Anda di halaman 1dari 6

Yang Terkucil dan Pembela

Ibu tara adalah seorang pengajar yang menyayangi semua anak muridnya. Ia dan suaminya
tinggal di daerah serpong, tangerang selatan. Bu tara dan pa bima sudah menikah sejak 2017
hingga saat ini mereka belum memiliki keturunan. Selain menjadi pengajar ibu tara dan pa
bima menjabat sebagai pegawai sipil dinas pendidikan di kota Tangerang Selatan. Yang
bertugas mengawasi perkembangan sistem pendidikan di sekolah-sekolah yang ada di
nusantara terutama di wilayah kota Tangerang Selatan. Hari ini ibu tara dan pa bima akan
berangkat dinas keluar kota.

“ Kriingggg kringgggg kringgggg “

Bunyi bel istirahat berbunyi.

matahari tepat berada di kepala bu tara ketika ingin kembali ke kantor guru, hari ini begitu
panas. Perut dan pikiran bu tara sudah meminta di beri jatah untuk istirahat.

“hmmm, panas banget hari ini. Kamu mau makan apa mas? “ tanya bu tari sambil mengibas-
ngibas tangannya

“ makan nasi padang saja yuu” memberi saran kepada sang istri

“ ya sudah ayo mas” mereka berdua sama-sama berjalan menuju warung padang

Rumah makan padang

Suasana di rumah makan begitu ramai dengan warga yang berbincang karena mendengar
berita.

“ tiga anak pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dilarang untuk mendapatkan
hak pendidikan di PAUD Welipa dan Sekolah Dasar Negeri SDN-2 Nainggolan, Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara. Ketiga anak yatim piatu yang berusia di bawah 12 tahun itu
bahkan terancam diusir dari Kabupaten Samosir, karena masyarakat di mana ketiganya
tinggal yakni di Desa Nainggolan tidak mau ketiga anak itu bersekolah di tempat yang sama
dengan anak-anak lain”. Langsung dari nainggolan, kabupaten samosir, sumatera utara.
Anggita melaporkan tasya di studio.

Begitu berita yang di dengar oleh pasangan suami istri tersebut. Perasaan bu tara sangat sedih
ketika mendengar beberapa anak yang seharusnya mendapatkan haknya untuk mendapatkan
pembelajaran, harus sirnah karena terkucilkan. Diam-diam ia melirik pa bima, dan pa bima
sudah sangat peka atas apa yang dilakukan oleh sang istri.

“ kenapa?” tanya pa bima

“aku kasihan sama anak kecil itu mas, bagaimana nasip mereka? Bagaimana kondisi
psikologinya?” pertanyaan yang bertubi-tubi ditanyakan bu tara kepada sang suami

“kamu peduli banget si padahal kenal juga engga sama anak itu, ohh iya bagaimana jika kita
meminta pengabdian mengajar di sana?” tanya sang suami
“aku sangat setuju mas,kalau bisa mas yang mengurus yaa hehe” ucap bu tara jahil

“siap komandan” ucap pa bima sama jahilnya

Berita tentang kemalangan 3 anak itupun sudah membuat seisi kantor menjadi bising. Di
antara segelintir orang tersebut banyak opini yang positif dan negatif. Kedatangan pemimpin
kedinasan membuat semua orang menjadi tenang.

“baik, sebelumnya mohon maaf menggangu kalian semua. Di sini saya akan menyebutkan
siapa saja yang bulan ini mendapatkan surat dinas keluar kota/provinsi, berikut nama-
namanya ; Irwan, Tara, Bima. Iya baik mohon bantuannya untuk ketiga nama tersebut, kalian
akan saya tugaskan di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara” ucap pa sarto
sebagai kepala kedinasan kota Tangerang selatan

“mohon kerja samanya bu tara, dan pa bima” ucap irwan dan menyodorkan tangan ke arah pa
bima dan bu tara

“iya pa irwan mohon kerja samanya” ucap mereka kompak

Pelabuhan merak

Jam sudah menunjukan pukul 06.00 WIB, tapi pa irwan belum kunjung datang. Dengan
suasana hati yang sangat gelisah ini, bu tara terus berfikir positif dan selalu di semangati oleh
sang suami.

“mohon maaf saya terlambat, tadi jalanan macet sekali” ucap pa irwan sambil melihat jam di
tangan kirinya yang menunjukan pukul 07.00 WIB

“apakah bapak tidak bisa tepat waktu” ucap bu tara dalam hati

“iya tidak apa, tapi kita ketinggalan kapal dan kapal baru tersedia lagi di jam 10.00 WIB”
ucap pa bima

“baik lah, sebaiknya kita bisa istirahat, sambil mempelajari materi yang akan kita berikan ke
setiap sekolah” ucap bu tara

“hmmm, nanti saja deh saya lelah banget. Saya ingin berjalan-jalan di sekitar sini dulu” ucap
pa irwan dengan entengnya

“ya Allah sabarkan saya” bu tara kembali berbicara dalam diam

Tanpa mendengar tanggapan dari bu tara dan pa bima, dia pergi begitu saja. Jam sudah
menunjukan pukul 10.00 WIB, akhirnya meraka bertiga berlayar menyebrangi laut samudra
yang begitu indah, namun sayang pemandangan indah itu sedikit ternodai dengan sampah-
sampah yang terbawa oleh ombak.

“sungguh tak punya rasa malu yang membuang sampah-sampah ini “ ucap pa bima

Waktu terus berlalu, pemandangan yang di lihat oleh mata telanjang ini sangat indah dan
tanpa disadari perlayaran ketiga pegawai sipil ini sudah sampai ke tempat tujuan mereka,
yaitu pelabuhan belawan. Diam-diam bu tara senyum sangat bahagia mengingat tujuan kedua
ia datang kesini, iya dia ingin bertemu dengan tiga anak penderita HIV itu.

“Selamat datang di ibu kota Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara” ucap pa bonar
kepala dinas samosir

“iya pa terimakasih, telah menyambut kami” ucap pa bima

“baik, mari saya tunjukan tempat peristirahatan kalian. Pasti sangat lelah berlayar 42 jam”
ucap pa bonar

“aduh iya nih pa, saya mabok laut” ucap pa irwan dengan sembrononya

“iya pa terimakasih, dan mohon maaf jika merepotkan bapak” ucap bu tara dengan senyuman
mengembang

Esokan harinya bu tara, pa bima, dan pa irwan bergegas melakukkan tugas dinasnya di 2 unit
smp dan 1 smk yang ada di pangururan. Penilaian dan evaluasi yang di lakukan mereka
bertiga berjalan dengn lancar dan tak terasa hari sudah sore. Langit di kota pangururan ini
sangat indah, warna jingga memenuhi langit dan burung-burung pun dengan bebasnya
terbang di atas langit.

Suatu ketika ibu tara ingin bergegas pulang ia melihat rumah sakit HKBP. dan saat itu juga ia
mengingat ketiga anak yang terkena HIV, tak disangka bu tara langsung membuka
handphone pintarnya untuk mencari keberadaan mereka. Saat sudah ketemu, masalah baru
muncul.

“pa irwan saya, dan pa bima besok akan pergi ke Nainggolan. Apa bapa ingin ikut atau balik
ke tangsel sendirian?” tanya bu tara

“ada keperluan apa kalian pergi kesana?” dengan nada dingin ucap pa irwan

“ada sesuatu yang harus saya lakukan, jadi bagaimana apakah bapak mau ikut?” tanyanya
sekali lagi

“baiklah, dari pada saya pulang sendiri dan saya harap keperluan bu tara itu penting” ucap pa
irwan

“saya harap bapa tidak merepotkan kami disana” ucap bu tara dalam hati, sedikit kesal

“yasudah mari kita membersihkan barang-barang” ucapa pa bima

Setelah mereka membersihkan semua barang, akhirnya mereka keluar dari tempat
penginapan dan berpamitan kepada pa bonar. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan
menuju Nainggolan, perjalanan hampir satu setengah jam dari Pangururan ke Nainggolan.

Sampai di nainggolan mereka dikejutkan oleh masyarakat yang melakukan demo di depan
kantor kedinasan, demo ini dilakukan masyarakat karena untuk meminta kejelasan atas
kejadian tempo hari yang membuat masyarakat resah dengan kehadiran siswa baru di sekolah
anak mereka yang mengidap HIV. Mereka meminta kedinasan membuat keputusan yang
bijaksana. Dengan perasaan yang campur aduk bu tara akhirnya meneteskan air matanya
melihat kondisi yang tak terduga ini, ia membayangkan bagaimana kondisi mental tiga anak
tersebut jika melihat kejadian ini. Tanpa perlu waktu lama akhirnya dia pun maju ke atas
demonstran untuk memberikan hak berpendapatnya.

