Anda di halaman 1dari 6

Inditrya Wisnu/I353180081

Ones Sinus Pangaribuan/I353180131


Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

SISTEM EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

A. Ekonomi Islam/Syariah
Dalam memahami hubungan antara agama dan perilaku ekonomi (religion and behavior
economic) maka harus mempelajari bidang dan ruang lingkup masing-masing secara spesifik.
Secara umum agama diartikan sebagai sebuah keyakinan manusia terkait dengan kehidupan alam
semesta, sebagaimana manusia memperlakukan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan terkait
dengan perilaku manusia sehingga terbentuk sebuah pola hubungan antar sesama manusia, dan
manusia dengan Tuhan. Agama juga merupakan sebuah aturan tingkah laku yang didasari atas
nilai dan norma yang berlaku. Jika mengingat agama yang tidak hanya berkaitan dengan
spiritualitas dan ritualitas namun agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan, dan
peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia.
Ekonomi islam ada sejak islam dilahirkan melainkan lahir bukanlah sebagai suatu disiplin
ilmu tersendiri melainkan bagian dari integral agama islam. Sejak abad ke-8 telah muncul
pemikiran-pemikiran ekonomi islam secara parsial misalnya, peran negara dalam ekonomi, kaidah
berdagang, mekanisme pasar dan lain sebagainya. Namun pemikiran mengeni ekonomi islam
secara komprehensif baru muncul pada pertengahan abad ke-20 dan semakin marak 20 tahun
terakhir. Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi
dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al Qur'an dan Sunnah
Nabi (P3EI, 2012:17).
Ekonomi secara umum didefinisikan sebagai hal yang mempelajari perilaku manusia
dalam mengunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan manusia. Setiap agama, secara definitive memiliki pandangan mengenai cara manusia
berprilaku mengorganisasi kegiatan ekonominya akan tetapi intensistasnya berbeda. Agama
tertentu memandang aktivitas ekonomi sebagai suatu kebutuhan materi namun dapat mendorong
pada terjadinya diorientasi terhadap tujuan hidup. Oleh karena itu agama islam memandang bahwa
semakin dekat dengan Tuhan, maka semakin kecil keterlibatan terhadap kegiatan ekonomi dan
kekayaan dipandang sebagai suatu yang akan menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Ilmu ekonomi Islam atau ekonomi syari’ah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Sejauh mengenai
masalah pokok, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu ekonomi Islam dan ilmu
ekonomi modern. Andaipun ada perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya (M. Abdul
Mannan; 1993) (Sumadi, 2018).
Ekonomi syariah bukanlah wacana baru dalam perkembangan ekonomi global. Ekonomi
syariah merupakan suatu realitas yang terus menghadirkan kesempurnaan dirinya di tengah
beragamnya sistem ekonomi dunia, terutama spektrum ekonomi sosialis dan ekonomi
konvensional dengan berbagai variannya. Kedua arus ekonomi konvensional dan ekonomi sosialis,
ekonomi syariah hadir sebagai kekuatan baru yang sedang membentuk diri menjadi sebuah sistem
yang mandiri dan matang. Ekonomi syariah tidak lagi dianggap sebagai alternatif atas jawaban

1
Inditrya Wisnu/I353180081
Ones Sinus Pangaribuan/I353180131
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

dari ketidakadilan sistem ekonomi sosialis dan ekonomi konvensional atau sistem sosio-ekonomi
kontemporer, tetapi sebagai solusi atas kelabilan dan ketidakpastian ekonomi global. Kebangkitan
ekonomi syariah bukan hanya sebagai sebuah ilmu yang bersifat akademis-teoritis, namun telah
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan kelembagaan keuangan, termasuk di
Indonesia (Nasution, 2006) (Najamuddin Khairur Rijal; Zulfiah, 2017).
Menurut Marthon (2007), keunggulan sistem ekonomi syariah, salah satunya adalah
penyatuan nilai moral dan nilai spiritual di dalam sistem tersebut. Sistem perekonomian
kontemporer hanya berfokus pada peningkatan utility dan materialisme tanpa menyentuh nilai
spiritualisme dan etika kehidupan masyarakat. Padahal dalam kegiatan ekonomi, kedua hal
tersebut merupakan satu kesatuan sehingga akan terjadi keseimbangan khususnya dalam proses
transaksi. Mengabaikan kedua hal tersebutlah yang menyebabkan kehidupan ekonomi masyarakat
tidak terkontrol karena terbebas dari koridor agama sehingga terjadi banyak penyelewengan seperti
riba, monopoli, korupsi, dan lain sebagainya. Jika, dikaitkan dengan ekonomi syariah, eksistensi
dan implementasi praktik ekonomi syariah di Indonesia dihadapkan pada peluang yang besar di
era MEA. MEA perlu dilihat sebagai peluang bagi ekonomi Islam untuk menunjukkan
eksistensinya. Dalam konteks Indonesia, implementasi MEA memberikan beberapa peluang bagi
pengembangan berbagai dimensi yang berhubungan dengan ekonomi syariah, di mana Indonesia
memiliki peluang besar dalam pengembangan keuangan syariah di dunia, terutama karena jumlah
penduduk Muslim yang besar. (Najamuddin Khairur Rijal; Zulfiah, 2017).
B. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Syariah
Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy
syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan
yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi
Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia atau pun akhirat
(P3EI, 2012:54).
Ekonomi syariah akan mendatangkan manfaat yang besar bagi umat muslim dengan
sendirinya, yaitu:
1. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga islam-nya tidak lagi
setengah-setengah. Apabila ditemukan ada umat muslim yang masih bergelut dan
mengamalkan ekonomi konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya belum kaffah.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan islam, baik
berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan
mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui bagi
hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas dari unsur riba yang
diharamkan oleh Allah.
3. Praktik ekonomi berdasarkan syariat islam mengandung nilai ibadah, karena telah
mengamalkan syariat Allah.
4. Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan syariah, berarti mendukung
kemajuan lembaga ekonomi umat Islam.

2
Inditrya Wisnu/I353180081
Ones Sinus Pangaribuan/I353180131
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

5. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau menjadi


nasabah asuransi syariah berarti mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat. Sebab
dana yang terkumpul akan dihimpun dan disalurkan melalui sektor perdagangan riil.
6. Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan amar ma'ruf nahi munkar.
Sebab dana yang terkumpul pada lembaga keuangan syariah hanya boleh disalurkan
kepada usaha-usaha dan proyek yang halal.
C. Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah
Ada beberapa prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi syariah, diantaranya adalah (Zainuddin
Ali, 2008):
1. Tidak melakukan penimbunan (Ihtikar). Penimbunan, dalam bahasa Arab disebut
dengan al-ihtikar. Secara umum, ihtikar dapat diartikan sebagai tindakan pembelian barang
dagangan dengan tujuan untuk menahan atau menyimpan barang tersebut dalam jangka
waktu yang lama, sehingga barang tersebut dinyatakan barang langka dan berharga mahal.
2. Tidak melakukan monopoli. Monopoli adalah kegiatan menahan keberadaan barang
untuk tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar, agar harganya menjadi mahal. Kegiatan
monopoli merupakan salah satu hal yang dilarang dalam Islam, apabila monopoli
diciptakan secara sengaja dengan cara menimbun barang dan menaikkan harga barang.
3. Menghindari jual-beli yang diharamkan. Kegiatan jual-beli yang sesuai dengan prinsip
Islam, adil, halal, dan tidak merugikan salah satu pihak adalah jual-beli yang sangat
diridhai oleh Allah swt. Karena sesungguhnya bahwa segala hal yang mengandung unsur
kemungkaran dan kemaksiatan adalah haram hukumnya.

D. Investasi Syariah
a. Deposito
b. Emas
Investasi emas pada saat ini menjadi hal yang paling diminati dari masyarakat kelas
menengah hingga kelas atas dikarenakan investasi yang menjanjikan. Dari mulai nilai yang
cenderung stabil, emas juga mejanjikan hingga masa mendatang karena nilai jualnya cukup
tinggi di pasar emas. Dalam investasi emasi ini sering dikaitkan dengan investasi yang
sesuai dengan Syariah karena di dalam al-qur’an disebutkan penggunaan emas (dinar) dan
perak (dirham) disebutkan sebagai mata uang.
Dalam hal pembiayaan di bank Syariah, ada dua jenis produk yang berkaitan
dengan pembiayaan emas pada perbankan syariah, yakni gadai (rahn) emas dan cicil
(murabahah) emas; yang dipraktikkan oleh beberapa bank syariah di Indonesia. Gadai
(rahn) emas merupakan bentuk gadai bagi nasabah yang membutuhkan dana dengan
menggadaikan emasnya. Sementara, cicilan (murabahah) emas merupakan pembelian
emas secara cicilan (Darwis Arahap, 2017).

3
Inditrya Wisnu/I353180081
Ones Sinus Pangaribuan/I353180131
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

c. Asuransi
d. Pasar modal
Kehadiran produk syariah di pasar modal menjadikan sebuah adanya
pengembangan bisnis berbasis Syariah ini ditandai dengan peluncuran produk danareksa
tahun 1997 syariah oleh PT. Danareksa Investment Management. Namun, pasar modal di
Indonesia baru dinyatakan pada Maret 2003 dengan ditandatangani oleh Badan Pengawas
Pasar Modal dan dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) dengan dewan Syariah nasional
majelis ulama Indonesia (DSN MUI) Penandatanganan Momerandum of Understanding
(MoU) tepatnya pada tenggal 14 Maret 2003. Kini penandatanganan nota kesepahaman
antara Bapepam LK menjadi otoritas jasa keuangan dan DSN MUI menjadi pijakan
dukungan yang kuat terhadap pasar modal berbasis Syariah di Indonesia yang menyepakati
adanya pola hubungan koordinasi, konsultasi, dan kerja sama untuk pengaturan yang lebih
efektif dan efisien dalam rangka akselerasi pertumbuhan produk keuangan syaraiah dan
perekonomian syaraiah di Indonesia (M.Fauzan; Dedi Suhendro, 2018) (Faza.A. T, 2018).
E. Hukum Ekonomi Syariah
Berkaitan dengan fatwa DSN-MUI, sampai saat ini DSN-MUI telah mengeluarkan
sebanyak 100 fatwa di bidang ekonomi syariah. Dari 100 fatwa tersebut tidak semua fatwa
terserap atau telah ditransformasikan menjadi peraturan perundang-undangan. Adapun
secara rinci, fatwa-fatwa yang telah diserap dalam peraturan perundang-undangan adalah
sebagai berikut.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Paerbankan Syariah yang dalam Pasal
26 disebutkan bahwa: (1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20,
dan Pasal 21 dan/atau produk dan jasa syyariah, wajib tunduk kepada Prinsip Syariah; (2)
Prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difatwakan oleh Majelis Ulama
Indonesia; (3) Fatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam Peraturan
Bank Indonesia.
Berkaitan dengan ketentuan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa fatwa DSN-MUI
baru menjadi peraturan perundang-undangan setelah dituangkan menjadi Peraturan Bank
Indonesia. Adapun Fatwa ekonomi syariah DSNMUI yang diserap dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Soleh Hasan Wahid yang dikutip dari
tesis Tuti Hasanah. Ada 7 (tujuh) PBI sebagai berikut :
1. Pertama, PBI No. 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah
Bagi Bank Umum Syariah, pasal 3 yang berbunyi: FPJPS yang diterima oleh Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berdasarkan akad muḍarabah. Artinya fatwa
yang terserap adalah fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan mudharabah.
2. Kedua, PBI No. 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, pasal 3 yang berbunyi: FPJPS yang diterima oleh BPRS
menggunakan akad mudhrabah. Artinya fatwa yang terserap adalah fatwa DSN-MUI
tentang pembiayaan mudharabah.
3. Ketiga, PBI No. 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah Dan Unit Usaha

4
Inditrya Wisnu/I353180081
Ones Sinus Pangaribuan/I353180131
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

Syariah. Fatwa yang terserap adalah Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah, Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000
tentang Prinsip Distribusi hasil usaha dalam Lembaga Keuangan dan Fatwa DSN No. 23/
DSN-MUI/III/2001 tentang potongan Pelunasan dalam Murabahah.
4. Keempat, PBI No. 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Fatwa yang terserap adalah Fatwa DSN No. 18/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif dalam Lembaga
Keuangan Syari’ah.
5. Kelima, PBI No. 13/14/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syaraiah fatwa yang terserap adalah Fatwa DSN No. 18/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif dalam Lembaga
Keuangan.
6. Keeman, PBI No. 14/17/2012 tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan
Pengelolaan (Trust), fatwa yang terserap adalah Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI /IV/2000
tentang Giro dan Fatwa DSN No.02/DSNMUI/IV/2000 tentang Tabungan.
7. Ketujuh, PBI No. 14/20/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Umum
Syariah, fatwa yang terserap adalah Fatwa DSN No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

Penutup
A. Kesimpulan

Referensi
(P3EI), P. P. (2011). Ekonomi Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Fauzan, M., & Suhendro, D. (2018). Peran Pasar Modal Syariah Dalam Mendorong Laju
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Human Falah: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Dipetik 3 8, 2019, dari
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/humanfalah/article/download/1748/1397
Faza, A. T. (2018). ANALISIS PENGARUH PASAR MODAL SYARIAH TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Dipetik 3 8, 2019, dari
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/21504
Harahap, D. (2017). PRODUK GADAI EMAS DI PERBANKAN SYARIAH: ANALISIS
MASLAHAH EKONOMI. Dipetik 3 8, 2019, dari
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alqalam/article/view/733
Ridwan, R. (2016). Konstruksi filosofis akad-akad ekonomi syariah. Ijtihad: Jurnal Wacana
Hukum Islam dan Kemanusiaan, 15(2), 257-274. Dipetik 3 8, 2019, dari
http://ijtihad.iainsalatiga.ac.id/index.php/ijtihad/article/download/353/285

5
Inditrya Wisnu/I353180081
Ones Sinus Pangaribuan/I353180131
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Pedesaan
Institut Pertanian Bogor

Rijal, N. K., & Yasin, Z. (2017). PELUANG EKONOMI SYARIAH PADA ERA MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN. Dipetik 3 8, 2019, dari
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/1362/996
Sumadi, S. (2018). PERAN PENDIDIKAN DAN PENGENALAN SISTEM EKONOMI SYARIAH
KEPADA GENERASI MUDA DI ERA PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH. Dipetik
3 8, 2019, dari https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie/article/view/313/219
Wahid, S. H. (2016). POLA TRANSFORMASI FATWA EKONOMI SYARIAH DSN-MUI DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Dipetik 3 8, 2019, dari
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/view/230
Yazi, M. (2009). Prospek Ekonomi Syariah dalam Menjawab Tantangan Keadilan Sosial dan
Kapitalisme Global. Dipetik 3 8, 2019, dari
http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/qanun/article/view/154

Anda mungkin juga menyukai