Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

BUNGA DAN RIBA

KELOMPOK 3

ANDI RIFKI SUNUSI G BANDEA

WINDAYANI

RASIKA SALSABILA

NURFADILLAH

PRODI AKUNTASI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022/2023


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia – nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai "Bunga dan Riba". Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Bunga dan Riba...........................................................................6
B. Jenis jenis Riba Dalam Islam........................................................................7
C. Riba Dalam Perspektif Agama....................................................................10
D. Riba dalam perpektif ekonomi....................................................................18
E. Dampak negatif riba....................................................................................20
BAB III..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. KESIMPULAN...........................................................................................25
B. SARAN.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pemikiran ekonomi islam diawali sejak Muhammad saw
dipilih sebagai seorang rasul (utusan Allah). Rasulullah saw mengeluarkan
sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan hidup masyarakat, selain masalah hukum, politik, juga masalah
perniagaan atau ekonomi. Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian
Rasulullah saw, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan
yang harus diperhatikan oleh seluruh masyarakat.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda,


“kemiskinan membawa orang kepada kekafiran”. Maka upaya untuk mengetas
kemiskinan merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan sosial yang dikeluarkan
Rasulullah saw. Selanjutnya kebijakan-kebijakanRasulullah saw menjadi
pedoman oleh para penggantinya Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Namun
demikian, Al-Qur’an dan Al-Hadits digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh
para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan
ekonomi Negara. Perkembangan pemikiran ekonomi islam pada masa nabi
Muhammad saw belum berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat pada
saat itu langsung mempraktekannya dan apabila menemui persoalan dapat
menayakan langsung kepada Nabi. Sementara secara kontekstual persoalan
ekonomi pada masa itu belum begitu kompleks.Secara mikro praktek ekonomi
yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat pada masa itu sarat dengan unsur
economic justice dalam kerangka etika bisnis yang Qur’ani.Fenomena
perekonomian dunia telah berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan jaman dan perubahan tekonologi informasi yang berkembang
pesat. Banyak nilai-nilai baru yang dibentuk namun sulit untuk menentukan mana
yang benar dan mana yang salah, sehingga terkadang membawa kebaikan namu

3
adakalanya menyesatkan. Globalisasi ekonomi yang diwarnai dengan bebasnya
arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar Negara, telah mengubah
suasana kehidupan menjadi individualistis dan persaingan yang amat ketat. Dalam
tataran perekonomian dunia, telah telah terjadi pula kesenjangan ekonomi yang
dialami oleh Negara miskin dan Negara kaya, serta munculnya jurang
kesenjangan antara masyarakat miskin dan masyarakat kaya yang semakin besar.
Bangsa Indonesia saat ini berada dalam krisis ekonomi yang ditandai dengan
beban utang luar negeri yang besar, sampai dengan akhir tahun 2001 utang luar
negeri mencapai 138 miliyar dollar AS yang terdiri dari utang pemerintah 74,56
miliyar dollar (53,9 %) dan 63,44 miliyar dollar (46,1%) adalah utang swasta.
Namun demikian, system ekonomi kapitalis membuat bangsa Indonesia tersesat
dalam putaran keuangan kapitalis yang dahsyat, ibarat badai tornado yang
memporakporandakan semua benda dan bagunan yang dilaluinya. Sudah cukup
lama umat islam Indonesia, demikian pula dunia islam lainnya menginginkan
system perekonomian yang berbasis nilai dan prinsip syariah (Islamic economic
system) untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan
transaksi umat. Keinginan ini didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan
islam secara utuh dan total seperti yang ditegaskan Allah SWT. Oleh sebab itu,
sangat disayangkan dewasa ini masih banyak kalangan yang melihat bahwa islam
tidak berurusan bank dan pasar uang, karena yang pertama adalah dunia putih,
sedangkan yang kedua adalah dunia hitam, penuh tipu daya dan kelicikan. Oleh
Karena banyak kalangan melihat islam dengan system nilai dan tatanan
normatifnya, sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham
liberalisme dan pregmatisme sempit ini menilai bahwa kegiatan ekonomi dan
keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-
nilai normative dan rambu-rambu ilahi.1 Namun demikian, ketidakseimbangan
ekonomi global, dan krisis ekonomi yang melanda Asia khususnya Indonesia
adalah suatu bukti bahwa asumsi diatas salah total bahkan ada sesuatu yang tidak
beres dengan system yang di anut selama ini. Adanya kenyataan sejumlah besar
bank ditutup, di take-over, dan sebagian besar lainnya harus direkapitulasi dengan
biaya ratusan trilliun rupiah dari uang Negara yaitu sekitar 635 triliun rupiah,

4
maka rasanya amatlah besar dosa apabila tetap berdiam diri dan berpangku tangan
tidak melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi ekonomi seperti ini.
Sekarang saatnya akan menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi
utama kemitraan dan kebersamaan dalam profit dan riskdapat mewujudkan
kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Sekaligus pula membuktikan
bahwa dengan system perbankan syariah, akan dapat menghilangkan masalah-
masalah yang negative spread(keuntungan minus) dari dunia perbankan saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian bunga dan riba
2. Jenis jenis riba dalam islam
3. Riba dalam perpektif agama
4. Riba dalam perpektif ekonomi
5. Dampak negatif riba

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian bunga dan riba
2. Mengetahui apa jenis jenis riba dalam islam
3. Mengetahui apa riba dalam perpektif agama
4. Menegetahui apa riba dalam perspektif ekonomi
5. Mengetahui apa dampak negatif riba

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bunga dan Riba

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-uluw), dan meningkat
( alirtifa ). Sehubungan dengan arti riba dari segi bahasa tersebut, ada ungkapan
orang Arab kuno menyatakan sebagai berikut : arba fulan ‘ala fulan idza azada
‘alaihi (seorang melakukan riba terhadap orang lain jika didalamnya terdapat
unsur tambahan atau disebut liyarbu ma a’thythum min sya’iin lita ‘khuzu aktsara
minhu ( mengambil dari sesuati yang kamu berikan dengan cara berlebih dari apa
yang diberikan ).

Menurut terminologi, riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki


salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Riba sering juga
diterjemahkan dalam bahasa inggris sebagai “ usury”dengan arti tambahan uang
atas modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh “ syara”, baik dengan
jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah tambahan yang banuak.

Berbicara riba identik dengan bunga bank atau rente, sering kita dengar di
tengah-tengah masyarakat bahwa rente disamakan dengan riba. Pendapat itu
disebabkan rente dan riba merupakan “ bunga “ uang,karena mempunyai arti yang
sama yaitu sama-sama bunga,maka hukumnya sama yaitu haram.

Dalam prakteknya,rente merupakan keuntungan yang diperoleh pihak


bank atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih
untuk usaha produktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut usahanya menjadi
maju dan lancar, dan keuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam
akad kedua belah pihak baik pembiayaanur (bank) maupun debitur (nasabah)
sama-sama sepakat atas keuntungan yang akan diperoleh pihak bank.

6
Sedangkan berbicara tentang definisi bunga bank merupakan balas jasa
yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual sebuah produknya. Selain hal tersebut bunga juga dapat
diartikan harga yang harus dibayar kepada seorang nasabah yang memiliki sebuah
simpanan dengan harus dibayar oleh nasabah bank yaitu nasabah yang
memperoleh pinjaman. Dalam melakukan kegiatan perbankan sehari-hari terdapat
dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu sebgai berikut:

Bunga Simpanan. Bunga ini merupakan bunga yang diberikan sebagai


rangsangan atau sebgai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Arti dari bunga simpanan tersebut adalah harga yang harus dibayar bank
kepada nasabahnya seperti jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

Bunga Pinjaman. Maksud dari bunga ini adalah bunga yang diberikan
kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh seorang nasabah
peminjam kepada bank. Seperti bunga pembiayaan.

Riba erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, dimana dalam


perbankan konvensional banyak ditemui transaksi-transaksi yang memakai
konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai
prinsip bagi hasil ( mudharabah ) yang belakangan ini lagi marak dengan
diterbitkannya undang –undang nomor 21 tahun 2008

B. Jenis jenis Riba Dalam Islam

 Riba Fadhl
Riba Fadl disebut juga riba buyu yaitu yang timbul akibat pertukaran
barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin),
sama kuantitasnya (sawa- an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan
bi yadin). Pertukaran semisal ini mengandung gharar yaitu ketidakjelasan bagi
kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan
ini dapat menimbulkan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-
pihak lain.

7
Contoh berikut ini akan memperjelas adanya gharar. Ketika kaum Yahudi
kalah dalam perang Khaibar, maka harta mereka diambil sebagai rampasan perang
(ghanimah), termasuk diantaranya adalah perhiasan yang terbuat dari emas dan
perak. Tentu saja perhiasan tersebut bukan gaya hidup kaum muslimin yang
sederhana. Oleh karena itu, orang Yahudi berusaha membeli perhiasannya yang
terbuat dari emas tersebut, yang akan dibayar dengan uang yang terbuat dari emas
(dinar) dan uang yang terbuat dari perak (dirham). Jadi se-benarnya yang akan
terjadi bukanlah jual beli, namun pertukaran barang yang sejenis. Emas ditukar
dengan emas, perak ditukar dengan perak .Perhiasan perak dengan berat yang
setara dengan 40 dirham (satu uqiyah) dijual oleh kaum muslimin kepada kaum
Yahudi seharga dua atau tiga dirham, padahal nilai perhiasan perak seberat satu
uqiyah jauh lebih tinggi dari sekedar 2-3 dirham. Jadi muncul ketidakjelasan
(gharar) akan nilai perhiasan perakdan nilai uang perak (dirham).

Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW mencegahnya dan bersabda:


“Dari Abu Said al-Khdri ra, Rasul SAW bersabda : Transaksi pertukaran emas
dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba; perak dengan perak harus sama takaran dan timbangan
dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; tepung dengan tepung
harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba; korma dengan korma harus sama takaran,timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba; garam dengan garam harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai) kelebihannya adalah riba.” (Riwayat
Muslim).

Di luar keenam jenis barang ini dibolehkan asalkan dilakukan


penyerahannya pada saat yang sama. Rasul SAW bersabda: “Jangan kamu
bertransaksi satu dinar dengan dua dinar, satu dirham dengan dua dirham; satu sha
dengan dua sha karena aku khawatir akan terjadinya riba (al-rama). Seorang
bertanya : wahai Rasul: bagaimana jika seseorang menjual seekor kuda dengan
beberapa ekor kuda dan seekor unta dengan beberapa ekor unta? Jawab Nabi
SAW “Tidak mengapa, asal dilakukan dengan tangan ke tangan (langsung).”(HR

8
Ahmad dan Thabrani).Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi
jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot).

 Riba Na’siah
Riba Nasi’ah disebut juga riba duyun yaitu riba yang timbul akibat
hutangpiutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman).
Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban,
hanya karena berjalannya waktu. Nasi ah adalah penangguhan penyerahan atau
penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi
lainnya. Riba Nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan
antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian.
Jadi al ghunmu (untung) muncul tanpa adanya risiko (al ghurmi), hasil usaha (al
kharaj) muncul tanpa adanya biaya (dhaman); al ghunmu dan al kharaj muncul
hanya dengan berjalannya waktu. Padahal dalam bisnis selalu ada kemungkinan
untung dan rugi. Memastikan sesuatu yang di luar wewenang manusia adalah
bentuk kezaliman (QS AI Hasyr, 18 dan QS Luqman, 34). Pertukaran kewajiban
menanggung beban (exchange of liability) ini, dapat menimbulkan tindakan zalim
terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain. Pendapat Imam
Sarakhzi akan memperjelas hal ini.

“Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa


adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut”
(Imam Sarakhsi dalam al- Mabsut, juz. Xll., hal. 109).Dalam perbankan
konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam pembayaran bunga pembiayaan
dan pembayaran bunga deposito, tabungan, giro.

 Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman,
karena si peminjam tidak mampu mengembali- kan dana pinjaman pada waktu
yang telah ditetapkan. Riba Ja- hiliyah dilarang karena pelanggaran kaedah “Kullu
Qardin Jarra Manfa’ah Fahuwa Riba” (setiap pinjaman yang mengambil manfaat

9
adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahan- nya, riba jahiliyah tergolong
Riba Nasi ah; dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan, tergolong Riba Fadl.
Tafsir Qurtuby menjelaskan:

“Pada Zaman Jahiliyah para pembiayaanur, apabila hutang sudah jatuh


tempo, akan berkata kepada para debitur : “Lunaskan hutang anda sekarang, atau
anda tunda pembayaran itu dengan tambahan” “Maka pihak debitur harus
menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan pembiayaanur
menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan baru. ”
(Tafsir Qurtubi, 2/1157). Dalam perbankan konvensional, riba jahiliyah.

C. Riba Dalam Perspektif Agama


Dalam kehidupan seperti sekarang ini, umat islam hampir tidak bisa
menghindari diri dari bermuamalah dengan bank konvensional yang memakai
system bunga dalam segala aspek kehidupannya termasuk kehidupan agamanya
terutama dalam kehidupan ekonomi.

Juga tidak bisa dipungkiri bahwa Negara Indonesia belum bisa lepas dari
bank-bank konvensional yang berorientasi pada bank-bank internasional dan
tentunya menggunakan suku bunga dalam berbagai transaksi, dan hingga saat ini
pula masih banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama muslim
tentang keharaman serta kehalalan riba itu sendiri.

Riba merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang


sejak zaman jahiliyah hingga sekarang.Kehidupan masyarakat telah terbelenggu
oleh system perekonomian yang membiarkan praktek bunga berbunga. System
pinjam meminjam yang berlandaskan bunga ini sangat menguntungkan kaum
pemilik modal dan disisi lain telah menjurumuskan kaum dhufa pada kemalaratan,
hal ini secara keras ditentang atau dilarang oleh ajaran islam yang dijelaskan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Pada saat ini sebagian masyarakat masih menganggap bank (konvensional)


sebagai solusi untuk membantu memecahkan masalah perekonomiannya tetapi
pada kenyataannya bank tidak membantu kepada masyarakat yang

10
membutuhkannya tetapi malah mencekiknya atau merugikannya dengan system
bunga tersebut. Sehingga dari permasalahan tersebut muncullah bank yang
berlabel islam disana tidak ada praktik bunga tetapi yang ada hanya system bagi
hasil.

 Larangan Riba
Di dalam islam telah jelas disebutkan mengenai larangan riba yang
terdapat dalam Al-Qur’an pada empat kali penurunan wahyu yang berbeda-beda,
diantaranya:

a. QS. Ar-Ruum: 39

           
          


Terjemahnya :
39. “dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

b. QS. An-Nisa: 161

       


       

Terjemahnya:
161. “dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”.

11
c. QS. Ali-Imran: 130-132

        


        
       

Terjemahnya:
130. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.
131. dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir.
132. dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat”.

[228] Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar
ulama bahwa Riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda.
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih
yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran
suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena
orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan
emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba
nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman
jahiliyah.

12
d. QS. Al-Baqarah: 275-281

         


         
          
           
          
           
       
          
          
          
          
            
           
       

Terjemahnya:
275. “orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.

13
276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah[177]. dan Allah
tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa[178].
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
280. dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah
tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
281. dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada
waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-
masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.

[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran
lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran
suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena
orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan
emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba
nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman
jahiliyah.

14
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti
orang kemasukan syaitan.

[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak
dikembalikan.

[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu
atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah
ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat
gandakan berkahnya.

[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap


melakukannya.

Pelarangan riba dalam islam tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an,


melainkan juga Al-Hadits. Hal ini sebagaimana posisi umum hadis yang berfungsi
untuk menjelaskan lebih lanjut yang telah digariskan melalui Al-Qur’an,
pelanggaran riba dalam hadis lebih terperinci. “ingatlah bahwa kamu akan
menghadap tuhanmu dan dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah
melarangmu mengambil riba.Oleh karena itu, utang akibat riba harus
dihapuskan.Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu.Kamu tidak akan
menderita ataupun mengalami ketidakadilan.”

“diriwayatkan oleh Abu Said al-khudri bahwa rasulullah saw, bersabda: “emas
hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum denga gandum,
tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam,bayaran
harus dari tangan ke tangan (cash). Barangsiapa memberi tambahan atau
menerima tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba. Penerima
dan pemberi sama-sama bersalah.”(HR. Muslim No. 2971, dalam Kitab Al-
Masaqqah)7 Rasulullah saw juga mengutuk dengan menggunakan kata-kata yang
sangat terang, bukan saja mereka yang mengambil riba, tatapi mereka yang
memberikan riba dan para penulis yang mencatat transaksi atau para saksinya.
Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa yang

15
melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya
sendiri

 Pendapat ulama tentang Bunga dan Riba

a. Majelis Tarjih Muhammadiyah

Majelis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan

1. Riba hukumnya haram dengan nash sharih Al-Qur’an dan As-Sunnah


2. Bank dengan system riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya
halal
3. Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik Negara kepada para
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
musyotabihat.
4. Menyarankan kepada pemimpin pusat muhammadiyah untuk
mengusahakan terwujudnya konsepsi system perekonomian, khususnya
lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah islam.

b. Lajnah bahsul Masa’il Nahdatul Ulama

Mengenai bank dan pembungaan uang, lajnah memutuskan masalah tersebut


melalui beberapa kali siding. Menurut lajnah, hukum bank dan hukum bunganya
sama seperti hukum gadai. Terdapat tiga pendapat para ulama sehubung dengan
masalah ini:

1. Haram, sebab termasuk hutang yang dipungut rentenir


2. Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sedangkan adat yang
berlaku, tidak dapat begitu saja dijadikan syarat
3. Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih
pendapat tentangnya.

Meskipun ada perbedaan pandangan, lajnah memutuskan bahwa (pilihan) yang


lebih berhati-hati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah
haram.

16
c. Sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI)

Semua peserta sidang OKI kedua yang berlangsung di Karachi, Pakistan,


desember 1970, telah menyepakati dua hal utama, yaitu sebagai berikut:

1. Praktik bank dengan system bunga adalah tidak sesuai dengan syariah
islam.

2. Perlu segera didirikan bank-bank alternatif yang menjalankan operasinya


sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Hasil kesepakatan inilah yang melatarbelakangi didirikannya bank pembangunan


islam atau Islamic development bank (IDB).

d. Mufti Negara Mesir

Keputusan kantor Mufti Negara Mesir terhadap hukum bunga bank senantiasa
tetap dan konsisten. Tercatat sekurang-kurangnya sejak tahun 1900 hingga 1989,
memutuskan Mufti Negara Republik Arab Mesir memutuskan bahwa bunga bank
termasuk salah satu bentuk riba yang diharamkan.

e. Konsul Kajian Islam Dunia

Ulama-ulama besar dunia yang terhimpun dalam Konsul Kajian Islam Dunia
(KKID) telah memutuskan hukum yang tegas terhadap bunga bank.Dalam
konferensi II KKID yang diselenggarakan di Universitas AlAzhar, Kairo, pada
bulan Muharram 1385H/Mei 1965 M, Ditetapkan bahwa tidak ada sedikitpun
keraguan atas keharaman praktik pembangunan uang seperti yang dilakukan bank-
bank konvensional.

f. Fatwa lembaga-lembaga lain

Senada dengan ketetapan dan fatrwa dari lembaga-lembaga islam dunia diatas,
beberapa lembaga berikut ini juga menyatakan bahwa bunga bank adalah salah
satu bentuk riba yang diharamkan. Lembaga-lembaga tersebut adalah, Akademik

17
Fiqih Liga Muslim Dunia dan pimpinan Pusat Dakwah, Penyuluhan, Kajian, dan
Fatwa, Kerajaan Saudi Arabia.

Satu hal yang perlu di cermati, keputusan dan fatwa dari lembaga-lembaga
dunia diatas diambil pada saat bank islam dan lembaga keuangan syariah belum
berkembang seperti saat ini. Dengan kata lain, para ulama dunia tersebut sudah
berani menetapkan hukum dengan tegas sekalipun pilihan pilihan alternative
belum tersedia.

D. Riba dalam perpektif ekonomi


Dalam ilmu ekonomi pada umumnya riba adalah sinonim dengan bunga
uang (rente) yang muncul dari sejumlah uang pokok, yang lazim disebut dengan
istilah kapital atau modal berupa uang. Dalam hal ini bunga uang disebutjuga
dengan rente atau interest yaitu penggantian kemgian yang diterima oleh yang
empunya modal uang untuk menyerahkan penggunaan modal itu."

Modal uang itu oleh orang dapat dipergunakan, baik untuk keperluan
produksi maupun untuk keperluan konsumsi. Peminjaman modal untuk keperluan
konsumsi hams dibayar bunganya. Dalam perspektive ekonomi rasionalisasinya
adalah dengan dipinjamkannya modal uang unmk keperluan konsumsi maka akan
berkuranglah jumlah modal uang untuk keperluan produksi. Dalam pengertian di
atas, bunga tersebut dianggap orang sebagai harga yang hams dibayar untuk
penggunaan modal uang. Pendapat ini dikuatkan oleh Taher Ibrahim bahwa
bunga uang atau interest adalah harga dari alat produksi modal.

Beberapa ahli ekonomi memperbolehkan pengambilan bunga dengan


menekankan fungsi modal dalam produksi. Hal inilah yang disebut dengan teori
kemutlakan produktivitas modal. Menurut pandangan tersebut, modal adalah
produktifdtngdixv sendirinya. Modal dianggap mempunyai daya untuk
menghasilkan barang lebihbanyak daripada yangdapatdihasilkan tanpa modal itu.
Modal dipandang mempunyai daya untuk menghasilkan nilai tambah. Dengan
demikian, pemberi pinjaman layak untuk mendapatkan imbalan bunga.

18
Beberapa ahli ekonomi berpendapatbahwa manusia pada dasarnya lebih
mengutamakan kehendaknya sekarang dibanding kehendaknya di masadepan.
Manusia dianggap akan mengedepankan kepuasan untuk masa sekarang.
Kalangan inilah yang raenjelaskan fenomena bunga dengan rumusan yang dikenal
dengan menurunnya nilai barang di waktu mendatang dibanding dengan nilai
barang di waktukini, teori inilah yang disebut dengan teori nilai uangpada masa
mendatang lebih rendah dibanding masa sekarang}

Singkatnya, mereka menganggap bunga sebagai agio atau selisih nilai


yang diperoleh dari barang-barang pada waktu^ sekarang terhadap perubahan atau
pertukaran barang di waktu yang akan datang. Boehm Bawerk, pendukung utama
pendapat ini,menyebut tigaalasan mengapa nilai barangdi waktu yang mendatang
akan berkurang, yaitu sebagai berilmt:

1. Keuntungandi masa yang akan datang diragukan. Hal tersebut disebabkan


oleh ketidakpastian peristiwa serta kehidupan manusia yang akandatang,
sedangkan keuntungan masa kini sangat jelas dan pasti.
2. Kepuasan terhadap kehendak atau keinginan masa kini lebihbernilai bagi
manusia daripada kepuasan mereka pada waktu yang akan datang. Pada
masa yangakandatang, mungkinsaja seseorangtidakmempunyai kehendak
semacam sekarang.
3. Kenyataannya, barang-barang padawaktu kinilebih penting danberguna.
Dengan demikian, barang-barang tersebut mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibanding dengan barang-barang pada waktu yang akan datang."
Hal tersebut meyakinkan mereka bahwa keuntungan pasti masa kini jelas
diutamakan daripada keuntungan pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
modal yang dipinjamkan kepada seseorang pada saat sekarang lebih bernilai
dibanding uang yang akan dikembalikan beberapa tahun kemudian. Bunga,
menurutpenganutpahamini, merupakan nilai lebih yang ditambahkan pada modal
yang dipinjamkan agar nilai pembayaraimya sama dengan nilai modal pinjaman
semula. Dengan kata lain, bunga senipa denganperbedaanpsikologis barang-

19
barang masa kinidenganbarang-barang pada masa yang akan datang. Bukan
perbedaan ekonomis.

E. Dampak negatif riba


1. Dampak Ekonomi

Muhammad Syafi‟i Antonio, menurutnya dampak negatif dari riba dalam


ekonomi adalah8 dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya
uang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen dari penetuan harga
adalah suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang
akan ditetapkan pada suatu barang.

Agustianto (2010), dalam Riba dan Meta Ekonomi Islam, dampak riba dari
segi ekonomi adalah:

Pertama, sistem ekonomi ribawi telah banyak menimbulkan krisis ekonomi di


mana-mana sepanjang sejarah Sepanjang sejarah, sejak tahun 1930 sampai
saat ini akibat dari fluktuasi tingkat suku bunga, telah membuka peluang
kepada para spekulan untuk melakukan spekulasi yang dapat mengakibatkan
volatilitas ekonomi banyak negara. Sistem ekonomi ribawi (bunga) menjadi
puncak utama penyebab tidak stabilnya nilai uang (currency) sebuah negara.
Karena uang senantiasa akan berpindah dari negara yang tingkat bunga riel
yang rendah ke negara yang tingkat bunga riel yang lebih tinggi akibat para
spekulator ingin memperoleh keuntungan besar dengan menyimpan uangnya
dimana tingkat bunga riel relatif tinggi. Usaha memperoleh keuntungan
dengan cara ini, dalam istilah ekonomi disebut dengan arbitraging. Tingkat
bunga riel disini dimaksudkan adalah tingkat bunga minus tingkat inflasi.

Kedua, dibawah sistem ekonomi ribawi, kesenjangan pertumbuhan ekonomi


masyarakat dunia makin terjadi secara konstant, sehingga yang kaya makin
kaya yang miskin makin miskin. Data IMF menunjukkan bagaimana
kesenjangan tersebut terjadi sejak tahun 1965 sampai hari ini.

20
Ketiga, Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, produksi dan
terciptanya pengangguran. Semakin tinggi suku bunga, maka investasi
semakin menurun. Jika investasi menurun, produksi juga menurun. Jika
produksi menurun, maka akan meningkatkan angka pengangguran

Keempat, Teori ekonomi juga mengajarkan bahwa suku bunga akan secara
signifikan menimbulkan inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh bunga adalah
inflasi yang terjadi akibat ulah tangan manusia. Inflasi seperti ini sangat
dibenci Islam, sebagaimana ditulis Dhiayuddin Ahmad dalam buku Al-Quran
dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan menurunkan daya beli atau
memiskinkan rakyat dengan asumsi cateris paribus.

Kelima, Sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara


berkembang kepada jebakan hutang (debt trap) yang dalam, sehingga untuk
membayar bunga saja mereka kesulitan, apalagi bersama pokoknya.

Keenam, dalam konteks Indonesia, dampak bunga tidak hanya sebatas itu,
tetapi juga berdampak terhadap pengurasan dana APBN. Bunga telah
membebani APBN untuk membayar bunga obligasi kepada perbakan
konvensional yang telah dibantu dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI). Selain bunga obligasi juga membayar bunga SBI. Pembayaran bunga
yang besar inilah yang membuat APBN menjadi defisit setiap tahun.
Seharusnya APBN dalam keadaan surplus setiap tahun dalam jumlah yang
besar, tetapi karena sistem moneter Indonesia menggunakan sistem riba,
maka, dampaknya bagi seluruh rakyat Indonesia sangat mengerikan.

2. Sosial Kemasyarakatan

Riba merupakan pendapatan yang didapatkan secara tidak adil. Para


pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar
berusaha dan mengembalikan, misalnya dua puluh lima persen lebih tinggi dari
jumlah yang dipinjamkan. Persoalannya, siapa yang bisa menjamin bahwa usaha
yang dijalankan oleh orang tersebut nantinya mendapat keuntungan lebih dari
duapuluh lima persen? Semua orang tahu bahwa apapun usaha yang dilakukan

21
akan memiliki dua kemungkinan yaitu : berhasil dan gagal. Namun demikian
tidak demikian dengan riba. Dengan menetapkan riba, orang sudah memastikan
bahwa usaha yang dikelola pasti untung.

3. Dampak Ketahanan Perusahaan

Jika salah satu prinsip perusahaan adalah going concern atau perusahaan
itu akan ada selamanya maka perusahaan tersebut akan melewati berbagai kondisi
ekonomi setiap waktunya, diamana cuaca kondisi ekonomi bisa sangat cerah dan
bisa sangat ekstrim di waktu yang lain, oleh karena itu hanya perusahaan yang
punya daya tahanlah yang akan bertahan. Menyadari akan keadaan tersebut maka
perusahaan akan senantiasa mencari cara dan skema bertahan dalam menghadapi
berbagai macam kondisi ekonomi, maka pertanyaanya adalah seberapa jauhkah
bunga berpengaruh terhadap ketahanan perusahaan.

Permasalahan di atas, sebenarnya, tidak pernah terjadi kalau sistim


ekonomi Islam diadopsi dalam sistim ekonomi negara. Karena nilai uang tidak
akan dipengaruhi oleh perbedaan tingkat bunga riel, sebab ekonomi Islam tidak
mengenal sistim bunga (riba). Inilah yang menyebabkan nilai uang dalam
ekonomi tanpa bunga tidak mengalami volatilitas yang membahayakan. Di
Indonesia, sistem ekonomi ribawi telah menimbulkan dampak yang sangat buruk
bagi perekonomian Indonesia. Dana APBN Indonesia setiap tahun dikuras untuk
kepentingan membayar bunga dalam jumlah yang besar, baik untuk bunga
pinjaman luar negeri, terlebih untuk membayar bunga obligasi rekap kepada bank-
bank sistem ribawi.

Dampak Riba Menurut Hadits

Hadits-hadits yang menerangkan dampak riba cukup banyak, namun untuk


membatasi penelitian ini maka dipilihlah 5 hadits yang secara tegas menjelaskan
dampak riba, antara lain:

1. Pemakan riba, penyetor riba, penulis transaksi riba dan saksi yang
menyaksikan transaksi riba dilaknat.

22
Dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda

Artinya: Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, penyetor riba, penulis


transaksi riba dan saksi yang menyaksikan transaksi riba, semuanya sama. 27
Diriwayatkan juga dengan matan berbeda dalam An-Nasa'i (5104) Ahmad (1364)
Abu Dawud (2076), Al-Tirmidzi (1119), dan Ibn Majah (1935). Yang dimaksud
dengan pemakan riba contohnya rentenir, bank keliling, atau bank konvensional
yang memakan bunga, termasuk orang yang menabung/menitipkan uang di
lembaga itu. Penyetor riba adalah peminjam, debitur, atau nasabah yang
meminjam, Penulis transaksi riba adalah sekretaris, notaris, karyawan yang
menuliskan transaksi riba dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.

2. Riba mendatangkan azab kepada suatu negeri bukan hanya kepada


pemakannya saja.
Dari Abdullah bin Abas RA, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Apabila zina dan riba muncul di suatu negeri, maka mereka telah
menimpakan siksaan Allah SWT pada diri mereka sendiri.28 Berdasarkan hadits
diatas maka azab dari riba bukan hanya menimpa para pelaku-pelaku riba saja tapi
setiap orang yang ada disekitarnya juga, bahkan menimpa seluruh negeri.

3. Riba merusak kehormatan orang lain


Dari Sa’ad bin Zaid RA, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Sesungguhnya seburuk-buruk riba adalah merusak kehormatan orang lain


dengan cara yang tidak dibenarkan.

23
Riba merusak kehormatan orang lain, antara lain karena merusak harkat dan
martabat orang yang meminjam, membuat terhina dan malu, dengan riba yang jika
tidak tertagih maka akan terus menumpuk-numpuk seiring waktu.

4. Riba menjerumuskan kepada kemiskinan

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Siapapun yang memperbanyak hartanya dari riba maka ujung akhir
urusannya adalah kemiskinan.

Riba akan membuat para pelakunya jatuh miskin, karena harus membayar lebih
besar dari utangnya.

5. Riba mendatangkan paceklik atau kekeringan

Dari Amru bin Ash RA, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Tidaklah riba merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpa paceklik.
Dan tidaklah budaya suap merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpakan
kepada mereka ketakutan.

Dosa riba juga mendatangkan azab Allah berupa paceklik dan kekeringan,
sehingga akan memperparah kondisi perekonomian.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sehubungan dengan arti riba dari segi bahasa tersebut, ada ungkapan
orang Arab kuno menyatakan sebagai berikut : arba fulan ‘ala fulan idza azada
‘alaihi (seorang melakukan riba terhadap orang lain jika didalamnya terdapat
unsur tambahan atau disebut liyarbu ma a’thythum min sya’iin lita ‘khuzu aktsara
minhu ( mengambil dari sesuati yang kamu berikan dengan cara berlebih dari apa
yang diberikan ).

Riba erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, dimana dalam


perbankan konvensional banyak ditemui transaksi-transaksi yang memakai
konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai
prinsip bagi hasil ( mudharabah ) yang belakangan ini lagi marak dengan
diterbitkannya undang –undang nomor 21 tahun 2008 B. Jenis jenis Riba
Dalam Islam • Riba Fadhl Riba Fadl disebut juga riba buyu yaitu yang timbul
akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya
(mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa- an bi sawa-in) dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin).

Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW mencegahnya dan bersabda:


“Dari Abu Said al-Khdri ra, Rasul SAW bersabda : Transaksi pertukaran emas
dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba; perak dengan perak harus sama takaran dan timbangan
dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; tepung dengan tepung
harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba; korma dengan korma harus sama takaran,timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba; garam dengan garam harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai) kelebihannya adalah riba.” (Riwayat
Muslim).

25
Riba dalam perpektif ekonomi Dalam ilmu ekonomi pada umumnya riba adalah
sinonim dengan bunga uang (rente) yang muncul dari sejumlah uang pokok, yang
lazim disebut dengan istilah kapital atau modal berupa uang.

Kalangan inilah yang raenjelaskan fenomena bunga dengan rumusan yang dikenal
dengan menurunnya nilai barang di waktu mendatang dibanding dengan nilai
barang di waktukini, teori inilah yang disebut dengan teori nilai uangpada masa
mendatang lebih rendah dibanding masa sekarang} Singkatnya, mereka
menganggap bunga sebagai agio atau selisih nilai yang diperoleh dari barang-
barang pada waktu sekarang terhadap perubahan atau pertukaran barang di waktu
yang akan datang.

B. SARAN
Riba adalah konsep dalam Islam yang merujuk pada praktek meminta atau
memberikan tambahan yang tidak wajar atau tidak adil atas pinjaman uang atau
aset keuangan lainnya. Dalam pandangan Islam, riba dianggap sebagai dosa besar
karena dapat menyebabkan ketidakadilan dan kemiskinan.

Bunga, dalam konteks keuangan, merujuk pada biaya yang dikenakan pada
peminjam uang oleh pemberi pinjaman sebagai bentuk pengembalian atas uang
yang dipinjamkan. Dalam Islam, bunga dianggap sebagai bentuk riba yang tidak
dibenarkan.

Dalam prakteknya, ada beberapa cara untuk menghindari riba dan bunga
dalam keuangan Islam. Salah satunya adalah melalui penggunaan kontrak bagi
hasil atau mudharabah, di mana pemberi pinjaman dan peminjam berbagi
keuntungan dari investasi yang dilakukan.

Selain itu, terdapat juga sistem pembiayaan syariah seperti murabahah dan
ijarah, di mana pemberi pinjaman membeli aset atau barang yang dibutuhkan oleh
peminjam, dan kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan yang sudah
disepakati sebelumnya.

26
Dalam keuangan Islam, penting untuk memperhatikan prinsip-prinsip yang
berlaku, seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Praktek yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dianggap sebagai bentuk riba
atau pelanggaran lainnya terhadap prinsip-prinsip keuangan Islam.

27
DAFTAR PUSTAKA

azzahrama. (t.thn.). RIBA DAN BUNGA. Dipetik april rabu, 2023, dari studocu:
https://www.studocu.com/id/documen/universitas-prima-indonesia/manaje
men-perbankan-syariah/2riba-dan-bunga/31767207

Lubis, Z. (2021-15-02). RIBA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI UMMAT. EL


Arbah Vol.5 No.1, 11-19.

Mashuri, S. (t.thn.). ANALISIS DAMPAAK BUNGA BANK (RIBA) BAGI


PEREKONOMIAN NEGARA. jalan poros sungai baru, bengkalis, Riau,
kode pos 28751, 98-107.

Rachmad Risqy Kurniawan, S. M. (20XX). Dampak Riba Menurut Al-Quran dan


Hadis. Volume x Nomor x, September 20XX .

Rahim, A. (2021). konsep bunga dan prinsip ekonomi islam dalam perbankan
syariah. ISSN:2085-4633,vol 1 No. 2, tahun 2021 juli-desember, 185-201.

Yulianti, R. T. (januari 2002). RIBA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI


ISLAM. Millah Vol. II, No.2, 52-70.

28

Anda mungkin juga menyukai