“permisi permis” ucap bu tara meminta jalan untuk menuju ke atas demonstran

Dengan terkejut pa irwan dan pa bima lihat bu tara sudah di atas demonstran.

“bisa saya mengeluarkan pendapat di atas sini?” tanya bu tara kepada pemimpin demonstran

“baik silahkan”

“sebelumnya mohon maaf jika saya menganggu kalian, perkenalkan saya tara calaudia saya
pegawai sipil dinas pendidikan kota Tangerang selatan, Banten. Saya sangat prihatin tentang
masalah yang ada di Nainggolan ini, saya sangat menghargai apa yang masyarakat di sini.
meminta hak untuk keadilan terhadap anak-anaknya. Sebelum itu apakah kalian tidak pernah
memikirkan perasaan tiga anak yang merasa terkucilkan oleh semua keadaan ini? Mereka
juga layak uuntuk mendapatkan haknya yaitu menjadi pembelajar dan bermain. dan jika
kalian melakukkan hal seperti ini apakah tidak berdampak pada psikologi ketiga anak itu?
Saya mohon dengan sangat sebaiknya hentikan demonstran ini dan biarkan perwakilan dari
kalian yang berbicara baik-baik dengan pemerintah setempat. Mohon maaf jika saya lancang
dan terimakasih” ucap bu tara sambil meneteskan air matanya

setelah itu bu tara meninggalkan tempat tersebut, seolah dia kecewa terhadap masyarakat
setempat yang bertindak seperti itu. dan tanpa di sadari pa bima mengejar bu tara dan tiba-
tiba memeluk pa bima memeluk sang istri lalu tumpahlah air mata bu tara di pelukan sang
suami.

Disisi lain masyarakat dan pa irwan masih terbawa suasana, beberapa saat kemudian mereka
tersadar, diam-diam ada seseorang yang melihat kejadian tadi dan ia tersenyum. Suasana
menjadi lebih kondusif pimpinan demonstran akhirnya membubarkan demonstran, lalu
pemerintah setempat akhirnya mengadakan rapat dengan pemimpin daerah setempat,
perwakilan warga, dan perwakilan dari komite AIDS HKBP.

“kami bertanggug jawab, tidak kami perbolehkan masyarakan mengucilkan tiga anak tersebut
dan kami sudah meminta kepolisian utuk melindungi ketiga anak tersebut” ucap pa agus
kepala camat samosir

“kami tidak akan berbuat macam-macam terhadap anak itu, yang kami ingin kan bagaimana
solusi dari masalah ini. Saya sebagai orang tua khawatir anak-anak akan tertular penyakit
yang ada di dalam diri ketiga anak tersebut” ucap perakilan warga

“saya tekankan disini penyakit HIV tidak akan menular melewati udara dan jika bersentuhan
secara langsung tidak akan langsung tertular, HIV/AIDS hanya bisa di menularkan lewat
kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan mani dan ASI. Penularannya bisa
lewat pengguna jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks tidak aman juga pemberian
ASI dari ibu ke anak. dan virus HIV akan mati di udara bebas dalam waktu kurang dari
semenit. Jadi jika mereka hanya sekolah di tepat formal, akan normal-normal saja asalkan
tiga anak tersebut selalu di dampingi oleh saya. dan jika butuh bukti lagi saya tidak mengidap
HIV dan di nyatakan normal setelah merawat mereka selama 5 bulan terakhir ini, karena apa
kita sebagai orang dewasa seharusnya bisa berfikir lebih bijaksana dalam menghadapi sebuah
permasalahan.” Ucap bu tari dengan sedikit penekanan

“kami tau bu tari tentang hal itu, tetapi kami tidak bisa memaksa orang tua untuk mengikuti
apa yang kita inginkan” ucap pa agus

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Lalu sorotan mata menuju pintu dan di dapati pa bahar,
bu tara, pa bima dan pa irwan yang datang dan langsung duduk di tempat mereka berkumpul.
Pa bahar adalah bupati samosir ia datang kemari dikabari oleh tangan kanannya bahwa
sedang ada demo di kantor. Setelah pa bahar datang masalah semakin runyam, sampai
akhirnya menemukan solusi.

