Anda di halaman 1dari 8

Putri Nurul Fadhila S.1014.

062 Audit 10 Landasan Dasar Konseptual Pendekatan Pragmatis Dan Idealis Dalam Pengembangan Akuntansi Syariah Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut harus berisikan informasi-informasi yang berguna dalam membantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya. Sama halnya dengan akuntansi syariah yang banyak mengadopsi berbagai pemikiran tetapi dilandasi dengan prinsip-prinsip syariat islam. Akuntansi syariah muncul sejalan dengan adanya kesadaran untuk bekerja lebih jujur, adil dan tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan Al-Hadits. Konsep akuntansi syariah berkembang seiring dengan adanya pertumbuhan berbagai lembaga keuangan, perbankan, dan juga instrument keuangan yang menerapkan sistem syariat Islam. Seperti yang telah diketahui, bahwa prinsip utama dalam konsep keuangan syariah adalah adanya transaksi keuangan berupa penyimpanan maupun penyaluran dana yang tidak mengenal prinsip bunga. Berikut ini perbedaan antara akuntansi Islam dengan akuntansi konvensional Perbandingan antara Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional No 1 Indikator Tujuan Akhir Akuntansi Islam Orientasi Falah dan mashlahah, kesejahteraan social dan akuntabilitas Islami Pengguna Pelaku pasar dan supplier Masyarakat dan keuangan stakeholders Nilai yang Pengukuran secara moneter Pengukuran terhadap dibawa terhadap kegiatan ekonomi kegiatan social internal ekonomi, termasuk eksternalitas pelanggaran syariah, Akuntansi Konvensional Manfaat bagi keputusan investor dan kreditur, orientasi pasar modal

2 3

Pengukuran

Disclosure

tidak selalu keuangan Moneter dan nonmoneter, balance score card, current valuation Semua kegiatan ekonomi Kegiatan social material ekonomi dan kepatuhan syariah Sumber : Hamid (2001) Moneter, historical cost

Berbagai pandangan muncul berkaitan dengan konsep akuntansi syariah. Salah satu diantaranya adalah Triyuwono (2000) yang menyatakan bahwa konsep akuntansi syariah merupakan paradigma baru dalam wacana akuntansi dan sangat terkait dengan kondisi obyektif yang ada dan melingkupi umat secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Kondisi ini meliputi norma agama, kontribusi umat pada masa lalu, system ekonomi konvensional yang masih mendominasi perekonomian dunia, termasuk mendominasi berbagai lembaga keuangan serta instrument keuangan. Pada perkembangan awalnya, akuntansi syariah mengakibatkan banyak terjadinya diskusi yang memberikan banyak perkembangan pemikiran berkaitan dengan akuntansi syariah dan juga konsep keuangan syariah. Dengan begitu, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa akuntansi syariah merupakan sebuah wacana yang bisa digunakan untuk mengungkapkan berbagai ide, konsep, pemikiran tentang akuntansi syariah itu sendiri. Melihat pada perkembangan wacana akuntansi syariah saat ini, pembahasan mengenai akuntansi syariah telah mencapai tataran filosofis dan teoriti, namun pembahasan pada tataran teoritis belum banyak dilakukan. Sedangkan pada tataran teknis, akuntansi syariah masih dalam masa pencarian jati diri. Pada tataran epistimologi, para pakar akuntansi sepakat untuk

membedakan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional. Namun, dalam tataran metodologis ada perbedaan pandangan atau aliran di kalangan para pakar akuntansi tersebut. Hal ini diakui oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) dalam SFAC No.1 paragraf 22 yang berbunyi:

