Hari ini tanggal 28 Oktober 2009 kita memperingati hari lahirnya Sumpah Pemuda yang ke 81.
Sebagai generasi muda alangkah baiknya kalau kita diingatkan kembali sepak terjang para
pelajar dan pemuda saat itu sehingga lahirlah sumpah pemuda yang pada perkembangan
selanjutnya berakhir dengan tercapainya cita-cita bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan Indonesia
yang diraih pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan kembali para pelajar, mahasiswa dan pemuda saat ini
dengan perjuangan yang telah mereka lakukan pada saat itu. Mereka rela berkorban nyawa demi
persatuan dan kesatuan bangsa dan juga tercapainya kemerdekaan Indonesia yang kita cintai ini.
Kita semua mungkin tidak akan pernah merasakan kemerdekaan seperti saat ini tanpa peran
perjuangan para pelajar dan pemuda saat itu. Disisi lain kita sangat prihatin melihat sebagian
pelajar, mahasiswa, dan pemuda saat ini yang sering tawuran. Bahkan mudah di adu domba
dengan sebab-sebab yang tidak jelas. Marilah sama-sama kita hargai pengorbanan yang telah
dilakukan para pahlawan kita terdahulu. Isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif bagi
kemajuan bangsa dan negara.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk kita semua khususnya para generasi muda harapan
bangsa.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali
rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat
semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad
Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang
bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain
gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa
dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin
dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu
tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan
mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan
sebagai Sumpah Setia, berbunyi
PERTAMA
KEDOEA
KETIGA
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA
PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA
Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928 1928.
Peserta :
Catatan :
1. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat
Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, pada waktu itu
adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong.
2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau Kongres Pemuda pada
waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang yaitu :
Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar
Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap
terus menyanyikannya.
Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita
bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat
Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage
Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah
peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan
pemuda pemudi Indonesia