“jadi begini ya bu tari dan semuanya yang ada disini, saya mendapatkan perintah langsung
dari pemerintah bahwa solusinya. Pemerintah akan membangun sekolah khusus untuk anak-
anak yang mempunyai penyakit HIV/AIDS dan penyakit lainnya, namun untuk sementara
saya berharap untuk ketiga anak ini kembali sekolah namun dengan sistem home schooling.”
Ucap pa bahar

“Sampai kapan anak-anak ini akan home schooling?” tanya bu tari cemas

“untuk saat ini permohonan sudah di ajukan ibu, jadi mohon doanya supaya prosesnya cepat
dan lancar” ucap pa bahar dengan sopan

“bu tari, apakah anak-anak mulai terganggu psikisnya karena kejadian ini” tanya bu tara
penasaran

“sejujurnya mereka sangat terganggu dengan semua ini, terutama untuk iwan dia masih umur
5 th yang seharusnya ia bermain dengan ank-anak lain tapi kenyataannya dia hanya bisa
berdiam diri bahkan bisa dibilang dia pemalu dan jarang berbicara” ucap bu tari gemetar

“jika seperti itu sebaiknya ibu meminta pihak rumah sakit untuk segera memeriksa kondisi
psikologi iwan bu, saya takut ia akan semakin terbebani dengan penyakitnya itu jika tidak di
tindak lanjuti” ucap pa bima memberi solusi

“bu tari tenang saja kami disini siap membantu ibu tari dan pemerintah pun akan membantu
karena ketiga anak tersebut sudah yatim piatu maka mereka sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah” ucap pa bahar dengan ramah

“dan untuk sementara saya bisa membantu ibu tari untuk mengajar mereka bertiga, kebetulan
kemarin saya izin untuk mengabdi selama 2 bulan dan saya memang sudah mempersiapkan
semua ini sebelum berangkat ke pulau samosir” ucap bu tara sambil mengelus telapak tangan
bu tari
“sebelumnya saya minta maaf kepada seluruh masyarakat yang sudah sempat membuat resah
orang tua, sebetulnya saya hanya ingin mereka bertiga mempunyai hak yang sama seperti
anak-anak pada umumnya. Saya menyadari bahwa mereka ini berbeda namun tak sepatutnya
mereka di perlalukan layaknya anak yang terkucilkan toh penyakitnya yang berbahaya bukan
orangnya, jadi sebaiknya jauhi penyakitnya bukan anaknya. dan saya sangat berterimakasih
kepada pa bahar, pa agus, bu tara, pa bima, dan kalian semua yang ada disini telah
memberikan solusi untuk masalah ini. Terimakasih banyak atas bantuannya” ucap bu tari
sambil menangis tersedu

“sudah seharusnya kita menolong sesama bu, jadi jika mendapat kesulitan tentang anak-anak
segera laporkan kepada kami bu” ucap pa agus

“besok bisakah saya menjenguk dan mulai mengenal mereka bu tari?” tanya bu tara

“tentu saja boleh bu, dengan senang hati kami menerima ibu untuk datang di komite AIDS
HKBP” ucap bu tari penuh semangat

Masalah telah di selesaikan dengan bijaksana, semua orang yang hadir di dalam pertemuan
tadi telah kembali ke rumah mereka. Malam ini bu tara dan pa budi akan ketempat komite
AIDS HKBP. Sore tadi pa irwan sudah pulang ke Tangerang, karena dia harus kembali
bertugas disana. lalu disisi lain bu tara sangat bahagia akhirnya bisa bertemu dengan ketiga
anak tersebut, dan mereka setiap harinya menjalankan program home schooling dengan pa
bima, bu tara dan bu tari. Senyuman ketiga anak tersebut sedikit-sedikit tumbuh kembali dan
itu yang membuat bu tara dan pa bima bersemangat untuk memberikan materi pembelajaran
setiap harinya.

SELESAI.

Biodata

Nama : Mega suci wulandari


Lahir : Jakarta, 02 desember 2000
Alamat : Kodiklat TNI, Jl. Masjid buaran, Gg. Inisatif, No. 05, Rt : 004 Rw : 03, Kelurahan
Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang selatan, Banten. 15316
Alamat email : megasuciw.gun35@gmail.com
Telphone : 085819213166

Anda mungkin juga menyukai