Tangerang Selatan
Vella Rizki Sekarsari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
Abstrak
Pada dasarnya, kewajiban berzakat dalam Islam merupakan suatu metode yang efektif dan
strategis sehingga layak untuk dikembangkan menjadi suatu instrument yang penting dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat mampu memberdayakan ekonomi umat yang masih
berada di bawah rata-rata. Potensi zakat tentunya akan berfungsi secara maksimal dan berdaya
guna apabila lembaga pengelola zakat memiliki strategi yang baik dalam menghadapi
hambatan maupun kendala-kendala yang tentunya masih sangat banyak hingga sekarang ini.
Manajemen skill, akuntabilitas, integritas serta amanah merupakan modal pokok dalam proses
pengelolaan zakat. Lembaga-lembaga pengelola zakat yang sudah berdiri pun berupaya
membuat program-program untuk mengatasi permasalahan kemiskinan terutama untuk
masyarakat Muslim. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, lembaga atau badan yang telah didirikan oleh masyarakat atau pemerintah untuk
mengelola zakat diantaranya adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS). Kedua lembaga tersebut memiliki tugas untuk menghimpun, mengelola
dan mendistribusikan zakat. Perlunya lembaga-lembaga pengelola zakat tersebut agar
pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan terprogram, manajemen yang baik serta
pendistribusian yang tepat. Dalam praktiknya, zakat yang disalurkan kepada mustahik lebih
didominasi oleh zakat konsumtif dimana manfaat yang diterima oleh mustahik hanya dapat
digunakan dalam waktu yang singkat. Sedangkan zakat yang manfaatnya dapat digunakan
dalam waktu yang panjang adalah zakat produktif dimana penyaluran zakat produktif
merupakan salah satu program penyaluran zakat oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
1
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
2
Center of Strategic Studies (PUSKAS) BAZNAS, ‘Laporan Zakat Dan Pengentasan Kemiskinan 2021’,
Puskasbaznas.Com, 2021 <https://puskasbaznas.com/publications/published/officialnews/1678-laporan-zakat-
dan-pengentasan-kemiskinan-2021>.
3
M. Arif Mufraini, Akuntasi Dan Manajemen Zakat (Jakarta: Media Group, 2006).
memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.4 Tugas amil menurut fatwa MUI
No.8 Tahun 2011 tentang amil zakat antara lain sebagai berikut. Pertama,
penarikan/pengumpulan zakat yang meliputi pendataan wajib zakat, penentuan objek wajib
zakat, besaran nisab zakat, besaran tarif zakat dan syarat-syarat tertentu pada masing-masing
objek zakat. Kedua, pemeliharaan zakat yang meliputi inventarisasi harta pemeliharaan, serta
pengamanan harta zakat. Ketiga, pendistribusian harta, yang meliputi penyaluran harta zakat
agar sampai kepada mustahik zakat secara baik dan benar, dan pelaporan.5
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memaksimalkan fungsi zakat adalah bagaimana
bentuk pembagian zakat tersebut kepada yang berhak yakni kepada delapan asnaf. Sejak
dahulu pemanfaatan zakat dapat digolongkan menjadi empat bentuk, yaitu sebagai berikut.
1. Bersifat konsumtif tradisional, yaitu proses di mana pembagian langsung kepada para
mustahik.
2. Bersifat konsumtif kreatif, yaitu proses pengonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya
semula, seperti diberikan dalam bentuk beasiswa, gerabah, cangkul, dan sebagainya.
3. Bersifat produktif tradisional, yaitu proses pemberian zakat diberikan dalam bentuk benda
atau barang yang diketahui produktif untuk satuan daerah yang mengelola zakat seperti
pemberian kambing, sapi, becak, dan lain sebagainya.
4. Bersifat produktif kreatif, yaitu proses perwujudan pemberian zakat dalam bentuk
permodalan bergulir baik untuk proses usaha program sosial, home industry, atau tambahan
modal usaha kecil.6
Lembaga-lembaga pengelola zakat diperlukan agar pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan
terprogram, manajemen yang baik dan didistribusikan dengan tepat, kewenangan itu diberikan
kepada pemerintah atau penguasa seperti firman Allah swt dalam surah at-Taubah ayat 103:
4
Sahal Mahfud, Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 2004).
5
Siti Zumrotun, ‘Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat’, Jurnal Hukum
Islam, 14.1 (2016).
6
Suyitno, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
7
Asnaini.
atau lembaga zakat yang amanah dan profesional.
Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan (BAZNAS TANGSEL)
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah Kota Tangerang
Selatan berdasarkan Keputusan Walikota Tangerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat Kota. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS Tangerang Selatan sebagai lembaga yang
berwenang melakukan pengelolaan zakat tingkat Kota. Dalam Undang-Undang tersebut,
BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Kementerian Agama.
Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan (BAZNAS TANGSEL) memiliki
program penyaluran dana zakat produktif seperti pembagian gerobak bagi pedagang usaha
kecil, program Z-Chicken yang merupakan salah satu program unggulan pemberdayaan
ekonomi yang diluncurkan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia ke berbagai Baznas
salah satunya di Baznas Kota Tangerang Selatan dengan jumlah sebesar 30 mustahiq melalui
penyaluran bantuan usaha fried chicken dengan fasilitas lengkap yang sudah disediakan baik
etalase untuk penjualannya, bahan baku mentah Ayam yang sudah dibumbui beserta tepung
ayamnya, kemudian terdapat program wirausaha Z Mart dan masih banyak lagi program
penyaluran dana produktif kepada mustahik zakat yang dilakukan oleh BAZNAS TANGSEL. 8
Metode Penelitian
Model penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi
studi pustaka untuk memperoleh pemahaman terkait pendayagunaan zakat produktif untuk
pemberdayaan ekonomi mustahik pada Baznas Kota Tangerang Selatan. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan
menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.9 Studi pustaka merupakan teknik
pengumpulan data dan informasi melalui pembacaan literatur atau sumber-sumber tertulis
seperti buku-buku, penelitian terdahulu, makalah, jurnal, artikel, hasil laporan dan majalah
yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data berasal dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dan laman resmi BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Penelitian
dilakukan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Analisis data menggunakan teknik analisis
data interaktif yaitu dengan tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan, dan verifikasi.
8
BAZNAS TANGSEL, ‘Program Baznas Tangsel’, Https://Baznaskotatangsel.Org
<https://baznaskotatangsel.org/berita/kategori/program> [accessed 18 May 2023].
9
Yogi Febriansyah, ‘KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES
FILMS 2005 - 2013’ (Universitas Pendidikan Indonesia, 2015).
Hasil dan Pembahasan
1. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan (BAZNAS TANGSEL) merupakan badan
resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan
Keputusan Walikota Tangerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016 yang memiliki tugas
dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat Kota.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin
mengukuhkan peran BAZNAS Tangerang Selatan sebagai lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat Tingkat Kota. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai
lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Kementerian Agama.
Dengan demikian, BAZNAS Kota Tangerang Selatan bersama Pemerintah Kota bertanggung
jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: Syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
Visi BAZNAS
Misi BAZNAS
1. Membangun BAZNAS yang kuat, terpercaya, dan modern sebagai lembaga pemerintah
non-struktural yang berwenang dalam pengelolaan zakat;
2. Memaksimalkan literasi zakat nasional dan peningkatan pengumpulan ZIS-DSKL
secara masif dan terukur;
3. Memaksimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS-DSKL untuk mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan ummat, dan mengurangi kesenjangan sosial;
4. Memperkuat kompetensi, profesionalisme, integritas, dan kesejahteraan amil zakat
nasional secara berkelanjutan;
5. Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat nasional dengan sistem manajemen
berbasis data yang kokoh dan terukur;
6. Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
koordinasi pengelolaan zakat secara nasional;
7. Membangun kemitraan antara muzakki dan mustahik dengan semangat tolong
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan;
8. Meningkatkan sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan terkait untuk
pembangunan zakat nasional; dan
9. Berperan aktif dan menjadi referensi bagi gerakan zakat dunia.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Cet. II (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
11
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah Cet. VII (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1997).
12
Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1992).
Hal tersebut termaktub di dalam keputusan Menteri Agama RI No. 373 tahun 2003 tentang
pengelolaan dana zakat. Adapun jenis- jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:
1. Berbasis Sosial
a. Untuk menjaga keperluan pokok mustahik;
b. Menjaga martabat dan kehormatan mustahik dari meminta-minta;
c. Menyediakan wahana bagi mustahik untuk meningkatkan pendapatan;
d. Mencegah terjadinya eksploitasi terhadap mustahik untuk kepentingan yang
menyimpang.
2. Berbasis pengembangan ekonomi
a. Konsumtif Tradisional;
b. Konsumtif Kreatif;
c. Produktif Konvensional
d. Produktif Kreatif
e. Zakat dan Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan dan pengentasannya termasuk persoalan yang dihadapi masyarakat, yang
faktor penyebab dan tolok ukur kadarnya dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi.
Karena itu Al-Qur'an tidak menetapkan kadarnya, dan tidak memberikan petunjuk operasional
yang rinci untuk pengentasannya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi ia mempunyai tujuan yang lebih permanen, yaitu mengentaskan kemiskinan.
Oleh karena itu zakat merupakan tindakan sosial yang dipakai dengan dukungan agama
sepenuhnya untuk mendukung si miskin dan yang kurang beruntung sehingga terhapus
kesulitan dan kemiskinan.13
Mengenai zakat produktif yang diberikan kepada fakir miskin maka dapat berupa alat-
alat untuk usaha, modal kerja atau pelatihan keterampilan. Yang dapat dijadikan sebagai mata
pencaharian dan sumber hidupnya. Menurut M.A. Manan dalam “Effects of Zakat
Assessement and Collection on the Re-distribution of income in Contemporary Muslim
Caountries “ seperti dikutip oleh Sjechul Hadi Permono, mengatakan bahwa dana zakat dapat
didayagunakan untuk investasi produktif, untuk membiayai bermacam-macam proyek
pembangunan dalam bidang pendidikan, pemeliharan kesehatan, air bersih dan aktivitas-
aktivitas kesejahteraan sosial yang lain, yang dipergunakan semata-mata untuk kepentingan
fakir miskin. Pendapatan fakir miskin diharapkan bisa meningkat sebagai hasil dari
produktivitas mereka yang lebih tinggi.14 Usaha produktif adalah setiap usaha yang dapat
menghasilkan keuntungan (profitable), mempunyai market yang potensial serta mempunyai
managemen yang bagus, selain itu bahwa usaha-usaha tersebut adalah milik para fakir miskin
yang menjadi mustahiq zakat dan bergerak di bidang yang halal. Usaha-usaha seperti inilah
13
Imron Choeri, ‘PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF; Studi Analisis Di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten
Jepara’, ISTI’DAL Jurnal Studi Hukum Islam, 3.2 (2016).
14
Permono.
yang menjadi sasaran zakat produktif. Dalam pendistribusiannya diperlukan adanya lembaga
amil zakat yang amanah dan kredibel yang mampu untuk memanage distribusi ini. Sifat
amanah berarti berani bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dilaksanakannya
terkandung didalamnya sifat jujur. Sedangkan professional adalah sifat mampu untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan modal keilmuan yang ada.15
Pola pendistribusian zakat produktif haruslah diatur sedemikian rupa sehingga jangan
sampai sasaran dari program ini tidak tercapai. Beberapa langkah berikut menjadi acuan dalam
pendistribusian zakat produktif :
1. Forecasting yaitu meramalkan, memproyeksikan dan mengadakan taksiran sebelum
pemberian zakat tersebut.
2. Planning, yaitu merumuskan dan merencanakan suatu tindakan tentang apa saja yang akan
dilaksanakan untuk tercapainya program, seperti penentuan orang-orang yang akan mendapat
zakat produktif, menentukan tujuan yang ingin dicapai, dan lain-lain.
3. Organizing dan Leading, yaitu mengumpulkan berbagai element yang akan membawa
kesuksesan program termasuk di dalamnya membuat peraturan yang baku yang harus di taati.
4. Controling yaitu pengawasan terhadap jalannya program sehingga jika ada sesuatu yang
tidak beres atau menyimpang dari prosedur akan segera terdeteksi.16
Setelah mustahiq penerima zakat produktif ditetapkan selanjutnya adalah Amil zakat
harus cermat dan selektif dalam memilih usaha yang akan dijalankan, pemahaman mengenai
bagaiamana mengelola usaha sangat penting terutama bagi Amil mengingat dalam keadaan
tertentu kedudukannya sebagai konsultan/pendamping usaha produktif tersebut. Di antara
syarat-syarat usaha produktif dapat dibiayai oleh dana zakat adalah :
1. Usaha tersebut harus bergerak dibidang usaha-usaha yang halal. Tidak diperbolehkan
menjual belikan barangbarang haram seperti minuman keras, daging babi, darah, symbol-
symbol kesyirikan dan lain-lain. Demikian juga tidak boleh menjual belikan barang-barang
subhat seperti rokok, kartu remi dan lain sebagainya.
2. Pemilik dari usaha tersebut adalah mustahiq zakat dari kalangan fakir miskin yang
memerlukan modal usaha ataupun tambahan modal.
3. Jika usaha tersebut adalah perusahaan besar maka diusahakan mengambil tenaga kerja dari
golongan mustahiq zakat baik kaum fakir ataupun miskin.
Setelah usaha yang akan dijadikan obyek zakat produktif ditentukan maka langkah
berikutnya yaitu cara penyalurannya. Mengenai penyalurannya dapat dilakukan dengan model
pinjaman yang “harus” dikembalikan, kata harus di sini sebenarnya bukanlah wajib, akan
tetapi sebagai bukti kesungguhan mereka dalam melakukan usaha. Yusuf Qaradhawi
menawarkan sebuah alternatif bagaimana cara menyalurkan zakat kepada fakir miskin, beliau
15
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Cet. II. (Jakarta: Gema Insani Press, 2002).
16
Aab Abdullah, ‘STRATEGI PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF Studi BAZ Kabupaten Sukabumi Jawa Barat’,
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM, 1.1 (2013).
mengatakan seperti dikutip oleh Masjfuk Zuhdi bahwa orang yang masih mampu bekerja /
berusaha dan dapat diharapkan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara
mandiri, seperti pedagang, petani, pengrajin, tetapi mereka kekurangan modal dan alat-alat
yang diperlukan, maka mereka itu wajib diberi zakat secukupnya sehingga mereka mampu
mandiri seterusnya. Dan mereka bisa juga ditempatkan di berbagai lapangan kerja yang
produktif yang didirikan dengan dana zakat.17
Setelah proses penyaluran selesai, maka yang tidak kalah penting adalah pengawasan
terhadap mustahiq yang mendapatkan zakat produktif tersebut, jangan sampai dana tersebut
disalah gunakan atau tidak dijadikan sebagai modal usaha. Pengontrolan ini sangat penting
mengingat program ini bisa dikatakan sukses ketika usaha mustahiq tersebut maju dan dapat
mengembalikan dana zakat tersebut. Karena hal inilah yang diharapkan, yaitu mustahiq
tersebut dengan usahanya akan maju dan berkembang menjadi mustahiq zakat. Model
pengawasan terhadap bergulirnya dana zakat produktif dapat pula berupa pendampingan
usaha, semacam konsultan yang akan mengarahkan para mustahiq dalam menjalankan
usahanya. Model pendampingan ini juga hendaknya tidak hanya terfokus kepada usaha yang
dikelolanya, melainkan juga dapat mendampingi dan memberikan input dalam hal spiritual
mustahiq. Diadakannya kelompok-kelompok pertemuan antar mustahiq penerima zakat
produktif dengan pengelola zakat dapat dijadikan momen untuk memberikan tausiah
keagamaan, jadi selain untuk mengentaskan kemiskinan keduniaan sekaligus mengentaskan
mereka dari kemiskinan spiritual.18
17
Zuhdi.
18
Abdullah.
19
Wignyo Adiyoso, Menggugat Perencanaan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Surabaya: ITS
Press, 2009).
20
Izzah Dienillah dan Eko Raharto, ‘PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIQ MELALUI PENDAYAGUNAAN ZAKAT,
INFAK, DAN SHADAQAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM’, Jurnal Kajian Ekonomi Syariah, 4.1 (2022).
(2) bina usaha; pemberdayaan pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM);
(3) bina lingkungan; memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan dan peduli
terhadaplingkungan;
(4) bina kelembagaan; pembentukan dan peningkatan kualitas kelembagaan pemberdayaan
masyarakat agar fungsi dan perannya efektif sebagai wadah kegiatan masyarakat.21
Sementara untuk memberikan penilaian keberhasilan pada kegiatan
pemberdayaan, menurut Edi Suharto dapat dilihat indikatornya melalui beberapa aspek
berikut ini;
(1) mempunyai sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
(2) berani menyampaikan pendapat di keluarga dan masyarakat
(3) mempunyai mobilitas yang cukup luas untuk pergi ke tempat publik
(4) mempunyai kemampuan dan peluang pasrtisipasi di masyarakat
(5) mampu membuat keputusan keluarga untuk perbaikan di masa yang akan datang.22
2. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.
3. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara
sistematik tentang hakekat dan penyebab darimasalah berbisnis.
4. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.23
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 menjelaskan bahwa
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengatur strategi dalam mengelola zakat.
Strategi yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat meliputi:
A. Perencanaan
Perencanaan sesuai dengan manajemen zakat yang ditulis oleh Fakhrudin, BAZNAS
Kota Tangerang Selatan merencanakan program kerja. Perencanaan program kerja ini
21
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik
(Bandung: Alfabeta, 2017).
22
Edi Suharto, Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan,Cetakan 1 (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007).
23
Isbandi Rukminto, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: UI Press, 2003).
dilakukan oleh Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang direncanakan setiap satu
tahun sekali dalam Rapat Kerja (RAKER). Dalam merencanakan program kerjanya, BAZNAS
Kota Tangerang Selatan melaksanakan rapat kerja bersama dengan Dewan Pertimbangan dan
Dewan Pengawas, yang mana Dewan Pertimbangan memiliki tugas dan fungsi untuk
mempertimbangkan waktu dan kegiatan yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan,
seperti memberi masukan atau saran dalam pengelolaan dan alokasi pendistribusian zakat
berdasarkan asnaf dan memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja BAZNAS Kota
Tangerang Selatan sebagai badan pengelola zakat. Dewan Pengawas memiliki tugas untuk
mengawasi kegiatan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang dilakukan
oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengelola zakat.
B. Pengorganisasian
Pengoorganisasian yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerag Selatan saat ini mengacu
pada SK Walikota Tangerang Selatan Nomor 451.12/Kep.281-Huk/2016 Tentang
Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan yang
dikeluarkan oleh Walikota Tangerang Selatan dan memiliki struktur organisasi yang mengacu
pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, yang
dijelaskan dalam Pasal 41 ayat (2) bahwa pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas
ketua dan paling banyak 4 (empat) orang wakil ketua.
Dalam kegiatan mengelola pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
BAZNAS Kota Tangerang Selatan memerlukan sumber daya manusia yang dapat terkoordinasi
dan profesional ketika mengatur operasional zakat dan mengambil kebijakan untuk
mengelolanya.
Ketua dan anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan menjalankan tugas dan wewenang
untuk mengelola zakat dan dana lainnya yang kemudian disalurkan kepada mustahik yang
membutuhkan bantuan. Untuk menjadi ketua dan anggota harus memiliki syarat sebagai
berikut:
a. Memiliki pengetahuan agama dan hukumnya;
Pengorganisasian yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah, yang mana memiliki struktur
keanggotaan yang terdiri dari satu orang ketua dan 4 orang wakil ketua. Semua pengurus
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah memiliki keempat syarat yang disebutkan di atas.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan terhadap rencana/program kerja tahunan yang telah dibuat BAZNAS Kota
Tangerang Selatan dilakukan oleh Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang dibantu
oleh pelaksana pengumpul, pendistribusian, pengembangan, dan pelaksana pendayagunaan,
yaitu melaksanakan pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dari masyarakat, termasuk
para pegawai yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan menyalurkan
dana ZIS tersebut kepada mustahik sesuai dengan hasil musyawarah pada rapat kerja.
Pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Pengumpulan Zakat
Dalam mengumpulkan dana ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan membentuk UPZ
di setiap masjid yang ada di Kota Tangerang Selatan, Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), dan BUMD, melakukan pendekatan kepada muzakki dengan cara bersosialisasi
terus menerus, baik langsung maupun tidak langsung. Setelah UPZ di masing-masing tempat
terbentuk, maka UPZ menyetorkan dana tersebut kepada BAZNAS Kota Tangerang Selatan,
dengan datang langsung ke kantor, dan muzakki dapat mentransferkan dana zakatnya melalui
bank syariah yang telahdisediakan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
24
Hani Noor Fadilah, ‘PENGELOLAAN ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA TANGERANG
SELATAN UNTUK USAHA PRODUKTIF DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT’ (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, 2019).
Upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pemberdayaan
ekonomi umat melalui zakat produktif adalah dibidang ekonomi, yaitu dengan memberikan
bantuan berupa modal usaha kepada mustahik. Dalam bidang ekonomi ini BAZNAS Kota
Tangerang Selatan membaginya kedalam 2 sifat, yaitu pertama, sifatnya terprogram disebut
dengan bina usaha mustahik dan kedua, bersifat temporer.
Untuk pemberian modal usaha yang bersifat program/bina usaha mustahik BAZNAS
Kota Tangerang Selatan sebelumnya melakukan pendataan terhadap mustahik yang akan
diberikan bantuan modal usaha. Dalam melakukan pendataan mustahik BAZNAS Kota
Tangerang Selatan bekerjasama dengan UPZ-UPZ masjid yang ada di Kota Tangerang Selatan,
hal ini pihak UPZ masjid mengunjungi langsung mustahik yang akan diberikan bantuan modal
usaha tersebut, kemudian mustahik yang sudah terdata diserahkanlah ke BAZNAS Kota
Tangerang Selatan. Berikut ini data untuk bina usaha mustahik.
Jumlah Mustahik Yang Mendapatkan Bantuan Bidang Ekonomi
Terprogram Tahun 2017-2018
Jumlah Mustahik
No Kecamatan
2017 2018
1 Ciputat 61 36
2 Ciputat Timur 36 30
3 Pamulang 107 40
4 Pondok Aren 104 77
5 Serpong 72 45
6 Serpong Utara 41 35
7 Setu 50 30
Jumlah 471 293
(sumber: Dokumen BAZNAS Kota Tangerang Selatan)
Dalam pemberian zakat produktif bidang ekonomi yang bersifat program BAZNAS Kota
Tangerang Selatan memiliki persyaratan yangharus dipenuhi:
a. Membawa KTP yang berlaku dan Kartu Keluarga (KK);
Program ekonomi umat yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam
pendayagunaan dana zakat dengan target jangka panjang dari konsep pemberdayaan dapat
mensejahterakan mustahik, kemudian mustahik yang sudah sejahtera dapat menjadi muzakki.
Namun, dalam orientasi untuk merubah kedudukan mustahik menjadi muzakki masih
belum terlaksana, karena minimnya dana yang disalurkan kepada mustahik. Akan tetapi,
dengan modal yang diberikan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan kepada pedagang-
pedagang kecil hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Dapat dilihat dari data diatas, bahwa BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam hal ini
hanya baru melakukan pemeratanaan saja, belum sampai kepada pemberdayaan ekonomi umat,
karena dana yang diberikan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan sangat minim dan dalam
menjalankan usaha dengan dana yang diberikan, mustahik belum mampu mendapatkan
mengembangkan usahanya, serta hanya mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dan
keluarganya.
Sedangkan untuk bidang ekonomi yang sifatnya temporer, BAZNAS Kota Tangerang
Selatan mendistribusikan dana produktif kepada mustahik yang datang langsung ke kantor
BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan dana yang diberikan adalah sesuai dengan kebutuhan
mustahik tersebut dan dana yang diberikan minimal Rp 500.000 maksimal Rp2.000.000,
serta BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak menentukan jumlah mustahik yang akan
diberikan dana pada masing-masing kelurahan, berbeda dengan bidang ekonomi yang sifatnya
terprogram. Berikut sebagian mustahik yang mendapatkan modal usaha yang bersifat
temporer.
Daftar Sebagian Mustahik yang Mendapat Modal Usaha Temporer
Rincian
No Nama Mustahik Usaha
Biaya
1 Erwahyu Irawati Makanan Ringan 500.000
2 Banih Dagang Peralatan Dapur 1.000.000
3 Dede Mardiana Dagang Roti 500.000
4 Nuraini Usaha Jahit 500.000
5 Siti Wuryani Nasi Kuning Keliling 500.000
6 Muniroh Warkop 500.000
7 Jasminarti Ketupat Sayur Padang 500.000
8 Ani Indrawai Pijat Tuna Netra 300.000
9 Cucu Haryati Bakso dan Minuman 500.000
10 Leni Susanti Rumah Makan Betawi 500.000
Jumlah 5.300.000
(sumber: Dokumen BAZNAS Kota Tangerang Selatan)
Selain program bantuan berupa uang dari Baznas Kota Tangerang Selatan, Baznas
Kota tangerang Selatan juga memiliki program seperti Porgram Z Chicken yang diluncurkan
pada tahun 2022 dimana Z-Chicken merupakan salah satu program
unggulan pemberdayaan ekonomi yang diluncurkan Badan Amil Zakat Nasional Republik
Indonesia ke berbagai Baznas salah satunya di Baznas Kota Tangerang Selatan dengan jumlah
sebesar 30 mustahiq melalui penyaluran bantuan usaha fried chicken dengan fasilitas lengkap
yang sudah disediakan baik etalase untuk penjualannya, bahan baku mentah Ayam yang sudah
dibumbui beserta tepung ayamnya. Program ini sangat mendukung penuh untuk
memberdayakan dari mustahiq menjadi muzakki.
Dalam Launching Program Z-chicken, Pimpinan Wakil Kepala III Bidang
Pendistribusian sangat mengapresiasi Program Z-Chicken ini dalam pemberdayaan ekonomi di
Kota Tangerang Selatan khususnya bagi warga tidak mampu sehingga tidak memiliki akses
modal untuk meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Selain itu perwakilan dari Badan
Amil Zakat Nasional Republik Indonesia juga memaparkan berbagai teknis prosedur dari
tahap awal hingga akhir yang baik untuk menghasilkan fried chicken dengan rasa yang enak
sesuai standar dari Z-Chicken Baznas RI. Kegiatan launching program ini tidak hanya
pelatihan sebatas teori namun juga ada praktek demo memasak yang langsung dipandu oleh
Chef terkait bagaimana membumbui tepung ayam dan cara menggoreng ayam yang bisa
menghasilkan kulit crispy yang dibagi per kelompok.
Seluruh bahan baku ayam maupun tepung disimpan dalam Stock point ang berada di 2
titik central yaitu Pondok Aren dan Ciater sehingga jika penerima bantuan Z-Chicken
mengalami kehabisan dapat mengambil di Stock point. Dengan adanya program Z-Chicken
dari Baznas RI diharapkan dapat menambah UMKM yang maju dan menjadi muzakki.
Selain program Z-Chicken, BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga memiliki program
unggulan yaitu pembagian gerobak kepada mustahiq Unit Usaha Mikro Kecil Menengah yang
tidak memiliki akses modal yang cukup banyak. Pada hari Selasa tanggal 25 Oktober 2022
BAZNAS Kota Tangerang Selatan bertempat di Islamic Centre Tangsel Jl. Hanjuang Sektor
1.1 BSD City, Serpong Kota Tangerang Selatan menyalurkan bantuan gerobak sejumlah 10
kepada mustahiq yang memiliki usaha. Sebagaimana mengingat urgensi-nya program ini yaitu
dalam rangka pendayagunaan dan pemberdayaan zakat untuk membantu UMKM di Kota
Tangerang Selatan ini yang tidak memiliki akses biaya dalam melakukan ekspansi usaha.
Kegunaan peruntukkan zakat produktif sendiri memiliki manfaat yang tidaklah sedikit bagi
mustahiq dimana secara konsep bahwa zakat produktif dijadikan modal sebagai mata
pencaharian dan sumber hidupnya.
Hal ini juga disampaikan oleh salah satu penerima bantuan gerobak yaitu Bapak
Suhaeli. sebagai penerima bantuan gerobak beliau menuturkan bahwa beliau mengetahui
informasi bantuan gerobak ini sangat terbantu atas manfaat dari pendistribusian zakat ini yang
sangat besar karena selama ini belum mampu memenuhi untuk membuat fasilitas gerobak
usahanya, harapan beliau menyampaikan kepada muzakki ASN Kota Tangerang Selatan
bahwa semoga harta yang dizakatkan menjadi berkah dan dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT. Begitupun untuk BAZNAS Kota Tangerang Selatan beliau mengucapkan terima kasih
banyak karena sudah memfasilitasi atas penyaluran yang tepat bagi kami dan kedepan
diharapkan lebih maju lagi untuk pendistribusian zis kepada mustahiq yang tepat.25
25
BAZNAS Kota Tangerang Selatan, ‘BAZNAS Kota Tangerang Selatan Launching Bantuan Gerobak Tahun 2022’,
2022 <https://baznaskotatangsel.org/berita/kategori/program> [accessed 24 May 2023].
