Anda di halaman 1dari 22

Teori-Teori Konseling

kelompok 1:
• ariski eka hadiyanto
• fanny rahmawati
• hafiz maulana
• rahmayuli
Client Trait
Centered Factor
Conseling Conseling

2
 Menurut Winkel (2006: 397)  Menurut Rogers dalam Thalib
Istilah Client Centered (2010:121) menyatakan bahwa
Counseling sukar diganti
konsep diri adalah konsep
dengan istilah Bahasa
Indonesia yang singkat dan
kepribadian yang paling utama,
mengena; paling-paling berisi ide-ide, persepsi, dan nilai-
dapat dideskripsikan dengan nilai yang mencakup tentang
mengatakan : corak kesadaran tentang diri
konseling yang menekankan
peranan konseli sendiri
dalam proses konseling

3
Carl Ransom Rogers
Ia lahir di Oak park Iltionis pada tanggal 8 Januari
1902. Setelah menamatkan sekolah menengah, ia
menjadi mahasiswa di universitas wisconsin Jurusan
Pertanian dan kemudian tertarik pada ilmu psikiatri
dan biologi. dan mernperoleh gelar Ph.D (doktor)
pada klinik psikologi di Universias Columbia tahun
1931.
Selama dua belas tahun ia menjadi staf ahli psikologi pada klinik bimbingan
anak di Rocestet New York. Di sinilah mulai muncul teori atau metode
psikoterapi baru yang merupakan teori non directive therapy yang kemudian
disebut client centered therapy sebagai reaksi terhadap psikoterapi lama.

4
Konsep dasar Client Centered Conseling
 Pendekatan client centered atau non directive counseling, didasari
oleh suatu teori kepribadian yang disebut self theory dari carl Rogers
sendiri. Teori tersebut menjelaskan bahwa kepribadian manusia itu
terdiri atas 2 unsur (Sayekti pujosuwarno : 1993) :

Organisme Self

5
Tujuan Client Centered Conseling
Menurut Sumarto (2017 : 84) Terapi terpusat pada klien yang
dikembangkan oleh cars R. Rogers pada 1942 bertujuan untuk membina
kepribadian klien secara Integral, berdiri sendiri, dan mempunyai
kemampuan memecahkan masalah sendiri.

Menurut Komalasari (2011: 265) Pendekatan client centered bertujuan


membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi konseling, konselor mendudukkan konseli sebagai orang
yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi
positif dengan penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard),
yaitu menerima konseli apa adanya.

6
Peran dan fungsi Client centered conseling
Menurut Namora (2011:157) Pada hakikatnya konselor dalam
client centered lebih menekankan aspek sikap dari pada teknik
konseling, sehingga yang lebih diutamakan dalam konseling
adalah sikap konselor.
Hal yang terpenting yang harus ada adalah seorang konselor
bersedia untuk memasuki dunia klien dengan memberikan
perhatian yang tulus, kepedulian, penerimaan dan pengertian.

7
Teknik-teknik Client Centered Conseling

8
Lanjutan…

9
Lanjutan…

10
Lanjutan…

11
Contoh Kasus Client
Centered Conseling:

12
Dina adalah siswa SMA Negeri favorit di Jakarta. Dia anak yang cerdas
dengan kelebihan pada mata pelajaran eksakta yang diatas rata-rata,
namun Dina memiliki keterbatasan secara fisik, yakni kakinya tidak
sempurna atau pincang. Kepincangan kakinya akibat kecelakaan motor
yang terjadi pada saat Dina SMP. Hal ini yang mengusik cita-citanya untuk
menjadi dokter di kemudian hari. Di lingkungan yang baru ini (SMA), Dina
seringkali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-
temannya, diolok-olok “pincang”, disakiti dan dijauhi. Dengan kondisi seperti
ini, Dina hanya mau bergaul dengan orang yang dianggapnya nyaman untuk
dirinya dan dengan orang-orang yang mau mendekatinya. Dari aspek
kehidupan Dina, keluarganya memiliki kondisi ekonomi yang pas-pasan.
Ibunya penjual makanan tradisional dari ketela pohon, ayahnya seorang
buruh. Dina merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adiknya
sekarang kelas VII SMP dan memiliki tubuh yang normal. Kondisi yang dialami
Dina dilingkungan sekolah menimbulkan rasa putus asa terhadap
kehidupannya, sehingga memberikan penilaian negative terhadap takdir
Rabbnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut tentu sangat
mempengaruhi keadaan psikologis Dina yang sempat berencana untuk
berhenti sekolah.

13
Trait Factor Conseling
• Menurut Winkel (2006: 407) Istilah Trait-Factor Counseling sukar diganti
dengan istilah Bahasa Indonesia yang mengena; paling-paling dapat
disekripsikan dengan mengatakan: corak konseling yang mengenakan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu
dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang
menyangkut pilihan program studi dan atau/ bidang pekerjaan.

• Menurut Afandi (2008:39) Teori ini kepribadian merupakan suatu system


sifat atau factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti
kecakapan, minat, sikap dan temperamen. Perkembangan kemajuan
individu dimulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi
sifat dan factor.
14
Sejarah trait factor conseling
Menurut Sholihin (2015:101) Asal-usul teori Trait And
Factor dapat ditelusuri ke masa Frank Persons. Teori
tersebut menegaskan bahwa karakter klienlah yang
harus pertama kali dinilai, dan kemudian dicocokan
secara sistematis dengan faktor-faktor yang terlibat
dalam berbagai jabatan. Pengaruh teori ini tersebar
sangat luas pada masa depresi besar, ketika E. G.
Williamson pada tahun 1939 mempelopori
penggunaannya yang popular dengan konseling
direktifnya.

15
KONSEP dasar Trait Factor Conseling
Menurut Afandi (2008:39) Teori ini kepribadian merupakan suatu sistem
sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti
kecakapan, minat, sikap dan temperamen. Perkembangan kemajuan
individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sifat
dan faktor. Banyak usaha untuk membuat kategori orang-orang atas dasar
macam-macam sifat.
Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah :
1. Menilai ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis.
2. Mendefinisikan atau menggambarkan seseorang.
3. Membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya.
4. Memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa datang.

16
TUJUAN TRAIT FACTOR CONSELING
• Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.

• Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir.

• Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidak mampuan, dan keterbatasan diri serta
membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.

• Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode
ilmiah. Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor dapat disebutkan yaitu:
Self-clarification (kejelasan diri), Selfunderstanding (pemahaman diri), Self-accelptance (penerimaan
diri) Self-direction (pengarahan diri), Self-actualization (perwujudan diri).

17
Peran dan Fungsi Trait factor Conseling
Menurut Afandi (2008:40) Peran konseling sifat dan factor
menurut Shertze & Stone adalah membantu individu dalam memperoleh
kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya
memahami kekuatan dan kelemahan diri dalam kaitan dengan tujuan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.

Menurut Afandi (2008:42) Peranan konselor dalam teori ini adalah


memberitahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh
konselor melalui hasil testing.

18
Teknik-teknik trait factor conseling

Pengukura Pemberian Menunjukk


Memperba
n nasihat atau Melaksana an kepada
iki
hubungan perencanaa kan petugas
pemaham n program
intim rencana lain atau
an diri. kegiatan
(rapport). referal.

19
Contoh Kasus trait factor
Conseling:

20
Diantara siswa kelas X terdapat salah satu siswa yang mengalami masalah
pemilihan jurusan IPA atau IPS saat dikelas XI. Diinisialkan dengan “F”. Siswa
F mengaku mengalami kesulitan dalam hal memilih jurusan. Berdasarkan
keterangan siswa F masih bingung dengan jurusan yang sesuai dengannya.
Sementara orang tua siswa F tersebut menekan siswa F untuk menjadi yang
selalu sempurna dari segi prestasi. Orangtua siswa F menargetkan agar
siswa F selalu masuk 3 besar kelas. Sebelum masuk SMA siswa F disuruh
masuk ke sekolah kehutanan di Bogor. Akan tetapi karena siswa F merasa
tidak cocok masuk sekolah tersebut, dia menolak anjuran dari orang tuanya.
Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya siswa F masuk ke sekolah
umum yaitu SMA Negeri 2 Magetan.
Masalah kembali muncul ketika siswa F tidak masuk dalam 5 besar
peringkat kelas. Siswa terbebani dengan amarah orang tuannya yang
kecewa atas prestasi siswa F. Orang tua siswa marah besar terhadap siswa
F.

21
THANKS!
Any question?

22

Anda mungkin juga menyukai