Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya.


Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan
lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada sifat-sifat
yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik.
Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu,
kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti;
kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain.

Menurut Gibson & Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan
pengembangan karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi
konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan
potensinya.Adapun ciri khas dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki pola
kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas apa
yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan yang
cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minat yang
dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang
jabatan tertentu.

Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching individuals to
occupations that mesh with their interests and aptitudes. Struktural sekolah berfokus pada
pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakat mereka. Oleh
karenanya, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan mencocokan
pilihan karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan bakat dan
minatnya.Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri
peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal
data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang
kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data
tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.

Disamping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial dalam
membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor, asal mencocokkan itu tidak
diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti cocok, melainkan
sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang kemudian dipertimbangkan
pro dan kontranya.Pandangan Trait and Factor sebenarnya tidak pernah membela
penggunaan testing secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai
pelopor pengembangan teori Trait and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data
yang penting dalam konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang penting
dalam konseling karir, misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial budaya. Dengan
demikian, pandangan Trait and Factor diperluas sehingga dapat menghasilkan suatu
pendekatan praktis dalam konseling karir.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bagian-bagian materi yang yang menjadi pertanyaan
dalaam menemukan isi dari pembahasan ini, antara lain :
1. Apa Pengertian Trait and Factor
2. Bagaiman Pendekatan Trait and Factor
3. Bagaiman tujuan Trait and Factor
4. Apa asumsi dasar Trait and Factor

C. Tujuan Runusan Masalah


agar pembaca bisa memahami maksud dan tujuan dari materi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trait and Factor


Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu.
Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes
psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek
kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.Winkel (2010:407)
Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan
program studi/bidang pekerjaan.
Trait dapat di artikan dengan sifat, karakteristik seseorang individu. Sedangkan factor
berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki sebuah pekerjaan atau suatu jabatan.

B. Pendekatan Trait And Factor


Pendekatan Trait and Factor adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam
konseling karier untuk membantu individu memilih karier yang sesuai berdasarkan
karakteristik pribadi dan faktor-faktor eksternal. Berikut adalah materi lengkap tentang
pendekatan ini:
 Pengenalan: Pendekatan Trait and Factor, juga dikenal sebagai Pendekatan Trait-Factor
atau Pendekatan Trait-and-Factor, adalah pendekatan dalam konseling karier yang
mengemukakan bahwa individu memiliki karakteristik (traits) yang khas dan bahwa
pekerjaan atau karier yang sesuai dapat diidentifikasi dengan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti minat, kemampuan, dan nilai-nilai individu.
 Traits (Karakteristik): Pendekatan ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki
karakteristik pribadi yang unik, termasuk minat, kepribadian, dan kemampuan. Ini adalah
elemen-elemen yang membentuk dasar pemilihan karier yang cocok.
 Factor (Faktor-Faktor): Faktor-faktor eksternal seperti peluang pekerjaan, permintaan
pasar, pendidikan yang diperlukan, dan kondisi ekonomi juga diperhitungkan dalam
pendekatan ini. Faktor-faktor ini membantu individu memilih karier yang realistis dan
mempertimbangkan peluang sukses.
 Penilaian dan Konseling: Pendekatan Trait and Factor melibatkan penilaian
komprehensif terhadap individu, termasuk tes kepribadian, tes minat karier, daerah
valuasi kemampuan. Konselor karier menggunakan hasil penilaian ini untuk memberikan
panduan dan saran tentang pilihan karier yang sesuai.
 Perencanaan Karier: Setelah karakteristik individu dan faktor-faktor eksternal
dianalisis, individu dan konselor bekerja sama untuk merencanakan langkah-langkah
karier yang konkret, seperti pendidikan, pelatihan, dan pencarian pekerjaan.
 Pengembangan Keterampilan Karier: Pendekatan ini juga dapat melibatkan
pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan karier. Ini dapat
mencakup pelatihan tambahan, pengembangan kemampuan interpersonal, dan
pengembangan keterampilan berbicra di depan umum.
 Pemantauan dan Penyesuaian: Proses pemantauan dan penyesuaian terus-menerus
diperlukan karena pilihan karier dan kondisi individu dapat berubah seiring waktu.
Pendekatan Trait and Factor mendukung perencanaan karier yang fleksibel.
 Kritik dan Keterbatasan: Kritik terhadap pendekatan ini mencakup ketidakberlanjutan
model ini dalam menghadapi perubahan dinamis di dunia kerja dan bahwa fokusnya pada
karakteristik individu mungkin kurang mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi
yang lebih luas.Pendekatan Trait and Factor telah mengalami perkembangan seiring
waktu, dan saat ini lebih sering digabungkan dengan pendekatan lainnya dalam konseling
karier. Ini membantu individu mendapatkan pandangan yang lebih lengkap tentang
pilihan karier yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.

Teori pendekatan trait and factor adalah salah satu pendekatan dalam bidang konseling
dan psikologi yang digunakan untuk membantu individu dalam pemilihan karier atau
pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadi mereka. Pendekatan ini berdasarkan pada
keyakinan bahwa setiap individu memiliki sejumlah trait atau ciri-ciri kepribadian yang dapat
dipetakan, dan bahwa pekerjaan atau karier yang cocok adalah yang sesuai dengan trait
tersebut.
Dalam pendekatan ini, beberapa tahapan umum yang biasanya dilakukan adalah:
 Identifikasi Trait: Pertama, konselor akan bekerja sama dengan individu untuk
mengidentifikasi trait atau ciri-ciri kepribadian mereka. Ini dapat mencakup hal-hal
seperti minat, nilai-nilai, keahlian, dan preferensi pribadi.
 Identifikasi Faktor Pekerjaan: Selanjutnya, konselor akan membantu individu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dalam pekerjaan, seperti lingkungan kerja,
tuntutan pekerjaan, kemampuan yang dibutuhkan, dan lain-lain.
 Penyesuaian: Setelah trait dan faktor pekerjaan diidentifikasi, konselor akan mencoba
mencocokkan individu dengan pekerjaan atau karier yang cocok berdasarkan kesesuaian
trait dan faktor tersebut.
 Pemilihan Karier: Individu kemudian dapat memilih karier atau pekerjaan yang paling
sesuai dengan karakteristik mereka berdasarkan analisis ini. Pendekatan trait and factor
telah digunakan dalam berbagai konteks, terutama dalam pembimbingan karier,
pendidikan, dan pengembangan sumber daya manusia. Ini membantu individu membuat
keputusan yang lebih informan tentang jalur karier yang akan diambil berdasarkan
pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan persyaratan pekerjaan yang
ada.

C. Tujuan Trait And Faktor


Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak bagi
pengambilan keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama
dari sekian pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir.
Teori Trait and Factor tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.Sayekti
(1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual logis dan
rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan-
kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling dengan
pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula konseling yang
mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien
mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling semacam inilah yang
banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar negeri maupun di negara
kita.Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling
ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika
Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa dihubungkan dengan
Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley, Patterson,
dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan
alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan
kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan
jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan
pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu. Williamson berpendapat
bahwa dasar konseling modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi
keunikannya tersebut, melalui pengukuran yang objektif.Dalam bukunya Choosing a
Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih
suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell, 2011:454)

1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti
kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.
3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah
perencanaan karir yang sukses.

Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar
untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational
information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir rasional guna
menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap
kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi
dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.Dengan demikian,
dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the
hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the choice of a vacation).

Pandangan Tentang Manusia Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem


sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan,
minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia
mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di
atas Williamson mempunyai pandangan tentang manusia sebagai berikut (dalam Sayekti,
1998:49)

 Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk Makna hidup adalah mencari
kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya
tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor mestilah optimis
dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika
manusia belajar menggunakan kemampuannya.
 Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
 Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah
menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.

Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan
faktor kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang
dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep
dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan
dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.
D. Asumsi Dasar Trait and Factor
Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam
Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
1. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi
umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan, yang bersama-
sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang
berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja
di berbagai bidang pekerjaan.
3. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila
potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri
serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang
mendasari teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola
kemampuan dan potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan
pekerjaan, kurikulum sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada
diri individu, dan kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk
memahami diri dengan berpikir baik-baik.
E. Tujuan Konseling Trait and Factor
Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1. membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan
membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat
bereaksi secara wajar dan stabil.
3. Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan
menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan
pendekatan Trait and Factor adalah:
1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan
manusia.
2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan
cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan
metode ilmiah.
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan
menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah
tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu
klien mengalami:
1. Klarifikasi diri (self clarification)
2. Pemahaman diri (self understanding)
3. Pengarahan diri (self acceptance)
4. Pengarahan diri (self direction)
5. Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga
dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

E. Tahapan Proses Konseling Trait And Factor


Beberapa tahapan dalam Konseling trait and factor ialah antar lain :
 Analisis. Merupakan tahapan kegiatan: pengumpulan informasi dan data mengenai klien.
Konselor dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya, tepat, dan relevan untuk
mendiagnosis pembawaan, minat, motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain
yang memudahkan penyesuaian diri. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-
alat, seperti: cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan studi
kasus. Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus memperhatikan pula cita-cita
dan sikap klien dan cara memandang permasalahannya.
 Sintesis. Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga
menunjukkan bakat klien, kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan penyesuaian diri.
 Diagnosis. Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat
mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan
dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri. Langkah diagnosis mencakup: (a)
identifikasi masalah; (b) menentukan sebab-sebab; (c) prognosis
 Konseling. Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri
maupun sumber di luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian
optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima sifat konseling, yaitu :
(a) belajar terpimpin menuju pengertian diri; (b) mendidik/mengajar kembali untuk
mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya; (c) bantuan pribadi agar
klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari; (d) Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang
bersifat menyembuhkan; dan (e) mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.
 Tindak Lanjut. Memberikan bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru
dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan
konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas
klien, mengingat bahwa individu itu sifatnya unik, sehingga tidak ada teknik yang baku
yang berlaku untuk semua klien.

F. Teknik konseling Trait And Factor


1. Atending
Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam
proses konseling. Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor
menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak
mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien. Dalam tataran yang lebih
operasional, melakukan refleksi melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat tertarik pada
Anda?
2. Bagaimana saudara mengenal bila seseorang memberikan perhatian terhadap Anda?
3. Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan,
memperhatikan dan menghayati Anda ?
Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, konselor dapat memulai
melakukan pembinaan untuk mengajak klien mamasuki proses konseling.
Aspek-aspek atending meliputi :
1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka). Duduk dengan badan
menghadap kepada klien. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-
kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara
verbal. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan
atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
mengerti. Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke
arah klien untuk menunjukan kebersamaan.
2. Kontak Mata. Melihat klien terutama pada waktu bicara. Menggunakan pandangan
spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan
merespon
3. Mendengarkan. Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien. Mendengarkan apapun
yang dikatakan klien, mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya,
perasaannya, dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya

2. Mengundang Pembicaraan Terbuka


Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi
dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien
untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap
pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk
menceritakan sejarahnya atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan.
Contoh pertanyaan terbuka :
1. Untuk membantu memulai wawancara :
“Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
“Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir kita?”
2. Membantu klien menguraikan masalahnya :
“Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu!“
“Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus :
“Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?”
“Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu itu?”

Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain:


1. Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering.
2. Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama.
”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu?”
3. Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya : “Mengapa anda tidak bergaul dengan
baik?”
4. Memasukkan jawaban dalam pertanyaan, umpamanya : “Anda sebenarnya belum
mengerti hal itu pada saat anda mengatakan tentang ayahnya, bukan?”

3. Paraprase
Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien
dalam rumusan-rumusan yang menggun3akan kata-kata konselor sendiri. Memberi tahu
klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan konselor ingin
mendengarkan leih banyak lagi. Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk
mengolah lebih dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya.
Maksud dari kegiatan paraprase adalah :
1. menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berupaya
memahami apa yang dinayatkan klien
2. mengkritalisasi komentar klien dengan lebih memendekannya sehingga membantu
mengarahkan wawancara
3. memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
Cara Memparaprase :
1. Dengarkan pesan utama klien
2. Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat
3. Amati pertanda atau minta respons dari klien akan bantuan paraprase.

Hindari:

1. analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien


2. respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien, bukan kepada
tema utamanya
3. pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien

4. Refeksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan
perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan
merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah
yang sedang dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan
merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang
sedang dialami.
Aspek-aspek refleksi perasaan :

1. Mengamati perilaku klien


2. Mendengarkan dengan baik
3. Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien.
4. Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
5. Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami.
6. Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.

5. Meringkas .
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Meringkas : rupaya merekapituasi,
memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. Dengan
menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam
mendengarkan. Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan
yang wajar, dan dapat menjadi panduan wawancara.
Panduan umum meringkas: (1) Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai
variasi tema dan nada emosional pada saat klien berbicara; (2) Gabungkan perasaan dan
ide kunci ke dalam pernyataan-pernyataan yang pengertian dasarnya luas; (3) Jangan
tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan; dan (4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat
membantu kalau menyatakan ringkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang
dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu. Trait dapat
di artikan dengan sifat, karakteristik seseorang individu. Sedangkan factor berarti tipe-tipe,
syarat-syarat tertentu yang dimiliki sebuah pekerjaan atau suatu jabatan.
Pendekatan Trait and Factor adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam
konseling karier untuk membantu individu memilih karier yang sesuai berdasarkan
karakteristik pribadi dan faktor-faktor eksternal. Berikut adalah materi lengkap tentang
pendekatan ini:
Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk Sesuai dengan pendapat
Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang manusia sebagai berikut
(dalam Sayekti, 1998:49)

 Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk Makna hidup adalah mencari
kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya
tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor mestilah optimis
dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika
manusia belajar menggunakan kemampuannya.
 Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
 Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah
menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.

Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam
Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
 Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi
umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan, yang bersama-
sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
 Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang
berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja
di berbagai bidang pekerjaan.
 Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang
berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila
potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
 Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri
serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas

Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling Individu Trait and Factor. Malang:DEPDIKBUD

Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career Development Curriculum for
Middle School Student. New York: IDEBATE Press Books

Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset

Slamet Riyadi. 2010. Model-model Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang

_______. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Surakarta: Universitas Slamet Riyadi
Surakarta

Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai