Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN PRINSIP- PRINSIP SYARIAH DALAM TRANSAKSI BISNIS

SYARIAH
Risman
rman73451@gmail.com

Sekolah Tinggi Agama Islam Majene

Abstract

This article examines the application of Sharia principles within the realm of Sharia-
compliant business transactions. Sharia principles govern various aspects of economic
activities in Islamic finance, emphasizing ethical and equitable practices. Through a
comprehensive analysis, this study explores how these principles shape the conduct of
business transactions, including contracts, financing, and investment, in accordance with
Islamic law. It delves into key concepts such as fairness (adl), transparency (shuhra), and
risk-sharing (mudarabah), elucidating their significance in fostering a sustainable and
ethical business environment. By elucidating the practical implications of Sharia principles,
this research contributes to the understanding of Sharia-compliant business practices and
their relevance in contemporary economic contexts.
Keywords: application, principle, business, transaction, economy

Abstrak

Artikel ini mengkaji penerapan prinsip-prinsip Syariah dalam ranah transaksi bisnis yang
sesuai dengan Syariah. Prinsip-prinsip Syariah mengatur berbagai aspek kegiatan ekonomi
dalam keuangan Islam, dengan menekankan praktik-praktik etis dan adil. Melalui analisis
komprehensif, studi ini mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip ini membentuk perilaku
transaksi bisnis, termasuk kontrak, pembiayaan, dan investasi, sesuai dengan hukum Islam. Ia
memperdalam konsep-konsep kunci seperti keadilan (adl), transparansi (shuhra), dan berbagi
risiko (mudarabah), menjelaskan signifikansinya dalam mempromosikan lingkungan bisnis
yang berkelanjutan dan etis. Dengan menjelaskan implikasi praktis dari prinsip-prinsip
Syariah, penelitian ini berkontribusi pada pemahaman praktik bisnis yang sesuai dengan
Syariah dan relevansinya dalam konteks ekonomi kontemporer..
Kata Kunci: penerapan, prinsip, bisnis, transaksi, ekonomi
PENDAHULUAN

Franchise atau waralaba sedang mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di


Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia
(WALI), pada tahun 2010, jumlah franchise baik yang berskala lokal maupun internasional di
Indonesia mencapai 1.198. Pertumbuhan yang luar biasa ini dipicu oleh beberapa faktor,
termasuk dampak masih dirasakannya krisis keuangan global yang menyebabkan ketatnya
penyaluran kredit oleh lembaga keuangan. Selain itu, banyaknya perusahaan yang mengalami
kebangkrutan telah mengakibatkan banyaknya profesional yang kehilangan pekerjaan dengan
pesangon yang besar. Para profesional ini kemudian mencari peluang bisnis baru, salah
satunya melalui waralaba.
Oleh karena itu, banyak dari mereka yang sebelumnya bekerja di perusahaan beralih
profesi menjadi pemilik franchise. Pertumbuhan ini tidak hanya terjadi pada franchise lokal
tetapi juga pada franchise asing. Pertumbuhan franchise asing mencapai 28%, sementara
franchise lokal mencapai 72%. Data ini menunjukkan bahwa perkembangan franchise lokal
jauh lebih cepat daripada franchise asing. Di Indonesia, ada tren berkembangnya waralaba
yang berbasis prinsip syariah. Contohnya adalah Madani Mart Minimarket, Sejahtera
Bersama Mart (keduanya bergerak di bidang ritel), Umiku Crepes and Burger (bergerak di
bidang crepes dan burger), Chicken Room (bergerak di bidang makanan siap saji dengan
bahan baku utama ayam), Pijat Syariah Tomura (usaha pijat dan spa), dan Simply Hommy
Guest House (bidang guest house).
Franchise-franchise tersebut menyatakan bahwa mereka menerapkan prinsip-prinsip
syariah yang bersumber dari Al Quran, Hadis, dan ijtihad. Secara etimologis, syariah
memiliki beberapa makna, salah satunya adalah jalur yang harus diikuti. Konsep syariah
memiliki dasar yang kuat dalam Al-Quran (QS Al-Maidah (5):48), (QS Asy-Syuura (42):13),
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang berarti bahwa Dia telah menetapkan kamu
dalam syariat agama, maka ikutilah syariat tersebut dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS Al-Jaatsiyah (45):18). Berdasarkan kutipan
tersebut, hukum syariah dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang wajib diikuti oleh
hamba-hamba-Nya. Fiqih merupakan ilmu fiqh yang terkadang disinonimkan dengan
Syari’at, namun keduanya berbeda karena Syari’ah erat kaitannya dengan wahyu, yaitu ilmu
yang hanya didapat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan fiqh sebagian besar
dikembangkan oleh fuqaha dan terdiri dari kaidah-kaidah. Berdasarkan akal budi dan ijtihad
manusia.
Syariah berasal dari Al-Qur’an dan terdiri dari ketentuan khusus dan prinsip umum
yang mempunyai implikasi hukum dan moral. Aturan Al-Qur’an dan Sunnah yang jelas dan
tepat merupakan prinsip Syariah. Secara umum syariat memuat perintah, larangan, petunjuk
dan prinsip Allah mengenai tingkah laku manusia di dunia dan untuk menjamin
keselamatannya di akhirat. Dua sumber syariat yang diturunkan yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Sumber lainnya adalah nalar manusia dan ijtihad. Al-Qur’an bukanlah suatu dokumen hukum
atau konstitusi karena bahan hukumnya hanya sebagian kecil dari Al-Qur’an. Undang-undang
tersebut juga mencakup hukum perkawinan, hukum waris, hukum kontrak, hukum pidana,
prinsip disiplin, hukum militer, prinsip kesukarelaan dan hukum internasional.

KAJIAN LITERATURE
Supriadi dan Ismawati (2020) melakukan penelitian berjudul Implementasi Prinsip-
Prinsip Perbankan Syariah Untuk Mempertahankan Loyalitas Nasabah dalam jurnalnya dan
menjelaskan bahwa prinsip dalam perbankan syariah sangat penting sebagai dasar yang dapat
dijadikan pokok berpikir terkait pondasi muamalah dan segala transaksi di dalam dunia
perbankan syariah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis mengenai prinsip-prinsip dasar
dalam operasional perbankan syariah. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
kajiannya adalah analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, data
dalam bentuk artikel, buku dan laporan penelitian serta sumber-sumber lain atau informasi
yang relevan dengan kajian ini.
Dalam hal ini digunakan penelitian kepustakaan atau kepustakaan sebagai teknik
pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip dasar perbankan syariah
yang sebaiknya diterapkan dalam perbankan syariah adalah bebas dari maghrib (maysir,
gharar, haram, riba dan batil), amanah dan kehati-hatian dalam pengelolaan perbankan
syariah, dan prinsip akad. Ketiga prinsip tersebut pada dasarnya berkaitan dengan Syariat
Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Hadits, sehingga harus diterapkan dalam
berbagai kegiatan operasional.
Ringkasan dari penelitian yang dilakukan oleh Supriadi dan Ismawati pada tahun
2020 yang bertajuk "Implementasi Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah Untuk
Mempertahankan Loyalitas Nasabah". Mereka menekankan pentingnya prinsip-prinsip dalam
perbankan syariah sebagai landasan untuk muamalah dan transaksi di dalamnya. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis prinsip-prinsip dasar dalam operasional perbankan syariah.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan data
sekunder berupa artikel, buku, laporan penelitian, dan sumber lain yang relevan. Teknik
pengumpulan data yang dipilih adalah studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar perbankan syariah yang
harus diimplementasikan meliputi prinsip bebas dari unsur maghrib (maysir, gharar, haram,
riba, dan batil), kepercayaan, kehati-hatian dalam pengelolaan kegiatan perbankan syariah,
dan prinsip yang berdasarkan pada akad. Ketiga prinsip tersebut mengacu pada ajaran syariah
Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis, sehingga harus diterapkan dalam segala
kegiatan operasional perbankan syariah.
Asas ini menjadi rujukan utama bagi pelaksanaan seluruh tindakan operasionalnya,
termasuk asas kebebasan Maghrib yaitu maysir (termasuk perjudian), gharar (ketidakpastian),
Haram (larangan), riba (transaksi berdasarkan sistem bunga). ), kemudian asas amanah dan
kehati-hatian – kehati-hatian dalam pengelolaan perbankan syariah, dan yang terakhir adalah
asas akad yaitu segala transaksi yang dilakukan didasarkan pada akad yang diakui syariah.
Secara keseluruhan, ringkasan ini memberikan gambaran mengenai fokus, tujuan, metode
dan hasil kajian yang dilakukan terhadap penerapan prinsip perbankan syariah Supriad dan
Ismawat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Konsep Prinsip Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang bersifat lintas disiplin,
yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap konsep-konsep pendukungnya. Definisi
ekonomi syariah mencakup kajian atas permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan
kepentingan umat serta dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Dengan demikian, ekonomi syariah
merupakan implementasi praktis dari prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas ekonomi, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan mencapai kesejahteraan menyeluruh
dalam segi material, spiritual, dan moral.
Mengutip Nilai Inti dan Prinsip Ekonomi Syariah Bank Indonesia (BI) 2018, ekonomi
syariah memiliki enam prinsip yang berdasarkan pada ajaran agama Islam. Prinsip ini
disesuaikan dengan lima instrumen ekonomi syariah, yaitu zakat; larangan riba; Larangan
maysir atau perjudian; infaq, sedekah dan wakaf; dan aturan bisnis muamalah. Prinsip
keuangan syariah meliputi misalnya:
1. Pengelolaan kekayaan perorangan
2. Pendistribusian pendapatan yang inklusif
3. Optimalisasi investasi dan pembagian risiko
4. Investasi produktif yang terkait dengan sektor riil
5. Partisipasi sosial untuk kepentingan umum
6. Transaksi berdasarkan kerjasama dan keadilan
7. Fitur Ekonomi Syariah
Melansir Buku Pengayaan Pembelajaran: Ekonomi Syariah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia (BI) pada 2020 lalu, terdapat empat karakteristik yang dimiliki oleh ekonomi
syariah atau ekonomi Islam. Berikut beberapa karakteristik ekonomi syariah, yaitu:
1. Adil
Maksud adil di sini adalah penciptaan keseimbangan atau proporsi dalam
perekonomian, serta memberikan perlakuan yang setara kepada individu tanpa
diskriminasi dalam hal kompensasi, hak hidup layak, dan partisipasi dalam
pembangunan. Ini juga mencakup pendistribusian hak, penghargaan, dan kemudahan
berdasarkan kontribusi yang telah diberikan, tanpa adanya perbedaan atau
ketidakadilan.
2. Tumbuh Sepadan
Ekonomi yang tumbuh sepadan berarti sejalan dan seimbang dengan aspek-aspek
krusial dari ekonomi suatu negara, termasuk sektor keuangan dan sektor riil, dan
sesuai dengan kapasitas produksi serta daya beli masyarakat.
3. Bermoral
Selanjutnya, bermoral dapat diartikan sebagai memiliki akhlak yang mulia, di mana
masyarakat memahami bahwa kepentingan bersama dan jangka panjang lebih penting
daripada kepentingan individual. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang
menekankan pentingnya kerelaan untuk mencapai kesuksesan baik di dunia maupun
di akhirat.
4. Beradab
Terakhir, beradab mencerminkan ekosistem ekonomi yang menghormati nilai-nilai
kebangsaan, termasuk tradisi dan budaya, selama tidak bertentangan dengan norma
dan moral agama Islam
B. Transaksi Bisnis Syari’ah
Akad merupakan kerangka transaksi yang penting dalam ekonomi syariah, karena
melalui akad, berbagai kegiatan bisnis dan usaha dapat dilakukan. Akad memfasilitasi
individu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya dengan bantuan orang lain,
menjadikannya sebagai sarana sosial yang ditemukan oleh manusia untuk mendukung
kehidupan sosial mereka. Dalam konteks Hukum Islam, "akad" digunakan untuk merujuk
pada perjanjian atau kontrak. Dalam Fiqih Muamalah, kontrak atau perjanjian ini disebut
sebagai aqad. Prinsip-prinsip akad, termasuk rukun, syarat, serta asas-asasnya, akan diuraikan
dalam paper ini agar transaksi bisnis berbasis syariah dapat dilakukan dengan sah.
Akad merupakan kerangka transaksi yang esensial dalam ekonomi syariah, karena
melalui akad, berbagai aktivitas bisnis dan usaha dapat dilaksanakan. Akad memfasilitasi
individu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya dengan bantuan orang lain,
menjadikannya sebagai alat sosial yang digunakan manusia untuk mendukung kehidupan
sosial mereka. Dalam konteks Hukum Islam, "akad" mengacu pada perjanjian atau kontrak.
Dalam Fiqih Muamalah, kontrak atau perjanjian ini disebut sebagai aqad. Prinsip-prinsip
akad, termasuk rukun, syarat, serta asas-asasnya, akan dijelaskan dalam paper ini agar
transaksi bisnis berbasis syariah dapat dilakukan dengan sah.
Secara etimologis, akad adalah "ikatan antara dua hal, baik secara fisik maupun
konseptual, dari satu sisi maupun keduanya." Menurut pemahaman hukum Islam, akad dapat
diartikan secara luas dan sempit. Menurut pandangan Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanifiyah,
akad mencakup segala sesuatu yang dilakukan seseorang sesuai kehendaknya sendiri, seperti
wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang memerlukan persetujuan dua belah pihak seperti
jual beli. Sedangkan dalam arti khusus, akad merujuk pada "perjanjian yang disepakati
melalui ijab qabul berdasarkan ketentuan syariah yang memiliki dampak pada objeknya" atau
hubungan antara pernyataan salah satu pihak yang berakad dengan pihak lainnya sesuai
dengan syariah dan berdampak pada objeknya.
Para ahli hukum Islam mendefinisikan akad sebagai hubungan antara ijab dan qabul
yang tunduk pada kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh hukum pada objek
perjanjian. Definisi ini menunjukkan bahwa pertama, akad merupakan keterkaitan antara ijab
dan qabul yang dapat memunculkan konsekuensi hukum. Akad tidak akan terjadi jika
pernyataan kehendak kedua belah pihak tidak terkait satu sama lain karena akad merupakan
hubungan kehendak kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan qabul. Kedua, adanya
kesesuaian dengan kehendak syariat, berarti bahwa akad yang disepakati oleh kedua belah
pihak dianggap sah jika sesuai atau sejalan dengan ketentuan hukum Islam. Ketiga, akad
melahirkan konsekuensi hukum pada objek akad.
Akad dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni akad pertukaran dan akad percampuran.
Pertukaran, menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merujuk pada tindakan
menukar atau mempertukarkan satu hal dengan yang lain. Secara khusus, dalam konteks akad
mu'awadhat, pertukaran mengacu pada segala kegiatan yang melibatkan penukaran harta,
baik sebagian maupun seluruhnya, di mana suatu hal diperoleh dengan memberikan yang
lain. Objek pertukaran ini bisa berupa barang atau jasa. Jika objek pertukaran adalah barang
dengan barang, disebut tukar-menukar; jika melibatkan uang dengan barang, disebut jual beli;
sedangkan jika melibatkan uang/harga dengan manfaat barang atau keahlian tertentu, disebut
sewa menyewa atau upah mengupah.
Sementara itu, akad percampuran melibatkan penggabungan aset menjadi satu
kesatuan, di mana kedua belah pihak menanggung risiko dari usaha yang dilakukan dan
membagi keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Dalam akad ini, bisnis yang dijalankan
umumnya bersifat investasi, sehingga tidak menjamin imbalan yang pasti dari awal. Tingkat
imbalan yang diperoleh dapat bervariasi, bisa positif, negatif, atau nol. Dalam konteks hukum
Islam, akad percampuran ini dikenal dengan istilah syirkah atau musyarakah