Two approaches to establishing objectives have merged through the discussion which took place at different meetings of committees established by the board. These are: 1. Establish objectives based on the principles of Islam and its teachings and then consider these established objectives in relation to contemporary accounting thought; 2. Start with objectives established in contemporary accounting thought, test the against Islamic Sharia, accept those that are consistent with sharia and reject those are not. Menurut Mulawarman (2006) perkembangan akuntansi syariah dewasa ini masih menjadi diskursus serius di kalangan akademisi akuntansi. Diskursus terutama berhubungan dengan pendekatan dan aplikasi keuangan sebagai bentukan dari konsep dan teori akuntansinya. Perbedaan-perbedaan yang terjadi mengarah pada posisi diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi syariah pragmatis dan idealis. Aspek metodologis dalam memahami akuntansi syariah seperti yang telah dipaparkan diatas ternyata berdampak pada pengembangan akuntansi syariah. Seperti yang diketahui, akuntansi syariah apabila dilihat dari pendekatan teoritispraktisnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu akuntansi syariah pragmatis dan idealis. Akuntansi syariah dengan pendekatan pragmatis lebih mengadaptasi pada akuntansi konvensional mulai dari konsep dasar teoritis sampai ke bentuk teknologinya, tetapi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Sedangkan akuntansi syariah dengan pendekatan idealis mencoba membangun konsep dasar teorinya hingga bentuk teknologinya berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Akuntansi syariah berdasarkan pendekatan pragmatis menilai bahwa basic theory dan konsep akuntansi syariah tidak perlu jauh berbeda dengan akuntansi konvensional selama tidak menanggalkan nilai syariat Islam. Sedangkan pada pendekatan idealis, perlunya ada perbedaan yang hampir menyeluruh antara akuntasi syariah dengan akuntansi konvensional. (Karim, 1995) menawarkan dua metode pendekatan dimana akuntansi Islam akan bisa tercapai.

1. Tetapkan sasaran-sasaran berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam dan ajaran-ajaran Islam. Pertimbangkan sasaran-sasaran tersebut dan

bandingkan dengan pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer yang sudah ada. (Pendekatan Idealis). 2. Mulai dengan sasaran-sasaran yang ada dalam pemikiran akuntansi kontemporer (konvensional), kemudian bandingkan dengan prinsip-prinsip syariah, lalu terima yang sejalan dengan syariah dan tinggalkan yang tidak sejalan. Lalu, kembangkan hasil-hasil unik yang menjadi temuannya. (Pendekatan Pragmatis) Dalam hal ini, AAOIFI sejak 1996 menerapkan cara pendekatan yang kedua yaitu pendekatan pragmatis. Lembaga ini berpendapat bahwa cara seperti itu dinilai konsisten dengan prinsip-prinsip Islam lebih luas, bahwa suatu pandangan tak selalu memerlukan konsep yang mesti diambil dari syariah. Ditegaskan, bahwa cara pendekatan tersebut berjalan dengan prinsip hukum Islam tentang hal-hal yang diperbolehkan kecuali untuk hal-hal yang jelas dilarang syariah. Dengan demikian, konsep informasi akuntansi berguna, seperti relevansi dan reliabilitas, bisa begitu saja diadopsi dan dimasukkan dalam praktek akuntansi syariah oleh AAOIFI. Hal yang serupa juga terdapat pada tanggapan Mulawarman (2007) bahwa beberapa konsep dan teori akuntansi konvensional dapat digunakan dengan beberapa modifikasi di dalam pendekatan pragmatis pada perkembangan akuntansi syariah. Modifikasi dilakukan untuk kepentingan pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan Islami yang memerlukan legitimasi pelaporan berdasarkan nilai-nilai Islam dan tujuan syariah. Akuntansi syariah terbentuk dari kebijakan akuntansi seperti AAOIFI secara internasional dan PSAK no.59 kemudian PSAK 101-109 di Indonesia. Pada pendekatan pragmatis, akuntansi syariah masih berpedoman pada tujuan akuntansi konvensional dengan perubahan atau modifikasi dan penyesuaian berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan akuntansi syariah pada pendekatan ini lebih kepada pendekatan kewajiban berbasis Entity Theory dengan akuntabilitas terbatas. Berbeda dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan idealis tidak bisa menerima perkembangan akuntansi syariah yang terlalu terbuka dan longgar.