Kesimpulan
Pengelolaan zakat yang dilakukan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam merencanakan program
kerjanya, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melaksanakan rapat kerja bersama dengan
Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengawas, yang mana Dewan Pertimbangan memiliki
tugas dan fungsi untuk mempertimbangkan waktu dan kegiatan yang dilakukan BAZNAS
Kota Tangerang Selatan. Sedangkan dalam hal pengorganisasian BAZNAS Kota Tangerang
Selatan memerlukan sumber daya manusia yang dapat terkoordinasi dan profesional ketika
mengatur operasional zakat dan mengambil kebijakan untuk mengelolanya. Dalam hal
pelaksanaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan pengumpulan zakat dan
Pendistribusian serta Pendayagunaan Zakat. Dalam hal pengawasan, BAZNAS Kota
Tangerang Selatan melakukan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan dana ZIS di Kota Tangerang Selatan dilakukan oleh Dewan Pengawas,
dengan cara mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan oleh Dewan
Pertimbangan, mengawasi operasional pengelolaan zakat dan melakukan pemeriksaaan,
sertaevaluasi terhadap kinerja pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pemberdayaan
ekonomi umat melalui zakat produktif di bidang ekonomi yaitu dengan memberikan bantuan
berupa modal usaha kepada mustahik. Dalam bidang ekonomi ini BAZNAS Kota Tangerang
Selatan membaginya kedalam 2 sifat, yaitu pertama, sifatnya terprogram disebut dengan bina
usaha mustahik dan kedua, bersifat temporer. Selain itu terdapat pula program unggulan
seperti programm Z-Chicken dan pembagian gerobak untuk pelaku usaha kecil guna
memberdayakan ekonomi mustahik di Kota Tangerang Selatan
Daftar Pustaka
Abdullah, Aab, „STRATEGI PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF Studi BAZ
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat‟, AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN
PRANATA SOSIAL ISLAM, 1.1 (2013)
Adiyoso, Wignyo, Menggugat Perencanaan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat
(Surabaya: ITS Press, 2009)
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
BAZNAS, Center of Strategic Studies (PUSKAS), „Laporan Zakat Dan Pengentasan
Kemiskinan 2021‟, Puskasbaznas.Com, 2021
<https://puskasbaznas.com/publications/published/officialnews/1678-laporan-zakat-dan-
pengentasan-kemiskinan-2021>
Choeri, Imron, „PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF; Studi Analisis Di Badan
Amil Zakat Nasional Kabupaten Jepara‟, ISTI’DAL Jurnal Studi Hukum Islam, 3.2
(2016)
Dienilah, Izzah dan Eko Raharto, „PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIQ MELALUI
PENDAYAGUNAAN ZAKAT, INFAK, DAN SHADAQAH DALAM PERSPEKTIF
ISLAM‟, Jurnal Kajian Ekonomi Syariah, 4.1 (2022)
Fadilah, Hani Noor, „PENGELOLAAN ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS) KOTA TANGERANG SELATAN UNTUK USAHA PRODUKTIF
DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT‟ (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, 2019)
Febriansyah, Yogi, „KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN
SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS 2005 - 2013‟ (Universitas
Pendidikan Indonesia, 2015)
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Cet. II. (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Cet. II (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Mahfud, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 2004)
Mufraini, M. Arif, Akuntasi Dan Manajemen Zakat (Jakarta: Media Group, 2006)
Permono, Sjechul Hadi, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992)
Rukminto, Isbandi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: UI Press, 2003)
Selatan, BAZNAS Kota Tangerang, „BAZNAS Kota Tangerang Selatan Launching Bantuan
Gerobak Tahun 2022‟, 2022 <https://baznaskotatangsel.org/berita/kategori/program>
[accessed 24 May 2023]
Soebiato, Totok Mardikanto dan Poerwoko, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2017)
Suharto, Edi, Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial
Perusahaan,Cetakan 1 (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)
Suyitno, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
TANGSEL, BAZNAS, „Program Baznas Tangsel‟, Https://Baznaskotatangsel.Org
<https://baznaskotatangsel.org/berita/kategori/program> [accessed 18 May 2023]
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah Cet. VII (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1997)
Zumrotun, Siti, „Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat‟, Jurnal Hukum Islam, 14.1 (2016)