Anda di halaman 1dari 12

Pendekatan Rational

Emotive Behavior
KELOMPOK 1
YAYAN ANDERSTIAN
KOKO PRASETYO ADHI
ISMADI
Rational Emotive Behavior (REBT)
 Konseling Rational Emotive Behavior (REB) lebih difokuskan pada kerja
berpikir (thinking) dan bertindak (acting) ketimbang pada ekspresi perasaan-
perasaan. Terapi dipandang sebagai proses pendidikan (educational proccess).
Fungsi terapis dalam banyak cara menyerupai guru, khususnya dalam
berkolaborasi dengan klien dalam pemberian tugas rumah yang dikenal dengan
PR (homework), serta dalam starategi mengajarkan berfikir lurus (straight
thinking) sebagai lawan dari berpikir bengkok; dan klien adalah pembelajar
(learner) mempraktikan skill baru yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari..
Asumsi Dasar Perilaku Bermasalah
 Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan
bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
berpikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi
emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan
filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau
emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh
dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. 
Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah
 Tidak dapat dibuktikan.
 Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan,
kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu.
 Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan
sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara
rasional
 Individutidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan
datang, antara kenyatan dan imajinasi
 Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang
lain
 Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir
irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai
media.
Tujuan Konseling Rasional – Emotif
 Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta
pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien
dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal
mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan
gangguan emosional yang merusak diri sendiri,seperti rasa benci,rasa takut, rasa
bersalah,rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was, dan rasa marah dengan melatih
system keyakinan hidup secara rasional serta membangkitkan keberanian untuk
memiliki kepercayaan dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa
depan.(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)
Karakteristik terapi rasional-emotif
 1) Aktif-direktif: bahwa dalam hubungan konseling, terapis/ konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
 2) Kognitif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif
dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
 3) Emotif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien
dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar
keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
 4) Behavioristik: bahwa hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya
perubahan perilaku dalam diri klien.
 5) Kondisional: bahwa hubungan dalam RET dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi
tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi
konseling.
Peran Konselor
 Dalam  proses konseling pendekatan RET ini ,peran konselor aktif ,direktif
namun tetap obyektif. Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran rasional dan
irasional harus dipisahkan. Setelah itu konselor menunjukkan bahwa pikiran
irasional itu adalah sumber dari permasalahan yang sedang dihadapi konseli.
Pada konseling RET ,konselor dapat menjadi model bagi konseli yang
mengarahkan konseli untuk membebaskan diri dari pikiran irasional.
Teknik Konseling
A) Teknik Emotif
 Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan
membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang
diinginkan.
 Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
 Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien
agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau
perilaku tertentu.
 Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus
menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya
sendiri yang negatif.
B) Teknik Behavioristik
 Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong
klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan
pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
  Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan
untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
 Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku tertentu.
C) Teknik kognitif
 Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah
untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu
yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
 Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau
bermain peran.
 Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional
dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat
buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat
membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
Kesimpulan
 Rasional Emotif Terapi (REBT) merupakan salah satu teknik konseling yang
dapat digunakan untuk memperbaiki perilaku malladjusment pada diri siswa,
seperti halnya perilaku membolos dan perilaku menyimpang lainnya. Asumsi
dasar dari teori REBT ini adalah memandang bahwa reaksi emosional yang
ditunjukkan seseorang adalah sebagai produk dari keyakinan-keyakinan
irasionalnya yang menguasai pola pikirnya. Atas dasar tersebut, maka menjadi
keterampilan mendasar bagi seorang konselor yang menggunakan teori RET
untuk mampu mengkonfrontasikan keyakinan-keyakinan irasional pa-da diri
klien dan sekaligus membangun keyakinan-keyakinan rasional sebagai instrumen
ke arah aktualisasi diri yang optimal

Anda mungkin juga menyukai