Tujuan
Tujuan dari modelling iniadalah seorang anak diharapkan bisa mengubah perilaku yang
adaptif dengan menirukan model nyata.
Macam-Macam Modelling
a) Model yang nyata (live model) contohnya konselor sebagai model oleh konselinya, atau
anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi.
b) Model simbolik (simbolic model) adalah tokoh yang dilihat melalui film, video atau
media lain.
c) Model ganda (multiple model) biasanya terjadi dalam konseling kelompok. Seseorang
anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan mempelajari suatu sikap baru, setelah
mengamati bagaimana anggota lain dalam bersikap.
Perilaku asertif adalah teknik yang membantu siswa untuk mengungkapkan segala
perasaan yang ia alami dengan berani tanpa harus menyinggung hak orang lain. Dengan
menguasai perilaku asertif, diharapkan siswa terisolir dapat memperoleh kesesuaian sosial
yang ditandai membaiknya interaksi dengan teman sekelasnya.
Corey (2005: 213) menyatakan bahwa teknik assertif training digunakan untuk
membantu orang-orang yang :
a) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung,
b) Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya,
c) Memiliki kesulitan untuk mengatakan “Tidak”,
d) Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya.
e) Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Menurut Osipow (1984) prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa
pendekatan perilaku dalam konseling, yaitu sebagai berikut:
a) Persiapan, dari mulai mempersiapkan konselor, tokohtokoh, topik yang akan di bawakan,
tujuan dari topic yang dibawakan pada sosiodrama itu.
b) Membuat scenario.
c) Menentukan kelompok sesuai naskah.
d) Menentukan kelompok penonton untuk observasi.
e) Pelaksanaan.
f) Evaluasi dan diskusi, evaluasi dapat dilakukan dengan refleksi atau dengan cara laiseg
(layanan segera), laijapan (layanan jangka panjang).
g) Ulangan permainan (rehersal), jika masih ada waktu permainan dapat diulang kembali
dengan pertukaran peran pemain
Kelompok : 8
Pelayanan bimbingan dan konseling mencakup kegiatan yang bersifat pemahaman, pencegahan,
perbaikan, dan pengentasan serta pemeliharaan dan pengembangan Pelayanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling sesuai dengan tugas pokoknya dalam
upaya membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan khususnya membantu peserta didik
mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri dan mampu mengendalikan diri, serta sukses
dalam kehidupannya
Bimbingan dan konseling merupakan Upayat Proaktif dan sistematik dalam Memfasilitasi
Individu mencapai tingkat Perkembangan yang optimal, Pengembangan perilaku yang efektif,
Pengembangan lingkungan, dan Peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.
Program Bimbingan dan konseling perlu diselaraskan dan. Dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2. penyusunan Program bimbingan dan konseling diawali Dengan need assesment (penilaian
kebutuhan).
3. program bimbingan dan konseling perlu ileksibel sesuai Dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi Lembaga.
5. Perlu ada penilaian yang teratur dan terarah terhadap. Program bimbingan dan konseling yang
disusun
1. Program Tahunan
2. Program Semesteran
3. Program Bulanan
4. Program Mingguan
5. Program Harian
Program kerja adalah suatu rangkaian kegiatan yang Disusun dan akan dilaksanakan dalam suatu
satuan waktu Tertentu sehingga ada program tahunan. Program Semesteran, program bulanan.
Mingguan dan harian. Untuk Menyususun program kerja dibutuhkan kegiatan Perencanaan.
Format kolaboratif dalam kegiatan Bimbingan Dan konseling (BK)