C. Penerapan Akad Dalam Transaksi Bisnis Islam

1. Jual beli Murabahah


Menurut Dewan Syari’ah Nasional, murobahah menjual suatu barang yang
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayar kelebihan harga
tersebut sebagai keuntungan11. Sedangkan menurut Bank Indonesia, murobahah
adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank membeli barang-barang yang
dibutuhkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga pokok dengan
keuntungan yang disepakati. Sedangkan rukun murabahah sama dengan rukun jual
beli, yaitu ada penjual, ada pembeli, barang yang akan dijual, serta harga dan
kesepakatan dengan qabul.

2. Musyarakah
Menurut sebagian besar ulama fiqih, rukun musyarakah adalah adanya pihak-pihak
yang bekerja sama, modal, usaha dan akad. Pihak-pihak yang bekerjasama harus
kompeten untuk menerbitkan atau memberikan surat kuasa. Modal yang akan
dipisahkan harus berupa uang tunai atau harta benda yang nilainya setara atau harta
benda yang dianggap sebagai uang yang disepakati oleh para sekutu dan keikutsertaan
para sekutu dalam pekerjaan itu penting, meskipun salah satu pihak dapat menangani
lebih banyak pekerjaan daripada yang lain dan mempunyai hak untuk mengklaim
lebih banyak bagi hasil untuk dirinya sendiri.
Prinsip-prinsip bisnis syariah merupakan panduan etika dan nilai-nilai yang
digunakan dalam berbisnis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Berikut adalah beberapa
prinsip bisnis syariah yang umumnya diterapkan:
1. Kepatuhan Terhadap Hukum Islam: Bisnis harus sesuai dengan ajaran Islam dan
prinsip-prinsip hukum syariah.
2. Transaksi Bebas dari Ribawi (Riba): Riba atau bunga diharamkan dalam Islam.
Transaksi bisnis harus bebas dari riba, baik sebagai pemberi maupun penerima.
3. Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah): Konsep ini melibatkan pembagian keuntungan dan
kerugian antara investor (shahibul maal) dan pengusaha (mudharib).
4. Keadilan dan Keterbukaan: Bisnis harus adil dan transparan dalam segala aspek,
termasuk dalam transaksi, distribusi keuntungan, dan kerja sama dengan para pihak
terkait.
5. Larangan Perjudian dan Spekulasi (Maisir): Transaksi yang bersifat perjudian dan
spekulatif diharamkan dalam Islam. Bisnis harus berorientasi pada kegiatan yang
produktif dan membawa manfaat nyata.
6. Larangan Transaksi yang Berdasarkan Keterlibatan dalam Usaha Haraam: Bisnis
tidak boleh terlibat dalam aktivitas yang dianggap haram menurut ajaran Islam,
seperti perdagangan alkohol, narkotika, atau barang haram lainnya.
7. Penghindaran Risiko dan Gharar: Bisnis harus menghindari transaksi yang
mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau risiko yang tidak diizinkan secara
syariah.
8. Kepedulian Sosial: Bisnis harus memperhatikan kesejahteraan sosial dan lingkungan
sekitar, serta berkontribusi pada pembangunan masyarakat dengan cara yang
bertanggung jawab.
9. Kepatuhan terhadap Etika dan Moral: Etika dan moralitas harus menjadi bagian
integral dari setiap aspek bisnis, termasuk dalam hubungan dengan pelanggan,
karyawan, dan masyarakat secara umum.
10. Pengelolaan Risiko dengan Prinsip Asuransi Takaful: Dalam aspek asuransi, prinsip-
prinsip takaful (asuransi syariah) diterapkan untuk memastikan perlindungan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Prinsip-prinsip ini membentuk kerangka kerja untuk praktik bisnis yang sesuai dengan
ajaran Islam dan nilai-nilai moral yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Prinsip ekonomi syariah adalah kerangka kerja ekonomi yang didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam. Prinsip-prinsip ini mencakup berbagai aspek, termasuk etika, moralitas,
keadilan, dan kesejahteraan sosial. Beberapa prinsip ekonomi syariah yang utama antara lain:
1. Keadilan dan Keseimbangan: Prinsip ini menekankan pentingnya distribusi kekayaan
dan sumber daya secara adil di antara anggota masyarakat. Ekonomi syariah
menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan individu, masyarakat, dan
lingkungan.
2. Larangan Riba: Riba adalah praktik yang melibatkan penambahan bunga atau
keuntungan pada pinjaman uang. Ekonomi syariah melarang riba dan menggalakkan
model transaksi yang berdasarkan pada prinsip keadilan bagi kedua belah pihak.
3. Larangan Maysir dan Gharar: Maysir adalah perjudian, sementara gharar adalah
ketidakpastian atau ketidakjelasan dalam transaksi. Ekonomi syariah menghindari
praktik-praktik ini dan mendorong transparansi dan kejelasan dalam bisnis dan
perdagangan.
4. Kewajiban Zakat dan Infaq: Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam untuk
menyumbangkan sebagian dari kekayaan mereka kepada mereka yang membutuhkan,
sedangkan infaq adalah sumbangan sukarela untuk tujuan kemanusiaan dan kebaikan
sosial lainnya.
5. Kerjasama dan Kemitraan: Prinsip ini menekankan pentingnya kerjasama antara
individu, kelompok, dan lembaga dalam mencapai kesejahteraan bersama. Ekonomi
syariah mendorong pembentukan kemitraan yang adil dan saling menguntungkan.
6. Penghindaran Sumber Pendapatan Haram: Ekonomi syariah menghindari sumber
pendapatan yang dihasilkan dari praktik-praktik yang diharamkan dalam Islam,
seperti alkohol, judi, atau industri yang merugikan lingkungan.
7. Prinsip-prinsip ini membentuk dasar bagi sistem ekonomi syariah, yang bertujuan
untuk menciptakan masyarakat yang adil, berkelanjutan, dan berorientasi pada
kesejahteraan bersama. Sistem ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi semata,
tetapi juga memperhatikan nilai-nilai spiritual dan sosial dalam setiap keputusan dan
aktivitas ekonomi.

B. SARAN

1. Studi Kasus: Ambil beberapa kasus studi yang mewakili berbagai jenis transaksi
bisnis Syariah, seperti perbankan Syariah, investasi Syariah, atau asuransi Syariah.
Analisis kasus dapat membantu dalam memahami bagaimana prinsip-prinsip Syariah
diterapkan dalam praktiknya.

2. Penerapan Prinsip-prinsip Syariah: Tinjau bagaimana prinsip-prinsip Syariah, seperti


larangan riba, gharar (ketidakpastian), dan maysir (perjudian), diterapkan dalam
berbagai aspek transaksi bisnis Syariah. Identifikasi tantangan dan peluang dalam
menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik bisnis sehari-hari.

3. Kepatuhan Syariah: Teliti upaya-upaya untuk memastikan kepatuhan terhadap


prinsip-prinsip Syariah dalam transaksi bisnis, seperti pengembangan produk dan
layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, serta pengawasan dan audit
Syariah.

4. Implikasi Bisnis dan Sosial: Analisis implikasi penerapan prinsip-prinsip Syariah


dalam transaksi bisnis, baik dari perspektif bisnis maupun sosial. Tinjau dampaknya
terhadap keberlanjutan bisnis, reputasi perusahaan, dan keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, (2003) Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti
Abdul Madjid, (1986) Pokok-Pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan Dalam Islam,
Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati.
Adrian Sutedi, (2008) Hukum Waralaba, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bill Nickels, Jim Mc Hugh and Susan Mc Hugh (2009) Terjemahan Elevita Yulianti dan
Dina Angelica, Pengantar Bisnis, Jakarta: Salemba Empat.
Burhanuddin S, (2009) Hukum Kontrak Syariah, Yogyakarta: BPPE
Abdul Ghofur Anshori. (2008). Penerapan Syariah Dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan. Pustaka Pelajar.
Ash-Shawi, S., & Abdullah al-Mushlih. (2013). Fikih Ekonomi Islam (IV). Darul Haq.
Agus Triyanta,2016, Hukum Perbankkan Syariah, Regulasi, Implementasi dan Formulasi
Kepatuhannya Terhadap Prinsip-Prinsip Islam, Malang: Setara Press
Ali, Zainuddin,2008, Hukum Perbankan Syari’ah, Jakarta: Sinar Grafika
Ani Nugroho, 2015, Hukum Perbankan Syariah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Budiono Kusumohamijoyo, 2011, Filsafat Hukum , Problematik Ketertiban Yang Adil,
Mandar Maju, Bandung
Dewi, Gemala (2005) Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan Perasuransian
Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai