Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEUANGAN ENTITAS SYARIAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Nana Herdiana, SE.Ak.MM.

Disusun Oleh :

Nasya Ghinatun Nafsi 1189210061


Peti Rahmajayanti 1189210069
Resti Fauzy 1189210075
Rini Aswari 1189210101

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas izin dan
petunjuknya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Laporan Entitas
Keuangan Syariah” tepat pada waktunya.

Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta
membantu dalam penyusunan makalah ini, baik berupa dorongan maupun
bimbingan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Nana Herdiana, SE.Ak.MM.selaku Dosen Pengampu Mata


Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah
2. Semua pihak yang berperan dalam penulisan makalah ini

Akhir kata penulis memanjatkan doa serta puji syukur kepada Allah SWT.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat.

Bandung, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Laporan Keuangan Entitas Syariah...............................................3

B. Dasar Hukum Laporan Keuangan Entitas Syariah........................................10

C. Pengguna Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Entitas Syariah..............25

D. Perbedaan LKES dan LKEK...................................................................39

E. Komponen dalam Laporan Keuangan Entitas Syariah...................................42

F. Karakteristik Laporan Keuangan Entitas Syariah...................................39

G. Bentuk Laporan Keuangan Entitas Syariah.............................................42

BAB III PENUTUP.............................................................................................46

A. Simpulan..................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi sebagai salah satu bahasa bisnis (accounting is language of
business) berkembang salah satunya karena tumbuh dan berkembangnya
bisnis. Akuntansi dikenal oleh masyarakat umum adalah pembukuan atau
pencatatan transaksi keuangan. Perintah untuk senantiasa melakukan
pencatatan dan penghitungan (proses akuntansi) dan pentingnya saksi (bukti
transaksi) telah diperintahkan Alloh swt untuk orang yang beriman dalam QS
Al Baqarah: 282. Esensi dari firman Alloh tersebut mengandung nilai-nilai:1

1. Melakukan pencatatan dalam setiap melakukan muamalah terlebih jika


dilaksanakan secara bijak

2. Pencatatan dilakukan dengan benar

3. Pencatatan dilakukan dengan jujur

4. Pencatat adalah orang yang mampu dalam bidangnya

5. setiap transaksi harus selalu dicatat (larangan untuk jemu mencatat)


baik transaksi kecil maupun besar

6. Menggunakan saksi (bukti transaksi) yang menguatkan, adil dan tidak


menyulitkan

7. Merasa selalu diawasi oleh Alloh karena Alloh maha mengetahui

Filosofi lain dari akuntansi adalah accounting follows the business.


Dalam konteks ini, perkembangan akuntansi merupakan respon dan evaluasi
terhadap perkembangan bisnis. Dalam konteks ini, akuntansi berkembang

1
Mohammad Nizarul Alim. Akuntansi Syariah : Esensi, Konsepsi, Epistimologi, dan Metodologi. Jurnal
Investasi. Vol 7 No.2. 2011. Hlm. 154-161.
sesuai dengan dan dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan (bisnis).
Akuntansi berkembang meliputi akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen tetapi juga akuntansi sosial, akuntansi sumber daya manusia, dan
akuntansi keperilakuan. Akuntansi social merupakan accounting treatment
atas akuntabilitas perusahaan dalam tanggung jawab sosial mereka, akuntansi
sumber daya manusia merupakan accounting treatment atas sumber daya
manusia tidak hanya sebagai cost tetapi asset. 2

Sedangkan akuntansi keperilakuan mengkaji efefktivitas perilaku


dalam sistem akuntansi dan sebaliknya pengaruh sistem akuntansi (keuangan
dan manajemen) terhadap perilaku.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu Laporan Keuangan Entitas Syariah ?
2. Apa dasar hukum dari Laporan Keuangan Entitas Syariah ?
3. Siapa saja pemakai atau pengguna akan kebutuhan informasi mengenai
Laporan Keuangan Entitas Syariah ?
4. Bagaimana perbedaaan antara Laporan Keuangan Entitas Syariah dengan
Lembaga Keuangan Entitas Konvensional ?
5. Apa saja komponen yang ada dalam Laporan Keuangan Entitas Syariah ?
6. Bagaimana karakteristik Laporan Keuangan Entitas Syariah ?
7. Bagaimana bentuk Laporan Keuangan Entitas Syariah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang Laporan Keuangan Entitas Syariah
2. Mengetahui tentang dasar hukum dari Laporan Keuangan Entitas Syariah
2
Ibid.
3. Mengetahui tentang siapa saja pemakai atau pengguna akan kebutuhan
informasi mengenai Laporan Keuangan Entitas Syariah
4. Mengetahui tentang perbedaaan antara Laporan Keuangan Entitas Syariah
dengan Lembaga Keuangan Entitas Konvensional
5. Mengetahui tentang komponen yang ada dalam Laporan Keuangan Entitas
Syariah
6. Mengetahui tentang karakteristik Laporan Keuangan Entitas Syariah
7. Mengetahui tentang bentuk Laporan Keuangan Entitas Syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Keuangan Entitas Syariah

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan


dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah.

Tujuan umumnya adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,


kinerja, dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas syariah meliputi :

1. Asset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat dan
8. Dana kebajikan (paragraph 8, PSAK No.101, 2007).

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan


masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para
pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan
membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan
ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan
menghasilkan keuntungan baginya.3

Menurut sumber lainnya;

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan


dan kinerja keuangan suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan
dalam membuat keputusan ekonomik; keputusan ini mungkin mencakup
misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas
syariah atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakankepada mereka.

Disamping itu, tujuan lainnya adalah:

a. Meningkatkan kepatuan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi


dan kegiatan usaha.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan penggunaanya.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan d.
Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal pemilik dana syirkahtemporer; dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

3
%201/BAYU%20LIAN%20SURBAKTI%20(NIM.%2051143008).pdf (Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020)
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagaian besar memakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan.4

B. Dasar Hukum Laporan Keuangan Entitas Syariah


IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi
keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam
pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah
tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi
keuangan yang baik.
Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat
dibutuhkan dalam rangka mengakomodir perbedaan esensi antara operasional
Syariah dengan praktek perbankan yang telah ada (konvensional). Untuk itulah
maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara
Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan berbagai standar
akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan
pelatihan pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI. Dasar Hukum
Laporan Keuangan Entitas Syariah diambil dari SAK-Syariah (Standar Akuntansi
Keuangan Syariah).

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa PSAK Syariah berlaku bagi


entitas syariah yang menjalankan transaksi syariah. Entitas syariah yang
dimaksud dalam PSAK adalah entitas syariah yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangansyariah ini hanya ditujukan bagi
entitas syariah yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsipprinsip syariah

4
%201/BAYU%20LIAN%20SURBAKTI%20(NIM.%2051143008).pdf (Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020)
dengan berbagai bentuk badan hokum bisa dipergunakan (misalnya: Perseroan
Terbatas, CV, Koperasi, Yayasan) yang memerlukan penyesuaian terhadap
penyajian laporan keuangannya. namun demikian, harus secara jelas
mencantumkan dalam anggaran dasarnya bahwa usahanya didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah.

Laporan keuangan merupakan hasil dari pemprosesan sejumlah transaksi


atau peristiwa lainnya yang digabungkan kedalam kelas-kelas sesuai sifat dan
fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah
penyajian data yang telah diringkas dan diklasifikasikan yang membentuk pos-pos
dalam laporan keuangan.

Pengertian PSAK 101 PSAK 101 adalah standar akuntansi yang


digunakan sebagai pedoman akuntan dalam penyusunan dan penyajian pelaporan
keuangan syariah di Indonesia. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) untuk entitas syariah yang selanjutnya disebut
laporan keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas
syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah
lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi dan
peristiwa tertentu diatur dalam penyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
terkait. Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas
syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan. Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah
entitas yang melaksanakan transakasi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan
prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya. Pernyataan ini
bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan
khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas independen, bank
sentral, dan sebagainya.5

5
%201/BAYU%20LIAN%20SURBAKTI%20(NIM.%2051143008).pdf (Diakses pada tanggal 5
Oktober 2020)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian
laporan keuangan bertujuan umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur
persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi syariah.

PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan


keuangan syariah, antara lain terkait:

a. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK


b. Dasar akrual;
c. Materialitas dan penggabungan;
d. Saling hapus;
e. Frekuensi pelaporan;
f. Informasi komparatif;
g. Konsistensi Penyajian

PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan
keuangan syariah, mencakup:

a. Laporan Posisi Keuangan


b.  Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
e.   Catatan atas Laporan Keuangan

Untuk memudahkan pengguna dalam menerapkan ketentuan penyajian


laporan keuangan syariah berdasarkan PSAK 101, PSAK 101 dilengkapi dengan
contoh ilustrasi laporan keuangan bank syariah, entitas asuransi syariah, dan amil.
Lampiran yang terdapat pada PSAK 101 tersebut merupakan bagian tidak
terpisahkan dari PSAK 101.6

6
56-Article%20Text-66-2-10-20200616.pdf (Diakses pada tanggal 5 Oktober 2020)
C. Pengguna Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Entitas Syariah
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial;
pemilik dana qardh; pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik dana
titipan; pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf; pengawas
syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan; pemerintah
serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan
keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Beberapa kebutuhan ini meliputi:
a. Investor.
Investor dan penasehat berkepentingan dengan risiko yang melekat serta
hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan entitas syariah untuk membayar dividen.
b. Pemberi dana qardh.
Pemberi dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana qardh dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
c. Pemilik dana syirkah temporer.
Pemilik dana syirkah temporer yang berkepentingan akan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan
investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan aman.
d. Pemilik dana titipan.
Pemilik dana titipan tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana titipan dapat
diambil setiap saat.
e. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta mereka
yang berkepentingan akan informasi mengenai sumber dan penyaluran
dana tersebut
f. Pengawas syariah.
Pengawas syariah yang berkepentingan dengan informasi tentang
kepatuhan pengelola entitas syariah akan prinsip syariah.
g. Karyawan.
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas syariah. Mereka
juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan entitas syariah dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
h. Pemasok dan mitra usaha lainnya.
Pemasok dan mitra usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Mitra usaha berkepentingan pada
entitas syariah dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada
pemberi pinjaman qardh kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka
tergantung pada kelangsungan hidup entitas syariah.
i. Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup entitas syariah, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan, atau tergantung pada, entitas syariah.
j. Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas entitas syariah. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas syariah,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya
k. Masyarakat.
Entitas syariah mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, entitas syariah dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas syariah serta
rangkaian aktivitasnya.7
D. Persamaan dan Perbedaan Laporan Keuangan Entitas Syariah & Laporan
Keuangan Entitas Konvensional
Persamaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan antara perbankan syariah
(PSAK No. 59) dan perbankan konvensional (PSAK No. 31). Standar akuntansi
antara perbankan syariah dan perbankan konvensional menyajikan suatu
informasi yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda pula. Walaupun
demikian, kedua standar akuntansi keuangan ini mempunyai beberapa
persamaan.
1. Persamaan Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional
Pada umumnya tujuan sebuah laporan keuangan adalah sebagai berikut,
beberapa persamaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5
(perbankan syariah) dan Pernyataan Standar Akuntansi No. 31 (perbankan
konvensional) adalah sebagai berikut:8
1) Memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai posisi
keuangan perusahaan atau lembaga keuangan pada periode tertentu.
2) Memberikan laporan keuangan yang dapat dipercaya mengenai hasil
usaha perusahaan atau lembaga keuangan dalam periode tertentu.

7
%201/KERANGKA_DASAR_PENYUSUNAN_DAN_PENYAJIAN.pdf diakses pada tanggal
5 Oktober 2020)
8
Iwan Wahyudin S dkk, Perbandingan Laporan Keuangan Syariah Dengan Laporan Keuangan
Konevnsional. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018. Hlm. 11-12
3) Memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan untuk menilai atau menginterpretasikan kondisi dan
potensi suatu perusahaan atau lembaga keuangan.
4) Memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan kebutuhan
pihak-pihak berkepentingan dengan laporan kebutuhan yang
bersangkutan.
Dari keempat tujuan umum sebuah lembaga keuangan diatas dapat
disimpulkan bahwasannya persamaan antara laporan keuangan
dikonvensional dan laporan syariah adalah sama-sama untuk
menginformasikan keadaan keuangan suatu lembaga atau instansi.
2. Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional
1) Dari pelaporan
Dalam perkembangan perbankan, standar akuntansi keuangan
perbankan sudah diatur dalam undang-undang. Untuk standarisasi
perbankan konvensional telah diatur dalam standar keuangan akuntansi
nomor 31 tentang akuntansi perbankan sedang untuk perbankan syariah
diatur dalam akuntansi keuangan nomor 59 mengenai akuntansi
perbankan syariah.
Secara umum perbankan konvensional dan perbankan syariah
memiliki perbedaan prinsip yang mendasar. Perbankan konvensional
lebih menekankan pada bunga, sedangkan syariah lebih kepada
pembagian hasil. Dalam laporan keuangan bank konvensional memiliki
5 jenis laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan syariah memiliki
8 jenis laporan keuangan. Perbedaannya sebagai berikut:9

Bank Konvensional Bank Syariah


1. Neraca 1. Neraca
2. Laporan laba rugi 2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas 3. Laporan arus kas
4. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan perubahan ekuitas
9
Ibid., hlm 13-20
5. Catatan atas lap. Keuangan 5. Lap. Perubahan dana
investasi terikat
6. Lap. rekonsiliasi pendapatan
dan bagi hasil
7. Lap. Sumber dana dan
penggunaan dana zakat
8. Laporan dan penggunaan
dana kebaikan

Acuan penyusunan laporan keuangan bank konvensional:


a) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
(KDPPLK)
b) PSAK (No. 1-58)
c) Pedoman akuntansi perbaikan Indonesia (PAPI)
Acuan penyusunan laporan keuangan bank syariah:
a) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah (KDPPLKS)
b) PSAK Syariah (No. 101-109)
c) PSAK 59: Akuntansi perbankan
d) Pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI)
2) Dari segi akad dan legalitas
Fiqh muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad
adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara
akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu
pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk
melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak
memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad
terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik
(belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi
janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral.
Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah
pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk
melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati
terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan
secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua
pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah
disepakati dalam akad.
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
islam. Sehingga kesepakatan dapat diminimalisir. Selain itu akad dalam
perbankan syariah baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuannya lainnya harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal
berikut.
a) Rukun, seperti penjual, pembelian, barang, harga dan ijab qabul.
b) Syarat, seperti:
 Barang dan jasa harus halal
 Harga barang dan jasa harus jelas
 Tempat penyerahan harus jelas
 Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepenilikan.

Akad dan legalitas sebuah lembaga keuangan syariah dan


konvensional itu berbeda dimana akad dalam bank syariah itu
memberikan nilai dunia dan akhirat karena disitu menentukan langkah
yang akan dilakukan oleh seseorang. Sementara dalam konvensional
hanya akan memberikan sanksi moral sesuai dengan yang sudah
disepakati diawal.
3) Dari segi penyelesaian sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan
syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan
nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan
negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah.
Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip syariah di Indonesia
dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI)
yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaaan Agung Republik
Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. Menurut UU No. 30 tahun
1999 pasal 1 angka 1 arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata diluar peardilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengkata.
Dengan kata lain bahwa arbitrase adalah lembaga yang dipilih oleh
pihak yang bersengketa dan untuk memberikan keputusan mengenai
sengketa yang mereka perselisihkan.
4) Dari segi usaha yang dibiayai
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan
entitas yang melakukan transaksi syariah. Adapun akhlak merupakan
norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama
makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan dan
harmonis.
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas
dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin
membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang
diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan
disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut:
a) Usaha yang dibiayai merupakan proyek halal
b) Usaha yang bermanfaat bagi masyarakat
c) Usaha yang menguntungkan bagi bank dan mitra usahanya.
Sebaliknya bank konvensional, tidak mempertimbangkan jenis
investasinya, akan tetapi penyaluran dananya dilakukan untuk
perusahaan yang menguntungkan. Meskipun menurut syariah Islam
tergolong produk yang tidak halal. Maka dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa pada lembaga keuangan syariah selain tujuan
utamanya untuk mendapatkan laba lembaga keuangan syariah juga
harus tetap memperhatikan unsur-unsur yang akan dibiayai karena
lembaga keuangan syariah berdasarkan pada prinsip Islam sehingga
semua kegiatannya harus benar-benar dalam kategori halal serta
bermanfaat selain untuk pihak lembaga keuangan juga bermanfaat bagi
masyarakat terkait, sehingga tidak merugikan sebelah pihak.
5) Dari segi pendapatan (laba)
Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional memperoleh laba
dari hasil bunga, bunga itu didapatkan dari hasil pembiayaan antara
pihak bank kepada nasabah. Begitu pula dengan bank syariah hanya saja
laba yang dihasilkan bank syariah adalah hasil dari pembiayaan bank
kepada nasabah yang telah disepakati di depan sebelum kegiatan itu
dilaksanakan atau sering disebut juga dengan prinsip bagi hasil. Bank
konvensional tidak mempedulikan apakah usaha yang dijalankan oleh
pihak nasabah itu berhasil atau tidak, pihak konvensional tetap
mengambil keuntungan. Sedangkan bank syariah tetap memperhatikan
situasi nasabah tersebut.
E. Karakteristik Laporan Keuangan Entitas Syariah.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, Dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
Yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau Yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin
relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan,
penggunaan informasi tersebut secara potential dapat menyesatkan.
Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam
suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi
entitas syariah untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca,
meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlag serta keadaan dari
tuntutan tersebut.10

Kriteria pengakuan suatu pos adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang
dapat diukur dengan tingkat keandalan tertentu (reliable). Pada banyak kasus,
biaya atau nilai harus diestimasi, penggunaan estimasi yang layak merupakan
bagian esensial dalam penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi
tingkat keadalan.

Namun demikian, kalau estimasi yang layak tak mungkin dilakukan,


pos tersebut tidak diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Misalnya, hasil
yang diharapkan dari suatu tuntutan hukum dapat memenuhi definisi baik aset
dan penghasilan maupun kriteria probabilitas untuk dapat diakui.

Namun demikian kalau tidak mungkin diukur dengan tingkat


keandalan tertentu, tuntutan tersebut tidak dapat diakui sebagai aset atau
sebagai penghasilan. Meskipun begitu, eksistensi tuntutan harus diungkapkan
dalam catatan, materi penjelasan atau skedul tambahan.

Suatu pos yang ada pada saat tertentu tidak dapat memenuhi kriteria
pengakuan dapat memenuhi syarat untuk diakui pada masa depan sebagai
akibat Dari peristiwa atau keadaan yang terjadi kemudian. Suatu pos yang
memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat memenuhi
kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan
atau skedul tambahan.

Pengungkapan ini dapat dibenarkan kalau pengetahuan mengenai pos


tersebut dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan
10
https://sharianomics.wordpress.com/2010/12/12/karakteristik-kualitatif-laporan-keuangan-
entitas-syariah-keandalan/ (diakses pada tanggal 3 Oktober 2020)
perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah oleh pemakai laporan
keuangan.11

F. Komponen dalam Laporan Keuangan Entitas Syariah


Laporan keuangan entitas syariah Yang lengkap terdiri dari
komponen– komponen sebagai berikut:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan arus kas
4. Laporan perubahan ekuitas/modal
5. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
6. Catatan atas laporan Keuangan (paragraph 11, PSAK No.101, 2007)

Jika entitas syariah merupakan lembaga keuangan maka selain komponen


lporan keuangan yang diuraikan Dalam paragraph 11, entitas syariah
tersebut juga harus menyajikan komponen laporan Keuangan tambahan
Yang menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika substansi
informasinya Belum tercakup dalam paragraph 11. Komponen tambahan
Dan penyajian pos-pos laporan yang mencerminkan karakteristik khusus
untuk industri tertentu.

Apabila entitas syariah yang belum melaksanakan fungsi sosial secara


penuh, entitas syariah tersebut tetap harus menyajikan komponen laporan
keuangan (paragraph 11 e dan f), yaitu: laporan sumber dan penggunaan dana
zakat dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan (paragraph
12,13,13 PSAJ No. 101, 2007).

Pertimbangan menyeluruh yang harus dilaksanakan oleh entitas


syariah dalam menyusun dan penyajian laporan keuangan syariah meliputi:

11
https://sharianomics.wordpress.com/2010/12/09/keandalan-pengukuran-pada-laporan-keuangan-
entitas-syariah/ (diakses pada tanggal 3 Oktober 2020)
penyajian secara wajar, kebajikan akuntansi, kelangsungan usaha, dasar
akrual, materialitas Dan agregasi, saling hapus/offsetting, dan informasi
komparatif. Berikut ini PSAK No. 101 (2007) yang mengatur hal-hal tersebut
yaitu:

1. Penyajian secara wajar, laporn keuangan harus menyajikan secara wajar


posisi keuangan, kinerja keuangan, Dan arus kas entitas syariah dengan
menerapkan pernyataan standar akuntansi secara benar disertai
pengungkapan/disclosure yang diharuskan pernyataan standar akuntansi
keuangan dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap
diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun
pengungkapan tidak diharuskan oleh pernyataan standar akuntansi
keuangan (paragraph 16, PSAK No. 101 , 2007?. Apabila pernyataan
standar akuntansi keuangan belum mengatur masalah pengakuan,
pengukuran, penyajian Dan pengungkapan Dari sutu transaksi atau
peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan
Dan kebijakan akuntansi sesuai paragraph 20 PSAK No. 101, serta
menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian rupa sehingga memberikan
informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahamj
(paragry 17, PSAK No. 101, 2007)
2. Kebijakan akuntansi, dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah, diperlukan kebijakan akuntansi tertentu yang terkait dengan
transaksi dan pos-pos laporan keuangan agar menghasilkan informasi yang
dapat diandalkan dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi para
pemakai laporan keuangan tersebut. Kebijakan akuntansi adalah prinsip
khusus, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik yang ditetapkan entitas
syariah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (paragraph 21,
PSAK No. 101, (2007) atas kebijakan akuntansi ini, PSAK No. 101
( 2007).
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar
laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan. Jika Belum diatur Dalam pernyataan standar akuntansi
keuangan, maka Manajemen harus menerapkan kebijakan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:
a. Relevan Terhadap kebutuhan para pengguna laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan ; dan
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian:
c. Mencerminkan kejujuran penyajian hasil Dan posisi keuangan entitas
syariah
d. Menggambarkan susbtansi ekonomi Dari suatu kejadian atau transaksi
dan tidak semata-mata bentuk hukumnya
e. Neutral yaitu bebas dari keberpihakan
f. Mencerminkan kehati-hatian; Dan
g. Mencakup semua hal yang material (paragraph 20, PSAK No. 101,
(2007)

Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, Maka Manajemen


menggunakan pertimbangan ya untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.
Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan hal-hal
berikut

• persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip dengan
masalah terkait.

• Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran asset, kewajiban, dana syirkag


tempores, penghasilan dan beban yang diterapkan dalam kerangka dasar
penyusunn dan penyajian laporan keuangan syariah;Dan
• Pernyataan yang divuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri
yng lzim sepanjang konsisten dengan huruf a) dan b) paragraph ini
(paragraph 22, PSAK No. 101, 2007)
3. Kelangsungan Usaha, dalam penyusunan laporan keuangan, Manajemen
harus menilai (assessment) kemampuan kelangsungan Usaha entitas
syariah. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha, kecuali Manajemen bermaksud untuk melikuidasi atau menjual, atau
tidak mempunyai alternatif selain melakukan hal tersebut. Dalam penilaian
kelangsungan usaha, ketidakpastian yang bersifat material yang terkait
dengan kejadian atau kondisi yang bisa menyebabkan keraguan atas
kelangsungan usaha harus diungkapkan. Apabila laporan keuangan tidak
disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka kenyataan tersebut
harus diungkapkan bersama dasar lain yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan serta Alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah tidak digunakan (paragraph 23, PSAK No. 101, 2007)
4. Dasar akrual, entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar
akrual, kecuali laporan arus kas Dan perhitu gan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha. Dalam perhitungan pembagian hasil usaha
didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar
kas), (paragraph, PSAK No. 101, 2007). Dapat dihelaskan disini, bahwa
laporan keuangan selain laporan arus kas dan perhitungan bagi hasil, PSAk
mengharuskan menyajikan berdasarkan basis akrual. Untuk pendapatan
diakui pada saat terjadinya transaksi bukan pada saat pendapatan telah
direalisasikan menjadi kas. Sedangkan untuk perhitungan bagi hasil PSAK
mengaturnya dengan dasar kas (cash basis). Untuk keperluan ini, PSAK
No. 101, 2007, mengaturnya dengan sebuah laporan keuangan tersendiri
Yang disebut dengan laporan rekonsiliasi pendapatan bagi hasil.
BeberapaBeberapa praktisi entitas syariah berpendapat bahwa pengakuan
pendapatan sebaiknya juga menggunakan dasar kas dengan pertimbangan
kepastian kinerja setelah kas dapat direalisasikan menjadi kas. Hal tersebut
didasarkan pada Surat Luqman ayat 34, dimana Allah SWT telah
menyatakan bahwa tidak Ada suatu orang pun Yang tahu pasti akan hasil
usaha manusia pada esok Hari. Sehingga pengakuan
pendapatan/keuntungan ditunda sampai kasnya diterima. Dengan demikian
celah penyelewengan dasar akrual untuk kepentingan entitas yang
cenderung menguntungkan entitas tetapi merugikan pembaca laporan
keuangan dapat diminimalisir. Dalam praktik, dasar akrual dapat digunakan
untuk Manajemen seperti lava, seperti perataan laba (income smoothing).
Apabila menggunakan dasar kas dalm pengakuan pendapatan Dalam tabun
berikutnya, tetapi Di tahun berjalan jugvada kas masuk Dari penerimaan
pelunasan poutang pendapatan dari tahun sebelumnya.
5. Konsistensi penyajian, penyajian dan klarifikasi pos-pos dalam Laporan
keuangan Antar periods harus konsisten kecuali ; terjadi perubahan yang
signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atas perubahan penyajian
akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau
peristiwa; atau Perubahan tersebut diperkenankan oleh pernyataan standar
akuntansi keuangan atau interpretasi pernyataan standar akuntansi
keuangan (paragray 26, PSAK No. 101, 2007)
6. Materialitas dan agregasi, pos-pos yang material disajikan terpisah Dalam
laporan keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dalam
jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis (paragraph 28, PSAK
No. 101, 2007), sebagai contoh: kasir selisih Rp.100,- dari transaksi Rp.
100.000.000 maka nilai selisih tersebut tidak material, dan tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, sehingga materialitas memerlukan
perbandingan dan tolok ukur kuantitatif.
7. Saling hapus (offsetting), asset, kewajiban, dana syirkah temporer,
penghasilan dan beban disajikan secara terpisah, kecuali saling hapus
diperkenankan Dalam pernyataan atau interpretasi standar akuntansi
keuangan (paragraph 30, PSAK No. 101, 2007).
8. Informasi komparatif, harus diungkapkan secara komparatif dengan
periods sebelumnya, kecuali dinyatakn lain oleh pernyataan standar
akuntansi keuangan. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periods sebelumnya diungkapkan kembali
apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periods berjalan
(paragraph 33, PSAK No. 101, 2007)12

