersikap asertif, dengan penggalian data


terhadap klien, konselor mengerti dimana ketidakasertifan pada kliennya.
b) Mengidentifikasikan perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan- harapannya.
c) Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan tidak diperlukan.
d) Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak
dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya.
e) Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional, sikap-sikap dan kesalahpahaman yang
ada dipikiran klien.
f) Menentukan respon-respon asertif/sikap yang diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahannya (melalui contoh-contoh)
g) Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulangulangnya. Peneliti memandu
klien untuk mempraktikkan perilaku asertif yang diperlukan, menurut contoh yang
diberikan konselor sebelumnya.
h) Melanjutkan latihan perilaku asertif
i) Memberikan tugas kepada klien secara bertahap untuk melancarkan perilaku asertif
yang dimaksud.
j) Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
C. Pendekatan Realitas Teknik WDEP
Glasser (dalam Latipun, 2008) mendasari pendekatan realitas dengan pandangannya
yaitu bahwa setiap manusia memiliki dua kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan
psikologis. Kebutuhan fisiologis yang dimaksud adalah sama dengan pandangan ahli lain,
sedangkan kebutuhan psikologis manusia yang mendasar ada dua macam, yaitu :
 Kebutuhan dicintai dan mencintai, dan
 Kebutuhan akan penghargaan.

 Tahap-tahap atau Prosedur Terapi Realitas


1. Wants
2. Direction and Doing
3. Evaluation
4. Planning and Commitment

D. Pendekatan Kognitif dan Teknik Restrukturisasi Kognitif


Teknik restruktukturisasi kognitif adalah salah satu teknik yang ada dalam pendekatan
perilaku-kognitif (Cognitive Behavior). Teknik restrukturisasi kognitif membantu klien
menganalisis secara sistematis, memproses, dan mengatasi masalah-masalah berbasis
kognitif dengan mengganti pikiran dan interpretasi negatif dengan pikiran dan interpretasi
positif.

 Tujuan Restrukturisasi Kognitif


Tujuan dari konseling kognitif perilaku yaitu mengajak peserta didik untuk
menentang pikiran dan emosi yang maladaptif dengan menampilkan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan peserta didik tentang masalah yang sedang dihadapi.

 Langkah-Langkah Teknik Restrukturisasi Kognitif


1. Rasional
2. Identifikasi pikiran konseli dalam situasi problem.
3. Pengenalan dan latihan coping thought (CT)
4. Pikiran-pikiran yang tidak kompatibel ini disebut sebagai pikiran yang
menanggulangi (coping thought= ct) atau pernyataan yang menggulangi (coping
statement= cs) atau intruksi diri yang menanggulangi (coping slfinstruction= csi).
5. Melatih konseli untuk pindah dari pikiran-pikiran negatif ke CS.
6. Bagian terakhir dari Cognitive Restructuring berisikan kegiatan mengajar konseli
tentang cara-cara memberikan penguatan bagi dirinya sendiri untuk setiap
keberhasilan yang dicapainya.

E. Pendekatan Gestalt Teknik Permainan Dialog


1. Permainan Dialog

Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan


dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu
posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini
dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

2. Latihan Saya Bertanggung Jawab

Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar


mengakui dan menerima perasaan- perasaannya dari pada memproyeksikan
perasaannya itu kepada orang lain.
3. Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang
dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-
perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.
4. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini
konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
5. Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya.
Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.

F. Pendekatan Behaviorisme Teknik Sosiodrama


Sosiodrama ini bertujuan untuk mendidik atau mendidik kembali dari pada penyembuhan.
Kegiatan ini dilaksanakan bila anggota kelompok mempunyai masalah sosial yang hampir sama.

Langkah-langkah dalam teknik sosiodrama adalah sebagai berikut:

a) Persiapan, dari mulai mempersiapkan konselor, tokohtokoh, topik yang akan di bawakan,
tujuan dari topic yang dibawakan pada sosiodrama itu.
b) Membuat scenario.
c) Menentukan kelompok sesuai naskah.
d) Menentukan kelompok penonton untuk observasi.
e) Pelaksanaan.
f) Evaluasi dan diskusi, evaluasi dapat dilakukan dengan refleksi atau dengan cara laiseg
(layanan segera), laijapan (layanan jangka panjang).
g) Ulangan permainan (rehersal), jika masih ada waktu permainan dapat diulang kembali
dengan pertukaran peran pemain
Kelompok : 8

BENTUK-BENTUK FORMAT PELAYANAN BK

PRIBADI SOSIAL DAN PENGEMBANGAN BK PRIBADI SOSIAL

Pelayanan bimbingan dan konseling mencakup kegiatan yang bersifat pemahaman, pencegahan,
perbaikan, dan pengentasan serta pemeliharaan dan pengembangan Pelayanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling sesuai dengan tugas pokoknya dalam
upaya membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan khususnya membantu peserta didik
mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri dan mampu mengendalikan diri, serta sukses
dalam kehidupannya

Bimbingan dan konseling merupakan Upayat Proaktif dan sistematik dalam Memfasilitasi
Individu mencapai tingkat Perkembangan yang optimal, Pengembangan perilaku yang efektif,
Pengembangan lingkungan, dan Peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.
Program Bimbingan dan konseling perlu diselaraskan dan. Dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.

2. penyusunan Program bimbingan dan konseling diawali Dengan need assesment (penilaian
kebutuhan).

3. program bimbingan dan konseling perlu ileksibel sesuai Dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi Lembaga.

4. program bimbingan dan konseling disusun secara Berkelanjutan.

5. Perlu ada penilaian yang teratur dan terarah terhadap. Program bimbingan dan konseling yang
disusun

JENIS JENIS PROGRAM KERJA BK

1. Program Tahunan
2. Program Semesteran
3. Program Bulanan
4. Program Mingguan
5. Program Harian

Program kerja adalah suatu rangkaian kegiatan yang Disusun dan akan dilaksanakan dalam suatu
satuan waktu Tertentu sehingga ada program tahunan. Program Semesteran, program bulanan.
Mingguan dan harian. Untuk Menyususun program kerja dibutuhkan kegiatan Perencanaan.
Format kolaboratif dalam kegiatan Bimbingan Dan konseling (BK)

PENGEMBANGAN PROGRAM BK & ONSELING KOMPREHENSIF

1. Layanan Dasar Bimbingan, Layanan Dasar Bimbingan bertujuan untuk


2. Membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal
3. Layanan Responsif, Tujuan Layanan Responsif adalah membantu siswa
4. Agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang Dialaminya
5. Layanan Perencanaan Individua, Layanan Perencanaan Individual
6. Diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan
7. Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa Depannya
8. Layanan Dukungan Sistem. Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan

Kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara. Dan meningkatkan


program bimbingan

Anda mungkin juga menyukai