Anda di halaman 1dari 6

LEMBAGA

PENGELOLA ZAKAT
KELOMPOK : 10 (SEPULUH)
DISUSUN OLEH :
M . FA I S A L N U G R A H A
RINALDI APRILIAN
1.Pengertian Lembaga Pengelola Zakat
Lembaga adalah suatu wadah yang didirikan untuk menampung segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sedangkan pengelola atau amil zakat sendiri adalah mereka yang diangkat oleh pihak berwenang, badan
perkumpulan atau organisasi pengelola zakat untuk mengelola zakat secara professional, baik dari segi
pengumpulan, penerimaan, pendistribusian, bahkan pemberdayaan. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa
Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) adalah institusi yang bergerak dibidang pengelolaan dana zakat.4 Menurut UU
No. 23 Tahun 2011 tentang Lembaga Pengelola Zakat Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan bahwa ,”Pengelolaan zakat
adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.”5 Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis Lembaga
Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
2.Tujuan dan Fungsi Lembaga Pengelola
Zakat
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, tujuan pengelolaan zakat adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan
langkah sebuah LPZ untuk mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien dan efektif,
LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada dengan maksimal.
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan zakat
dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut
dalam bentuk yang produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif
dapat dilakukan dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.
Sedangkan fungsi lembaga pengelola zakat (LPZ) adalah sebagai berikut:14
a. Merencanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat.
b. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat.
c. Mengendalikan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan dana zakat.
3.Manajemen Pengelolaan
Dalam membangun manajemen dalam mengelola zakat dapat menggunakan teori James Stoner. Model manajemen tersebut meliputi
proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling). Keempat model
Stoner ini dapat diterapkan dalam setiap aktivitas pengelolaan zakat dengan konsep sosialisasi, pengumpulan, pendayaguaan dan
pengawasan.
a. Perencanaan (Planning).
1. Menetapkan sasaran dan tujuan zakat. Sasaran zakat berkaitan dengan orang yang berkewajiban membayar zakat (muzakki) dan
orang yang berhak menerima zakat (Mustahik). Sedangkan tujuannya adalah menyantuni orang yang berhak agar terpenuhi kebutuhan
dasarnya.
2. Menetapkan bentuk organisasi atau lembaga zakat.
3. Menetapkan cara melakukan penggalian sumber dan distribusi zakat.
4. Menentukan waktu untuk penggalian sumber zakat dan waktu untuk mendistribusikan zakat dengan skala prioritas.
5. Menetapkan amil atau pengelola zakat dengan menentukan orang yang memiliki komitmen, kompetensi mindset dan profesionalisme
untuk melakukan pengelolaan zakat.
6. Menetapkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan zakat.
b. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganiasian dalam pengelolaan zakat bertujuan, agar zakat dapat dikelola dengan kredibel dan efektif serta
tepat sasaran untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian yang baik adalah dilakukan oleh sumberdaya manusia
yang mempunyai kapasitas dalam mengorganisasi dengan efektif dan efesien. . Menetukan dan merumuskan tugas
dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan tenaga pelaksana atau pengelola untuk melakukan tugas
tertentu, Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana
petugas pelaksana zakat (amil) harus memnuhi bebrapa kriteria diantaranya ialah
:1. Beragama Islam
2. Mukallaf yaitu orang yang dewasa yang sehat akal pikirannya yang
siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat
3. Amanah dan jujur
4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat
5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya
6. Kesungguhan amil zakat untuk melaksanakan tugas
c. Penggerakan (actuating).
pengerakan memiliki fungsi sebagai motivasi, sehingga sumber daya amil zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk
menggerakkan dan memotivasi karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan oleh
para pengurus amil zakat. melakukan sosialisasi zakat baik melalui media masa, media cetak maupun media elektronik
pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat semakin tumbuh kesadarannya terhadap pentingnya zakat. Hal yang harus
dipahami bahwa orang mau bekerja karena merkea ingin memnuhi kebutuhannya, baik kebutuhan yang didasari maupun
kebutuhan yang tidak didasari, berbentuk materi atau non-materi, kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

d. Pengawasan (controlling).
Proses control merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan
dalam organisasi termasuk dalam pengelolaan zakat. Kesalahan dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
dapat diteliti dengan cara mengontrol dan mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan zakat.
Adapun pola pengawasannya adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan sistem dan standar operasional pengawasan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan oleh
Badan atau Lembaga Amil Zakat.
b. Mengukur kinerja. Dalam hal ini melakukan pengukuran atau mengevaluasi kinerja dengan standar yang telah
ditentukan.
c. Memperbaiki penyimpangan

Anda mungkin juga menyukai