G. Bentuk Laporan Keuangan Entitas Syariah


1. Laporan Posisi keuangan13

2. Contoh Laporan Laba Rugi14

12
Dhaka Suryadi, “Laporan Keuangan Entitas Syariah Sebagai Alat Ukur Kinerja Bisnis”. Jurnal Asy –
Syukriyyah. Vol. 12, April 2014. Hal 7-14

13
https://akuntansikeuangan.com/laporan-posisi-keuangan-bank-syariah/

14
https://akuntansikeuangan.com/format-laporan-laba-rugi-bank-syariah/
3. Laporan Arus Kas15

15
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/laporan-keuangan/laporan-keuangan-syariah/
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Lap. Perubahan dana investasi terkait16

16
http://seputarbahan.me/
6. Lap. rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil & Lap. Sumber dana dan
penggunaan dana zakat
7. Laporan dan penggunaan dana kebaikan
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Jadi dari paparan yang terdapat dalam pembahasan makalah ini dapat
kita simpulkan bahwa laporan Keuangan Entitas Syariah adalah suatu
laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai entitas syariah
meliputi aset, kewajiban, dana syirkah temporer, ekuitas, pendapatan dan
beban, arus kas, dana zakat dan dana kebajikan yang dapat membantu
pengguna Laporan Keuangan Entitas Syariah dalam memprediksi arus kas
pada masa depan. Adapun pengguna Laporan Keuangan Entitas Syariah
yaitu investor, masyarakat, pemerintah, dan lain sebagainya. Seperti yang
kita ketahui bahwa Laporan Keuangan Entitas Syariah memiliki perbedaan
dengan Laporan Keuangan Entitas Konvensional. Perbedaan keduanya
terletak pada jenis laporan keuangannya. Berbeda dengan Laporan Keuangan
Entitas Konvensional yang hanya memiliki 5 jenis laporan keuangan,
Laporan Keuangan Entitas Keuangan Syaraih memiliki 8 jenis laporan
keuangan yaitu : 1) Neraca 2)Laporan laba rugi 3) Laporan arus kas
4)Laporan perubahan ekuitas 5)Lap. Perubahan dana investasi terikat 6) Lap.
rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil 7)Lap. sumber dana dan penggunaan
dana zakat 8) Laporan dan penggunaan dana kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Nizarul Alim, Mohammad. Akuntansi Syariah : Esensi, Konsepsi, Epistimologi, dan


Metodologi. Jurnal Investasi. Vol 7 No.2. 2011. Hlm. 154-161.

Iwan Wahyudin S dkk, Perbandingan Laporan Keuangan Syariah Dengan Laporan


Keuangan Konevnsional. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018. Dalam
www.academia.edu diakses pada 05 Oktober 2020

https://akuntansikeuangan.com/laporan-posisi-keuangan-bank-syariah/ diakses pada


08 Oktober 2020

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/laporan-keuangan/laporan-keuangan-
syariah/ diakses pada 08 Oktober 2020

http://seputarbahan.me/ diakses pada tanggal 09 Oktober 2020

%201/BAYU%20LIAN%20SURBAKTI%20(NIM.%2051143008).pdf (Diakses
pada tanggal 5 Oktober 2020)

56-Article%20Text-66-2-10-20200616.pdf (Diakses pada 5 Oktober 2020)

%201/KERANGKA_DASAR_PENYUSUNAN_DAN_PENYAJIAN.pdf diakses
pada 5 Oktober 2020

https://www.finansialmu.com/4-karakteristik-laporan-keuangan-baik-menurut-iai/
diakses pada 5 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai