Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran adalah suatu alat untuk mencapai tujuan di dalam pengetahuan
tersebut, sehingga memungkinkan dipenuhinya kebutuhan dari penilaian bidang
tertentu. Uji psikologi diartikan suatu cara untuk mengetahui seseorang, misalnya
watak dan kemampuan seseorang.
Salah satu masalah yang mendorong kebutuhan akan penggunaan tes
psikologi adalah untuk membedakan antara manusia normal dan manusia
abnormal. Untuk menghindari penyalahgunaan uji psikologis, ada beberapa kode
etik yang perlu diperhatikan.
Sebuah tes psikologis adalah alat yang dirancang untuk mengukur teramati
konstruksi, juga dikenal sebagai variabel laten . Sebuah tes psikologi berguna
harus baik berlaku (misalnya, ada bukti untuk mendukung interpretasi tertentu
dari hasil tes ) dan handal (yaitu, internal konsisten atau memberikan hasil yang
konsisten dari waktu ke waktu, melintasi penilai, dll).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian pengukuran psikologis?
2. Bagaimana ciri-ciri alat ukur psikologis?
3. Bagaimana uji psikologis?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian psikologis.


2. Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri alat ukur psikologis.
3. Agar mahasiswa mengetahui uji psikologis.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian psikologis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri alat ukur psikologis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui uji psikologis.
E. Metode Peulisan
Penulis menggunakan metode pencarian materi dengan mengakses data dari
internet mengenai pengukuran dan uji psikologis.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada makalah ini:
BAB I PENDAHULUAN, Pada bagian ini dipaparkan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN, Pada bagian ini dipaparkan mengenai pengertian
pengukuran psikologis, ciri-ciri alat ukur psikologis, dan uji psikologis.
BAB III PENUTUP, Pada bagian ini memuat kesimpulan dan saran mengenai
pengukuran dan alat uji psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran Psikologis


1. Arti dan Hakekat Pengukuran psikologis.

Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku


yang menampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan
aspek-aspek kepribadian yang lain. (T. Raka Joni, 1977. p.5.).
Dalam praktek, pengukuran psikologi pada umumnya banyak
menggunakan tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat
untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya.
Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi
pada dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada proses dan alatnya yang
digunakan

sebagai

dasar

penggunaan

istilah

dalam

praktek.

Perbedaan antara pengukuran konvensional (alamiah) dengan pengukuran


psikologi:
a. Pengukuran konvensional
1)

Dilakukan secara langsung.

2)

Mempunyai satuan ukuran yang jelas/tegas.

3)

Telah adanya kesepakatan tentang awal atau darimana harus mulai


mengukur

b. Pengukuran psikologis
1)

Dilakukan secara tidak langsung.

2)

Tidak mempunyai satuan ukuran.

3)

Tidak adanya kesepakatan mengenai awal atau dari mana harus


mulai mengukur
3

Ciri-ciri khusus daripada pengukuran psikologi yang membedakan


dengan ciri-ciri pengukuran alamiah:
a. Variabel-variabel yang diukur berupa tingkah laku yang nampak sebagai
cerminan dari keadaan kejiwaan itu tidak selalu secara konsisten
mencerminkan suasana batin seseorang.
b. Bahwa dalam pengukuran psikologi sangat sukar atau bahkan tidak
mungkin diperoleh kesepakatan dalam kalibrasi satuan ukuran.
c. Dalam pengukuran psikologis tidak terdapat adanya nol mutlak.
d. Bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran psikologi
jauh lebih besar disbanding dengan kesalahan dalam pengukuran alamiah.
2. Fungsi pengukuran psikologis dalam bimbingan
Pengukuran psikologis dalam bimbingan mengandung pengertian
implikatif bahwa hasil daripada pengukuran tingkah laku sebagai cerminan
daripada prestasi, bakat, sikap, dan aspek-aspek kepribadian yang lain
dimanfaatkan untuk dasar layanan bimbingan kepada klien.
Dapat dinyatakan bahwa hasil pengukuran tes psikologis yang bersifat
obyektif menjadi dasar bagi konselor dalam memberikan layanan bimbingan
sesuai dengan keadaan pribadi klien untuk memahami dirinya, memahami
masalahnya, memahami lingkungannya serta mampu mengembangkan diri
sehingga tercapai kesejahteraan hidupnya.
Fungsi dari pengukuran psikologis dalam bimbingan dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu:
a. Dilihat dari segi klien (konseli)
Membantu

