Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik.

1. Rational Emotive Behavior Therapy.

a. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy.

Menurut WS. Winkel Mengungkapkan bahwa Rational Emotive Behavior

Therapy adalah corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi

antara berpikir akan sehat (rational thingking), berperasaan (emoting), dan

berperilaku (acting) sertasekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang

mendalam secara berpikir dan berperasaan dan berperilaku. 1

Menurut Gerald Corey mengungkapkan Rational Emotive Behavior Therapy

adalah pemecahan masalah yang menitikberatkan pada aspek berpikir, menilai,

memutuskan, direktif tanpa banyak berurusan dengan dimensi-dimensi perasaan. 2

Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) adalah sebuah terapi yang

didasarkan pada pemahaman Ellis bahwa individu mengembangkan gangguan psikologis

karena kepercayaan mereka, terutama yang bersifat tidak rasional dan menaklukkan diri

sendiri.3

Rational Emotive Behaviour Therapy adalah suatu rancangan terapeutik, dalam

konseling atau psikoterapi yang mementingkan berpikir rasional sebagai tujuan

terapeutik; menekankan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah

merusak berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku; atau ringkasnya, konseli

didukung untuk menggantikan ide tidak rasional dengan yang lebih rasional, berancangan

1
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Padang: Ghalia
Indonesia, 1995), hal. 25.
2
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 23
3
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Padang: Ghalia
Indonesia, 1995), hal. 75

18
19

pemecahan masalah hidup.4

TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia

dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk

berpikir irasional dan jahat.

Berdasarkan keterangan dari para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa Rational Emotive Behavior Therapy terapi yang berusaha menghilangkan

pemikiran-pemikiran konseli yang irasional atau tidak logis dengan mengubah

pemikiran irasional tersebut menjadi pemikiran yang rasional atau logis melalui

menentang, mendebat, dan mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan

keyakinan (belief) konseli yang irasional tersebut.

b. Individu Yang Sehat Menurut Rational Emotive Behavior Therapy.

Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy berpandangan bahwa

manusia adalah subyek alam yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek
94
yang dihadapinya. Manusia dilahirkan dengan berfikir rasional, tetapi juga

kecenderungan-kecenderungan kearah berfikir curang. Maka cenderung menjadi

korban dari keyakinan yang irasional, akan tetapi beroreintasi kognitif tingkah

laku dan menekankan pada berfikir, menilai, menganalisa, dan melakukan.5

Secara umum terdapat dua prinsip yang mendominasi manusia yaitu

pikiran, perasaan, dan perilaku yang mana ketiga aspek saling berkaitan yakni,

pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku,perasaan mempengaruhi pikiran dan

perilaku, serta perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia.6 Maka dari
4
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014),
hal. 107
5
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014),
hal. 98
6
Ibid, Hal 99
20

itu kebahagiaan seseorang ditentukan oleh aspek tersebut. Adapun hakikat

manusia menurut Rational Emotive Therapy adalah sebagai berikut :

1) Manusia itu unik secara rasional dan irasional. Keunikan itu

ditunjukkan dalam cara berpikir dan berperilaku secara rasional,

manusia itu akan efektif, bahagia, dan kompeten.

2) Gangguan emosi dan psikologis adalah hasil berpikir yang

irasional dan tidak logis (irrational and illogical thingking).

Emosi menyertai pemikiran, emosi itu bias, penuh prasangka,

sangat pribadi dan merupakan pemikiran yang irrasional.

3) Pemikiran yang irasional merupakan hasil dari belajar yang tidak

logis yang biasanya berasal dari orang tua atau budaya. Dalam

proses perkembangannya anak berpikir dan merasa tentang

dirinya dan berhubungan dengan ide tentang “ ini baik “ dan “ini

buruk”. Emosi manusia yang baik ditunjukkan dengan wujud

kasih sayang, cinta, perhatian dan lain-lain. Adapun wujud emosi

manusia yang buruk diwujudkan dalam bentuk kemarahan,

depresi, cemas dan lain-lain.7

4) Manusia merupakan binatang verbal, dimana dalam berpikir

menggunakan simbol atau bahasa. Jika pikiran bekerja sama

dengan emosi, pikiran yang negatif akan muncul jika emosi seseorang

itu terganggu.

5) Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang

7
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Padang: Ghalia
Indonesia, 1995), hal. 75
21

diperoleh. Segala sesuatu yang dipandang terus akan membentuk

sudut pandang selanjutnya.

6) Perasaan dan pikiran negative serta penolakan diri harus diawali

dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima

menurut akal sehat serta digunakan cara verbalisasi yang rasional

atau logis

Untuk menangani masalah klien yang mempunyai pemikiran

irrasional atau negatif pada dirinya, maka konselor membuat diagram

teori ABCDE tentang kondisi perilaku klien sebelum dilakukan proses

konseling :

Diagram 2.1, Konsep teori ABCDE pada diri siswa terisolir

ACTIVATING EVENT
Pada kondisi dan peristiwa seperti apa
serta latar belakang client menunjukan
sikap maladaptive dan irrasional

BELIEF
Muncul pikiran negatif pada diri
klien yang menganggap merasa
dirinya tidak mampu melakukan
sesuatu dan selalu berprasangka
buruk , takut terhadap orang yang
baru dia kenal atau bahkan orang
CONSEQUENCES
klien menarik diri Ketika berada di tengah
sekumpulan orang atau kelompok, dan bahkan sulit
untuk bersosialisasi dengan baik Dan membuat klien
merasa tidak punya rasa percaya diri, dan sulit untuk
mengembangkan kemampuan yang dia punya
22

DISPUTING
Konfrontasi terhadap pemikiran dan keyakinan
client yang irrasional

EFFECT

Effect setelah diberikan konfrontasi terhadap client

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling dengan Rational Emotive Behavior

Therapy.

Adapun tujuan Bimbingan dan konseling terutama adalah menghilangkan

cemasan,ketakutan, kekhawatiketidakyakinan semacamnya, dan mencapai

perilaku rasional yang membuat individu mampu mengaktualisasikan diri dan

mendapat kebahagiaan.8 Selain itu Rational Emotive Behavior Therapy bertujuan untuk

memperbaiki dan mengubah sikap, pemikiran, keyakinan, dan persepsi konseli yang

irrasional dan tidak logis sehingga konseli mampu memahami, mengembangkan, dan

mengaktualisasi dirinya dengan optimal.

Adapun lebih rinci tujuan dari pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy

adalah sebagai berikut :

1) Menunjukkan pada konseli bahwa pola pikir konseli itu tidak logis.

8
Sofyan S. Wiilis, Konseling Individual Teori dan Praktek, ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 75
23

Kemudian membantu konseli memahami bagaimana dan kenapa konseli

berpikir demikian.

2) Mendemonstrasikan kepada konseli bahwa verbalisasi diri (self-

verbalization) merupakan sumber gangguan emosi.

3) Mengeluarkan pemikiran sehingga verbalisasi diri dapat lebih logis dan

efisien, dan tidak berhubungan dengan emosi negatif dan perilaku kekalahan

diri.

4) Mengubah pola pikir konseli yang irasional menjadi pola pikir yang

rasional9.

d. Teknik –Teknik Konseling Rational Emotive Behavior Therapy.

Dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy terdapat berbagai

teknik-tekniknya yang mana teknik-tekniknya mencakup tiga aspek yakni aspek

kognitif, afektif dan behavior sehingga pemilihan teknik dalam pendekatan Rational

Emotive Behavior Therapy perlu memperhatikan dan menyesuaikan dengan kondisi serta

masalah yang dialami konseli.

Wilis menyebutkan beberapa teknik dalam pendekatan Rational Emotive

Behavior Therapy antara lain10 :

1) Sosiodrama. Yakni sandiwara singkat yang menjelaskan tentang masalah-

masalah kehidupan sosial.

2) Modelling. Dalam teknik ini konseli dapat mengamati seseorang

yang menjadikan modelnya untuk berperilaku kemudian

diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model.

3) Reinforcement. Teknik yang digunakan untuk mendorong konseli


9
Ibid, 76
10
Sofyan S. Wiilis, Konseling Individual Teori dan Praktek, ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 80
24

ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan

memberikan pujian verbal (reward) atau punishment (hukuman).

Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan

keyakinan irasional pada konseli akan menginternalisasikan

sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

4) Dispute Cognitive. Yaitu teknik yang digunakan untuk mengubah

keyakinan irasional konseli melalui philosophical, persuation,

didactic, presentation, socratic dialogue, vicarious experiences

dan berbagai ekspresi verbal lainnya.

5) Self control. Yakni konseli diajarkan cara-cara mengendalikan

diri dan menahan emosi.

2. Bimbingan dan Konseling REBT Islami.

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam.

Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa Bimbingan dan Konseling

Islam adalah suatu aktivitas memberikan Bimbingan, pelajaran kepada individu

(Klien) dalam hal ini bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan

potensi akal pikirannya kejiwaannya keimanan serta keyakinan dapat

menanggulangi problem yang dihadapinya dalam kehidupan dengan baik dan

benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an11

firman Allah SWT dalam Surat Ali-Imron ayat 112 :

ِ‫الذ لَّ ةُ أَي ن م ا ثُ ِق ُف وا إِ اَّل حِب ب ٍل ِم ن اللَّ ه‬


َ َْ َ َ ْ ِّ ‫ت َع لَ ْي ِه ُم‬
ْ َ‫ض ِر ب‬
ُ
11
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, hal. 137
25

ِ ِ ٍ ‫اس و ب اء وا بِ غَ ض‬ ِ
ْ َ‫ض ِر ب‬
‫ت‬ ُ ‫ب م َن اللَّ ه َو‬ َ ُ َ َ ِ َّ‫َو َح ْب ٍل م َن الن‬

ِ ‫ون بِ آي‬ ِ َ ِ‫ ٰذَ ل‬Dۚ ُ‫َع لَ ْي ِه م الْ م س َك نَ ة‬


‫ات‬ َ َ ‫ك ب أَ نَّ ُه ْم َك انُوا يَ ْك ُف ُر‬ ْ َ ُ

‫ص ْو ا‬ ‫ َٰذ لِ َ مِب‬Dۚ ‫ون ا أْل َ نْ بِ ي اء بِ غَ ِ ح ٍّق‬


َ ُ‫اللَّ ِه َو َي ْق ُت ل‬
َ ‫ك َ ا َع‬ َ ‫َ َ رْي‬

‫ون‬
َ ‫َو َك انُوا َي ْع تَ ُد‬

Artinya : “ Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada,


kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali

(perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat

kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian

itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para

nabi tanpa alasanyang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka

durhaka dan melampaui batas “ (Q.S Ali Imron :112)12

Menurut Samsul Munir Amin bimbingan dan konseling islam adalah

proses pemberian bantuan terarah continue dan sistematis kepada setiap individu

agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya

secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di

dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup

selaras dan sesuai dengan tuntutan Al- Qur’an dan Hadits.13

Menurut Farid Mashudi, Konseling Islami dapat dikatakan sebagai proses

untuk memberi bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran

12
Al-Qur’an & Terjemahnya , Departement Kementrian Agama RI, 1971, hal.94
13
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 23
26

dan komitmen beragamnya (primordial kemakhlukan yang fitrah, tauhidullah)

sebagai khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan

bersama, baik secara fisik maupun jasmani, baik kebahagiaan dunia maupun

akhirat.14

Aunur Rahim Faqih menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam

adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali

eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan beragama

senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah sehingga,

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Firman Allah Swt dalam

Q.S Hud ayat 93.

Artinya : dan (dia berkata): “ hai kaumku berbuatlah menurut kemampuanmu


sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab

yang menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (tuhan), sesungguhnya akupun

menunggu bersama kamu.”15

Menurut Thohari Musnamar menyatakan bahwa Bimbingan Islami adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan

ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang

seharusnya hidup selaras dengan ketentuan petunjuk Allah sehingga dapat

mencapai kehidupan di dunia dan akhirat.16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

14
Al-Qur’an & Terjemahnya , Departement Kementrian Agama RI, 1971, hal.94
15
Al-Qur’an & Terjemahnya , Departement Kementrian Agama RI, 1971, hal.90
16
Al-Qur’an & Terjemahnya, Departement Kementrian Agama RI, 1971, hal. 341
27

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu tindakan bantuan oleh seorang ahli

kepada individu, yang berupa nasehat, dukungan dan saran, untuk membantu

memecahkan masalah yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi

akal pikiran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As- Sunnah, agar memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.17

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling REBT Islami.

Menurut Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, merumuskan

tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling yakni untuk meningkatkan dan

menumbuh suburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk

hidup dan khalifah Allah Swt di muka bumi ini, sehingga aktifitas dan tingkah

lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi

kepada Allah.18

Aunur Rahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam dalam Islam,

membagi tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam tujuan umum dan tujuan

khusus.19

1) Tujuan umumnya adalah : membantu individu mewujudkandirinya

sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

2) Tujuan khususnya adalah :

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.


17
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Press, 2001), hal. 63.
18
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Press, 2001), hal. 63
19
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Press, 2001), hal. 68
28

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik sehingga tidak akan menjadi sumber

masalah bagi dirinya dan orang lain.

c. Langkah-langkah dalam Bimbingan dan Konseling Islam,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Kasus/Masalah.

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala- gejala yang

nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus- kasus yang perlu

mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan

terlebih dahulu

1. Diagnosa .

Diagnosa adalah langkah untuk mendapatkan masalah yang dihadapi

kasus beserta latar belakang. Dalam langkah ini kegiatan yang

dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus

dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, kemudian ditetapkan

masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

2. Prognosa.

Langkah prognosa ini adalah untuk menetapkan jenis bantuan atau

terapi apa yang digunakan untuk membimbing kasus yang telah ditetapkan

berdasarkan kesimpulan dalam langkah prognosa.

3. Terapi.

Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan.


29

Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam prognosa.

4. Evaluasi dan Follow Up.

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh

mana apakah langkah terapi telah tercapai hasilnya. Dalam langkah Follow Up

atau tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang

lebih jauh20.

3. Self Confidence (Percaya Diri.)

a. Pengertian Self Confidence.

Self Confidence atau juga disebut dengan kepercayaan diri adalah salah

satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya kepercayaan

diri akan menimbulkan masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan

atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

Dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan

segala potensi dirinya.21

Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk

menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan sendiri

pada diri sendiri bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu22. Artinya keyakinan

dan percaya diri hanya timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang

memang mampu dilakukannya dan seseorang itu bisa melakukannya dengan

yakin tanpa adanya pengaruh lain.

20
Sofyan S. Wiilis, Konseling Individual Teori dan Praktek, ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 75
21
Ibid, ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 75
22
Ibid, , ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 80
30

Kepercayaan diri adalah sikap individu yang meyakini akan kemampuan

dirinya tanpa harus mengaitkan atau membandingkan dengan orang lain.23 Dalam

teori Lauster dijelaskan jika percaya diri (Self Confidence) erat kaitannya dengan

falsafah dan pemenuhan diri (Self fulfilling prophecy) dan keyakinan diri (self

efificacy).

Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup dan berhubungan

dengan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Dengan kepercayaan diri

yang baik seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada

dalam dirinya dan mengembangkan apa yang dia punya dan mencari hal yang

baru.24

Pada dasarnya seseorang merasa puas pada dirinya sendiri hanya pada saat

melakukan suatu kegiatan, pekerjaan atau menyalurkan kemampuannya. Banyak

hal yang dapat dilakukan dan banyak juga kemampuan yang dapat dikuasai

seseorang dalam hidupnya. Tetapi jika hanya percaya diri pada hal-hal tersebut

maka seseorang tidak akan pernah menjadi orang yang betul-betul percaya diri.

Hal ini karena orang tersebut hanya akan percaya diri terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan apa yang dilakukan dan beberapa keterampilan tertentu saja

yang dikuasai. Padahal tidak hanya dengan itu, bisa juga dengan sesuatu

tantangan yang baru untuk melatih kepercayaan diri agar bisa berkembang dengan

baik.

Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa ketika seseorang memutuskan

untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang akan dilakukan. Artinya
23
Ibid, , ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 90
24
Kadek Suhardita, “ Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan Dalam Bimbingan Kelompok
Untuk Meningkatkan Percaya diri Siswa”, Edisi Khusus, No 1 (Agustus, 2011), hal.130
31

keputusan untuk melakukan sesuatu dan sesuatu yang dilakukan itu bermakna

bagi kehidupannya. Jika seseorang memiliki percaya diri di dalam arena sosial,

maka akan menjadi tidak gelisah dan lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta

mampu mengembangkan perilaku dalam situasi sosial.25

Menurut DR. Rob Yeung, dalam bukunya Confidence menjelaskan bahwa

kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dan

efisien, walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut. Kepercayaan diri adalah

apa yang perlu anda lakukan dalam waktu jangka pendek untuk meraih tujuan

jangka panjang, walaupun apa yang perlu anda harus lakukan dalam waktu jangka

pendek terkadang mungkin akan membuat anda merasa tidak nyaman.

Willis menjelaskan dalam buku teori-teori psikologi bahwa jika

kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang mampu menanggulangi suatu

masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan suatu hal yang

menyenangkan terhadap orang lain.26

Enung Fatimah27 mengartikan kepercayaan diri adalah sikap positif

seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang

dihadapinya. Hal ini berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten

melakukan segala sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri hanya merujuk

pada adanya perasaan yakin mampu, memiliki kompetensi dan percaya bahwa dia
25
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Arr-Ruzz Media,
2017), hal. 33.
26
M. Fatchurrahman, Herlan Pratiko, “Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja Persona” Jurnal Psikologi Indonesia, (online), Vol.1,
No. 2,yahun ....
27
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2006), hal. 149.
32

bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi, prestasi serta harapan yang

realistik terhadap diri sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa definisi dari rasa percaya diri adalah sikap

positif seorang individu yang mampu untuk mengembangkan penilaian yang baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, yang ditandai dengan percaya

akan kemampuan diri sendiri sehingga membuatnya merasa mampu untuk

mencapai semua tujuan dalam hidupnya.

b. Ciri –Ciri Percaya Diri.

Ciri –ciri percaya diri menurut pendapat lauster dalam teorinya menyatakan

jika ciri-ciri yang terdapat pada orang yang mempunyai rasa percaya diri yaitu :

mandiri, tidak egois atau mementingkan diri sendiri, toleran, ambisius, optimis,

yakin dengan pendapatnya sendiri, tidak berlebihan 28. Taylor menambahkan jika

orang percaya diri adalah mereka yang memiliki sikap positif terhadap dirinya

sendiri. Menurut Lauster mengemukakan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai

berikut :

a. Percaya pada kemampuan diri

Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk

mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Selanjutnya

kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun

objek sekitarnya, sehingga individu mempunyai keyakinan akan kemampuan

dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Contohnya


28
M. Fatchurrahman, Herlan Pratiko, “Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja Persona” Jurnal Psikologi Indonesia, (online), Vol.1,
No. 2,
33

seorang remaja harus yakin dapat meraih keberhasilan dengan usaha dan kerja

kerasnya.

c. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu

berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.

Contohnya seorang remaja yang selalu yakin akan kemampuan tubuh yang

dimilikinya..

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Contohnya seorang remaja yang

berani menanggung segala sesuatu yang telah menjadi resiko atau konsekuensinya

yang telah disepakati.

e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu

hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh

akal dan sesuai dengan kenyataan. Contohnya seorang remaja yang dapat

menyelesaikan masalahnya dengan penjelasan yang masuk akal dan tidak hanya

memandag permasalahan tersebut dari sudut pandangindividu tersebut akan tetapi

lebih menyeluruh.Menurut Anthony, mengemukakan aspek-aspek kepercayaan

diri antara lain:

a. Optimis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud

optimis adalah orang yang selalu berpandagan baik dalam menghadap segala
34

hal atau persoalan. Pengertian optimisme dalam kamus besar bahasa indonesia

adalah keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menguntungkan.

Orang yang memiliki sikap optimisme disebut orang optimis atau dapat

diartikan orang yang selalu semangat berpengharapan baik. Contohnya seorang

remaja yang sedang melakukan sebuah program diet dan seorang remaja

tersebut berharap bahwa berat badannya bisa turun sesuai dengan yang

diharapkannya29.

b. Menghadapi persoalan yang ada dengan hati yang tenang

Manusia hidup selalu menghadapi masalah. Apapun masalah yang datang

hendaknya seseorang menerima dengan pasrah dan tenang. Orang yang percaya

diri memiliki ciri pengendalian dirinya baik dan emosinya stabil ( Rini, 2002).

Contohnya: seorang remaja harus bisa menerima dan mampu menghadapi segala

permasalahan dengan hati yang tenang tidak dengan emosi yang berlebihan dan

kekerasan.

c. Memandang permasalahan sebagai tantangan hidup yang harus dihadapi

Dalam menghadapi sebuah permasalahan diharapkan dapat diatasi dalam

tingkatan yang lebih baik, sehingga sikapnya menjadi positif dan terbuka. Individu

yang optimis mempunyai kemauan guna bekerja dan belajar untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Contohnya seorang remaja yang tengah duduk dibangku kuliah

yang mengalami penurunan tingkat prestasi memandang bahwa kegagalan dalam

prestasi belajarnya adalah suatu tantangan hidup yang harus dijalani, dengan

harapan kedepannya seorang remaja tersebut mampu untuk menjadi lebih baik.
29
M. Fatchurrahman, Herlan Pratiko, “Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja Persona” Jurnal Psikologi Indonesia, (online), Vol.1, No.
2,
35

d. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

Tidak mementingkan diri adalah sikap murni seseorang tanpa tujuan untuk

mendapatkan balasan sama sekali, sedangkan individu yang mempunyai toleransi

akan mengenali kemampuan dan keterbatasan dirinya, kemampuan dan

keterbatasan orang lain serta perbedaan potensi pribadi antar individu.

e. Memiliki ambisi yang wajar

Ambisi adalah dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan dan

dihargai oleh orang lain untuk mempertinggi rasa harga diri dan memperkuat

rasa percaya diri. Contohnya seorang remaja yang telah mencapai suatu ambisi

yang diinginkan dan hasilnya pun cukup memuaskan hendaknya remaja bersikap

sewajarnya saja tidak yang berlebihan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek

kepercayaan diri antara lain: Keyakinan akan kemampuan diri, bertindak

mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri

sendiri, berani mengungkapkan pendapat, Rasional dan realistis, memiliki

ambisi yang wajar, Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dan

menghadapi persoalan yang ada dengan hati yang tenang sebagai tekad diri

yang terbina dari keyakinan dalam jiwa sebagai manusia bahwa tantangan

hidup apapun harus dihadapi dengan kesediaan melakukan untuk berbuat

sesuatu dan pantang menyerah. Oleh karena itu untuk menyelesaikan

permasalahan ini peneliti menggunakan aspek menurut Lauster yang akan

dijadikan sebagai indikator dalam penyusunan skala kepercayaan diri

dikarenakan aspek-aspek tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat


36

kepercayaan diri yang dimiliki remaja putri, alasannya karena lebih kongkrit,

dan bahasa yang digunakan lebih mudah untuk dipahami30.

4. Siswa Terisolir

a. Pengertian Siswa Terisolir

Terisolir berarti merujuk pada suatu keadaan dimana seseorang mengalami

keterasingan,keterisolasian atau terpencil dari lingkungannya. Menurut

Hurlock31 Isolasi atau isolate dibagi menjadi dua macam, yaitu voluntary isolate

dan involuntary isolate. Voluntary isolate adalah suatu perbuatan yang menarik

diri dari kelompok karena adanya rasa kurang memiliki minat untuk menjadi

anggota suatu kelompok. Sedangkan involuntary isolate adalah sikap atau

perbuatan menolak terhadap orang lain dalam kelompoknya meskipun dia ingin

menjadi anggota kelompok tersebut. Involuntary yang subyektif beranggapan

bahwa dia tidak dibutuhkan oleh kelompoknya dan menjauhkan diri dari

kelompok, sedangkan involuntary yang obyektif sebaliknya dia benar-benar

ditolak oleh kelompoknya. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka siswa

terisolir merupakan anak yang tidak mempunyai teman dalam pergaulannya

karena ia tidak minat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok sebagai

proses sosial.Kebutuhan sosial siswa direfleksikan dalam keinginan mereka

untuk popular di mata teman sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau

lebih, dan keinginan untuk menarik dimata orang yang mereka sukai. Meskipun

setiap siswa punya kebutuhan yang kuat dibandingkan siswa lain. Anak

30
pengaruh penerapan layanan bimbingan kelompok teknik role-playing terhadap perilaku
solidaritas siswa dalam menolong teman di SMA Negeri rantau utara T.A 2014,(Vol. 1 No.1
Maret 2015)
31
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2006), hal. 245
37

terisolasi adalah suatu sikap individu yang tidak dapat meyerap dan menerima

norma-norma ke dalam kepribadiannya dan ia juga tidak mampu untuk

berperilaku yang pantas atau menyesuaikan diri menurut tuntutan lingkungan

yang ada.

Menurut Andi Mappiareanak terisolasi adalah anak yang jarang dipilih atau

sering kali mendapat penolakan dari lingkungannya, salah satunya adalah

kemampuan daya pikirnya yang rendah atau bodoh32.

Selanjutnya, Graham dan Stuartmenjelaskan siswa terisolir adalah siswa yang

mempunyai pengaruh sosial rendah dan penerimaan sosial rendah, sedangkan siswa

popular adalah siswa siswa yang memiliki pengaruh sosial dan penerimaan sosial

yang tinggi.Bagi remaja yang tidak memiliki atau kurangnya ciri-ciri pribadi seperti

dimiliki oleh seseorang yang diterima oleh kelompok teman sebayanya, misalnya

kerapian, aktif dalam urusan kelompok, berinisiatif dan memikirkan kepentingan

kelompok, sabar, jujur, suka menolong, suka bekerjasama dan membantu anggota

kelompok, bertanggung jawab dan pemurah33.

b. Ciri-Ciri Anak Terisolir

Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak terisolasi dari

lingkungannya adalah mempunyai ciri sebagai berikut menurut Hurlock34 yaitu:

1. Penampilan diri yang kurang menarik

2. Kurang sportif

3. Penampilan yang tidak sesuai dengan standar teman

32
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2006), hal. 149
33
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2006), hal. 14
34
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan , (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), hal. 14 (
38

4. Perilaku yang menonjolkan diri, mengganggu orang lain, suka memerintah,tidak

bekerjasama dan kurang bijaksana

5. Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian

emosi,ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan.

6. Mementingkan diri sendiri dan mudah marah

7. Status sosioekonomis berada di bawah sosioekonomis kelompok

8. Tempat yang terpencil dari kelompok

c. Faktor Yang membuat Anak Terisolir

a. Tidak bisa bergaul, masalah kesulitan dalam menyesuaikan diri. Biasanya anak

kurang mampu untuk bisa diajak bekerja sama dengan orang lain atau kurang

mampu bertenggang rasa dengan orang lain saat bermain atau melakukan

aktivitas.

b. Egosentris, yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh seorang anak

yangberkecenderungan berpikir, berbicara dengan diri mereka sendiri dan

merasadirinyalah yang paling unggul, mempunyai kemampuan yang lebih

dibandingkandengan teman-temannya atau dalam istilah lain sikap ke-Akuanya

muncul sebagaiakibat dari rasa mampu yang berlebihan. Sikap seperti ini bisa

hilang, menetapatau bahkan bisa berkembang semakin kuat, sebagian

bergantung pada kesadaranindividu itu sendiri bahwa hal itu akan membuat

mereka tidak populer dansebagian lagi bergantung pada kuat atau lemahnya

keinginan mereka untukmenjadi anak yang populer.

c. Pertengkaran, yaitu merupakan sikap perselisihan diantara dua individu atau


39

lebihdikarenakan adanya suatu pemicu yang membuat ketidaksenangan di dalam

hatidiantara salah satu dari mereka. Hal ini akan mengakibatkan salah satu

darimereka dapat dibenci atau dikucilkan dari kelompoknya.

d. Penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri

yangmementingkan kepentingan diri sendiri.

e. Terkenal sebagai orang yang tidak sportif.

f.Kurangnya kematangan terutama dalam pengendalian emosi, kepercayaan

diri,ketenangan dan kebijaksanaan.

g. Status sosio ekonomis yang di bawah status sosioekonomis kelompok.

h. Tertutup, yaitu suatu sikap menutup diri sebagai akibat dari konflik-

konflikinternal dari dalam dirinya dan ketidak mampuan individu menyesuaikan

terhadapsituasi dan kondisi di lingkungannya. Hal ini akan mengakibatkan

individuterjauhkan dari kelompoknya karena bisa dicap sebagai invidu yang

sombong,acuh tak acuh dan lain sebagainya.

i.Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk sikap atau perilaku

melawanterhadap aturan-aturan atau norma-norma yang ada di masyarakat.

Perilaku initerjadi sebagai reaksi individu terhadap penerapan aturan, disiplin

atau tuntutandari orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak

seorang anak.Sikap pembangkangan ini biasa terjadi pada anak menginjak masa

usia remaja yaitu 12-15 tahun.

j.Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (non

verbal)maupun dalam bentuk kata-kata (verbal) sebagai rasa ketidak puasan

individuterhadap situasi dan kondisi yang kurang kondusif. Agresi ini


40

merupakan salahsatu bentuk reaksi dari anak karena ia merasa frustasi yang

dialaminya. Agresi inidapat diwujudkan dalam bentuk memukul, mencubit,

mencemooh, marah, dan sikap-sikap negatif yang lainnya.

k. Menggoda (teasing), yaitu suatu tindakan sebagai bentuk lain dari pada

perilakuagresif. Menggoda ini adalah me rupakan serangan mental yang

ditujukan kepadaseseorang dalam bentuk verbal seperti kata-kata ejekan atau

cemoohan, sehinggadapat menimbulkan sikap marah pada orang lain yang

diserangnya dengan katakatatertentu pula.

l.Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk

bisamenguasai dan mendominasi situasi sosial terhadap suatu kelompok atau

temansebayanya. Perilaku ini terwujud dalam bentuk meminta, menyuruh,

mengancamatau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan dirinya sendiri.

m. Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu suatu sikap egosentris atau tidak

memperdulikan orang lain dalam memenuhi keinginan-keinginannya atau istilah

lain dari sikap mementingkan diri ini adalah acuh tak acuh dengan keadaan

disekitarnya dan masak bodoh dengan orang lain.

n. Pendiam, yaitu sikap tidak banyak bicara dikarenakan adanya halangan-halangan

di dalam dirinya yang menyebabkan individu takut untuk bicara.


41

Anda mungkin juga menyukai