Ada beberapa alasan tidak bisa diterimanya pendekatan pertama karena berdasarkan landasan filosofis akuntansi konvensional merupakan representasi pandangan dunia Barat yang kapitalis, sekuler dan liberal serta didominasi kepentingan laba (Gambling dan Karim 1997; Baydoun dan Willet 1994 dan 2000; Triyuwono 2000 dan 2006; Sulaiman 2001; Mulawarman 2006). Landasan filosofis seperti ini berpengaruh terhadap konsep dasar teoritis sampai ke bentuk teknologinya, yaitu laporan keuangan. Pendekatan idealis juga merasa keberatan dengan regulasi AAOIFI ataupun PSAK No. 59 dan PSAK 101-109, yang dianggap masih menggunakan konsep akuntansi modern berbasis Entity Theory (penyajian laporan laba rugi dan penggunaan going concern dalam PSAK No.59) dan merupakan perwujudan dunia Barat. Pendekatan idealis juga melihat bahwa regulasi bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan oleh AAOIFI tidak berbeda dengan akuntansi konvensional (neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas) dan juga menetapkan beberapa laporan lain seperti analisis laporan keuangan mengenai sumber dana untuk zakat dan penggunaannya, analisis laporan keuangan mengenai earnings atau expenditures yang dilarang berdasarkan prinsip syariah, laporan responsibilitas social bank syariah, serta laporan perkembangan sumber daya manusia untuk bank syariah. Konsep dasar teoritis akuntansi yang sesuai dengan nilai dan tujuan syariah untuk pendekatan idealis adalah Shariate Enterprise Theory. Menurut konsep ini stakeholders adalah pihak yang berhak menerima pendistribusian nilai tambah dan diklasifikasikan menjadi direct participant dan indirect participant. Direct stakeholder adalah pihak yang terkait langsung dengan perusahaan, yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah dan lainnya. Indirect stakeholders adalah pihak yang tidak terkait langsung dengan bisnis perusahaan, terdiri dari: masyarakat mustahiq dan lingkungan alam. Berikut ini adalah gambaran perbedaan akuntansi syariah berdasarkan pendekatan pragmatis dan idealis:

Akuntansi Syariah

PRAGMATIS

IDEALIS

Adopsi

Enterprise Theory Tazkiyah Shariate Enterprise Theory

Entity Theory

Sumber: Mulawarman

Kesimpulan yang bisa diambil dari pemahaman diatas adalah, adanya dua pendekatan teoritis dalam perkembangan akuntansi syariah. Pertama adalah mereka yang membangun akuntansi syariah dengan berangkat dari tujuan

akuntansi konvensional yang sudah ada, kemudian mengujinya dari sudut pandang syariah. Bagian yang sejalan diterima dan dipakai, sedangkan bagian yang dipandang tidak sesuai ditolak. Kedua adalah mereka yang menghendaki bahwa tujuan dan kaidah akuntansi syariah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran islam, lalu membandingkannya dengan pemikiran akuntansi kontemporer yang sudah mapan. Dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan pragmatis lebih banyak dilakukan dalam upaya mendapatkan sebuah format akuntansi syariah. Yang menjadi alasan untuk memilih pendekatan tersebut adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan jangka pendek (pragmatis), yaitu waktu dan biaya. Sedangkan pendekatan kedua lebih menggambarkan kelompok idealis. Dari dua perbedaan metodologis ini tidak berarti memilih pendekatan mana yang lebih baik, melainkan memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kepentingan syariah. Kedua pendekatan ini diharapkan dapat dilakukan secara simultan dalam

rangka akselerasi perkembangan akuntansi syariah, dimana kedua pendekatan ini saling mengisi sehingga nantinya saling terjadi koreksi antara praktik dan teori untuk perkembangan akuntansi syraiah kearah yang lebih baik. Triwuyono mengemukakan bahwa pemikiran pada tingkat filosofis tidak akan banyak memberikan perubahan bila tidak dilanjutkan pada pemikiran teoritis dan praktis. Oleh karena itu pemikiran kearah dua pendekatan tersebut merupakan suatu langkah yang sangat dibutuhkan di dalam perkembangan Akuntansi Islam. Berikut ini adalah gambaran penerapan praktis bagaimana Akuntansi Islam bisa berkembang dewasa ini:

Accept

Reject

Developed

Disarikan dari: AAOIFI, Accounting and Auditing Standards for Islamic Banks and Financial Institution. Bahrain: AAOIFI. 1998 Adnan, Akhyar. 2005. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya. Yogyakarta. UII Press. Adnan, Akhyar . Akuntansi Syariah: Sebuah Tinjauan. Makalah disampaikan dalam seminar yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Bisnis dan Ekonomi Islam(PPBEI) Fakultas Ekonomi Universita Brawijaya Malang pada tahun 1999, hal. 2. Akuntansi Syariah: Bagaimana Konsep dan Teorinya?. Majalah Akuntansi Indonesia, Edisi No.2/Tahun I/Oktober 2007 Mulawarman, Aji Dedi. 2006. Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi Syariah Dari Wacana Ke Aksi. Penerbit Kreasi Wacana. Jogjakarta.

Mulawarman, Aji Dedi. 2009. Akuntansi Syariah: Teori, Konsep dan Laporan Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai