Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH BISNIS SYARIAH TERHADAP EKONOMI

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH
EKONOMI BISNIS SYARIAH

YANG DIBIMBING OLEH :


DRS. H. ACHMAD ZAINURI, MM.

NAMA : DIAN MAWARDI


NPM : 19130210128P

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


FAKULTAS EKONOMI - PRODI MANAJEMEN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, taufik dan
hidayah–NYA, sehingga Tugas Individu Mata Kuliah Ekonomi Bisnis Syariah dengan tema
“Pengaruh Bisnis Syariah Terhadap Ekonomi” dapat disusun dan diselesaikan.

Sebagai tugas individu, makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami mohon
masukan dan bimbingannya demi perbaikan dalam penyusunan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya bagi mahasiswa jurusan Manajemen.

Kediri, Oktober 2019

Dian Mawardi
NPM. 19130210128P
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN
- Pengertian Ekonomi Syariah
- Tujuan Ekonomi Syariah
- Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah
- Karakteristik Ekonomi Syariah
- Perbedaan Ekonomi Syariah Dengan Ekonomi Konvensional
- Ciri Khas Ekonomi Syariah
- Potensi Ekonomi Syariah di Indonesia
- Pengaruh Bisnis Syariah Terhadap Ekonomi
- Ekonomi Syariah di Era Industri 4.0
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi
dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al Qur’an dan Sunnah
Nabi (P3EI, 2012:17).
Ekonomi syariah memiliki dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem
ekonomi syariah yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang diambil dari
kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah
kapanpun dan dimana saja).
Berikut ini beberapa pengertian Ekonomi Syariah dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam arti
kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik
dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap
ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analisis seperti matematika, statistik, logika
dan ushul fiqih (Rianto dan Amalia, 2010:7)
2. M.A. Mannan mendefinisikan ilmu ekonomi syariah sebagai suatu ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
islam (Mannan, 1992:15)
3. Definisi ekonomi syariah berdasarkan pendapat Muhammad Abdullah Al-Arabi
(1980:11), Ekonomi Syariah merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
kita simpulkan dari Al Qur’an dan As-sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian
yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan
dan masa

Tujuan Ekonomi Syariah


Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu
tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai
oleh Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia
atau pun akhirat (P3EI, 2012:54).
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada
tiga sasaran hukum Islam yang menunjukkan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu (Rahman, 1995:84):
 Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.
 Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
 Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah
yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar, yaitu: keselamatan
keyakinan agama (al din), kesalamatan jiwa (al nafs), keselamatan akal (al aql),
keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl) dan keselamatan harta benda (al mal).

Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah


Pelaksanaan ekonomi syariah harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut
(Sudarsono, 2002:105):
 Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada
manusia.
 Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
 Kekuatan penggerak utama Ekonomi Syariah adalah kerja sama.
 Ekonomi Syariah menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
 Ekonomi Syariah menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
 Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
 Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
 Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Layaknya sebuah bangunan, sistem ekonomi syariah harus memiliki fondasi yang berguna
sebagai landasan dan mampu menopang segala bentuk kegiatan ekonomi guna mencapai tujuan
mulia. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi syariah, diantaranya adalah
(Zainuddin Ali, 2008):
Tidak melakukan penimbunan (Ihtikar). Penimbunan, dalam bahasa Arab disebut dengan
al-ihtikar. Secara umum, ihtikar dapat diartikan sebagai tindakan pembelian barang dagangan
dengan tujuan untuk menahan atau menyimpan barang tersebut dalam jangka waktu yang lama,
sehingga barang tersebut dinyatakan barang langka dan berharga mahal.
Tidak melakukan monopoli. Monopoli adalah kegiatan menahan keberadaan barang untuk
tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar, agar harganya menjadi mahal. Kegiatan monopoli
merupakan salah satu hal yang dilarang dalam Islam, apabila monopoli diciptakan secara
sengaja dengan cara menimbun barang dan menaikkan harga barang.
Menghindari jual-beli yang diharamkan. Kegiatan jual-beli yang sesuai dengan prinsip
Islam, adil, halal, dan tidak merugikan salah satu pihak adalah jual-beli yang sangat diridhai
oleh Allah swt. Karena sesungguhnya bahwa segala hal yang mengandung unsur kemungkaran
dan kemaksiatan adalah haram hukumnya.

Karakteristik Ekonomi Syariah


Ekonomi syariah mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
1. Menggunakan Sistem Bagi Hasil
Salah satu prinsip ekonomi syariah adalah pembagian kepemilikan yang mengedepankan
keadilan Artinya, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi dibagi secara adil,
misalnya dalam perbankan syariah ada bagian keuntungan untuk bank maupun untuk
nasabah.
2. Menggabungkan antara Nilai Spiritual dan Material
Ekonomi syariah hadir sebagai wujud dalam membantu perekonomian para nasabah untuk
mendapatkan keuntungan sesuai ajaran Islam. Kekayaan yang diperoleh dari kegiatan
ekonomi dapat digunakan untuk zakat, infaq, dan shodaqah sesuai ajaran Islam.
3. Memberikan Kebebasan sesuai Ajaran Islam
Ekonomi syariah memberikan kebebasan kepada para pelaku ekonomi untuk bertindak
sesuai hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan perekonomian dan kegiatan yang
dilakukan haruslah positif sesuai ajaran yang berlaku dan mempertanggungjawabkan apa
yang telah dilakukan.
4. Mengakui Kepemilikan Multi Jenis
Artinya bahwa kepemilikan dana dan harta dalam perekonomian sejatinya hanyalah milik
Allah. Sehingga dalam menjalankan perekonomian sesuai dengan ajaran islam.
5. Terikat Akidah, Syariah, serta Moral
Semua kegiatan ekonomi didasarkan pada akidah, syariah dan moral untuk
menyeimbangkan perekonomian.
6. Menjaga Keseimbangan Rohani dan Jasmani
Tujuan perekonomian syariah bukan sekedar keuntungan fisik, namun diarahkan untuk
mendapatkan keuntungan dan ketenangan batin di dalam hidup.
7. Memberikan Ruang pada Negara dan Pemerintah
Perekonomian syariah memberikan ruang kepada pemerintah dan negara untuk ikut
bercampur tangan sebagai penengah apabila terjadi suatu permasalahan.
8. Melarang Praktik Riba
Salah satu bentuk riba adalah penambahan-penambahan pembayaran oleh orang yang
memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya karena pengunduran janji
pembayaran oleh pinjaman dari waktu yang telah ditentukan. Dalam perekonomian syariah
praktik riba adalah hal yang dilarang.

Perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional


Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi
konvensional, yang mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen profitnya. Berbeda
dengan apa yang ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen profitnya, yaitu sistem
bagi hasil.
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan
ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada di tengah-
tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih
bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggung jawab kepada warganya
serta komunis yang ekstrem, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta
perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan
kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha.

Ciri Khas Ekonomi Syariah


Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi[5]. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggung jawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat
individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan
manusia adalah kepercayaan-Nya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam
sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan"[6]. Dalam Al
Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

Potensi Ekonomi Syariah di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Pada
saat ini saja diperkirakan jumlah umat Muslim di Indonesia mencapai 207 juta orang dan
mengimplikasikan bahwa mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam.
Dalam beberapa tahun terakhir ekonomi syariah terus berkembang. Secara global, Arab Saudi
memimpin dalam penguasaan aset keuangan syariah disusul Malaysia, Uni Emirat Arab,
Kuwait, Qatar, Turki dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa contoh variasi produk keuangan syariah seperti
yang terdapat pada Pegadaian Syariah yang menyediakan penjualan emas, pendanaan
pengusaha mikro hingga pendanaan untuk kendaraan bermotor.. Organisasi masyarakat di
bidang ekonomi syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menilai pada 2015 ekonomi
syariah akan tumbuh lebih baik daripada tahun ini. Hal ini menyesuaikan dengan perkiraan
pertumbuhan ekonomi secara nasional yang juga diperkirakan akan membaik di sekitar 5,5%.
Beberapa perkiraan industri terkait ekonomi syariah seperti perbankan syariah
dan asuransi syariah mendukungnya. Pertumbuhan perbankan syariah yang diperkirakan akan
mencapai pangsa pasarnya antara 5-6%. Industri asuransi syariah Indonesia yang kini
memegang posisi keempat dunia akan tumbuh sebesar 20% pada 2015. Menurut MES
(Masyarakat ekonomi Syariah) pertumbuhan ekonomi Syariah pada tahun 2015 akan lebih
baik.
Pengaruh Bisnis Syariah Terhadap Ekonomi
Peluang jasa keuangan dan ekonomi berbasis syariah (keuangan syariah) terbuka lebar.
Apalagi dengan adanya bonus demografi, dimana kelas menengah tumbuh berkembang dengan
pesat. Kebutuhan kelas menengah untuk menabung dan berinvestasi serta terhadap layanan
jasa keuangan yang beragam, baik di lembaga perbankan syariah maupun lembaga keuangan
non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, obligasi syariah, perusahaan
pembiayaan syariah, reksadana syariah dan lainnya diperkirakan juga akan meningkat.
Menurut Bank Dunia pada Juni tahun 2011, kelas menengah di Indonesia tumbuh
dengan sangat cepat, yaitu 7 juta orang setiap tahun. Pada tahun 1999, kelas menengah ini
tumbuh secara signifikan, yaitu 45 orang juta atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia.
Kemudian pada tahun 2010 menjadi 134 juta orang, dan pada 2015 kelas menengah Indonesia
mencapai 170 juta atau 70% dari total jumlah penduduk Indonesia. Kelas menengah yang
merupakan kelompok penduduk yang memiliki kekuatan “expenditure” per hari antara 2 – 20
dollar AS ini berpotensi menjadi sumber pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan
seiring peningkatan pendapatan kelas menengah tersebut. Bank Dunia juga menyebutkan, pada
tahun 2014 tercatat hanya 36,1% dari orang dewasa di Indonesia yang memiliki account di
lembaga keuangan formal.
Dengan demikian sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mempunyai akses
pada layanan jasa keuangan formal, sehingga peluang tumbuhnya keuangan berbasis syariah
masih sangat terbuka luas. Sementara di sisi lain, keuangan berbasis syariah yang terdiri dari
perbankan, pasar modal dan jasa keuangan syariah non-bank serta aktivitas bisnis berbasis
ekonomi syariah lain telah berkembang dan tumbuh dengan subur, namun pertumbuhannya
dirasakan masih perlu dioptimalkan. Berdasarkan data dari OJK, sampai dengan kondisi Maret
2015 pangsa pasar keuangan syariah tercatat mencapai 4,7%, dengan volume usaha berjumlah
Rp. 268,4 triliun.
Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dijelaskan bahwa Sistem perbankan
syariah di Indonesia dilaksanakan menurut kerangka dual-banking system atau sistem
perbankan ganda. Sistem ini menghadirkan dua alternatif jasa perbankan, yaitu sistem
perbankan syariah dan perbankan konvensional. Kedua sistem ini secara sinergis mendukung
mobilisasi dana masyarakat dalam upaya meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-
sektor perekonomian nasional. Cara operasional sistem perbankan syariah berdasarkan prinsip
bagi hasil, yang merupakan alternatif sistem perbankan yang bercirikan saling menguntungkan
bagi nasabah dan bank.
Sistem Syariah menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi dengan
menghindari kegiatan transaksi keuangan spekulatif. Sistem syariah ini melaksanakan
kegiatan investasi yang menjunjung etika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan
persaudaraan dalam kegiatan produksi. Sistem perbankan ganda ini menawarkan beragamnya
produk serta layanan jasa perbankan dengan skema keuangan yang lebih bervariatif baik
melalui bank konvensional maupun bank syariah, dimana perbankan syariah berpotensi
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dinikmati seluruh masyarakat Indonesia.
Meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah itu dapat
menciptakan harmoni antara sektor keuangan dengan sektor riil, akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, yang berperan dalam mendukung stabilitas sistem keuangan
secara keseluruhan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan
harga jangka menengah-panjang. Pengembangan keuangan syariah ini semakin jelas dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada
tanggal 16 Juli 2008, yang akan mendorong pertumbuhan Lembaga Keuangan berbasis syariah
berkembang semakin cepat.
Untuk memberikan pedoman bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia, pada
tahun 2002 Bank Indonesia telah menerbitkan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah
di Indonesia, antara lain berisikan kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta
perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia
internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional, serta hubungan dengan
kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia
(API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), juga international best practices dari
lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti Islamic Financial Services Board
/IFSB, AAOIFI dan IIFM.
Sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia,
Bank Indonesia juga telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah, meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan
syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang
bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar, pengembangan produk yang beragam,
peningkatan layanan, serta strategi komunikasi yang memposisikan perbankan syariah lebih
dari sekedar bank. Berbagai program dan kegiatan telah dan akan dilakukan dalam tahap
implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara
lain: menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun 2008,
membangun pemahaman perbankan syariah sebagai beyond bankin, dengan pencapaian target
asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 yaitu,
menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN,
dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%.
Fase III tahun 2010, yaitu menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah
terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan
industri sebesar 81%.
Disamping itu juga program pengembangan produk melalui variasi produk yang
beragam yang didukung dengan keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan)
dan dukungan jaringan kantor yang luas tersebar dan penggunaan standar nama produk yang
mudah dipahami oleh masyarakat. Untuk menunjang hal ini juga dilakukan program sosialisasi
dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi
langsung, maupun tidak langsung seperti media cetak, elektronik, online/web-site.
Kegiatan sosialisasi tersebut antara lain melalui Kampanye Nasional Aku Cinta
Keuangan Syariah yang dihadiri oleh Presiden Jokowi pada tanggal 14 Juni 2015 kemarin di
Parkir Selatan Senayan Jakarta. Kampaye Nasional Aku Cinta Keuangan Syariah ini
merupakan salah satu upaya untuk mensosialisasikan dan meng-edukasi masyarakat mengenai
keuangan dan ekonomi syariah kepada setiap lapisan masyarakat sehingga masyarakat dapat
memahami peluang, manfaat dan dasar pemikiran layanan jasa keuangan syariah.
Hal itu tentunya akan bermuara pada upaya dari semua pihak untuk melakukan langkah-
langkah yang lebih nyata untuk mempercepat perkembangan industri keuangan berbasis
syariah nasional agar dapat mengoptimalkan potensi yang besar keuangan syariah untuk
kemaslahatan bangsa. Niat baik untuk mempercepat perkembangan keuangan syariah adalah
agar dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan potensi ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan semakin meratanya kue pembangunan nasional, dengan
mengoptimalkan perkembangan ekonomi dan keuangan berbasis syariah di berbagai sektor,
antara lain dari perdagangan, wirausaha, perbankan, investasi, asuransi dan sektor
pembangunan ekonomi lainnya.
Keuangan berbasis syariah ini memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional,
setidaknya dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu: Pertama, dalam menjalankan
kegiatannya keuangan syariah bertumpu pada nilai-nilai luhur dan etika berbisnis yang santun
sesuai tradisi Bangsa Indonesia, seperti misalnya penghargaan terhadap waktu, kejujuran
bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, menghindari perilaku spekulatif dalam transaksi keuangan dan penerapan
sistem jaminan sosial melalui konsep zakat, sedekah dan wakaf. Dengan nilai-nilai ini, usaha
berbasis syariah menyeimbangkan antara aspek keuntungan dan aspek kemanusiaan. Usaha
berbasis syariah tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi semata, namun juga
distribusi ekonomi yang lebih merata. Prinsip kegiatan usaha dalam ekonomi syariah
menempatkan aspek keuntungan ekonomi dan aspek humaniora secara seimbang, diharapkan
dapat menciptakan sistem keuangan yang tidak berorientasi pada keuntungan semata, namun
juga memperhatikan aspek kemanusian.
Kegiatan investasi dan pengelolaan keuangan yang berlandaskan etika seperti ini juga
telah menjadi trend di beberapa negara di dunia. Seperti semangat investasi beretika yang
terkait dengan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sejalan dengan semangat yang
terkandung dalam ekonomi syariah yang universal ini. Nilai-nilai ini telah lama tertanam telah
menjadi tradisi luhur bangsa Indonesia. Kedua, keuangan berbasis syariah merupakan salah
satu pilar dalam membangun perekonomian nasional, khususnya terkait dengan pengembangan
UMKM dan pembiayaan infrastruktur. Saat ini jumlah nasabah keuangan syariah sudah
mencapai +18 juta rekening, dimana saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki
lembaga keuangan mikro terbesar di dunia, yang sebagian berbentuk Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT), dan koperasi jasa keuangan syariah. Indonesia juga merupakan negara penerbit sukuk
negara terbesar, serta merupakan satu-satunya negara yang menerbitkan sukuk ritel. Hal ini
merupakan modal awal yang harus terus dikembangkan agar keuangan syariah menjadi pilar
utama dalam pembangunan nasional, khususnya dalam mendukung pengembangan UMKM
dan pembiayaan infrastruktur.
Penguatan basis investasi berdasarkan prinsip syariah, seperti dalam industri keuangan
syariah diharapkan dapat memperkuat struktur sistem keuangan nasional secara
keseluruhan, yang dapat mendukung proses penyaluran dana dan investasi masyarakat ke
dalam penyediaan modal guna menyokong proses pembangunan ekonomi secara
berkesinambungan. Keberadaan sistem keuangan syariah yang berada dibawah pengawasan
OJK ini, yang telah menerapkan pengaturan berbasis risiko akan menambah stabilitas sistem
keuangan dan pada saat yang sama memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat
terhadap jasa keuangan berbasis syariah yang aman dan efisien.
Menguatnya keberadaan lembaga keuangan syariah secara domestik dipandang sebagai
peluang bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya dalam bentuk investasi syariah.
Peluang investasi berdasarkan prinsip syariah sebagai bentuk diversifikasi portfolio sumber
permodalan dari luar negeri yang berguna menyokong program pembangunan nasional. Pada
saat ini perkembangan instrument investasi syariah semakin berkembang secara internasional
yang telah dapat dimanfaatkan dengan baik oleh komunitas internasional. Sebagai negara besar
dengan berbagai potensi ekonomi, sepatutnya Indonesia dapat menjadi pusat perkembangan
keuangan syariah global.
Guna mencapai keinginan kita menjadi leader dalam pengembangan keuangan syariah
global dan memanfatkan perkembangan sektor jasa keuangan syariah ini bagi kemaslahatan
bangsa, perlu kerjasama antar kementerian, lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah
terkait untuk bersama-sama saling mendukung pengembangan sektor jasa keuangan syariah,
mengatasi berbagai hambatan perkembangan industri jasa keuangan syariah, dan secara
sinergis melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor jasa
keuangan syariah.
Kesadaran masyarakat menggunakan usaha keuangan syariah perlu dibangun, yang
tentu saja ini harus diikuti dengan peningkatan kualitas layanan jasa keuangan syariah dan
kemudahan akses keuangan bagi masyarakat luas. Apabila semua potensi ekonomi berbasis
syariah yang telah ada saat ini terus dikembangkan, maka kita optimistis bangsa Indonesia akan
menjadi pusat perkembangan keuangan syariah di tingkat dunia. Untuk menuju ke arah
tersebut, segenap potensi dan modal yang sudah dimiliki harus dikelola dengan baik. Salah satu
kuncinya adalah pembangunan pemahaman masyarakat secara berkelanjutan, inovasi layanan,
serta perlindungan kepada nasabah. Membangun dan memperluas pemahaman masyarakat
mengenai keuangan dan bisnis ekonomi berbasis syariah, menjadi dorongan yang nyata bagi
peningkatan kualitas keuangan syariah dalam membangun perekonomian nasional.

Ekonomi Syariah di Era Industri 4.0


Majalah mingguan The Economist yang terbit Amerika Serikat, pada 6 April 2018
menulis “prihatin” bahwa era Revolusi Industri 4.0 dapat menyebabkan hilangnya privasi
seseorang, akibat penyebaran data digital secara mudah. Tiada tempat lagi bagi data untuk
disembunyikan.
Satu hal yang sudah pasti bahwa Revolusi Industri 4.0 telah datang di tengah-tengah
kita dan kita tidak mungkin lagi menolak untuk menghindarinya. Proses ini akan terus berjalan
dan kita pun harus berupaya selektif untuk menepis dampak negatifnya.
Ekonomi syariah adalah sistem ekonomi bagi hasil tanpa menggunakan bunga.
Sistem ekonomi syariah berbeda dengan sistem ekonomi konvensional (Ekonomi Kapitalis
dan Ekonomi Sosialis).
Krisis ekonomi yang sering terjadi di dunia seperti: Great Depression (1929), Black
Monday (1987), Asian Financial Crissis (1997) yang sering disebut di Indonesia dengan Krisis
Moneter (Krismon), dan Krisis Keuangan Global 2008 adalah disebabkan oleh
sistem ekonomi konvensional yang mengedepankan sistem yang merupakan sistem bunga di
pasar uang sebagai instrumen profitnya atau dengan manipulasi harga saham dan obligasi di
pasar modal.
Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah di Indonesia sekarang ini sedang menjadi
perhatian masyarakat. Banyak bank besar, baik bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
maupun bank swasta, telah membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) atau mendirikan bank
syariah.
Lembaga keuangan, baik perbankan maupun perusahaan asuransi, dalam beberapa
tahun terakhir memberikan atensi yang luar biasa terhadap ekonomi syariah. Sampai 30
November 2018 lalu, Aceh adalah satu-satunya daerah dari 34 provinsi di Indonesia yang telah
mengonversikan Bank Pembangunan Daerah (BPD)-nya secara utuh menjadi Bank Aceh
Syariah.
Statistik perbankan syariah dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa aset
bank syariah di Indonesia pada akhir 2017 tumbuh dengan 12,6% menjadi Rp 401,45 triliun
dibandingkan dengan posisi akhir 2016. Jumlah tersebut terdiri atas aset Bank Umum Syariah
(BUS) sebesar Rp 278 triliun dan aset Unit Usaha Syariah (UUS) senilai Rp 123,45 triliun.
Saat ini terdapat 34 BUS dan 21 UUS dengan jumlah pekerja hampir 58 ribu pegawai.
Tampaknya sebagian masyarakat telah sadar dan beralih ke perbankan syariah untuk
menghindari sistem riba dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang tidak sesuai dengan
syariat Islam. Saya kira, ekonomi Islam atau ekonomi syariah akan terus menjadi satu pilihan
kebutuhan di masa depan.
Perkembangan ekonomi Islam dalam bentuk bank syariah mulai terasa pada 2004,
setelah resmi berdiri sebuah bank Islam, yakni IBB (The Islamic Bank of Britain) di Inggris
dan menjadi bank syariah pertama di Eropa yang diikuti dengan prestasi yang cukup
memuaskan. Aset perbankan syariah di Inggris pada akhir 2016 mencapai US$ 18 miliar
(sekitar Rp 276 triliun), melebihi aset perbankan syariah di beberapa negara lain seperti
Pakistan, Turki, dan Mesir.
Sebagai perbandingan, total aset Bank Aceh Syariah pada akhir 2017 mencapai Rp
22,6 triliun, sedangkan bank syariah di Inggris dengan penduduk yang beragama Islam hanya
4,9 juta orang total aset bank syariahnya mencapai Rp 276 triliun. Total aset perbankan syariah
dunia pada akhir 2014 sebesar US$ 778 miliar (Rp 11.981 triliun).
Negara-negara yang memakai sistem ekonomi Islam dalam pengoperasian usaha
perbankan syariah, sudah cukup banyak, di antaranya: Arab Saudi, Mesir, Turki, Pakistan,
Sudan, United Arab Emirate, Malaysia, Indonesia, Inggris, dan masih banyak lagi, baik di
Eropa maupun di Asia. Di seluruh dunia total aset bank syariah diproyeksikan tumbuh menjadi
US$ 3,5 triliun (Rp 53.900 triliun) pada 2021 dibandingkan dengan saat ini yang total asetnya
sebanyak US$ 2 triliun (Rp 30.800 triliun).
Menunjukkan minat besar, laporan Thompson Reuter’s Islamic Finance Development
dengan judul Resilient Growth yang dipublikasikan pada akhir 2016, telah ada sekitar 600
institusi di seluruh dunia yang menyediakan pendidikan ekonomi Islam dan keuangan syariah.
Negara-negara di Eropa menunjukkan minat yang besar pada pendidikan keuangan syariah.

KESIMPULAN
Bisnis syariah merupakan “serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya
(yang tidak dibatasi), Namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayaan hartanya (ada
aturan halal dan haram). Dalam arti,pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan
syariat (aturan-aturan dalam Al-Quran Dan Al-Hadits). Dengan demikian syariat merupakan
nilai utama yang menjadi paling strategis maupun taktis bagi pelaku kegaiatan ekonomi
(bisnis).
Bisnis syariah mempunyai 4 tujuan yaitu: Profit, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan
Keberkahan dari Allah SWT. Dalam menjalankan transaksi bisnis, dalam bisnis syariah
terdapat model-model bisnis di antaranya: Pegadaian, Asuransi, Perbankan, BMT, Pasar Modal
dimana kesemua model-model bisnis itu berbasis syariah.
DAFTAR PUSTAKA
 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta, Kencana.
 M. A Mannan. 1992. Ekonomi Islam: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Intermasa.
 Ahmad Muhammad Al-assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim. 1980. Sistem Ekonomi
Islam, Prinsip-Prinsip Dan Tujuan-Tujuannya. Surabaya: PT Bina Ilmu.
 Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin ekonomi Islam Jilid I. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
 Sudarsono, M.B, Hendri. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta, Ekonosia.
 Zainuddin Ali. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Anda mungkin juga menyukai