mengenal

dan

mengerti

keadaan

psikisnya

yang

menyangkut potensi psikis dan prestasinya serta kelemahan dan


kelebihan dalam aspek psikis yang dimilikinya.
4

b. Dilihat dari segi konselor


Membantu konselor dalam memahami diri kliennya sehingga dapat
menetapkan bentuk layanan bimbingan yang sesuai dengan keadaan
dan pribadinya.
c. Dilihat dari proses layanan bimbingan Pengukuran psikologis
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1)

Prediksi, yaitu dapat digunakan untuk meramalkan kemungkinan


tingkah laku klien di masa dating.

2)

Komparasi, yaitu sebagai dasar membandingkan diri klien


dengan klien yang lain atau dengan ukuran lain, sehingga dapat
diketahui status individu dalam kelompoknya atau dasar ukuran
tertentu yang digunakan.

3)

Diagnosa, bahwa hasil pengukuran psikologis sebagai dasar


menetapkan jenis masalah/kesulitan, letak kesulitan beserta
penyebab terjadinya. Hasil diagnosa ini juga dapat digunakan
untuk menetapkan alternatif jenis dan layanan bimbingan yang
sesuai.

4)

Evaluasi, berfungsi sebagai bahan informasi untuk dasar


pengambilan keputusan tentang perlakuan terhadap klien.

5)

Penelitian, sebagai informasi atau tata penelitian tentang suatu


hal tertentu berhubungan dengan tujuan pengukuran, untuk
menentukan tindak lanjut bimbingannya.

3. Tujuan pengukuran psikologis dalam bimbingan

Hal-hal yang mendorong dilaksananya atau perlunya pengukuran


psikologis dalam bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Adanya tuntutan dalam memberikan layanan bimbingan harus
berdasarkan atas prinsip perbedaan individual.
b. Tuntutan dalam pemberian layanan bimbingan berdasarkan atas
kelengkapan informasi dan data klien.
c. Adanya kenyataan pembedaan manusia abnormal dengan manusia
normal.
d. Menetapkan aspek psikologis yang mana menjadi penyebab masalah
konseli.
4. Secara terperinci sesuai aspek-aspek yang di ukur, tujuan pengukuran
psikologis adalah sebagai berikut:
a. Yang menyangkut aspek kognitif
1) Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan belajar dalam
wujud prestasi belajar konseli.
2) Untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kecerdasan/intelegensi
konseli yang merupakan salah satu factor utama keberhasilan belajar.
3) Untuk mendapatkan informasi tentang bakat atau kemampuan khusus
yang bersifat potensial sebagai bahan studi lanjut bimbingan karir atau
jabatan.
b. Yang menyangkut aspek Non-kognitif
1) Mendapatkan informasi tentang arah minat serta bakat terhadap bidang
tertentu.
6

2) Mendapatkan informasi tentang pendapat atau sikap konseli terhadap


dirinya maupun lingkungannya.
3) Mendapatkan informasi tentang system nilai daripada konseli. Hal ini
didasarkan atas anggapan bahwa system nilai akan sangat berpengaruh
pada perilakunya.
4) Mendapatkan informasi tentang aspek kepribaadian yang lain,
misalnya penyesuaian diri, control diri, rasa kecukupan, kepastian diri,
harga

diri,

kematangan

emosi,

kecenderungan

neorotis,

dan

sebagainya.

B. Ciri-ciri Alat Ukur Psikologi


Ciri-ciri alat ukur psikologi meliputi:
1. Validitas
Validitas menunjukan hasil test sesuai kriteria yang dirumuskan.
Validitas hanya berlaku untuk kriteria tertentu. Ada 3 validitas yaitu :
a)

Validitas semu
Hasilnya beraneka ragam dan tidak obyektif.

b)

Validitas konten
Di gunakan untuk test hasil belajar.

c)

Validitas empiris
Validitas yang memuaskan karena ada korelasi antara hasil dan kriteria
test. Ada 2 yaitu validitas meramal dan status.

2.

Reabilitas

Ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam


kesempatan yang berbeda dengan test yang sama/item yang sama.
Reabilitas

ini

dipengaruhi

oleh

koefisien

stabilitas,

ekuivalen,

Homogenitas test.
3. Norma
Norma merupakan status quo (tidak mutlak) dan disesuaikan dengan
kondisi. Norma dipakai pada kelompok yang besar, representative, bahan
test harus sama dengan bahan yang dijadikan norma.

C. Uji Psikologis
1. Pengertian Uji Psikologi
Uji psikologis adalah bidang ditandai dengan penggunaan contoh
perilaku dalam rangka untuk menilai psikologis membangun, seperti fungsi
kognitif dan emosional, tentang individu tertentu. Dimana uji psikologi ini
merupakan:
a) Suatu cara untuk mengetahui seseorang seperti intelegensi, ketekunan,
bakat, minat dengan tujuan untuk menyelidiki watak dan kemampuan
seseorang.
b) Dengan pemberian tugas untuk menyelesaikan sesuatu/menelaah
masalah tertentu.
c) Dipakai untuk membedakan manusia normal dan abnormal.

d) Dalam uji psikologis kode etik harus diperhatikan,penjualan dan


distribusi test di batasi.
e) Teruji dan penguji tidak ada hubungan batin.
Menurut Dyer suatu test tidak pernah menunjukan tujuan akhir dari suatu
penyelidikan karena:
a) Suatu test tunggal tak cukup memberi gambaran mengenai suatu
kemampuan, sifat atau sikap perseorangan.
b) Bahwa test jangan dikirakan mutlak, abadi interpretasinya.
c) Bahwa tak dapat dianggap suatu mesin yang dapat diputar begitu saja
untuk mendapatkan suatu hasil. Tes adalah suatu penilaian manusia,
hasil pemikiran manusia setelah daya upaya keras dan bukan sesuatu
yang bersifat fisik belaka.
2. Tujuan Uji Psikologis
Dimana tujuan uji psikologis adalah sebagai berikut:
a)

Mengenal diri lebih obyektif.

b)

Menerima keadaan diri secara obyektif.

c)

Mampu mengemukakan berbagai aspek di


dalam dirinya.

d) Mampu mengelola informasi sebagai dasar pemecahan masalah dan


pengambilan keputusan.
3. Jenis Uji Psikologis
a) IQ prestasi tes

Tes IQ mengaku menjadi ukuran kecerdasan , sedangkan tes


prestasi adalah ukuran penggunaan dan tingkat perkembangan
penggunaan kemampuan. IQ (atau kognitif) tes dan tes prestasi tes
norma-referensi umum. Dalam jenis tes, serangkaian tugas disajikan
untuk orang yang sedang dievaluasi, dan tanggapan seseorang yang
dinilai dengan hati-hati sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
Sesudah

pengujian

selesai,

hasilnya

dapat

dikompilasi

dan

dibandingkan dengan respon dari kelompok norma, biasanya terdiri


dari orang-orang pada usia yang sama atau tingkat kelas sebagai orang
yang sedang dievaluasi. tes IQ yang berisi serangkaian tugas biasanya
membagi tugas ke dalam verbal (mengandalkan pada penggunaan
bahasa) dan kinerja, atau non-verbal (mengandalkan tangan jenis mata
tugas, atau penggunaan simbol atau objek). Contoh tugas tes IQ verbal
adalah kosakata dan informasi (menjawab pertanyaan pengetahuan
umum). contoh non-verbal dihitung penyelesaian teka-teki (majelis
obyek) dan gambar yang cocok dengan mengidentifikasi pola
(penalaran matriks).
Tes IQ (misalnya, WAIS-IV , WISC-IV , Cattell Culture Fair
III , Woodcock-Johnson Tes Kognitif Kemampuan-III, Stanford-Binet
Intelligence Scales V) dan tes prestasi akademik (misalnya WIAT ,
WRAT , Woodcock-Johnson Pengujian Prestasi-III) dirancang untuk
diberikan kepada baik individu (oleh evaluator terlatih) atau
sekelompok orang (kertas dan pensil tes).
b) Tes Sikap
Uji Sikap menilai perasaan seseorang tentang orang, kejadian,
atau objek. Sikap skala digunakan dalam pemasaran untuk
menentukan individu (dan kelompok) preferensi untuk merek, atau

10

item. Biasanya menggunakan tes sikap baik Skala Thurston, atau Skala
Likert untuk mengukur item tertentu.
c) Tes Neuropsikologis
Tes ini terdiri dari tugas-tugas khusus dirancang digunakan
untuk mengukur fungsi psikologis diketahui terkait dengan struktur
otak tertentu atau jalur. Mereka biasanya digunakan untuk menilai
penurunan setelah cedera atau sakit diketahui mempengaruhi
neurokognitif berfungsi, atau bila digunakan dalam penelitian, untuk
kontras kemampuan neuropsikologi seluruh kelompok eksperimental.
d) Tes Kepribadian
Tindakan psikologis kepribadian sering digambarkan sebagai
tes objektif atau tes proyektif . Istilah "tes objektif" dan "test
proyektif" baru saja datang di bawah kritik dalam Journal of
Personality Assessment. Semakin deskriptif "rating skala atau ukuran
laporan diri" dan "tindakan respon bebas" yang disarankan, daripada
istilah "tes objektif" dan "tes proyektif," masing-masing.
Tes kepribadian adalah seperangkat alat tes yang disusun untuk
mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah
laku. Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari
kepribadian, bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena
sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat
dideskripsikan. Untuk membantu menjelaskan kepribadian, alat tes
kepribadian menggunakan bantuan angka-angka dan kemudian
hasilnya dintrepretasikan/dideskripsikan kedalam kualitatif.

11

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat kami tarik dalam makalah ini adalah:
1. Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang
menampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspekaspek kepribadian yang lain.
2. Ciri-ciri alat ukur psikologi meliputi: validitas, reabilitas, dan norma.
3. Uji psikologis adalah bidang ditandai dengan penggunaan contoh perilaku
dalam rangka untuk menilai psikologis membangun, seperti fungsi kognitif
dan emosional, tentang individu tertentu
12

B. Saran.
Semua orang perlu menyadari dan memahami bahwa suatu pengujian tidak
pernah menunjukkan tujuan akhir dari suatu penyelidikan. Pengujian adalah suatu
penilaian manusia, Hasil pemikiran manusia setelah daya upaya keras dan bukan
sesuatu yang bersifat mutlak dan fisik belaka.
Kontrol terhadap tes-tes psikologi perlu untuk menghindari makin dikenalnya isi
tes tersebut untuk sembarang orang, dan untuk diyakini bahwa tes tersebut dilakukan
oleh seseorang.
Kita sebagai calon perawat tentunya harus mengetahui tentang pengukuran dan
uji psikologis guna untuk memberikan edukasi kepada orang yang akan
melaksanakan uji psikologis nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Pengukuran Psikologis. Dalam


(http://himcyoo.wordpress.com/2011/04/12/hakekat-fungsi-dan-tujuanpengukuran-psikologis/). Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Anonim.

____.
Pengukuran
dan
Uji
Psikologi.
Dalam
(http://www.mediafire.com/view/yfdi27q7y8xfnnl/pengukuran+dan+uji+psi
kologi.docx). Diakses tanggal 5 Mei 2014.

Laksono.

2011.
Pengukuran
dan
Uji
Psikologis.
(http://hindramaidiantolaksono.blogspot.com/2011/06/makalahsosiologi.html). Diakses tanggal 5 Mei 2014.

Dalam

Psychology
Mania.
2010.
Pengukuran
Psikologi.
Dalam
(http://www.psychologymania.net/2010/09/pengukuran-psikologi.html).
Diakses tanggal 5 Mei 2014.

13

Psychology Mania. 2011. Pengukuran Psikologi: Definisi, Sejara. Dalam


(http://www.psychologymania.com/2011/07/pengukuran-psikologi-defenisisejarah.html). Diakses tanggal 5 Mei 2014.
Psychology
Mania.
2012.
Tes
Kepribadian.
Dalam
(http://www.psychologymania.com/2012/04/tes-kepribadian-personalitytest.html). Diakses tanggal 5 Mei 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai