Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan adalah lembaga nirlaba tingkat nasional yang

berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara

produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari

perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Berdirinya Lembaga

Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten

Pamekasan dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen

modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai

masalah (problem solver) kondisi keumatan yang terus berkembang. Dengan

budaya kerja amanah, professional dan transparan.

Pendistrubusian ZIS pada LAZISMU Pamekasan yang baik dan benar

perlu dilakukan untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana dalam

rangka memaksimalkan pengelolaan dana ZIS untuk meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan umat. Hal ini penting, terutama dalam rangka

meningkatkan pengelolaan ZIS, yang memberikan kewenangan lembaga untuk

memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai keperluan mustahik.

Pengelolaan yang baik dan sesuai dengan ketentuan yang sudah

ditetapkan akan memberikan dampak yang baik bagi para mustahik zakat baik

dari segi pengelolaan atau pendistribusiannya. Namun pada kenyataannya salah

1
2

satu fungsi dari pengelolaan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan tidak berjalan

sebagimana mestinya. Diantaranya pendistribusian dana ZIS yang tidak tepat

sasaran seperti program benah rumah yang dalam program tersebut, sasarannya

kurang tepat dikarenakan kondisi rumah yang masih layak huni.

Zakat memiliki peran yang sangat penting dalam Islam yaitu sebagai alat

dalam memecahkan persoalan kondisi sosial seperti kemiskinan dan proses

pembangunan ekonomi umat.1 Mengeluarkan zakat merupakan kewajiban bagi

setiap muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat dengan ketentuan

syariat Islam, bahkan ini merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Tidak

bisa dipungkiri, zakat berpontensi sebagai sarana yang efektif untuk

memberdayakan ekonomi umat. Namun, zakat bukan satu-satunya media atau

alat yang dapat diterapkan untuk mencapai kesejahteraan umat, disisi lain ada

infaq dan sedekah.

Untuk memaksimalkan potensi ZIS dalam upaya mensejahterahkan

mustahik pengelolaan zakat saat ini dilakukan dengan dua cara yaitu

pengeloalaan dana ZIS secara konsumtif dan pengelolaan secara produktif.

Pengolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan pendistribusian yang

dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahik

berupa pemberian bahan makanan, dan lain-lain serta bersifat pemberian untuk

dikonsumsi secara langsung. Sedangkan pengelolaan secara produktif yaitu

dengan cara memberikan bantuan modal usaha, pembinaan, pendidikan gratis

dan lain-lain.

1
Amrullah Hayatudin, “Analisis Model Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di Masjid
Al Istiqomah Kabupaten Bandung Barat”, JIEI (Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam), Vol. 7, No. 2,
(2021), hlm, 1.
3

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.

Pengelolaan zakat dilaksanakan atas dasar asas, yaitu syariat islam, amanat,

pemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.2 Oleh

karena itu, untuk optimalisasi pendayagunaan zakat diperlukan pengelolaan

zakat oleh lembaga amil zakat yang profesional dan mampu mengelolan secara

tepat sasaran.

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan berusaha mengembangkan diri menjadi lembaga zakat

terpercaya. Dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin menguat. Dengan

spirit kreatifitas dan inovasi, Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah

Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan senantiasa memproduksi

program-program pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan

perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang. 3 Dengan cara

membiayai para mustahik, yang pertama dari segi pendidikan yaitu berkah,

dhuafa’, dan prestasi. Yang kedua program sekolah asuh, yaitu beasiswa

prestasi, santunan pemberdayaan guru, dan beasiswa berkah. Yang ketiga dari

segi program dakwah yaitu peduli kader da’i, penerbitan media dakwah. Yang

keempat dari program sosial yaitu, santunan yatim, medical mobile service, dan

peduli lansia. Yang kelima program ekonomi yaitu, memberikan pinjaman

modal usaha, pembinaan dan pelatihan UKM. Yang keenam program

Tabungan Fasilitas Qurban (TAFAQUR) yaitu, mitra donator yang memiliki

2
Andre Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 446.
3
Profil LAZISMU dan SOP LAZISMU, (Pamekasan: Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah, 2020), hlm. 1.
4

niat untuk berqurban dengan cara menabung. Penarikan hanya dapat dilakukan

menjelang hari idul adha. Dari pengelolaan tersebut secara keseluruhan

menuntut mampu untuk merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan,

mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan segala pengelolaan yang

menyangkut dana ZIS.

Dalam program pilar ekonomi (ekonomi produktif) yang dalam

pendistribusiannya tidak tepat sasaran sehingga, dana ZIS yang harusnya

dikelola dengan baik dan benar serta tersampaikan kepada pihak yang berhak

menerimanya (mustahik) menjadi sia-sia. Hal tersebut menjadi kekhawatiran

tersendiri dalam sisi hubungan lembaga ZIS dengan para muzakki yang

merupakan donatur atau sumber dana untuk LAZIS itu sendiri. Serta apa yang

menjadi tujuan dari program tersebut tidak tercapai yakni merubah mustahik

menjadi muzakki. Jika program ZISPRO ini berjalan dengan sebagaimana

mestinya, maka tujuan utama dari pendistribusian zakat akan terwujud yaitu

mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Dilihat dari pendistribusian

dana ZIS yang kurang tepat sasarannya, maka dapat dipahami bahwasanya

pengelolaan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan kurang baik.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan solusi untuk menjawab

kebutuhan dalam hal tata kelola kelembagaan dengan benar yang hal itu

berkesinambungan dengan permasalahan jangka panjang. GCG menjadi

tendensi baru dalam dalam penataan kelembagaan, juga menekankan

pentingnya dalam membangun cara pengambilan keputusan bersama yang peka

terhadap suara-suara komunitas. Maksudnya, proses pengambilan keputusan

yang sebelumnya bersifat hirarki berubah menjadi pengambilan keputusan


5

dengan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. GCG dalam kelembagaan

pengelolaan ZIS merupakan suatu hal yang penting dalam pembayaran zakat

karena dengan tata kelola yang baik pembayar zakat akan merasa yakin bahwa

zakat yang mereka bayarkan digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu GCG

merupakan sistem pengelolaan kelembagaan yang dapat mendorong

terbentuknya pola kerja dengan manajemen yang bersih, transparan dan

profesional.

Dalam pelaksanaan penerapan GCG disuatu perusahaan itu penting untuk

melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan

kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG lancar

dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur didalam perusahaan. Dalam

penerapan GCG terdapat lima asas yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:

(1) keterbukaan (2) akuntabilitas (3) tanggung jawab (4) independensi dan (5)

keadilan.4 Oleh karena itu dalam tahap pengelolaan suatu perusahaan harus

memperhatikan lima asas tersebut supaya bisa melihat kesiapan suatu

perusahan dan mengetahui situasi dan kondisi suatu perusahaan.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan solusi terbaik yang

harus diterapkan secara benar dan berkesinambungan dalam menghapi

permasalahan tata kelola suatu lembaga. GCG menjadi solusi baru dalam

penataan kelembagaan, yang menitikberatkan pada pentingnya membangun

proses pengambilan keputusan bersama yang peka terhadap suara-suara

komunitas. Maksudnya proses pengambilan keputusan yang sebelumnya

4
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 63.
6

bersifat terpusat berubah menjadi pengambilan keputusan dengan keterlibatan

seluruh stake holder dan juga dalam pengambilan keputusan itu berdasarkan

prinsip-prinsip kelembagaan yang sudah ditetapkan. Dalam Lembaga Amil

Zakat, Infaq dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan

tentunya GCG merupakan kebutuhan yang harus diterapkan secara benar untuk

mewujudkan manajemen yang baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip

GCG, tujuan lain dari penerapan GCG yaitu untuk mengatahui bagaimana

pengelolaan yang ada di LAZISMU Kabupaten Pamekasan, oleh karena itu

LAZISMU harus dikelola dengan tata pengelolaan yang sesuai dengan tata

kelola kelembagaan sehingga LAZISMU mampu menjadi lembaga yang

dipercaya oleh masyarakat.

Melihat begitu pentinya penerapan Good Corporate Governance (GCG)

terhadap lembaga keuangan serta permasalahan yang terjadi dilembaga ZIS

dalam hal tata kelola yang menyebabkan tidak optimalnya pengelolaan dana

ZIS. Penelitian ini sangat menarik untuk dikaji tentang Analisis Pengelolaan

Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Dalam Perspektif Good Corporate Governance

(Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan) dengan tujuan dan harapan penelitian ini

nantinya mampu menjawab permasalahan dan kekurang sebagaimana yang

telah dipaparkan sebelumnya.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:


7

1. Bagaimana pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan?

2. Bagaimana pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan perspektif Good Corporate

Governance (GCG)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengelolaan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh

Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten pamekasan.

2. Untuk mengetahui pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan perspektif Good Corporate governance

(GCG).

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian yang diharapkan penulis yaitu:

1. Kegunaan Akademis

a. Bagi Kampus

Hasil Penelitian penelitian ini dapat dijadikan sumber kajian bagi

mahasiswa khususnya bagi mahasiswa jurusan ekonomi islam, baik

untuk bahan materi perkuliahan maupun penyusunan tugas akhir. dan

penelitian dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan IAI

Nazhatut Thullab Sampang.


8

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur kemampuan dalam

menyelesaikan tugas Analisis Pengelolaan Lembaga Amil Zakat, Infaq

dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan

Dalam Perspektif Good Corporate governance (GCG), serta untuk

mengetahui masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran

yang lebih jelas mengenai kesesuaian fakta dilapangan dengan teori yang

ada.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam

pengelolaan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan. Selain itu, diharapkan pula hasil

penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang bermanfaat

bagi pengelola LAZISMU Kabupaten Pamekasan dalam pola manajemen

atau tata kelola.

b. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan bisa mengetahui bahwasanya

prinsip Good Corporate Governance (GCG) memang perlu diterapkan

diorganisai atau perusahaan khususnya Lembaga pengelola Zakat, Infaq

dan Shodaqoh.
9

E. Definisi Istilah

Agar lebih terarah dan tidak salah pengertian mengenai penelitian yang

ditulis oleh peneliti dengan judul Analisis Pengelolaan Lembaga Amil Zakat,

Infaq dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan maka

perlu dijelaskan tentang definisi dari masing-masing variabel yang diteliti,

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengelolaaan

Pengelolaan adalah proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 5

Rangkaian proses mengerakkan, mengatur, mengarahkan dan

mengawasi usaha manusia sehingga tujuan yang diinginkan bisa berjalan

dengan efektif dan efisien.

2. Zakat, Infaq dan Sedekah

a. Zakat adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan, kemudian

diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat-

syarat yang ditentukan.6 Setiap muslim wajib mengeluarkan zakat apabila

sudah cukup memenuhi syarat wajib zakat dan diserahkan kepada

mustahik.

5
Hartono, Manajemen Perpustakaan Sekolah , (Yoqyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 26.
6
Ali Ridlo, “Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Kendari: Jurnal Al-Adl, Vol. 7, No. 1,
(Januari 2014), hlm, 120.
10

b. Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan,

penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintah islam.7 Jika zakat

ada nisabnya, infaq sebaliknya tidak ada nisab. Infaq dikeluarkan setiap

orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

c. Sedekah adalah mengeluarkan harta dijalan Allah SWT sebagai

pembenaran terhadap ajaran-ajaran-Nya.8 Pemberian dari seorang

muslim dengan sukarela tanpa dibatsi oleh waktu dan jumlah tertentu,

atau suatu pemberian yang dilakukan oleh seseorang sebagai suatu

kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata.

3. Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu mekanisme tata

kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumber daya

organisasi secara efisien, efektif, ekonomis maupun produktif dengan

prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independen dan

adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi.9

Berdasarkan pernyataan tersebut secara teori GCG merupakan sebuah

konsep atau pemahaman yang dapat membuat sebuah sistem yang dapat

mengatur dan mengendalikan perusahaan atau organisasi agar bisa

menciptakan kemajuan perusahaan kepada seluruh Stakeholder.

7
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm. 217.
8
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 246.
9
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 58.
11

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

NO Nama Judul Identitas Persamaan Perbedaan


Penulis Penelitian (Skripsi/Jur
nal
/Dll)
1 Serlin Penerapan Skripsi 1. Dalam Dalam penelitian
Naska prinsip Good penelitian ini Perbedaannya
Sari Corporate ini terletak pada:
Governance persamanny 1. Objek
Dalam a terletak penelitian.
Pengelolaan pada Dalam
Zakat (Studi pembahasan penelitian
kasus Pada penerapan Serlin
BAZNAS prinsip objeknya
Kota Good adalah
Makassar) Corporate BAZNAS
Governance sedangkan
(GCG) dalam
2. Dalam peneletian ini
penelitian adalah
ini LAZISMU.
menggunaka 2. Fokus
n metode penelitian.
deskriptif Dalam
dengan penelitian
pendekatan Serlin
kualitatif fokusnya
3. Tehnik adalah
pengumpula pengelolaan
n data dalam zakat
penelitian sedangkan
ini dalam
menggunaka peneletian ini
n observasi lebih
lapangan, terhadap
wawancara, pengelolaan
dan studi zakat, infaq
12

dokumen. dan
sedekah.10
2 Nia Analisis Jurnal Dalam 1. Dalam
Lovenia Kepuasan penelitian ini penelitian ini
Muzakki persamaannya perbedannya
Terhadap terletak pada terletak pada
Implementasi pembahasan subjek
Good penerapan penelitian.
Corporate prinsip Good Dalam
Governance Corporate penelitian Nia
Pada Governance Lovenia
Organisasi (GCG) subjek
Pengelola penelitiannya
Zakat di Kota adalah
Yogyakarta muzakki
(Studi Kasus sedangkan
Pada subjek dalam
Lembaga penelitian ini
Amil Zakat adalah
di lembaga amil
Yogyakarta) zakat, infaq
dan sedekah.
2. Dalam
penelitian Nia
Lovenia jenis
penelitianya
adalah
kuantitatif
sedangkan
dalam
penelitian ini
kualitatif.
3. Dalam
penelitian Nia
Lovenia
metode
pengumpulan
datanya
menggunakan
kuisioner
sedangkan
dalam
penelitian ini
menggunakan
observasi
10
Serlin Naska Sari, “Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Pengelolaan Zakat
(Studi kasus Pada BAZNAS Kota Makassar)”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Makassar,
2019).
13

lapangan,
wawancara,
dan studi
dokumen.11
3 Nida Penerapan Jurnal Dalam 1. Dalam
Maulida Good penelitian ini penelitian
Adyanti Corporate persamannya Nida Maulida
Governance terletak pada Adyanti jenis
(GCG) Pada pembahasan penelitiannya
Lembaga penerapan dan adalah
Pengelola menganalisis deskriptif
Zakat Dalam prinsip Good kuantitatif
Perspktif Corporate dengan
Masyarakat Governance metode survei
(Studi Kasus (GCG) sedangkan
Pada dalam
BAZNAS penelitian ini
dan LAZ di jenis
Indonesia) penelitiannya
adalah
kualitatif
deskriptif.
2. Dalam
penelitian
Nida Maulida
Adyanti
metode
pengumpulan
datanya
menggunakan
metode
wawancara
dan
menyebarkan
kuisioner
sedangkan
dalam
penelitian ini
menggunakan
metode
observasi
lapangan,
wawancara,

11
Nia Lovenia, “Analisis Kepuasan Muzakki Terhadap Implementasi Good Corporate Governance
Pada Organisasi Pengelola Zakat di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat di
Yogyakarta)”, Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia, Vol. 1, No. 1, (Juli 2017).
14

dan studi
dokumen.12
4 Tri Pengaruh Skripsi Dalam Dalam penelitian
Cahyana Good penelitian ini Tri Cahyana
Casuba Corporate persamannya Casuba metode
Governance terletak pada penelitiannya
dan pembahasan menggunakan
Intellectual penerapan design penelitian
Capital prinsip Good kausal dengan
Terhadap Corporate menggunakan
Peningkatan Governance metode analisis
Kinerja (GCG) uji instrumen
Lembaga data, uji asumsi
Amil Zakat klasik dan uji
Kota Medan hipotesis dan
Pada Tahun selanjutnya
2014-2018 digunakan
regresi linear
berganda
sedangkan dalam
penelitian ini
jenis
penelitiannya
adalah kualitatif
deskriptif
dengan
menggunakan
metode
pengumpulan
data : observasi
lapangan,
wawancara dan
studi dokumen.13
5 Sri Analisis Jurnal Dalam Dalam penelitian
Wahjuni Perbandingan penelitian ini Sri Wahjuni
Latifah Good persamannya Latifah jenis
Corporate terletak pada penelitiannya
Governance pembahasan adalah
BAZNAS penerapan kuantitatif
dan prinsip Good dengan
LAZNAS Corporate menggunakan
Governance metode content

12
Nida Maulida, “Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada Lembaga Pengelola Zakat
Dalam Perspktif Masyarakat (Studi Kasus Pada BAZNAS dan LAZ di Indonesia)”, Jurnal
Prosiding Ilmu Ekonomi, Vol. 5, No. 2, (Agustus 2019).
13
Tri Cahyana Casuba, “Pengaruh Good Corporate Governance dan Intellectual Capital Terhadap
Peningkatan Kinerja Lembaga Amil Zakat Kota Medan Pada Tahun 2014-2018”, (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Sumatera, 2021).
15

(GCG) analysis
kemudian
dilakukan uji
hipotesis dengan
mann whitney U
text terhadap
laporan data
tahunan 2016-
2017 dengan
sampel delapan
belas BAZNAS
dan LAZNAS.
Sedangkan
dalam penelitian
ini jenis
penelitiannya
adalah kualitatif
deskriptif
dengan
menggunakan
metode
pengumpulan
data : observasi,
wawancara dan
studi dokumen.14

14
Sri Wahjuni Latifah, “Analisis Perbandingan Good Corporate Governance BAZNAS dan
LAZNAS”, Jurnal Akuntansi Faculty Of Economics & Business Universitas Bengkulu, Vol. 9,
No. 2, (Juli 2019).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengeloaan ZIS
1. Pengertian Pengeloaan ZIS

Secara umum manajemen berasal dari bahasa latin dari asal kata

manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu

digabung menjadi managere diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam

bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager

untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau

pengelolaan.15 Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.16

Berdasarkan dari definisi tersebut, jadi manajemen zakat merupakan

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan serta

pertanggung jawaban zakat, agar zakat tersebut dapat diserahkan kepada

orang-orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturang yang telah

ditentukan oleh syariat sehingga dapat tercapai misi utama zakat yaitu

mngentaskan mengentaskan kemiskinan.

15
Sri Mulyono, Anggri Puspita Sari, Dkk, Pengantar Manajemen, (Bandung: Media Sains
Indonesia, 2021), hlm. 1-2.
16
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, (Pengelolaan Informasi dan
Dokumentasi BAZNAS RI, 2011), hlm. 2.

16
17

2. Tujuan Pengelolaan ZIS

Dalam Bab I pasal 3 Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat dituliskan bahwa pengelolaan zakat bertujuan:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat.

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.17

Berdasarkan Undang-Undang 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat, dalam Bab III dikemukaan bahwa pengeloaan zakat meliputi

pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan zakat, berikut

pengertian dari masing-masing poin tersebut:18

a. Penghimpunan Zakat (Fundarising)

Penghimpunan dana zakat merupakan kegiatan yang sangat penting

dalam pengelolaan zakat dalam upaya mendukung jalannya program dan

menjalankan roda oprasional agar pengelolaan tersebut dapat mencapai

maksud dan tujuan dari organisasi pengelolaan zakat.19 Oleh karena itu

aktivitas penghimpunan dana zakat pada sebuah lembaga harus

dikembangkan, baik secara perencanaan ataupun pengawasan oleh

pengelola lembaga.

Pengelolaan zakat diawali dengan kegiatan perencanaan program

kerja dan pengumpulan data muzaki dana mustahik, kemudian


17
Ibid, Pasal 3.
18
Ibid, Bab III.
19
Miftahul, Huda. Pengelolaan Wakaf dalam Persefektif Fundraising. Jakarta: Kementrian Agama
RI, 2012, hlm, 25.
18

pengorganisasian pembentukan struktur organisasi (dewan pertimbangan,

dewan pengawas, dan badan pelaksana). Sebagai upaya pengumpulan

dana zakat, organisasi pengelola zakat menyediakan berbagai fasilitas

bagi muzaki. Berbagai kemudahan yang disediakan antara lain layanan

jemput zakat, pembayaran di kantor dan pusat perbelanjaan, pemotongan

gaji dan layanan pembayaran melalui ATM dll. Dengan fasilitas tersebut

diharapkan pengumpulan dana zakat akan meningkat sehingga

kesenjangan antara potensi dan realisasi akan berkurang.

Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan

sendiri atas kewajiban zakatnya, muzaki dapat juga meminta bantuan

LAZIS. Dalam membayar zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada

BAZNAS atau LAZ dikurangi dari penghasilan pajak, muzaki akan

mendapatkan bukti setoran, dimana bukti tersebut dapat digunakan

sebagai pengurang pajak penghasilan.20

b. Pendistribusian Zakat

Pendistribusian zakat adalah penyaluran zakat kepada orang yang

berhak menerima (mustahik) zakat, baik secara konsumtif maupun

produktif. Dalam surat At-Taubah ayat 60 disebutkan delapan kategori

yang berhak menerima zakat.

ِ ِ ِ ِ ‫ص َد ٰقت لِلْ ُف َقراِۤء والْم ٰس ِك‬ ِ


‫ْي‬ ِّ ‫ْي َعلَْي َها َوالْ ُم َؤلمَف ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم َوِِف‬
ِ َ‫الرق‬
َْ ‫اب َوالْغَا ِرم‬ َْ ‫ْي َوالْ َعامل‬ ْ َ َ َ ُ ‫امَّنَا ال م‬
‫ض ًة ِّم َن ال ٰلِّو ۗ َوال ٰلّوُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬ ِٰ
َ ْ‫َوِ ِْف َسبِْي ِل اللّو َوابْ ِن ال مسبِْي ِلۗ فَ ِري‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang

20
Ibid, Pasal 21-23.
19

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang


berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha bijaksana.”21
Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat

pasal 25 (1) dijelaskan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada

mustahiksesuai dengan Syariat Islam. Kemudian pada pasal 26 dijelaskan

pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan prinsip pemerataan,

keadilan, dan kewilayahan.22 Pendistribusian zakat dapat dilaksanakan

dengan dua pola, yaitu:

1) Konsumtif, penyaluran zakat secara konsumtif dibagi menjadi dua,

yaitu:

a) Konsumtif tradisional, yaitu zakat yang diberikan secara langsung

kepada mustahik, seperti beras dan jagung.

b) Konsumtif kreatif, yaitu penyaluran zakat secara langsung dalam

bentuk lain dengan harapan dapat bermanfaat lebih baik, seperti

beasiswa, peralatan sekolah, dan pakaian anak-anak yatim,

2) Produktif, terdapat dua bentuk pendistribusian zakat secara produktif,

yaitu:

a) Produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk

barang-barang yang dapat berkembang biak atau alat utama

bekerja, seperti sapi, kambing, alat cukur dan mesin jahit.

21
Al-Qur’an, at-Taubah (9):60.
22
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat.
20

b) Produktif kreatif, yaitu penyaluran zakat yang diberikan dalam

bentuk modal kerja sehingga penerimanya dapat mengembangkan

usahanya setahap lebih maju.23

Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat

Islam, pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.24

Sebagai contoh beberapa program penyaluran LAZISMU diantaranya

adalah 1000 UMKM, disiapkan untuk membantu mencetak

wirausahawan baru. LAZISMU tanggap bencana, disiapkan untuk

membantu saat terjadi bencana alam, kebanjiran, kebakaran dll.

Nusantara berqurban dan menjaga kesehatan masyarakat kurang mampu

secara gratis, dan program lain.25 Dalam pendistribusian zakat itu sesuai

dengan syariat Islam dan juga berdasarkan skala prioriatas dengan

memperhatikan prinsip pemerataan , keadilan dan kewilayaan. Selain itu

juga dalam program penyaluran pada LAZISMU disiapkan untuk

membantu dan mencetak wirausahawan.

c. Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat adalah menyalurkan zakat kepada penerima

(mustahik) dengan cara produktif. Zakat dapat digunakan untuk usaha

produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan

23
Didin Hafiduddin, dkk, The Power of Zakat : Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara,
(Malang: press 2008), hlm. 13.
24
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, (Pengelolaan Informasi dan
Dokumentasi BAZNAS RI, 2011), hlm. 12.
25
Diakses dari Lazismu.org pada tanggal 08 Maret 2022 pukul 22:41.
21

kualitas umat, pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan

apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.26

Pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

usaha pemerintah dalam memanfaatkan hasil pengumpulan zakat untuk

didistribusikan kepada mustahik dengan berpedoman Syariah, teat guna,

serta memanfaatkan yang efektif melalui pola pendistribusian yang

bersifat produktif dan memiliki manfaat sesuai dengan tujuan ekonomis

dari zakat.27

Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannaya dengan bagaimana

cara pendistribusiannya. Kondisi itu dikarenakan jika pendistribusiannya

tepat sasaran dan tepat guna, maka pendayagunaan zakat akan lebih

optimal. Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah:

1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah

terpenuhi.28

Sebagai contoh, program yang ada di LAZISMU Pusat seperti

program tani bangkit program ini merupakan salah satu program

26
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, (Pengelolaan Informasi dan
Dokumentasi BAZNAS RI, 2011), hlm. 2.
27
Sintha Dwi Wulansari, “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Mustahik (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)”, Skripsi Ekonomika dan Bisnis
Semarang 2013, hlm. 31.
28
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat.
22

pemberdayaan petani melalui sistem pertanian terpadu dan ramah

lingkungan, pemberdayaan buruh tani dan nelayan bekerjasama dengan

PP Muhammadiyah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf atau

kapasitas ekonominya, peternakan masyarakat madani dan lainnya.

d. Pelaporan Zakat

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat bahwa LAZ wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan zakat, infaq dan sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya

kepada BAZNAS dan pemerintah daerah setiap 6 bulan dan akhir tahun,

perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporaan kepada LAZ dengan

menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah dan kepala kantor

wilayah kementrian agama provinsi dan kepala kantor agama kabupaten

atau kota.29

Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan neraca

tahunan BAZNAS yang kemudian akan diumumkan melalui media cetak

atau elektronik, dan laporan keuangan ini nantinya akan di audit syariat

yang dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan dibidang agama dan audit keuangan yang dilakukan oleh

akuntan publik, laporan memuat akuntabilitas dan kinerja pelaksanaan

dari program LAZ.

29
Ibid, Pasal 29.
23

B. Gambaran Umum ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah)

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Zakat adalah betuk masdar dari kata zaka-yazku-zaka’an artinya

tumbuh dengan subur. Secara bahasa, zakat berarti berkah, tumbuh, suci

dan bersihnya sesuatu.30 Zakat menurut istilah adalah hitunga tertentu

dari harta dan sejenisnya dimana syara’ mewajibkan untuk mengeluarkan

kepada orang-orang fakir dan yang lainnya dengan syarat-syarat khusus.

(Al-Mu’jam Al-Wasith-396).

Zakat berdasarkan syariat adalah kewajiban. Islam mewajibkannya

atas setiap muslim yang telah sampai nisab (batas minimal harta yang

wajib dikeluarkan) zakat. Disebut zakat karena ia menyucikan jiwa.

Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah 103 yang berbunyi:

ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ص ِّل َعلَْي ِه ْمۗ ا من‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
ۗ‫ك َس َك ٌن مِلُ ْم‬ َ ‫ص َدقَ ًة تُطَ ِّه ُرُى ْم َوتَُزِّكْي ِه ْم ِبَا َو‬
َ ‫ُخ ْذ م ْن اَْم َواِل ْم‬
‫َوال ٰلّوُ ََِسْي ٌع َعلِْي ٌم‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q,S, At-
Taubah: 103).31

Zakat sebagai salah satu pondasi sistem keuangan dan ekonomi

islam, sebab zakat telah mendeskripsikan diri sebagai sumber utama

dalam pembiayaan adh-dhaman al-ijtima’i (jaminan sosial). Karena itu

zakat juga dapat dipahami sebagai bagian dari bentuk jihad dalam jalan

30
Gus Arifin, Zakat, Infak dan Sedekah, (Jakarta: PT. Dex Media Kumpotindo, 2011), hlm. 3.
31
Al-Qur’an, at-Taubah (9):103.
24

Allah, mengingat perannya yang cukup besar dalam pencapaian

pertumbuhan ekonomi Islam. Ketika pemimpin umat islam menegaskan

penerapan zakat dan orang-orang kaya tidak membayarnya, maka Allah

SWT akan memberi bala’ kepada mereka dengan menghapus barokah

dan hidup yang sempit. Hal ini didasarkan pada Firman Allah SWT

dalam Q.S Al-Fushilat ayat 6-7:

‫استَ ِقْي ُم ْوٓا اِلَْي ِو‬ ِ ِ ِ ‫قُل اِمَّنَآ اَنَا۟ ب َشر ِّمثْلُ ُكم ي و ٰحىٓ اِ َ م‬
ْ َ‫َل اَمَّنَآ ا ِٰلُ ُك ْم اٰلوٌ مواح ٌد ف‬ ُْ ْ ٌ َ ْ
ِ
‫اَلخَرِة ُى ْم ٰكف ُرْو َن‬ ِ ِ ِ
‫ْيۙ المذيْ َن ََل يُ ْؤتُ ْو َن م‬ ِ ِ
ٰ ْ ‫الزٰكوَة َو ُى ْم ب‬ َْ ‫استَ ْغف ُرْوهُ ۗ َوَويْ ٌل لِّلْ ُم ْش ِرك‬
ْ ‫َو‬
Artinya: Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia
seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (yaitu) orangorang yang
tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan)
akhirat.” (Q.S. Al-Fushilat: 6-7).32

Barang siapa yang mengingkari kewajiban zakat, maka ia kafir,

sebab ia telah mengingkari persoalan agama yang harus diketahui secara

dharuri. Selain itu, ia juga mengingkari nash Al-Qur’an yang jelas

(sharih) serta tidak memahami hadits-hadits Rasulullah yang menguatkan

kewajiban zakat.

b. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

Orang atau golongan yang berhak menerima zakat sudah

diatur dalam syariat Islam yakni ada delapan yang berhak menerima

zakat yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fisabilillah,

ibnusabil.

32
Al-Qur’an, al-Fushilat (41):6-7.
25

1) Orang-orang fakir, yaitu orang yang hampir tidak memiliki apa-apa

sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok dalam hidup

sehari-hari (fuqara).

2) Orang-orang miskin, yaitu orang yang memiliki harta namun tidak

cukup memenuhi kebutuhan dasar kehidupan (masakin).

3) Amil zakat, yaitu orang yang mengumpulkan dan mendistribusikan

zakat (amilin).

4) Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam dan membutuhkan

bantuan untuk menguatkan tauhid dan syariatnya (muallaf).

5) Hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan dirinya (riqab).

6) Orang yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan

jiwa dan izzahnya (al-ghatimin).

7) Orang yang berjuang dijalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,

jihad dan sebagainya (fisabilillah).

8) Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan dalam ketaatan kepada

Allah (ibnu sabil).33

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan orang atau

golongan yang berhak menerima zakat yaitu ada delapan diantaranya,

orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, muallaf, hamba

sahaya, al-gatimin, orang-orang yang berjuang dijalan Allah, dan ibnu

sabil.

33
Ani Mardiantari, Habib Ismail, Dkk, “Peran Zakat, Infak dan sedekah (ZIS)”, Jurnal Institut
Agama Islam Ma’arif NU Metro Lampung, Vol.7, No.2, (September, 2019), hlm, 5.
26

c. Tujuan Zakat

Tujuan zakat menurut Yusuf Qardhawi dibagi menjadi tiga sasaran:

1) Tujuan zakat bagi muzakki, yaitu:

a) Zakat mensucikan dan membebaskan jiwa dari sifat kikir

b) Zakat membiasakan diri untuk berinfaq dan berbagi

c) Zakat merupakan wujud rasa syukur pada Allah SWT

d) Zakat mendatangkan kecintaan atau kerukunan sesama manusia

e) Zakat mensucikan harta (menghilangkan hak orang lain yang ada

diharta kita)

f) Zakat mensucikan harta yang diperoleh dengan cara yang halal,

bukan dengan cara yang haram

g) Zakat mengembangkan dan menambahkan harta

2) Tujuan zakat bagi mustahiq, yaitu:

a) Zakat membebaskan mustahiq dari kesulitan yang menimpanya

b) Zakat menghilangkan sifat benci dan dengki

3) Tujuan zakat bagi masyarakat, yaitu:

a) Mengandung aspek tanggung jawab sosial (menolong orang yang

membutuhkan, menolong fakir, miskin, orang yang berhutang dan

sebagainya).
27

b) Mengandung aspek ekonomi (memotivasi si pemilik harta untuk

senantiasa bekerja guna sebagai dizakatkan).

c) Mengandung aspek kesenjangan sosial ekonomi (dalam kehidupan

sosial, memungkinkan terjadinya konflik berdasarkan perbedaan

kedudukan, sehingga perlu alternatif pencegahan. Dan zakat

diharapkan menjadi solusi masalah tersebut).34

Berdasarkan pendapat dari Yusuf Qardhawi tujuan zakat dibagi

menjadi tiga sasaran yaitu, pertama untuk muzakki yang meliputi:

mensucikan, membebaskan jiwa dari sifat kikir, membiasakan untuk

berinfaq, wujud rasa syukur, mendatangkan kecintaan, mensucikan harta,

dan menambahkan harta. Yang kedua zakat bagi mustahiq meliputi:

membebaskan dari kesulitan yang menimpannya dan menghilangkan

sifat benci dan dengki. Ketiga zakat bagi masyarakat meliputi: tanggung

jawab sosial, ekonomi, dan kesejangan sosial ekonomi.

2. Infaq

a. Pengertian Infaq

Infaq secara umum adalah shorful mal ilal hajah (mengatur atau

mengeluarkan harta untuk memenuhi keperluan). Infaq adalah harta yang

dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk

kemaslahatan umum.35 Jadi dari pengertian diatas infaq merupakan

segala jenis harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim untuk

kepentingan diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat.

34
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 16.
35
Wawan Shofwan Shalehudin, Risalah Zakat, Infak dan Sedekah, (Bandung: Faktur, 2011), hlm.
19.
28

Infaq memiliki dua dimensi yaitu, pertama infaq yang diwajibkan

dan yang kedua yaitu, infaq yang bersifat sunah. Infaq wajib yaitu, infaq

yang harus dikeluarkan oleh seseorang yang mampu. Sedangkan infaq

sunah yaitu, infaq yang bilamana dilakukan akan mendapatkan pahala

dan apabila ditinggalkan tidak mendapatkan apa-apa. Hal tersebut

dijelaskan pada Firman Allah Q.S. Al-Baqarah (2) : 3.

ۗ‫اَل ِخَرِة ُى ْم يُ ْوقِنُ ْو َن‬ ِ ِ ِ


َ ‫ك َوَمآ اُنْ ِزَل ِم ْن قَ ْبل‬
ٰ ْ ِ‫ك ۚ َوب‬ َ ‫َوالمذيْ َن يُ ْؤِمنُ ْو َن ِِبَآ اُنْ ِزَل الَْي‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman kepada yang gaib,
mendirikan shalat, dan dari sebagian rezeki yang kami berikan mereka
menginfakkannya.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 3.36

Mengenai ayat diatas ulama berbeda pendapat, antara infaq wajib

dan sunah. Sebagian berpendapat infaq pada ayat tersebut maksudnya

zakat karena digandengkan dengan sholat. Sebagian lainnya menyatakan

infaq wajib, sebagian lainnya menafsirkan sedekah sunah.

3. Sedekah

a. Pengertian Sedekah

Kata saddaq shidqan wa tasydaqan artinya benar, berkata kasar,

menepati janji, memperlihatkan keberanian, memberikan nasehat, atau

cinta dengan jujur dan tulus. Adapun shadaqq artinya benar atau jujur

dapat dipercaya lawan kata dari dusta, shadaqa dalam pengeluaran harta

berasal dari as-shidqu artinya benar atau menepati janji. Dikatakan

karena sedekah-sedekah menjadi bukti benarnya keimanan dan bukti

kesesuaian antara batiniyah dan lahiriyah. Bahwa ia tidak termasuk

36
Al-Qur’an, al-Baqarah (2):3.
29

munafik yang mengumpat dan mencemooh mukminin yang taat dalam

urusan sdekah.37

Sedekah berarti mendermakan sesuatu kepada orang lain,

maksudnya sedekah merupakan wujud ketaqwaan seseorang yang

membenarkan pengakuannya sebagai orang yang bertaqwa melalui amal

perbuatan yang positif kepada sesama, baik kepada fakir miskin atau

yang lain. Sedekah merupakan salah satu kunci untuk meraih keberkahan

rezeki, sedekah juga bentuk amal sederhana yang akan menyuburkan

rezeki yang berlimpah dan berkah, itulah yng dijanjikan Allah bagi

mereka yang bersedekah. Hal tersebut dijelaskan pada Firman Allah

SWT dalam Q.S. An-Nisa’ (4): 114.

ۗ ِ ‫ْي الن‬
‫ماس‬ ِ ٍ ٍ ِ‫ََل خي ر ِِف َكثِ ٍْي ِّمن مَّْن ٰوىهم اِمَل من اَمر ب‬
َْ َ‫ص ََل ٍحۢ ب‬
ْ ‫ص َدقَة اَْو َم ْع ُرْوف اَْو ا‬ َ ََ ْ َ ْ ُ ْ ْ ْ َْ َ
َ ‫ات ال ٰلِّو فَ َس ْو‬
‫ف نُ ْؤتِْي ِو اَ ْجًرا َع ِظْي ًما‬ ِ ‫ك ابتِغَاۤء مرض‬ِ
َ ْ َ َ ْ َ ‫َوَم ْن يم ْف َع ْل ٰذل‬
Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka, kesuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena ridha Allah
maka kelak Kami memberinya pahala yang basar.” (Q.S. An-Nisa’ (4) :
114.38

Berdasarkan dari pengertian sedekah diatas dapat disimpulkan

bahwa sekedah merupakan wujud ketaqwaan seseorang yang

membenarkan pengakuannya melalui amal perbuatannya yang positif

kepada sesama, baik kepada fakir miskin. Selain itu juga sedekah

merupakan kunci meraih keberkahan rezeki, menyuburkan rezeki yang

37
Wawan Sofwan Sholehuddin, Risalah Zakat, Infak dan Sedekah, (Bandung: Tim takafur,2011),
hlm. 21.
38
Al-Qur’an, an-Nisa’ (4):114.
30

melimpah dan berkah itu merupakan janji Allah kepada orang

bersedekah.

b. Bentuk-Bentuk Sedekah

Dalam islam sedekah memiliki arti luas bukan hanya berbentuk

materi tetapi mencakup semua kebaikan baik bersifat fisik maupun

bersifat non fisik. Berdasarkan hadits, para ulama membagi sedekah

menjadi sebelas yaitu:

1) Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang lain

2) Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan

3) Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang bersengketa

4) Membantu orang lain untuk menaiki kendaraan yang akan ditumpangi

5) Membantu mengangkat barang orang lain kedalam kendarannya

6) Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu perjalanan seperti

duri, batu, dan kayu.

7) Melangkahkan kaki dijalan Allah

8) Mengucapkan dzikir seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan istghfar

9) Menyuruh orang lain untuk berbuat baik dan mencegahnya dari

kemungkaran.

10) Membimbing orang buta, tuli, dan bisu serta menunjuki orang yang

meminta petunjuk tentang sesuatu seperti alamat rumah


31

11) Memberikan senyuman kepada orang lain.39

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-

bentuk sedekah itu bukan hanya berbentuk materi akan tetapi mencakup

semua kebaikan baik yang bersifat fisik atau non fisik. Sedekah dibagi

menjadi sebelas yaitu: memberikan sesuatu dalam bentuk materi, berbuat

baik, berlaku adil, membantu orang lain, membantu mengangkat barang

orang lain, meningkirkan benda yang mengganggu perjalanan,

melangkahkan kaki dijalan Allah, mengucakpkan dzikir, menyuruh orang

lain untuk berbuat baik, membimbing orang buta, dan memberikan

senyuman kepada orang lain.

C. Good Corporate Governance (GCG)

1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Istilah Good Corporate Governance (GCG) ditemukan pertama kali

pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Ticker dalam bukunya yang

berjudul Corporate Governance Perancis, Procedur, and Power in British

Companies and Their Board of Directors, UK, Gower. Minat terhadap

Corporate Governance dewasa ini muncul sebagai akibat dari adanya

permasalahan keuangan yang menimpa perusahaan-perusahaan. Kurangnya

pelaksanaan GCG diperusahaan dianggap sebagai salah satu pemicu utama

permasalahan tersebut. Lalu kemudia istilah Good Corporate Governance

pertama kali diperkenalkan oleh Komite Cadburry pada tahun 1992.

Laporan ini dipandang menjadi tolak ukur atau titik balik yang menentukan

39
Wawan Sofwan Sholehuddin, Risalah Zakat, Infak dan Sedekah, (Bandung: Tim takafur, 2011),
hlm. 26.
32

praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Komite Cadburry

mengartikan Good Corporate Governance sebagai seperangkat aturan yang

mendefinikan hubungan antara pemegang saham, manajemen, kreditor,

pemerintah, pegawai, serta stakeholder internal dan eksternal lainnya terkait

hak dan tanggung jawab masing-masing.40

Good Corporate Governance menurut Eko Sudarmanto, Elly Susanti,

Dkk dalam bukunya yang berjudul Good Corporate Governance (GCG).

GCG adalah suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam

melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,

ekonomis maupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas,

pertanggung jawaban, independen dan adil dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.41

Menurut Oganization for Economic Corporation and Developmant

(OECD) mendefinisikan GCG sebagai sekumpulan hubungan antara pihak

manajemen perusahaan, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai

kepentingan dengan perusahaan.42

GCG merupakan isu yang relatif baru dalam dunia tata kelola

manajemen bisnis. GCG secara umum berkaitan dengan sistem, proses dan

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan terutama dalam arti sempit. Seperti hubungan antara

pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tujuan

40
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 2.
41
Ibid, 58.
42
Ibid, 3.
33

organisasi. Good Corporate Governance (GCG) dimaksudkan untuk

mengatur hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesalahan yang

signifikan dalam strategi organisasi serta untuk memastikan bahwa

kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir dan diperbaiki.

2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Prinsip-prinsip GCG memiliki banyak versi, namun pada dasarnya

memiliki banyak kes amaan. Dalam penelitian ini prinsip-prinsip GCG

yang digunakan adalah prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Komite

Nasional Kebijakan Governance, yang kemudian dikenal dengan sebutan

”TARIF” (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency,

Fairness).43 Adapun pengertian dari ”TARIF” adalah sebagai berikut:

a. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksnakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.44 Inti dari prinsip

transparansi ini adalah kegiatan yang harus menjamin adanya

keterbukaan yang tepat dan akurat untuk semua permasalahan yang

berkaitan dengan perusahaan. Keterbukaan ini meliputi proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

43
Ibid, 7.
44
KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada BUMN, 2002. Pasal 3 bagian (1).
34

Dalam penerapan prinsip transparansi seharusnya perusahaan

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Selain itu

perusahaan harus bisa mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang ada diperundang-undangan, tapi juga hal penting

untuk pengambil keputusan pemegang saham kreditur, dan pemangku

kepentingan lainnya.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggung jawaban organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga

berjalan dengan efektif.45 Indikator dari akuntabilitas dari sistem GCG

adalah kejelasan fungsi, kejelasan struktur, kejelasan sistem, dan

pertanggung jawaban organ lembaga.

Akuntabilitas diartikan sebagai pertanggung jawaban terhadap

kinerja individu atau satuan organisasi dalam suatu perusahaan.

Akuntabilitas dimaksudkan untuk mengukur capaian kinerja. Selain itu,

akuntabilitas juga untuk melihat keberhasilan maupun hambatan-

hambatan atau kendala yang dihadapi oleh individu maupun perusahaan

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, dan hal itu menjadi dasar

untuk mengambil keputusan yang terbaik agar hambatan atau kendala

yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan baik.

45
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 24.
35

c. Resposibilitas

Responsibilitas adalah prinsip tanggung jawab perusahaan dalam

mengemban dan melaksanakan tugas dan wewenang yang telah diberikan

kepada perusahaan untuk dikelola secara profesional sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.46

Responsibilititas artinya lembaga pengelolaan ZIS harus tanggap

dan penuh dengan tanggung jawab dalam melayani masyarakat. Dalam

hal ini tanggung jawab kaitannya dengan prinsip lembaga yang sehat di

LAZISMU Pamekasan mempunyai prinsip dalam lembaga yang sehat

yaitu: pertama tanggung jawab terhadap kebutuhan mustahik, yang kedua

tanggung jawab terhadap muzakki, dan yang ketiga tanggung jawab

terhadap stakeholder.

Prinsip tanggung jawab ini mendorong lembaga pengelola ZIS

bersikap lebih responsif, proaktif, antisipatif, inovatif, kreatif dan

kompetitif. Tidak sekedar hanya pasif dan reaktif saja melihat fenomena

yang terjadi dalam masyarakat.

d. Independensi
Indepedensi adalah prinsip yang berdasarkan pada sikap

profesional dan tidak tergantung pada orang lain serta tidak dapat

diintervensi oleh orang lain. Dengan kata lain kemandirian bebas atas

konflik dan kepentingan. Perusahaan yang menjalankan prinsip

kemandirian akan selalu berpedoman kepada undang-undang, dan

46
Ibid. hlm. 27.
36

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.47 Yang

artinya dimana keadaan perusahaan dikelola secara profesional dan tanpa

benturan kepentingan pihak manapun.

Independensi dapat dijadikan aktualisasi diri untuk organisasi atau

perusahaan agar berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan

lingkungan bisnisnya. Dalam hal ini, perusahaan tersebut harus memliki

tata kelola yang efektif dan efisien serta melakukannya sendiri tanpa ada

dominasi dan intervensi dari pihak lain.

LAZISMU Pamekasan merupakan badan pemerintahan

nonstruktural dan independen yang berkedudukan dibawah BAZNAS

berstatus sebagai lembaga pemerintahan nonstruktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri

agama.48

e. Keadilan
Keadilan adalah perlakuan dari perusahaan terhadap pihak-pihak

yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang

seharusnya.49

Keadilan atau fairness merupakan prinsip yang berorientasi pada

kesetaraan dalam memenuhi hak yang dimiliki stakeholder sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dengan kata lain kewajaran adalah adanya perlakuan yang adil

47
Ibid. hlm. 27.
48
Peraturan Pemerintahan No. 14 tahun 2014 pasal 2 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
49
Bena Eka Putri, “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada PT Purnama
Semesta Alamiah”, Jurnal AGORA, Vol. 2, No. 2 (2014), hlm, 2.
37

dalam memenuhi hak-hak stakeholder sesuai dengan proporsi dan

kriterianya.50

Prinsip ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan

menjaga kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku

kepentingan dan stakeholder lainnya dalam suatu perusahaan dengan

porsinya masing-masing hakikatnya setiap bagian dalam perusahaan

memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi

untuk perusahaan. Sehingga konsep ini sangat penting untuk

mendapatkan kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap bagian dari

perusahaan.

Berdasarkan penjelasan dari kelima prinsip-prinsip diatas maka dapat

diketahui bahwa konsep GCG ini sangat diperlukan untuk diterapkan

diorganisasi atau perusahaan untuk dijadikan sebagai standar pengukuran

kesesuaian dan penyimpangan untuk mencapau tujuan organisasi atau

perusahaan. Prinsip ini juga dapat digunakan untuk melihat sejauh mana

organisasi atau perusahaan dalam mengelola sumber daya yang tersedia dan

dapat diinformasikan, dipertanggung jawabkan dan dapat dipertanyakan

alokasinya kepada para pemangku kepentingan. Disamping itu, memalui

prinsip ini dapat diketahui sejauh mana organisasi atau perusahaan mampu

melakukan tata kelolanya sendiri dan tetap pada jalur yang tepat untuk

mencapai tujuan, dengan memperhatikan penyetaraan kesempatan yang ada

kepada seluruh bagian organisasi perusahaan yang disesuaikan pada porsi

dan kemampuan masing-masing .

50
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 27.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut David Wiliam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data

pada suatu latar belakang alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan

dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Sedangkan

menurut Denzin dan Linchon penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan bermaksud menafsirkan fenomena yang

terjadi, dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 51

Sesuai dengan penelitian ini, nantinya akan mencari data deskriptif

tentang pengelolaan lembaga amil zakat, infaq dan sedekah yang akan

membutuhkan pendekatan penelitian untuk mendeskripsikan data atau hasil

penelitian, dan membutuhkan pengamatan dalam proses pengelolaan. Agar

pengelolaan yang selanjutnya menjadi lebih baik dengan menerapkan prinsip-

prinsip GCG.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangatlah penting, untuk

memperoleh data yang akurat dalam suatu penelitian. Adapun cara untuk

memperoleh data, diantaranya peneliti mencari informasi melalui media cetak

brosur dan melakukan penelitian lapangan, hadir langsung ke lokasi di

LAZISMU Kabupaten Pamekasan.

51
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm.
5.

38
39

Selama studi lapangan peneliti melakukan wawancara kepada Bapak

Khairul Jannah yang merupakan Manajer Eksekutif di LAZISMU Kabupaten

Pamekasan. Pembahasan terkait pengelolaan lembaga amil zakat, infaq dan

sedekah dan program-program kerja serta pelaksanannya. Peneliti akan

melakukan obeservasi kepada karyawan LAZISMU Kabupaten Pamekasan.

C. Lokasi Penelitian

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU),

Jl. Kamboja, No 25, Barurambat Kota, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten

Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia. Ditentukan sebagai lokasi penelitian, dasar

pertimbangan dari pemilihan LAZISMU Kabupaten Pamekasan sebagai lokasi

penelitian, karena LAZISMU Kabupaten Pamekasan merupakan lembaga

pengelola zakat yang aktif di Kabupaten Pamekasan dan dilihat dari

permasalahan yang telah diuraikan LAZISMU merupakan tempat yang cocok

untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data yang diperoleh pengelola Lembaga Amil Zakat, Infaq

dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan,

diantaranya Direktur, Manajer Eksekutif, Keuangan (finance),

Penggalangan Dana (fundraising), Pemasaran (marketing) dan muzaki serta

mustahik.
40

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang telah

ada.52 Sebagian data sekunder digunakan untuk mengambil data hasil dari

dokumentasi penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan

dana ZIS di LAZISMU Kabupaten Pamekasan serta literatur-literatur,

panduan dan SOP yang menunjang terhadap penelitian ini. Hasil

dokumentasi penelitian ini menjadi bukti dalam penelitian.

Instrumen penelitian merupakan alat yang diperlukan untuk

mengerjakan sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan

bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti

dalam pengumpulan data dalam proses penelitian. Instrumen berkaitan erat

dengan metode yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini

intrument yang digunakan antara lain:

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam

mewawancarai subjek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya

tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang masalah yang diberikan oleh

peneliti. Pedoman ini merupakan garis besar pertanyaan-pertanyaan yang

akan diberikan peneliti kepada subjek penelitian sebagaimana terlampir

pada lampiran.

52
Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Pengantar Metodologi Penelitian“, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), hlm. 68.
41

Jika selama wawancara narasumber mengalami kesulitan dengan

pertanyaan tertentu yang diajukan oleh peneliti, maka mereka didorong

untuk merefleksikan dan menjelaskan kesulitan yang dihadapinya. Untuk

memaksimalkan hasil wawancara peneliti menggunakan alat perekam dalam

pengambilan data berupa suara, tujuannya untuk mengantisipasi

keterbatasan peneliti dalam mengingat informasi pada saat wawancara

berlangsung.

Sebelum wawancara dilakukan, terlebih dahulu instrumen penelitian

berupa pedoman wawancara ini divalidasi dengan validasi ahli (Dosen

Pembimbing) agar instrumennya shahih dan data yang diperoleh sesuai

harapan. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan mempermudah

peneliti memperoleh data.

2. Instrumen Observasi

Instrumen observasi merupakan pedoman peneliti dalam mengadakan

pengamatan dan pencarian sistematik terhadap fenomena yang diteliti.

Pedoman ini berkaitan dengan situasi dan kondisi di LAZISMU Kabupaten

Pamekasan.

3. Instrumen Dokumentasi

Instrumen dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan

dan transkip wawancara.


42

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara yang akan digunakan sebagai tehnik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Dimana peneliti

hanya mengambil garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Instrumen peneltian berupa pertanyaan-pertanyaan telah disiapkan, dengan

wawancara ini setiap informan diberi pertanyaan dan pengumpulan data dari

pengelola LAZISMU Kabupaten Pamekasan. Adapun data yang akan

diambil adalah data tentang pengelolaan ZIS yang diterapkan oleh

LAZISMU.

2. Metode Observasi

Suatu kajian penelitian tentunya memerlukan pengamatan secara

langsung. Dalam hal ini pengamatan yang dimaksud oberservasi dalam

menggunakan metode cara yang paling efektif. Yaitu saat mengidentifikasi

masalah, kemudian pada saat pelaksanaan penelitian itu sendiri, dengan

tujuan mengetahui aktivitas secara langsung terkait apa yang terjadi dalam

pengelolaan dana ZIS di LAZISMU Kabupaten Pamekasan.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata “Dokumen”, yang artinya barang-

barang tertulis. Metode dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan

data dengan catatan-catatan data yang sudah ada. Sedangkan menurut

Arikunto, dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat edar, majalah, prasasti,
43

notulen rapat, agenda, dan sebagainya. 53 Berdasarkan uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah suatu cara yang akan

digunakan dalam penelitian untuk memperkuat data yang di terapkan dalam

penelitian ini.

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan deskripstif analisis. Maksudnya, penelitian

dilakukan sejak belum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah

selesai di lapangan. Proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data,

dari analisis data ini terletak tiga proses yaitu mendeskripsikan dokumen,

mengklasrifikasikannya dan menganalisis serta melihat bagaimana konsep

yang muncul satu dengan lainnya berkaitan.

Anaslisis data sangat penting dalam sebuah penelitian ilmiah, kerena

dengan analisis, data tersebut akan diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah analisis data dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya terlalu banyak untuk hal

itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Meredupsi artinya merangkum

memilih hal-hal yang pokok untuk dibahas. agar mempermudah peneliti

untuk mendapat data selanjutnya. 54

53
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2015), hlm. 53.
54
Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif”, Jurnal Alhadharah UIN Antasari, Vol. 17, No. 33,
(Januari-Juni, 2018), hlm, 91.
44

Reduksi berlangsung secara terus-menerus selama poses penelitian,

setelah peneliti mendapat data masalah dari pengelolaan dana ZIS di

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (LAZIS) perlu mereduksi data

terlebih dahulu sebelum data diambil.

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, data diuraikan dengan singkat berupa teks

bersifat naratif, sehingga mudah untuk difahami dan bisa mengatahui

langkah penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 55 penelitian ini bisa

disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul dalam proses pengumpulan

data, baik dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah data diolah dengan baik, maka peneliti perlu menarik

kesimpulan pada akhir analisis data dan dari hasil kesimpulan akan

mengetahui jawaban dari masalah yang teliti. Data tersebut harus diuji

kebenarannya, kesimpulan diharapkan memiliki relevansi sekaligus

menjawab fokus penelitian yang dirumuskan sebelumnya dengan cara

mencocokkan data dengan cacatan yang dibuat dalam penelitian data awal

dan data yang telah diverifikasi, yang nantinya akan menjadi landasan

dalam melakukan kesimpulan (koleksi data, reduksi, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan).

55
Ibid, 94.
45

H. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul akan diolah dan

pengolahan data dilakukan dengan triangulasi, reduksi penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan pengecekan keabsahan data

yang di manfaakan dengan berbagai cara dan berbagai waktu sehingga

sumber sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data.

Triangulasi sumber data merupakan cara menggali kebenaran informasi

tertentu dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip,

hasil wawancara, hasil obsevasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Reduksi

Reduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok-pokok, dan

memfokuskan apa hal-hal penting.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah data disajikan, langkah selanjutnya yaitu penarikan

kesimpulan, setelah menjabarkan semua data yang diperoleh.

I. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Persiapan atau Pendahuluan

Dalam tahap persiapan yang dilakukan peneliti yaitu menyusun sidang

proposal penelitian, dan melakukan sidang proposal penelitian.


46

2. Tahap mengurus surat izin penelitian

Mengurus surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Syariah (FEBIS) IAI Nazhahtut Thullab Sampang sebagai

persayaratan penelitian.

3. Tahap membuat rancangan penelitian

Menyusun pedoman penelitian yang meliputi, pedoman observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Mempersiapkan alat penelitian sebagai

penunjang seperti alat perekam, camera, buku catatan, dan sebagainya.

Tahap pekerjaan lapangan peneliti mengadakan penelitian sejak

mendapatkan izin dari LAZISMU Sampang, pada tahap pelaksanaan ini

peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian

dari lokasi penelitian.

4. Tahap analisis data

Pada tahap analisi data yang perlu dilaksanakan ada tiga tahap yang

meliputi: yang pertama reduksi data, kedua penyajian data, dan yang ketiga

yaitu penarikan kesimpulan.

Pada tahap ini peneliti juga menyusun data yang telah terkumpul

secara sistematis dan terperinci sehingga data tersebut mudah difahami dan

dapat diinformasikan kepada pihak lain secara jelas.

5. Tahap penyelesaian

Laporan ini merupakan tahapan yang terakhir dalam penelitian, tahap

laporan ini sangat penting dan juga mendapatkan perhatian yang serius,
47

karena penafsiran dan pelaporan tidak akan mungkin dilakukan tanpa

adanya perhatian penelitian yang dilakukan. Langkah terakhir yaitu

penulisan laporan penelitian yang mengacu pada pedoman penulisan

proposal skripsi Institut Agama Islam Nazhatut Thullab (IAI NATA)

Sampang.
BA B IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Kondisi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum LAZISMU Pamekasan

a. Sejarah dan Latar Belakang LAZISMU Pamekasan

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan adalah lembaga nirlaba tingkat

nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui

pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana

kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan

instansi lainnya.

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan berdiri pada tahun 2002 yang

ditandai dengan penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i

Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri

Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional

melalui SK No. 730/2016 (Menggantikan SK Kemenag R.I. No.

457/2002).

Berdirinya Lembaga Amil Zakat Infaq Dan Shadaqah

Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan dimaksudkan

sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat

menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem

solver) kondisi keumatan yang terus berkembang. Dengan budaya kerja

48
49

amanah, professional dan transparan, Lembaga amil zakat infaq dan

shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan berusaha

mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring

waktu, kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit kreatifitas

dan inovasi, Lembaga amil zakat infaq dan shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan senantiasa memproduksi program-

program pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan

dan problem sosial masyarakat yang berkembang.

b. Visi – Misi

1) Visi

a) Menjadi Lembaga Amil Zakat yang berbasis Nasional yang

terpercaya.

b) Menjadikan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh

Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan yang amanah,

transparan dan professional dalam rangka pemberdayaan

masyarakat miskin dan kaum mustadh’afin sesuai dengan tujuan

Muhammadiyah.

2) Misi

a) Optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang Amanah, Profesional

dan Transparan.

b) Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan

produktif.

c) Optimalisasi pelayanan donator.


50

c. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Lazismu Kabupaten

Pamekasan adalah Mengoptimalkan pengelolaan ZIS yang amanah,

professional, dan transparan serta dapat meningkatkan kesejahteraan

hidup masyarakat melalui pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif, dan

produktif.

d. Susunan Organisasi LAZISMU Pamekasan

1) Dewan Pengawas Syariah

2) Badan Pengurus

3) Manajer Eksekutif

4) Finance

5) Fundrising

6) Marketing
51

Struktur Pengurus LAZISMU Kabupaten Pamekasan


Periode 2020-2022

Dewan Badan Pengurus Badan


Syariah Pengawas
Ketua
H. Daeng Ali Drs. Imam
Matnin, S.HI, M.EI
Taufik, S. KM, Santoso, M.Si
M.M Sekretaris
Dr. Ec. Gazali, Ali Chasboellah,
M.M Khoirul Jannah, S,Pd.I, M.M S.Pd
Hendri Masduki,
Anggota S.Sos, M.Si
Azis Azhari, M.HI

Lasan, S.HI, M.HES

Muthmainnah, S.Pd
Rabiatul Adawiyah

Direktur
Eksekutif
Khoirul Jannah,
S,Pd.I, M.M

Finance Fundraising &


Huddin Imam Marketing
Ahmad, S.Pd.I Taufikurrahman,
S.E
Ach Riyadi, S.Pd
Moh Jamal,
S,Pd.I
52

2. Program Kerja

a. Pilar Pendididkan

Program ini berupaya untuk mengoptimalkan dari segi pendidikan

yaitu dengan Dana ZIS yang diperuntukkan pada program pendidikan

antara lain: Beasiswa , Peduli Guru, Pesantren dan Tahfid.

b. Pilar Kesehatan

Pilar kesehatan bertujuan untuk bagaimana masyarakat dapat

merasakan manfaat dan mampu mengurangi beban mereka. Yaitu dengan

program antara lain: Mobil Layanan Kesehatan, Hijamah/ Bekam, dan

Peduli Kesehatan.

c. Pilar Ekonomi

Program strategis ZIS Produktif (ZISPRO) agar akses permodalan

tidak terjebak pada praktek ribawi antara lain ZISPRO modal usaha, dan

Pembinaan dan pelatihan UKM. Yaitu dengan program antara lain:

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Pelatihan dan

Pembinaan UMKM dan Santripreneur

d. Pilar Dakwah

Program ini merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran dan

fungsi da’i yang melakukan aktifitas dakwah di wilayah pelosok melalui

penyebaran dan distribusi da’i ke wilayah pedalaman, diantaranya program

Peduli Kader Da’I, Mobil Layanan Dakwah, Media Dakwah (Majalah /

Buletin), dan Back to Masjid.


53

e. Pilar Sosial Kemanusiaan

Upaya meminimalisir kesenjangan sosial, maka perlu pos dana ZIS

untuk peningkatan pelayanan sosial antara lain Santunan Yatim, Peduli

Lansia, Indonesia Siaga (Tanggap Darurat/Kesiapsiagaan), Bedah / Benah

Rumah, Jum’at Berkah, dan Mobil Layanan Sosial.

f. Program Qurban

Bagi mitra donator yang memiliki niat untuk berqurban dengan cara

menabung. Penarikan hanya dapat dilakukan menjelang hari idul adha.

Yaitu dengan beberapa program antara lain: TAFAQUR (Tabungan

Fasilitas Qurban) dan Rendangmu (Qurban Kemasan).

B. Temuan Penelitian

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan adalah lembaga nirlaba tingkat nasional yang

berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara

produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari

perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.

1. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di LAZISMU Kabupaten

Pamekasan menghasilkan temuan sebagai salah satu instrumen untuk

menyempurnakan penelitian ini. Adapun penelitian yang ditemukan oleh

peneliti yang pertama adalah pengelolaan dana ZIS di LAZISMU

Kabupaten Pamekasan yang meliputi penghimpunan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pelaporan dana ZIS.


54

Pengelolaan zakat merupakan kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan serta pelaporan zakat. Berdasarkan hasil

wawancara dari bapak Khoirul Jannah selaku direktur LAZISMU

Pamekasan menurut beliau sebagai berikut:

“Dalam pengelolaan Zakat itu penerimanya adalah 8 laznaf sesuai yang


diatur di LAZNAS. Yang kedua ada infaq dan shadaqah. Infaq itu dibagi
menjadi dua, terikat dan tidak terikat. Diterikat itu ada terikat khusus
kalau yang terikat itu langsung nyebut di pilar program, Kemudian juga
ada terikat khusus yaitu orang ketika nyebut saya mau berinfaq di
lazismu pamekasan program sosial untuk anak yatim berarti itu terikat
khusus, Kemudian juga ada terikat khusus lebih khusus lagi dia nyebut
pilar, ketika tidak terikat itu baru terserah lazismu pamekasan baru kita
lazismu bisa berkreasi dalam melakukan program yang dititpkan itu
karena tidak mengikat kepada sasaran kemanapun. Sehigga pengelolaan
itu harus kita pastikan antara zakat dan infaq itu berapa, sehingga dari itu
kemudian refrensi untuk mau dikemanakan.”56

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pengelolaan dana ZIS yang penerimanya harus tergolong delapan asnaf,

kemudian infaq dan shadaqah dibagi menjadi dua terikat dan tidak terikat,

kemudian terikat dibagi menjadi dua terikat khusus dan terikat lebih khusus.

Dari hasil wawancara diatas untuk lebih spesifiknya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Penghimpunan Dana ZIS

Pengelolaan zakat diawali dengan kegiatan perencanaan program

kerja dan pengumpulan data muzakki dan mustahik, kemudian

pengorganisasian pembentukan struktur organisasi (dewan pertimbangan,

dewan pengawas, dan badan pelaksana). Sebagai upaya pengumpulan

dana zakat, organisasi pengelola zakat menyediakan berbagai fasilitas


56
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
55

bagi muzakki. Berbagai kemudahan yang disediakan antara lain layanan

jemput zakat, pembayaran di kantor dan pusat perbelanjaan, pemotongan

gaji dan layanan pembayaran melalui ATM dll. Dengan fasilitas tersebut

diharapkan pengumpulan dana zakat akan meningkat sehingga

kesenjangan antara potensi dan realisasi akan berkurang. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Huddin Imam Ahmad selaku pelaksana bidang

finance sebagai berikut:

“Pengelolaan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan sesuai dengan SOP


dan mengikuti intruksi dari pusat dan daerah, ketika ada program yang
masuk ke daerah sendiri sesuai dengan intruksi dari pusat dan yang
kedua yaitu program sesuai dengan keadaan daerah itu sendiri
kebutuhannya seperti apa, dan itu tiap bulan pasti ada, kalau di
LAZISMU Pamekasan seperti santunan anak yatim dan duafa,
peminatnya banyak.”57

Dalam hal ini juga disampaikan oleh bapak Taufiqurrahman selaku

pelaksana bidang fundraising dan marketing:

“Secara umum pengelolaannya ketika marketing mendapatkan donatur


baru langsung disetor ke kantor lalu kefundresing, kemudian
fundresing menjemput ke donatur dan uangnya disetor ke teler, lalu
taler menginput dan harus sesuai laporan keuangannya. Setelah itu
dananya dipetakan atau disaving direkening LAZISMU. Setelah itu
kami membuat program.”58

Berdasarkan hasil wawancara dari karyawan LAZISMU dapat

disimpulkan secara umum dalam pengelolaannya yaitu ketika marketing

mendapatkan donatur langsung disetor ke kantor bagian fundraising,

setelah itu pihak fundraising menjemput ke donatur dan uangnya disetor

57
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
58
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
56

ke teler, setelah itu teler menginput sesuai dengan laporan keuangan.

Baru setelah itu membuat program. Dan dalam pengumpulanan dana ZIS

harus sesuai dengan SOP dan sesuai dengan intruksi pusat, dan program

yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

Selain itu, hal tersebut dikemukakan oleh muzzaki ibu Muriatul

Aini yang mana beliau menyatakan bahwa:

“Untuk pengumpulan zakat fitrah adalah 2,5% dan seperti qurban saya
sering mengikuti program di LAZISMU karena ada Tabungan
Fasilitas Qurban (TAFAQUR), jadi setiap bulannya bisa menabung
untuk qurban. Dan saya mendapatkan bukti dari LAZISMU
sedangkan untuk pelaporan pajak itu sendiri tidak mempengaruhi,
dikarenakan saya memang tidak bekerja.”59

Hal yang sama juga dikemukan oleh bapak Tausiburrahman selaku

muzakki mengatakan bahwa:

“Dalam rangka perhitungan pengumpulan zakat itu lebih kepada


marketing dari pihak LAZISMU. Bukti setoran saya dapatkan dari
LAZISMU, sedangkan dalam pembayaran pajak itu tidak
mempengaruhi dikarenakan saya tidak membayar pajak
penghasilan.”60

Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh muzakki diatas

menyatakan bahwa dalam pehitungan zakat itu 2,5% dan juga ada

perhitungannya sesuai dengan marketing dan program yang ada di

LAZISMU. Dan pihak LAZISMU juga memberikan bukti laporan

muzakki dalam setiap melaksanakan suatu program.

Selain itu peneliti juga mewawancarai mustahik dari LAZISMU

Pamekasan. Hal itu disampaiakan oleh bapak Abdul Azis sebagai

59
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
60
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
57

seorang penerima manfaat di Rumah Tahfidz Qur’an Mulya. Beliau

menyampaikan bahwa:

“Karena kita termasuk keprogram tetap, ketika kita diberikan dana


maka pihak LAZISMU menanyakan ini untuk apa saja? Maka kami
menjelaskan bahwa dana ZIS ini untuk konsumtif, dan produktif yaitu
dengan cara diberikan mesin jahit sekaligus pelatihannya, sehingga
hal itu dapat membantu santri mahir dalam menjahit.”61

Hal yang sama dikemukakan oleh bapak Muammar selaku

penerima manfaat program benah rumah dari LAZISMU Pamekasan:

“LAZISMU memberikan bantuan dengan berbentuk bahan bangunan,


sehingga tidak ada pembinaan.”62

Berdasarkan hasil wawancara dari mustahiq peneliti menyimpulkan

bahwa ketika mereka mendapatkan dana ZIS pihak LAZISMU akan

menanyakan untuk apa dana tersebut sehingga mereka akan diberikan

sesuai apa yang mereka butuhkan salah satunya seperti konsumtif,

produktif dan juga ada yang berupa barang.

b. Pendistribusian Dana ZIS

Pendistribusian zakat adalah penyaluran zakat kepada orang yang

berhak menerima (mustahik) zakat, baik secara konsumtif maupun

produktif. Hal ini juga disampikan oleh bapak Huddin Imam Ahmad.

“Tergantung dari situasi dan kondisi artinya ketika ada permintaan


dari masyarakat kita datangi dulu, lalu kita mencari yang lebih berhak
menerima partisipan dan semua titik tapi yang lebih diprioritaskan
dikabupaten pamekasan.”63

Hal yang sama juga dikemukan oleh bapak Taufiqurrahman.

“Kami mengantongi data, seperti contoh program benah rumah


langkah awal kita mendatangi kepala desa, setelah itu ke RW,
kemudian RT. Lalu ke tetangga-tetangga guna menanyakan sedetail
61
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
62
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
63
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022
58

mungkin supaya tidak salah sasaran, karena sasaran itu sesuai dengan
8 asnaf.”64

Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan LAZISMU dalam

hal pendistribusian dana ZIS itu tergantung dari situasi dan kondisi selain

itu ada beberapa hal yang dilakukan oleh LAZISMU Pamekasan.

Pertama yang dilakukan adalah mengantongi data, kedua melakukan

survei ke sekitar rumah yang akan mendapatkan program, dan yang

ketiga mencari yang lebih berhak menerima partisipan.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki untuk memperkuat

apa yang telah disampaikan oleh karyawan, sehingga menurut ibu

Muriatul Aini berpendapat:

“Selain menjadi donatur, saya juga sering ikut andil bersama


LAZISMU dalam melakukan program-programnya, seperti zakat dan
sedekah setiap hari jumat dan program-program yang lain.”65

Hal lain juga disampaikan oleh bapak Tausiburrahman:

“Untuk pendistribusian dana ZIS diinformasikan kepada muzakki dan


untuk programnya seperti untuk pendidikan, untuk sosial dll.”66

Berdasarkan hasil wawancara dari muzakki dalam pendistribusian

mereka menyatakan bahwa dalam pendistribusian dana ZIS LAZISMU

selalu menginformasikan kepada muzakki terkait program apa saja yang

akan diberikan kepada mustahik dan LAZISMU juga sering mengikut

andilkan muzakki dalam melaukan program.

Selain itu peneliti juga mewawancarai penerima manfaat dari

LAZISMU Pamekasan. Hal itu disampaiakan oleh bapak Abdul Azis

64
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
65
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
66
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
59

sebagai seorang penerima manfaat di rumah tahfidz Qur’an mulya

sekaligus penerima manfaat program dakwah. Beliau menyatakan bahwa:

“Saya pernah mendapatkan bantuan dana ZIS dari LAZISMU. Ada


yang secara rutin ada juga secara berkala kurang lebih 5 tahun, Karena
kita mengelola pesantren jadi setiap bulan itu terkadang Rp. 250.000
s/d Rp. 300.000, kemudian ada juga kerjasama seperti saya selaku
pengisi binaan atau kajian transportnya dari LAZISMU dan juga
ketika ada pembangunan pernah juga dibantu oleh LAZISMU. Pernah
juga mendapatkan bantuan mesin jahit lalu diberikan pelatihan, jadi
secara kelembagaan LAZISMU membantu dalam bentuk konsumtif
dan produktif .”67

Hal yang sama dikemukan oleh bapak Muammar beliau

mengatakan bahwa:

“Ea saya mendapatkan dana ZIS sebelum bulan puasa, berupa bantuan
bedah rumah dengan sistem semua bahan bangunan dan tukang dari
LAZISMU semua. Sebesar 7 juta.”68

Berdasarkan wawancara dari mustahik tersebut mereka menyatakan

bahwa mendapatkan dana ZIS itu ada yang berupa uang, bahan

bangunan, dan juga mesin jahit tergantung apa yang mereka butuhkan.

Selain itu juga ada pembinaan dalam program yang mereka berikan.

c. Pendayagunaan Dana ZIS

Pendayagunaan zakat adalah menyalurkan zakat kepada penerima

(mustahik) dengan cara produktif. Zakat dapat digunakan untuk usaha

produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan

kualitas umat, pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan

apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Hal ini juga di

67
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
68
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
60

sampaikan oleh bapak Taufiqurrahman selaku karyawan di LAZISMU

Pamekasan:

“Kami membantu dalam bentuk modal usaha dan tidak ditentukan


nominal perbulannya. Pernah juga ada program dari nasional dan
pamekasan dapat 5 pengusaha yang memang membutuhkan modal itu
tanpa pengembalian. Artinya modal itu dikasih secara cuma-cuma.”69

Dan menurut bapak Huddin Imam Ahmad beliau mengatakan

bahwa:

“Dalam pendayagunaan zakat kita lebih kepada orang yang lebih


membutuhkan atau miskin.”70

Berdasarkan wawancara kepada karyawan LAZISMU Pamekasan


mereka menyatakan bahwa dalam pendayagunaan zakat LAZISMU lebih
mengedepankan orang yang lebih membutuhkan, baik berbentuk modal
usaha atau berupa program.

Selain mewawancarai karyawan penliti juga mewawancarai

muzakki yang mana menurut ibu Muriatul Aini menyatakan bahwa:

“Dalam pendayagunaanya pihak LAZISMU memiliki cara yang


sesuai dengan syariah dan saya percayakan kepada LAZISMU.”71

Hal yang sama dikemukakan oleh bapak Tausiburrahman:

“Sistem yang diterapkan oleh LAZISMU dalam pendayagunaan sudah


sesuai, itu dibuktikan dengan pelapran dari pihak LAZISMU kepada
saya”72

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa menurut

muzakki sistem yang digunakan oleh LAZISMU dalam pendayagunaan

dana ZIS itu sudah sesuai dengan syariat dan mereka juga percayakan

sepenuhnya kepada piha LAZISMU Pamekasan.

69
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
70
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
71
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
72
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
61

Selain itu peneliti juga mewawancarai penerima manfaat dari

LAZISMU Pamekasan. Hal itu disampaiakan oleh bapak Abdul Azis

sebagai seorang manfaat di rumah Tahfidz Qur’an Mulya. Beliau

menyatakan bahwa:

“Rumah Tahfidz Quran Mulya, jadi kita dibantu secara kelembagaan


dan juga dibantu biaya transport dalam mengisi dakwah dimasjid-
masjid yang bekerjasama dengan LAZISMU. Dan juga dapat
membantu produktifitas santri dan kemampuan itu bisa menjadi nilai
jual tersendiri bagi Rumah Tahfidz Quran Mulya.”73

Hal yang sama dikemukan oleh bapak Muammar sebagai penerima

manfaat program benah rumah dari LAZISMU Pamekasan.

“Alhamdulillah sangat berguna dan bermanfaat bagi kami karena


sudah terwujud berbentuk rumah. Dengan Bantuannya berbentuk
bahan bangunan dan itu dapat membantu kami untuk kenyamanan dan
juga dapat membantu kami untuk meringankan dan dapat membantu
meningkatkan perekonomian keluarga kami.”74

Berdasarkan hasil wawancara kepada mustahik peneliti

menyimpulkan bahwa mustahik sangat merasa bersyukur dengan dana

ZIS yang diberikan oleh LAZISMU karena mampu membantu

perekonomian keluarga, dapat membantu produktifitas santri dan juga

mempu menggali kemampuan santri.

d. Pelaporan Dana ZIS

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat bahwa LAZ wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan zakat, infaq dan sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya

kepada BAZNAS dan pemerintah daerah setiap 6 bulan dan akhir tahun,

73
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
74
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
62

perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporaan kepada LAZ dengan

menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah dan kepala kantor

wilayah kementrian agama provinsi dan kepala kantor agama kabupaten

atau kota. Hal ini juga dikemukakan oleh karywan LAZISMU

Pamekasan bapak Huddin Imam Ahmad yaitu sebagai berikut:

“Tiap minggu kita melakukan evaluasi apakah ada kendala dalam


melaksanakan penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusiaan. Dan
evaluasi itu dilakukan juga setiap bulan dan pertriwulan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui masalah dalam program tersebut
sehingga bisa dibenahi.”75

Hal yang sama di kemukan oleh bapak Taufiqurrahman yang

berpendapat sebagai berikut:

“Evaluasi dilakukan perminggu isi evaluasinya membahas kendala-


kendala dilapangan dan bagaimana solusinya.”76

Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan mereka

menyatakan bahwa dalam pelaporan dana ZIS LAZISMU Pamekasan

melakukan persatu minggu, perbulan, dan pertriwulan. Hal tersebut

membahas mengenai kendala dalam melaksanakan penghimpunan,

pengelolaan, dan pendistribusiannya, dan untuk mengetahui masalah

dalam program sehingga bisa dibenahi.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

“Dalam pelaporan keuangan di LAZISMU sudah sesuai dengan UU


dan juga amanah”77

Hal yang sama juga dikemukakan oleh bapak Tausiburrahman:

75
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
76
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
77
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
63

“Iya sudah sesuai, karena sudah sesuai dengan peraturan yang ada.” 78

Berdasarkan hasil wawancara kepada muzakki mereka berpendapat

bahwa LAZISMU Pamekasan dalam pelaporan keuangan suda sesuai

dengan UU dan peraturan yang ada, dan juga sesuai dengan amanah yang

diberikan kepada LAZISMU.

2. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan perspektif Good Corporate Governance (GCG).

Pengelolaan adalah proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,

sedangkan Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu

mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan

sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis maupun produktif

dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggung jawaban,

independen dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam

penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengelolaan zakat, infaq, dan

shadaqah muhammadiyah kabupeten Pamekasan perspektif Good Corporate

Govermance (GCG).

Dalam penelitian ini, peneliti juga mewawancarai direktur LAZISMU

Pamekasan mengenai apakah pengelolaan LAZISMU sudah sesuai dengan

prinsip-prinsip GCG, dan beliau meyatakan bahwa:

78
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
64

“Manajerial LAZISMU itu tetap bagaimana sistem yang dijalankan.


Cuma dengan catatan LAZISMU ini non profit, sehingga kemudian
prinsip-prinsip GCG seperti akuntabilitas, itu sudah dilakukan seperti
contoh ini sudah dilakukan seperti dengan cara semua program yang
dijalankan dilaporkan dan bisa dipertanggung jawabkan, diaudit,
diperiksa dan sebagainya. Transparansi itu, satu orang akan melihat
bahwa uang yang diterima juga pasti akan dilaporkan juga dikeluarkan
atau ditasarrufkan bukan hanya menerima saja tapi juga ditasarrufkan.
Ditasarrufkan juga dilaporkan atau dalam laporan itu diperinci. Dan
LAZISMU ini mempunyai pertanggung jawaban kepada organisasi
OPZnya yaitu muhammadiyah, lazismu mempunyai pertanggung
jawaban kepada negara karena SKnya dari KEMENAG. Jadi semua
prinsip GCG ini sudah diterapkan karena jika lazismu tidak menerapkan
GCG maka akan diturunkan dari LAZNAS ke provinsi”.79
Berdasarkan hasil wawancara kepada direktur LAZISMU Pamekasan

beliau menyatakan bahwa LAZISMU Pamekasan sudah menerapkan

prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaan dana ZIS. Untuk lebih terperincinya

akan dibahas dibawah ini:

a. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses

kegiatan perusahaan baik dalam proses pengambilan kaputusan maupun

dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai

perusahaan. Hal ini dikemukan oleh karyawan LAZISMU bapak Huddin

Imam Ahmad sebagai berikut:

“Kita mengadakan program itu di tempat terbuka, seperti di lapangan


atau di pendopo supaya masyarakat tau dan itu memberika
kepercayaan masyarakat kepada LAZISMU Pamekasan sebagai
pengelola ZIS, kecuali pada waktu covid.”80
Hal yang sama dikemukan oleh bapak Taufiqurrahman:

79
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).

80
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
65

“Bedanya LAZISMU dengan badan amil zakat yang lainnya adalah


LAZISMU ini lebih mandiri, hanya saja laporan keuangannya
terpusat. Salah satu metode mewujudkan transparansi yang dilakukan
adalah ketika menjemput donatur semuanya dikumpulkan ke
LAZISMU.”81

Berdasarkan wawancara kepada karyawan LAZISMU Pamekasan

dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan prinsip-prinsip GCG yang

tranparansi dengan cara ketika mengadakan program ditempat terbuka,

dan juga ketika pengumpulan donatur semuanyya dikumpulkan ke kantor

LAZISMU.

Selain itu peneliti juga mewancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

“Dalam komunikasi baik sekali. Karena tidak hanya di zakat fitrah


saja kegiatan apapun selagi kita bisa bergerak bersama maka kami
akan bertindak bersama dalam hal apapun itu.”82

Hal yang sama dikemukan oleh bapak Tausiburrahman bahwa:

“Komunikasi baik dan tidak ada kendala, baik itu masalah dana yang
akan diberikan kepada mustahik dan juga mengenai penyalurannya.”83

Berdasarkan hasil wawancara dengan muzakki dapat disimpulkan

bahwa pihak LAZISMU selalu memberikan informasi kepada muzakki

baik itu masalah dana, dan bagaimana penyalurannya, bahkan mereka

terkadang melakukan agenda bersama.

Hasil wawancara dengan mustahik bapak Abdul Azis menyatakan

bahwa:

81
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
82
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
83
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
66

“LAZISMU menyampaikan bahwa ini adalah dana zakat, jadi


mustahik harus memanfaatkannya secara maksimal, dan juga itu
sesuai dengan kebutuhan mustahik.”84

Berdasarkan hasil wawancara dengan mustahik dapat disimpulkan

bahwa pihak LAZISMU ketika memberikan dana ZIS mereka akan

menyampaikan mustahik harus memanfaatkan dengan baik dana yang

diberikan.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban atas pelaksanaan

fungsi dan tugas-tugas sesuai wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ

perusahaan termasuk pemegang saham. Hal ini juga dikemukakan oleh

direktur LAZISMU Pamekasan:

“Jadi, LAZISMU ini ketika sudah ada, pertama yang dibentuk oleh
profinsi itu pengurus dulu, pengurus itu ada dewan Syariah, dewan
pengawas, dan badan pengurus. Dari tiga ini kemudian mereka
melakukan tindakan intruksi, pengawasan kepada pengurus, dan dari
penguruslah kemudian membentuk tim yang akan melakukan itu.
Pelaksanaan itu dilakukan oleh eksekutif, yang dibentuk oleh
pengurus.”85
Berdasarkan hasil wawancara kepada direktur LAZISMU dapat

disimpulkan bahwa fungsi dan tugas-tugas karyawan sesuai dengan

jobnya masing-masing, hal itu dibuktikan dengan pembetukan pengurus

yang ada di LAZISMU Pamekasan.

Hasil wawancara kepada karyawan LAZISMU Pamekasan bapak

Huddin Imam Ahmad menyatakan bahwa:

84
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
85
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
67

“Pelaporannya lewat email, yaitu email wilayah atau pusat. Sekali


pelaporan itu selesai itu dikirim ke email pusat. Sedangkan pelaporan
fisik itu diantarkan kewilayah semuannya.”86
Hal itu juga disampaikan oleh bapak Taufiqurrahman yang

menyatakan bahwa:

“Pertama, dilaporkan melalui majalah. yang kedua seperti program


yang sudah terlaksana dilaporkan media sosial (IG, FB, dan Youtobe).
Yang ketiga laporan kewilayah dengan sistem online dan kemudian
berkasnya diantarkan kepusat setelah itu dilakukan audit.”87
Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan LAZISMU dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaporannya LAZISMU yang pertama

pelaporannya melalui majalah, yang kedua media sosial, dan yang ketiga

lewat email kepada wilayah dan pusat.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

“Dalam pengambilan keputusan saya selaku muzakki tidak dilibatkan,


tapi hasil dari keputusan itu diinformasikan terhadap muzakki.”88

Hal yang sama juga dikemukakan oleh bapak Tausiburrahman yang

menyatakan bahwa:

“Saya tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun kegiatan


yang dilakukan oleh LAZISMU saya tau, sekalipun saya tidak tau
nama programnya apa dan detailnya seperti apa.”89
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam pengambil keputusan muzakki tidak diikut sertakan akan tetapi

86
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
87
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
88
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
89
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
68

hasil dari keputusan itu diinformasikan kepada muzakki serta program

yang akan dilakukan.

Hasil wawancara dengan mustahik bapak Abdul Azis menyatakan

bahwa:

“Iya kita melaporkan kepada lazismu itu capaiannya, dana itu terpakai
untuk apa saja.”90
Berdasarkan hasil wawancara kepada mustahik dapat disimpulkan

bahwa mustahik akan melaporkan mengenai capaian dan mengenai

penggunaan dana yang diberikan oleh LAZISMU.

c. Responsibilitas

Responsibilitas merupakan pertanggung jawaban perusahaan dalam

kesesuaian (kepatuhan) didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip

korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

Sebagaimana bapak Huddin Imam Ahmad yang merupakan karyawan

LAZISMU Pamekasan menyatakan bahwa:

“Respon masyarakat selama ini bagus, karena mulai dulu itu secara
terbuka sehingga respon dari masyarakat itu baik terhadap lazismu
pamekasan. Dan itu keleluasaan untuk orang yang sakit dari rumah ke
rumah sakit itu bisa. Sedangkan untuk fasilitas LAZISMU itu masih
banyak yang kurang, termasuk ambulan.”91
Selain itu juga menurut bapak Taufiqurrahman yang menyatakan

bahwa:

“Dalam melaksanakan responsibilitas yaitu dengan cara


mensosialisasikan program-program yang ada, baik dikalangan
nasional atau daerah. Misalkan seperti kurban rendangmu, program

90
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
91
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
69

itu dari nasional yang ditawarkan kewilayah. Direktur selalu


mengawasi dan mengkonsep serta memberikan arahan kepada
karyawan supaya program yang ditawarkan bisa manarik para
donatur, itu merupakan salah satu bentuk marketing.”92
Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan dapat disimpulkan

dalam melaksanakan responsibilitas pihak LAZISMU melakukan

sosialisasi program-program yang ada, dan respon dari masyarakat

kepada LAZISMU itu positif karena respon dan pelaksanaannya sesuai

sasaran.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

“Dalam pengelolaan dana ZIS sudah sesuai dengan Syariah, karena


saya anggap mereka lebih paham tentang Syariah.”93
Berdasakan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan dana ZIS sesuai dengan syariah karena SOP di LAZISMU

sudah jelas mengenai pengelolaan dana ZIS.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada mustahik bapak Abdul

Azis yang menyatakan bahwa:

“Ada pemantauan, dan itu dilakukan dengan cara melihat,


menanyakan. Sedangkan mustahiknya berkewajiban untuk
menjelaskan kepada LAZISMU.”94
Hal itu juga disampaikan oleh bapak Muammar yang menyatakan

bahwa:

“Hanya dilakukan dokumentasi untuk bukti bahwa telah mendapatkan


bantuan program benah rumah.”95
92
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
93
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
94
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
95
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
70

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada

pemantauan dari pihak LAZISMU terkait dengan dana ZIS yang

diberikan. Sedangkan dalam program bedah ruma hanya dilakukan

dokumentasi sebagai bukti laporan.

d. Independen

Independen atau kemandirian merupakan suatu keadaan dimana

perusahaan dikelola secara profesional dan tanpa benturan kepentingan

pihak manapun. Hal ini juga disampaikan oleh direktur LAZISMU

Pamekasan yang menytaakan bahwa:

“Sedangkan untuk bekerjasama dengan partai politik LAZISMU


pamekasan tidak melakukan kerja sama karena partai politik ada misi-
misi tertentu sedangkan LAZISMU ini murni dan itu harus kita
jaga.”96
Berdasarkan pemaparan dari direktur LAZISMU Pamekasan

penulis dapat menyimpulkan bahwa LAZISMU itu tidak bekerjasama

dengan partai politik untuk menjaga kemurnian dari LAZISMU itu

sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan bapak Hudin Imam

Ahmad menyatakan bahwa:

“Setiap mengadakan program kita melihat keadaan uang, dan juga


LAZISMU Pamekasan ketika melakukan program itu sesuai dengan
SOP yang ada.”97
Hal itu juga disampaikan oleh bapak Taufiqurrahman yang

berpendapat bahwa:

96
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
97
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
71

“Sebetulnya LAZISMU itu miliknya muhammadiyah dan


muhammadiyah terkenal dengan akuntabilitasnya, jadi LAZISMU ini
kelola dengan transparan. yang mana ketika dijemput kelapangan,
ketika uang masuk ke LAZISMU donatur akan mendapatkan
nontifikasi sms dari pihak LAZISMU. Jadi itu sudah terlampir dan itu
menjadi bukti tranparansi dari sistem LAZISMU. Agar tidak timbul
fitnah kepada fundresing, bahwa uang itu sudah disetor ke kantor.
Setelah itu pihak LAZISMU perdua bulan menerbitkan majalah.yang
mana dalam majalah itu sudah tertera laporan keuangan. Sehingga
muzakki dan mustahik itu bisa melihat dan menilai bahwa LAZISMU
ini sehat dalam pengelolaan keuangannya. Dan LAZISMU ini setiap
tahunnya sudah diaudit oleh pemerintah.”98
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pengelolaan dana ZIS itu secara profesional karena setiap mengadakan

program LAZISMU Pamekasan sesuai dengan SOP yang ada, dan juga

dalam pelaporan keuangannya LAZISMU menerbitkan majalah sehingga

semua pihak mampu menilai pengelolaan keuangan LAZISMU, dan

LAZISMU juga setiap tahunnya diaudit oleh pemerintah.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

“Setiap apapun itu mereka pasti atas persetujuan orang-orang di


LAZISMU.”99

Berdasarkan pemaran diatas dapat disimpulkan bahwa pihak

LAZISMU dalam melaksanakan setiap program, dan pengambilan

keputusannnya akan melibatkan semua yang ada di LAZISMU

Pamekasan.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada mustahik bapak Abdul

Azis yang menyatakan bahwa:

98
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17 Juni
2022)
99
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
72

“Tidak terjadi ketimpangan karena LAZISMU memberi bantuan


sesuai dengan kebutuhan mustahik, baik itu berupa barang, uang
ataupun program.”100
Hal itu juga dikemukakan oleh bapak Muammar yang menyakan

bahwa:

“Bagus, karena benar-benar membantu dan trasnparan dalam


memberikan dana jika ada lebih akan dikembalikan kepada
mustahik.”101
Berdasarkan pemaparan mustahik dapat disimpulkan bahwa

LAZISMU tidak melakukan pembedaan kepada mustahik yang

mendapatkan dana ZIS karena LAZISMU memberikan bantuan sesuai

dengan kebutuhan mustahik dan LAZISMU juga transparan dalam

memberikan dana.

e. Keadilan

Fairness atau keadilan merupakan perlakuan dari perusahaan

terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan

proporsi yang seharusnya. Adapun hasil wawancara dari direktur

LAZISMU Pamekasan sebagai berikut:

“Karena LAZISMU ini dibawah naungan muhammadiyah secara


khusus mempunyai binaan internal jadi otomatis menjadi refrensi
yang pertama yang kita bina, baik itu panti asuhan, anak yatim, intinya
yang menjadi kemitraan internal dulu, barulah kita membuka seluas-
luasnya kepihak manapun seperti ormas.”102
Berdasarkan pemaparan dari direktur LAZISMU menyatakan

bahwa lazismu itu memilki binaan internal jadi yang menjadi acuan

100
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
101
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
102
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
73

pertama yaitu binaan yang ada di LAZISMU baru membuka ke ormas

yang lain.

Hasil wawancara dengan karyawan bapak Huddim Imam Ahmad

menyatakan bahwa:

“Semuanya satu jalan sesuai dengan SOP, artinya dari karyawan tidak
boleh meninggal kebutuhan masyarakat yang membutuhkan selagi
kantor masih mampu atau karyawan jika sudah tidak mampu baru
wilayah.“103

Hal itu juga disamapaikan oleh bapak Taufiqurrahman yang

menyatakan bahwa:

“Mengenai prinsip keadilan LAZISMU memiliki peta dalam


pendistribusian dana ZIS seperti program sosial, pendidikan,
beasiswa, anak yatim, pembinaan tahfid, dan benah rumah. Dan
sasaran program-program tersebut adalah 8 asnaf. Sedangkan untuk
kemandirian kita melakukan berkelaborasi dengan IMM, IPM, HMI
dan tim sedekah pamekasan. Sedangkan untuk bedah rumah kita
kerjasamanya dengan kepala desa, dan pernah juga bekerjasama
dengan pemerintah daerah.” 104
Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan dapat disimpulkan

bahwa mengenai prinsip keadilan LAZISMU memilki peta dalam

pendistribusian dana ZIS harus sesuai dengan SOP, sedangkan untuk

kemandirian melakukan berkelaborasi dengan IMM, IPM, HMI dan tim

sedekah pamekasan, untuk bedah rumah LAZISMU bekerjasama dengan

kepala desa dan pemerintah daerah.

Selain itu peneliti juga mewawancarai muzakki ibu Muriatul Aini

yang berpendapat bahwa:

103
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
104
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
74

“Diantaranya seperti zakat tentunya disetiap lembaga pasti ada, bedah


rumah, sedekah jum’at. Jadi orang-orang di LAZISMU tidak hanya
bergerak di sistem tapi juga bisa diandalkan tenaganya.”105

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

LAZISMU pamekasan bukan hanya bergerak di sistem tapi juga

tenagannya, seperti program bedah rumah dan sedekah jum’at.

Peneliti juga melaukan wawancara kepada mustahik bapak Abdul

Azis yang menyatakan bahwa:

“Secara tertulis tidak ada, umpamanya kalau ada hasil harus diberikan,
lazismu itu berkewajiban mendistribusikan dana ZIS kepada 8 asnaf,
kita sebagai mustahik menerima manfaat itu sesuai dengan
peruntukan. Dan tentu dijalankan sesuai dengan tujuan lazismu
memberikan dana ZIS. Dengan kita mengerjakan sesuai secara
langsung kita menjaga amanah dari dana yang diberikan oleh muzakki
kepada LAZISMU.”106

Berdasarkan hasil wawancara kepada mustahik dapat disimpulkan

bahwa tidak ada perjanjian secara tertulis antara pihak LAZISMU dan

mustahik akan tetapi mustahik harus memanfaatkan dana ZIS sesuai

dengan peruntukan dan dijalankan sesuai dengan tujuan. Sedangkan

mustahik berkewajiban mengerjakan sesuai secara langsung, dengan hal

tersebut kita menjaga amanah dari dana yang diberikan oleh muzakki

kepada LAZISMU.

105
Muriatul Aini, Muzakki, Wawancara Via WA, (14 Juni 2022)
106
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
75

C. Pembahasan

1. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan adalah lembaga nirlaba tingkat nasional

yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan

secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya

baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Sistem

tata kelola yang baik akan menentukan efektivitas dan keberlangsungan

suatu lembaga dalam hal ini dari segi pengelolaan dana ZISnya.

Pengelolaan zakat merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.

Pengelolaan zakat dilaksanakan atas dasar asas, yaitu syariat islam, amanat,

pemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.107

Oleh karena itu, untuk optimalisasi pendayagunaan zakat diperlukan

pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat yang profesional dan mampu

mengelolan secara tepat sasaran.

Berdirinya Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(LAZISMU) Kabupaten Pamekasan dimaksudkan sebagai institusi

pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan

zakat menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem solver) kondisi

keumatan yang terus berkembang. Dengan budaya kerja amanah,

professional dan transparan, Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah

107
Andre Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 446.
76

Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan berusaha

mengembangkan diri menjadi lembaga zakat terpercaya. Dan seiring waktu,

kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit kreatifitas dan inovasi,

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan senantiasa memproduksi program-program

pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan problem

sosial masyarakat yang berkembang. 108

Berdasarkan hasil wawancara kepada direktur menyatakan dalam

pengelolaan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan secara umum sebagai

berikut:

“Dalam pengelolaan Zakat itu penerimanya adalah 8 laznaf sesuai yang


diatur di LAZNAS. Yang kedua ada infaq dan shadaqah. Infaq itu dibagi
menjadi dua, terikat dan tidak terikat. Diterikat itu ada terikat khusus
kalau yang terikat itu langsung nyebut di pilar program, Kemudian juga
ada terikat khusus yaitu orang ketika nyebut saya mau berinfaq di
lazismu pamekasan program sosial untuk anak yatim berarti itu terikat
khusus, Kemudian juga ada terikat khusus lebih khusus lagi dia nyebut
pilar, ketika tidak terikat itu baru terserah lazismu pamekasan baru kita
lazismu bisa berkreasi dalam melakukan program yang dititpkan itu
karena tidak mengikat kepada sasaran kemanapun. Sehigga pengelolaan
itu harus kita pastikan antara zakat dan infaq itu berapa, sehingga dari itu
kemudian refrensi untuk mau dikemanakan.”109

Berdasarkan hasil peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam

pengelolaan dana ZIS yang penerimanya harus tergolong delapan asnaf,

kemudian infaq dan shadaqah dibagi menjadi dua terikat dan tidak terikat,

kemudian terikat dibagi menjadi dua terikat khusus dan terikat lebih khusus.

Dari hasil wawancara diatas untuk lebih spesifiknya dapat dijelaskan

berdasarkan Undang-Undang 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,

108
Profil LAZISMU dan SOP LAZISMU, (Pamekasan: Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah, 2020), hlm. 1.
109
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
77

dalam Bab III dikemukaan bahwa pengeloaan zakat meliputi pengumpulan,

pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan zakat, berikut pengertian dari

masing-masing poin tersebut:

a. Penghimpunan Zakat

Penghimpunan dana zakat merupakan kegiatan yang sangat

penting dalam pengelolaan zakat dalam upaya mendukung jalannya

program dan menjalankan roda oprasional agar pengelolaan tersebut

dapat mencapai maksud dan tujuan dari organisasi pengelolaan zakat.110

Oleh karena itu aktivitas penghimpunan dana zakat pada sebuah lembaga

harus dikembangkan, baik secara perencanaan ataupun pengawasan oleh

pengelola lembaga.

Pengelolaan zakat diawali dengan kegiatan perencanaan program

kerja dan pengumpulan data muzaki dan mustahik, kemudian

pengorganisasian pembentukan struktur organisasi (dewan pertimbangan,

dewan pengawas, dan badan pelaksana). Sebagai upaya pengumpulan

dana zakat, organisasi pengelola zakat menyediakan berbagai fasilitas

bagi muzakki. Berbagai kemudahan yang disediakan antara lain layanan

jemput zakat, pembayaran di kantor dan pusat perbelanjaan, pemotongan

gaji dan layanan pembayaran melalui ATM dll. Dengan fasilitas tersebut

diharapkan pengumpulan dana zakat akan meningkat sehingga

kesenjangan antara potensi dan realisasi akan berkurang. Hal ini sama

110
Miftahul, Huda. Pengelolaan Wakaf dalam Persefektif Fundraising. Jakarta: Kementrian
Agama RI, 2012, hlm, 25.
78

dengan wawancara yang dilakukan dengan karyawan bahwa dalam

penghimpunan zakat sebagai berikut:

“Secara umum pengelolaannya ketika marketing mendapatkan donatur


baru langsung disetor ke kantor lalu kefundresing, kemudian
fundresing menjemput ke donatur dan uangnya disetor ke teler, lalu
taler menginput dan harus sesuai laporan keuangannya. Setelah itu
dananya dipetakan atau disaving direkening LAZISMU. Setelah itu
kami membuat program.”111
Penghimpunan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan yaitu ketika

marketing mendapatkan donatur baru langsung disetor ke kantor dan

diserahkan ke fundresing setelah itu fundresing menjemput ke donatur

dan uangnya disetor ke teler kemudian diinput sesuai laporan keuangan.

Berdasarkan analisa peneliti mengenai penghimpunan dana ZIS

yang dilakukan LAZISMU Pamekasan yang pertama melakukan

perencanaan program kerja, yang kedua melakukan pendataan muzakki

dan mustahik. Setelah itu dilakukan pengumpulan dana ZIS, adapun

pengorganisasian dalam pengelolaan dana ZIS yaitu dengan cara

mendatangi kantor LAZISMU Pamekasan dan fundresing yang

mendatangi donatur. Dengan metode tersebut diharap pengumpulan dana

ZIS dapat meningkat.

b. Pendistribusian Zakat

Pendistibusian zakat merupakan kegiatan untuk memudahkan dan

melancarkan penyaluran dana zakat dari muzakki kepada mustahik. Dana

yang terkumpul akan didistribusikan dari muzakki kepada mustahik

melalui suatu lembaga yang mengelola zakat. Dengan pendistribusian


111
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
79

dana zakat yang terkumpul dapat tersalurkan secara tepat sasaran dan

sesuai dengan yang dibutuhkan mustahik. Selain itu dengan adanya

pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang dapat melimpah dan

merata tidak berada dalam golongan tertentu saja.

Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat

pasal 25 (1) dijelaskan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada

mustahiksesuai dengan Syariat Islam. Kemudian pada pasal 26 dijelaskan

pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan prinsip pemerataan,

keadilan, dan kewilayahan. 112 Pendistribusian zakat dapat dilaksanakan

dengan dua pola, yaitu:

3) Konsumtif, penyaluran zakat secara konsumtif dibagi menjadi dua,

yaitu:

c) Konsumtif tradisional, yaitu zakat yang diberikan secara langsung

kepada mustahik, seperti beras dan jagung.

d) Konsumtif kreatif, yaitu penyaluran zakat secara langsung dalam

bentuk lain dengan harapan dapat bermanfaat lebih baik, seperti

beasiswa, peralatan sekolah, dan pakaian anak-anak yatim,

4) Produktif, terdapat dua bentuk pendistribusian zakat secara produktif,

yaitu:

c) Produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk

barang-barang yang dapat berkembang biak atau alat utama

bekerja, seperti sapi, kambing, alat cukur dan mesin jahit.

112
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat.
80

d) Produktif kreatif, yaitu penyaluran zakat yang diberikan dalam

bentuk modal kerja sehingga penerimanya dapat mengembangkan

usahanya setahap lebih maju.113

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu

mustahik mungungkapkan bahwa:

“Saya pernah mendapatkan bantuan dana ZIS dari LAZISMU. Ada


yang secara rutin ada juga secara berkala kurang lebih 5 tahun, Karena
kita mengelola pesantren jadi setiap bulan itu terkadang Rp. 250.000
s/d Rp. 300.000, kemudian ada juga kerjasama seperti saya selaku
pengisi binaan atau kajian transportnya dari LAZISMU dan juga
ketika ada pembangunan pernah juga dibantu oleh LAZISMU. Pernah
juga mendapatkan bantuan mesin jahit lalu diberikan pelatihan, jadi
secara kelembagaan LAZISMU membantu dalam bentuk konsumtif
dan produktif .”114
Dari pernyataan mustahik dapat disimpulkan bahwa dalam

pendistrubusian yang dilakukan oleh LAZISMU Pamekasan itu berupa

uang untuk mengelola Rumah Tahfidz Qur’an Mulya. Selain itu,

mustahik juga mendapatkan bantuan mesin jahit sekaligus pelatihan. Jadi

secara kelembagaan LAZISMU Pamekasan memberikan bantuan secara

konsumtif dan produktif.

Berdasarkan analisa peneliti, mengenai pendisitribusian zakat di

LAZISMU Pamekasan dalam pendistribusiannya dilaksanakan dengan

dua pola yaitu konsumtif dan produktif dari dua pola pendistribusian

dana ZIS tersebut dengan harapan dapat tersalurkan secara tepat sasaran

dan sesuai dengan kebutuhan mustahik sehingga dalam

pendistribusiannya bisa merata tidak terpusat hanya pada suatu wilayah.

113
Didin Hafiduddin, dkk, The Power of Zakat : Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara,
(Malang: press 2008), hlm. 13.
114
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
81

c. Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

usaha pemerintah dalam memanfaatkan hasil pengumpulan zakat untuk

didistribusikan kepada mustahik dengan berpedoman Syariah, teat guna,

serta memanfaatkan yang efektif melalui pola pendistribusian yang

bersifat produktif dan memiliki manfaat sesuai dengan tujuan ekonomis

dari zakat.115

Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannaya dengan bagaimana

cara pendistribusiannya. Kondisi itu dikarenakan jika pendistribusiannya

tepat sasaran dan tepat guna, maka pendayagunaan zakat akan lebih

optimal. Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah:

3) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

4) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah

terpenuhi.116

Berdasarkan hasil wawancara karyawan dan mustahik yang

mengemukakan dalam pendayagunaan dana ZIS di LAZISMU

Pamekasan sebagai berikut:

“Kami membantu dalam bentuk modal usaha dan tidak ditentukan


nominal perbulannya. Pernah juga ada program dari nasional dan
115
Sintha Dwi Wulansari, “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Mustahik (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)”, Skripsi Ekonomika dan
Bisnis Semarang 2013, hlm. 31.
116
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat.
82

pamekasan dapat 5 pengusaha yang memang membutuhkan modal itu


tanpa pengembalian. Artinya modal itu dikasih secara cuma-cuma.”117

“Alhamdulillah sangat berguna dan bermanfaat bagi kami karena


sudah terwujud berbentuk rumah. Dengan bantuannya berbentuk
bahan bangunan dan itu dapat membantu kami untuk kenyamanan dan
juga dapat membantu kami untuk meringankan dan dapat membantu
meningkatkan perekonomian keluarga kami.”118

Dari pernyataan karyawan dan mustahik dapat disimpulkan bahwa

dalam pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan oleh LAZISMU

Pamekasan dengan cara memberikan modal kepada pengusaha kecil yang

membutuhkan modal dan hal tersebut sangat membantu kepada para

mustahik karena mampu meringankan dan meningkatkan perekonomian

mustahik.

Berdasarkan analisa peneliti bahwa dalam pendayagunaan dana

ZIS yang dilakukan oleh LAZISMU Pamekasan sudah berkaitan dengan

Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang cara memanfaatkan hasil

pengumpulan dana ZIS melalui pola pendistribusian yang produktif

sepeti yang dilakukan oleh LAZISMU Pamekasan yang

pendayagunaanya memberikan modal kepada mustahik. Hal tersebut

dapat membantu peningkatan ekonomi dan dapat juga mengentaskan

kemiskinan.

d. Pelaporan Zakat

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat bahwa LAZ wajib menyampaikan laporan

117
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
118
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
83

pelaksanaan zakat, infaq dan sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya

kepada BAZNAS dan pemerintah daerah setiap 6 bulan dan akhir tahun,

perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporaan kepada LAZ dengan

menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah dan kepala kantor

wilayah kementrian agama provinsi dan kepala kantor agama kabupaten

atau kota.119

Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan neraca

tahunan BAZNAS yang kemudian akan diumumkan melalui media cetak

atau elektronik, dan laporan keuangan ini nantinya akan di audit syariat

yang dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan dibidang agama dan audit keuangan yang dilakukan oleh

akuntan publik, laporan memuat akuntabilitas dan kinerja pelaksanaan

dari program LAZ.

Berdasarkan hasil wawancara karyawan yang mengemukakan

dalam pelaporan dana ZIS di LAZISMU Pamekasan yaitu:

“Tiap minggu kita melakukan evaluasi apakah ada kendala dalam


melaksanakan penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusiaan. Dan
evaluasi itu dilakukan juga setiap bulan dan pertriwulan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui masalah dalam program tersebut sehingga
bisa dibenahi.”120

Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan mereka

menyatakan bahwa dalam pelaporan dana ZIS LAZISMU Pamekasan

melakukan persatu minggu, perbulan, dan pertriwulan. Hal tersebut

membahas mengenai kendala dalam melaksanakan penghimpunan,

119
Ibid, Pasal 29.
120
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
84

pengelolaan, dan pendistribusiannya, dan untuk mengetahui masalah

dalam program sehingga bisa dibenahi.

Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa pelaporan zakat di

LAZISMU Pamekasan dilakukan dalam tiga tahap yang pertama persatu

minggu, perbulan dan triwulan dengan tujuan untuk mengevaluasi

mengenai kinerja yang telah terlaksana baik dalam melaksanakan

penghimpunan, pengelolaan serta pendistribusiannya, sehingga hal

tersebut mampu untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan program, selain itu juga menggambarkan mengenai kinerja

LAZISMU Pamekasan, disisi lain mampu membantu LAZISMU

Pamekasan dalam meningkatkan pengelolaan dana ZIS serta mampu

mengembangkannya.

2. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)

Kabupaten Pamekasan perspektif Good Corporate Governance (GCG).

Good Corporate Governance (GCG) merupakan solusi untuk

menjawab kebutuhan dalam hal tata kelola kelembagaan dengan benar yang

hal itu berkesinambungan dengan permasalahan jangka panjang. Selain itu

GCG merupakan sistem pengelolaan kelembagaan yang dapat mendorong

terbentuknya pola kerja dengan manajemen yang bersih, transparan dan

profesional.

Tujuan lain dari penerapan GCG yaitu untuk mengetahui bagaimana

pengelolaan yang ada di LAZISMU Kabupaten Pamekasan, oleh karena itu

LAZISMU harus dikelola dengan tata pengelolaan yang sesuai dengan tata

kelola kelembagaan. Sehingga LAZISMU mampu menjadi lembaga yang


85

dipercaya oleh masyarakat. Adapun prinsip GCG di LAZISMU Pamekasan

dalam pengelolaan dana ZIS adalah sebagai berikut:

a. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksnakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.121 Inti dari prinsip

transparansi ini adalah kegiatan yang harus menjamin adanya

keterbukaan yang tepat dan akurat untuk semua permasalahan yang

berkaitan dengan perusahaan. Keterbukaan ini meliputi proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

Dalam penerapan prinsip transparansi seharusnya perusahaan

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Selain itu

perusahaan harus bisa mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang ada diperundang-undangan, tapi juga hal penting

untuk pengambil keputusan pemegang saham kreditur, dan pemangku

kepentingan lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang

mengemukakan mengenai tranparansi yang diterapkan oleh LAZISMU

Pamekasan yaitu:

“Kita mengadakan program itu di tempat terbuka, seperti di lapangan


atau di pendopo supaya masyarakat tau dan itu memberika

121
KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada BUMN, 2002. Pasal 3 bagian (1).
86

kepercayaan masyarakat kepada LAZISMU Pamekasan sebagai


pengelola ZIS, kecuali pada waktu covid.”122
“Komunikasi baik dan tidak ada kendala, baik itu masalah dana yang
akan diberikan kepada mustahik dan juga mengenai
penyalurannya.”123

Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat disimpulkan

bahwa dalam penerapan prinsip tranparansi LAZISMU Pamekasan yaitu

dengan cara ketika mengadakan program itu ditempat terbuka dan

LAZISMU Pamekasan menjalin komunikasi yang baik terhadap

muzakki.

Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa penerapan prinsip

transparansi di LAZISMU Pamekasan mengenai keterbukaan dalam

mengemukakan informasi materil dan relevan hal tersebut untuk menjaga

objektivitas dalam menjalankan pengelolaan LAZISMU Pamekasan

sehingga mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan itu

juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ lembaga sehingga pengelolaan lembaga

berjalan dengan efektif.124 Indikator dari akuntabilitas dari sistem GCG

adalah kejelasan fungsi, kejelasan struktur, kejelasan sistem, dan

pertanggung jawaban organ lembaga.

122
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
123
Tausiburrahman, Muzakki, Wawancara Langsung, ( 17 Juni 2022)
124
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 24.
87

Akuntabilitas diartikan sebagai pertanggung jawaban terhadap

kinerja individu atau satuan organisasi dalam suatu perusahaan.

Akuntabilitas dimaksudkan untuk mengukur capaian kinerja. Selain itu,

akuntabilitas juga untuk melihat keberhasilan maupun hambatan-

hambatan atau kendala yang dihadapi oleh individu maupun perusahaan

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, dan hal itu menjadi dasar

untuk mengambil keputusan yang terbaik agar hambatan atau kendala

yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara informan mengemukakan bahwa

dalam penerapan prinsip akuntabilitas di LAZISMU Pamekasan yaitu

sebagai berikut:

“Jadi, LAZISMU ini ketika sudah ada, pertama yang dibentuk oleh
profinsi itu pengurus dulu, pengurus itu ada dewan Syariah, dewan
pengawas, dan badan pengurus. Dari tiga ini kemudian mereka
melakukan tindakan intruksi, pengawasan kepada pengurus, dan dari
penguruslah kemudian membentuk tim yang akan melakukan itu.
Pelaksanaan itu dilakukan oleh eksekutif, yang dibentuk oleh
pengurus. Hal tersebut bertujuan untuk lebih mempermudah dalam
melaksanakan program, selain itu juga mereka melaporkan kendala
dan capaian kepada pengurus”125
“Pertama, dilaporkan melalui majalah. yang kedua seperti program
yang sudah terlaksana dilaporkan media sosial (IG, FB, dan Youtobe).
Yang ketiga laporan kewilayah dengan sistem online dan kemudian
berkasnya diantarkan kepusat setelah itu dilakukan audit.”126
“Iya kita melaporkan kepada lazismu itu capaiannya, dana itu terpakai
untuk apa saja.”127
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat disimpulkan

bahwa dalam penerapan prinsip akuntabilitas LAZISMU Pamekasan

125
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
126
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
127
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
88

yaitu dengan cara melakukan penyusunan struktur, pelaporan hasil

program yang dijalankan, pelaporan keuangan melalui majalah, laporan

kewilayah, selain itu untuk mustahik LAZISMU Pamekasan memberikan

tugas untuk melaporkan capaian dari dana yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisa peneliti bahwa LAZISMU Pamekasan

dalam penerapan prinsip akuntabilitas mengenai pengelolaan perusahaan

diantaranya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban

organ lembaga hal tersebut untuk mengukur capaian kinerja sehingga

mampu membuat suatu lembaga berjalan dengan efektif. Selain itu juga

dapat menjadi dasar dalam mengambil keputusan yang tepat sehingga

hambatan atau kendala yang dihadapi LAZISMU Pamekasan dapat

diselesaikan dengan baik.

c. Responsibilitas

Responsibilitas adalah prinsip tanggung jawab perusahaan dalam

mengemban dan melaksanakan tugas dan wewenang yang telah diberikan

kepada perusahaan untuk dikelola secara profesional sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.128

Responsibilititas artinya lembaga pengelolaan ZIS harus tanggap

dan penuh dengan tanggung jawab dalam melayani masyarakat. Dalam

hal ini tanggung jawab kaitannya dengan prinsip lembaga yang sehat di

LAZISMU Pamekasan mempunyai prinsip dalam lembaga yang sehat

yaitu:

1) Tanggung jawab terhadap kebutuhan mustahik


128
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 27.
89

2) Tanggung jawab terhadap muzakki

3) Tanggung jawab terhadap stakeholder

Prinsip tanggung jawab ini mendorong lembaga pengelola ZIS

bersikap lebih responsif, proaktif, antisipatif, inovatif, kreatif dan

kompetitif. Tidak sekedar hanya pasif dan reaktif saja melihat fenomena

yang terjadi dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dari karyawan mengenai penerapan

prinsip responsibilitas di LAZISMU Pamekasan yaitu:

“Dalam melaksanakan responsibilitas yaitu dengan cara


mensosialisasikan program-program yang ada, baik dikalangan
nasional atau daerah. Misalkan seperti kurban rendangmu, program
itu dari nasional yang ditawarkan kewilayah. Direktur selalu
mengawasi dan mengkonsep serta memberikan arahan kepada
karyawan supaya program yang ditawarkan bisa manarik para
donatur, itu merupakan salah satu bentuk marketing.”129
“Respon masyarakat selama ini bagus, karena mulai dulu itu secara
terbuka sehingga respon dari masyarakat itu baik terhadap lazismu
pamekasan. Dan LAZISMU Pamekasan juga membantu untuk orang
yang sakit, dari rumah ke rumah sakit itu bisa. Sedangkan untuk
fasilitas LAZISMU itu masih banyak yang kurang, termasuk
ambulan.”130
Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan dapat disimpulkan

bahwa dalam penerapan prinsip responsibilitas pihak LAZISMU

melakukan sosialisasi program-program yang ada, dan respon dari

masyarakat kepada LAZISMU itu positif karena respon dan

pelaksanaannya sesuai sasaran selain itu LAZISMU Pamekasan dalam

membantu melihat fenomena yang terjadi di masyarakat.

129
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
130
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
90

Peneliti juga melakukan wawancara kepada mustahik bagaimana

penerapan prinsip responsibilitas di LAZISMU Pamekasan yang

menyatakan bahwa:

“Ada pemantauan, dan itu dilakukan dengan cara melihat,


menanyakan. Sedangkan mustahiknya berkewajiban untuk
menjelaskan kepada LAZISMU.” 131
“Hanya dilakukan dokumentasi untuk bukti bahwa telah mendapatkan
bantuan program benah rumah.”132

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada

pemantauan dari pihak LAZISMU terkait dengan dana ZIS yang

diberikan. Sedangkan dalam program bedah ruma hanya dilakukan

dokumentasi sebagai bukti laporan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa di LAZISMU

Pamekasan dalam penerapan responsibilitas megenai pertanggung

jawaban dalam mengemban dan melaksanakan tugas serta wewenang

yang telah diberikan kepada perusahaan untuk dikelola secara profesional

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal

penerapan oleh LAZISMU Pamekasan dilakukan dengan cara setiap

program yang dijalankan dilaporkan kepada penanggung jawab, dan itu

juga berlaku untuk mustahik yang wajib melaporkan setiap penggunaan

dana ZIS. selain itu, ketika LAZISMU membantu masyarakat

berlandaskan fenomena yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi ada

kendala yang dilalui oleh LAZISMU Pamekasan yaitu dalam hal fasilitas

mobil ambulance. Dengan prinsip responsibilitas ini mendorong

131
Abdul Azis, Mustahik, Wawancara Langsung, (14 Juni 2022)
132
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
91

LAZISMU Pamekasan dalam pengelolaan dana ZIS yang lebih bersikap

lebih responsif dan inovatif.

d. Independensi

Indepedensi adalah prinsip yang berdasarkan pada sikap

profesional dan tidak tergantung pada orang lain serta tidak dapat

diintervensi oleh orang lain. Dengan kata lain kemandirian bebas atas

konflik dan kepentingan. Perusahaan yang menjalankan prinsip

kemandirian akan selalu berpedoman kepada undang-undang, dan

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.133

Independensi dapat dijadikan aktualisasi diri untuk organisasi atau

perusahaan agar berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan

lingkungan bisnisnya. Dalam hal ini, perusahaan tersebut harus memliki

tata kelola yang efektif dan efisien serta melakukannya sendiri tanpa ada

dominasi dan intervensi dari pihak lain.

LAZISMU Pamekasan merupakan badan pemerintahan

nonstruktural dan independen yang berkedudukan dibawah BAZNAS

berstatus sebagai lembaga pemerintahan nonstruktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri

agama.134

Hal tersebut juga dikemukan oleh informan yang membahas

mengenai prinsip indipendensi yang diterapkan oleh LAZISMU

Pamekasan adalah sebagai berikut:

133
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 27.
134
Peraturan Pemerintahan No. 14 tahun 2014 pasal 2 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
92

“Sedangkan untuk bekerjasama dengan partai politik LAZISMU


pamekasan tidak melakukan kerja sama karena partai politik ada misi-
misi tertentu sedangkan LAZISMU ini murni dan itu harus kita
jaga.”135
“Setiap mengadakan program kita melihat keadaan uang, dan juga
LAZISMU Pamekasan ketika melakukan program itu sesuai dengan
SOP yang ada.”136
“Bagus, karena benar-benar membantu dan trasnparan dalam
memberikan dana jika ada lebih akan dikembalikan kepada
mustahik.”137
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat disimpulkan

bahwa dalam penerapan prinsip indepedensi LAZISMU Pamekasan yaitu

mereka bekerjasama dengan pihak yang satu visi dan misi, LAZISMU

Pamekasan tidak bekerjasama dengan partai politik. Selain itu juga ketika

mengadakan program melihat keadaan uang sedangkan dalam

penerapannya sesuai dengan SOP dan transparan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa LAZISMU Pamekasan

merupakan badan yang didirikan oleh Pimpinan Pusat (PP)

Muhammadiyah melalui pemerintah Kabupaten Pamekasan, akan tetapi

pemerintahan Kabupaten Pamekasan tidak pernah mencampuri mengenai

program-program LAZISMU Pamekasan baik dalam hal perencanaan,

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS. Namun

LAZISMU Pamekasan dengan pemerintah saling bersinergi dalam satu

tujuan yaitu ingin mengurangi kemiskinan dan menciptakan

kesejahteraan. Dan LAZISMU Pamekasan tidak bekerja sama dengan

partai politik dikarenakan kemungkinan terjadinya intervensi. Dengan hal

135
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
136
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
137
Muammar, Mustahik, Wawancara Langsung, (17 Juni 2022)
93

tersebut dapat dijadikan aktualisasi diri untuk LAZISMU Pamekasan

agar memiliki daya saing dengan lingkungan bisnisnya sehingga tercipta

ketika LAZISMU Pameksan memiliki tata kelola yang efektif dan

efisien.

e. Keadilan

Keadilan atau fairness adalah prinsip yang berorientasi pada

kesetaraan dalam memenuhi hak yang dimiliki stakeholder sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dengan kata lain kewajaran adalah adanya perlakuan yang adil

dalam memenuhi hak-hak stakeholder sesuai dengan proporsi dan

kriterianya.138

Prinsip ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan

menjaga kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku

kepentingan dan stakeholder lainnya dalam suatu perusahaan dengan

porsinya masing-masing hakikatnya setiap bagian dalam perusahaan

memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi

untuk perusahaan. Sehingga konsep ini sangat penting untuk

mendapatkan kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap bagian dari

perusahaan.

Stakeholder LAZISMU Pamekasan diantaranya adalah sebagai

berikut:

138
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk, Good Corporate Governance (GCG), (Surabaya: Yayasan
Kita Menulis, 2021), hlm. 27.
94

1) Muzakki

LAZISMU Pamekasan melayani setiap calon muzakki dengan

baik, transparan dan akuntabel. Bagi muzakki perorangan diberi

pilihan mendatangi kantor LAZISMU Pamekasan atau ingin dijemput

ditempat. Ketika akad zakat telah dilakukan muzakki mendapatkan

bukti berupa sms, selain itu juga muzakki akan dibeikan laporan

mengenai keuangan dan juga program-program yang akan dilakukan

oleh LAZISMU Pamekasan dan muzakki akan diberikan hasil

keputusan yang dilakukan oleh LAZISMU Pamekasan

2) LAZISMU Wilayah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah

(PDM).

LAZISMU Wilayah juga mendapatkan laporan pertanggung

jawaban yang transparan dan akuntabel. Pelaporan kepada LAZISMU

Wilayah rutin dilakukan LAZISMU perbulannya. Dan LAZISMU

Pamekasan berada langsung dibawah binaan LAZISMU Wilayah dan

Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM).

3) Pihak Internal

Direktur merupakan pimpinan yang membuat berjalannya

program-program LAZISMU. Setiap bulannya selalu membuat

laporan pertanggung jawaban atas program yang telah berjalan dari

bidang masing-masing. Direktur bertugas untuk mengevaluasi dan

memberikan arahan terhadap apa yang menjadi kekurangan dalam

pelaksanaan program-program. Rapat internal kerap dilakukan setiap

minggu.
95

4) Masyarakat Kabupaten Pamekasan

LAZISMU Pamekasan mensosialisaikan kegiatan berzakat

dilingkupan pemerintah dan swasta. Kegiatan berzakat digembor-

gemborkan oleh LAZISMU Pamekasan. Selain itu juga masyarakat

berhak mengetahui mengenai LAZISMU dari jumlah dana yang

masuk sampai dalam program-program yang akan dijalankan.

LAZISMU bersikap terbuka kepada masyarakat dnegan cara ketika

melakukan program mereka melakukannya di tempat terbuka seperti

pendopo selain itu juga laporan keuangan dimuat dimajalah sehigga

semua orang bisa mengetahui hal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dari informan yang

mengemukakan mengenai prinsip keadilan di LAZISMU Pamekasan

sebagai berikut:

“Karena LAZISMU ini dibawah naungan Muhammadiyah secara


khusus mempunyai binaan internal jadi otomatis menjadi refrensi
yang pertama yang kita bina, baik itu panti asuhan, anak yatim, intinya
yang menjadi kemitraan internal dulu, barulah kita membuka seluas-
luasnya kepihak manapun seperti ormas.”139
“Semuanya satu jalan sesuai dengan SOP, artinya dari karyawan tidak
boleh meninggal kebutuhan masyarakat yang membutuhkan selagi
kantor masih mampu atau karyawan jika sudah tidak mampu baru
wilayah.“140

“Mengenai prinsip keadilan LAZISMU memiliki peta dalam


pendistribusian dana ZIS seperti program sosial, pendidikan,
beasiswa, anak yatim, pembinaan tahfid, dan benah rumah. Dan
sasaran program-program tersebut adalah 8 asnaf. Sedangkan untuk
kemandirian kita melakukan berkelaborasi dengan IMM, IPM, HMI
dan tim sedekah pamekasan. Sedangkan untuk bedah rumah kita

139
Khoirul Jannah, Direktur LAZISMU Pamekasan, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022).
140
Huddin Imam Ahmad, Karyawan Bidang Finance, Wawancara Langsung, (13 Juni 2022)
96

kerjasamanya dengan kepala desa, dan pernah juga bekerjasama


dengan pemerintah daerah.” 141
Berdasarkan hasil wawancara dari informan dapat disimpulkan

bahwa dalam penerapan keadilan pada LAZISMU Pamekasan yaitu lebih

mengutamakan kebutuhan masyarakat dan sasaran program tersebut

adalah 8 asnaf, selain itu LAZISMU Pamekasan mengutamakan binaan

intrenal, kemudian keormas yang membutuhkan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa LAZISMU Pamekasan juga

mengacu pada pemerataan dalam pembagian dan pengelolaan serta

penyaluran dana ZIS dengan efektif. Penyaluran dana ZIS bisa berupa

uang, barang, dan pemberian modal usaha. Sebelum menyalurkan dana

ZIS LAZISMU Pamekasan melihat kondisi wilayah yang akan diberikan

bantuan karena hal tersebut mempengaruhi donasi yang akan diberikan.

Dengan demikian penulis dapat mengartikan bahwa dalam prinsip

keadilan yang diterapkan LAZISMU Pamekasan mengenai penerapan

prinsip keadilan yaitu berorientasi pada kesetaraan dalam memenuhi hak

yang dimiliki, hal tersebut untuk menjaga stabilitas LAZISMU

Pamekasan bagi setiap anggota atau pemangku kepentingan yang

memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi

untuk LAZISMU Pamekasan.

141
Taufiqurrahman, Karyawan Bidang Fundraising dan Marketing, Wawancara Langsung, (17
Juni 2022)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan hasil temuan peneliti

dilapangan dan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya yaitu dalam rumusan

masalah tujuan masalah yang penulis jabarkan pada kajian pustaka dan analisis

data. Dan akhirnya dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

1. Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah yang dilakukan oleh LAZISMU

Pamekasan sesuai dengan Undang-Undang 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat, dalam Bab III mencakup pengumpulan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pelaporan zakat. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

a. Pengumpulan dana ZIS pada LAZISMU Pamekasan yang pertama

melakukan perencanaan program kerja, yang kedua melakukan

pendataan muzakki dan mustahik. Setelah itu dilakukan pengumpulan

dana ZIS, adapun pengorganisasian dalam pengelolaan dana ZIS yaitu

dengan cara mendatangi kantor LAZISMU Pamekasan dan fundresing

yang mendatangi donatur.

b. Pendistribusian dana ZIS pada LAZISMU Pamekasan dalam

pendistribusiannya dilaksanakan dengan dua pola yaitu konsumtif dan

produktif dari dua pola pendistribusian dana ZIS tersebut dengan harapan

dapat tersalurkan secara tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan

mustahik sehingga dalam pendistribusiannya bisa merata tidak terpusat

hanya pada suatu wilayah.

97
98

c. Pendayagunaan dana ZIS pada LAZISMU Pamekasan melalui pola

pendistribusian yang produktif sepeti yang dilakukan oleh LAZISMU

Pamekasan yang pendayagunaanya memberikan modal kepada mustahik.

Hal tersebut dapat membantu peningkatan ekonomi dan dapat juga

mengentaskan kemiskinan.

d. Pelaporan dana ZIS pada LAZISMU Pamekasan dilakukan dalam tiga

tahap yang pertama persatu minggu, perbulan dan triwulan dengan tujuan

untuk mengevaluasi mengenai kinerja yang telah terlaksana baik dalam

melaksanakan penghimpunan, pengelolaan serta pendistribusiannya,

sehingga hal tersebut mampu untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi dalam pelaksanaan program.

2. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah pada LAZISMU Pamekasan

perspektif Good Corporate Governance (GCG). Adapun prinsip GCG di

LAZISMU Pamekasan dalam pengelolaan dana ZIS adalah sebagai berikut:

a. Transparansi dalam penerapan prinsip transparansi di LAZISMU

Pamekasan yaitu mengenai keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materil dan relevan hal tersebut untuk menjaga objektivitas dalam

menjalankan pengelolaan LAZISMU Pamekasan sehingga mampu

memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan itu juga berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya. Dengan cara ketika mengadakan program itu

ditempat terbuka dan juga menjalin komunikasi yang baik terhadap

muzakki.
99

b. Akuntabilitas dalam penerapan prinsip akuntabilitas pada LAZISMU

Pamekasan diantaranya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggung jawaban organ lembaga hal tersebut untuk mengukur

capaian kinerja sehingga mampu membuat suatu lembaga berjalan

dengan efektif. Selain itu juga dapat menjadi dasar dalam mengambil

keputusan yang tepat. Yaitu dengan cara melakukan penyusunan struktur,

pelaporan hasil program yang dijalankan, pelaporan keuangan melalui

majalah, laporan kewilayah, selain itu untuk mustahik LAZISMU

Pamekasan memberikan tugas untuk melaporkan capaian dari dana yang

diberikan.

c. Responsibilitas dalam penerapan responsibilitas pada LAZISMU

Pamekasan megenai pertanggung jawaban dalam mengemban dan

melaksanakan tugas serta wewenang yang telah diberikan kepada

perusahaan untuk dikelola secara profesional sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dengan cara setiap program yang

dijalankan dilaporkan kepada penanggung jawab, dan itu juga berlaku

untuk mustahik yang wajib melaporkan setiap penggunaan dana ZIS.

selain itu, ketika LAZISMU membantu masyarakat berlandaskan

fenomena yang terjadi di masyarakat.

d. Indepedensi dalam penerapan prinsip indepedensi pada LAZISMU

Pamekasan yaitu dengan cara bekerjasama dengan pihak yang satu visi

dan misi, LAZISMU Pamekasan tidak bekerjasama dengan partai politik

dikarenakan kemungkinan terjadinya intervensi. Selain itu juga ketika


100

mengadakan program melihat keadaan uang sedangkan dalam

penerapannya sesuai dengan SOP dan transparan.

e. Keadilan dalam penerapan prinsip keadilan pada LAZISMU Pamekasan

Dengan cara lebih mengutamakan kebutuhan masyarakat dan sasaran

program tersebut adalah 8 asnaf, selain itu LAZISMU Pamekasan

mengutamakan binaan intrenal, kemudian ke ormas yang membutuhkan.

Karena LAZISMU Pamekasan berorientasi pada kesetaraan dalam

memenuhi hak yang dimiliki, hal tersebut untuk menjaga stabilitas

LAZISMU Pamekasan bagi setiap anggota atau pemangku kepentingan

yang memiliki kesempatan sama untuk berkembang dan berkontribusi

untuk LAZISMU Pamekasan.

B. Saran

Dari beberapa temuan yang didapatkan oleh peneliti baik dari hasil kajian

teori dan temuan dilapangan. Hasil penelitian tentang analisis pengelolaan

lembaga amil zakat, infaq dan shadaqoh muhammadiyah (LAZISMU) dalam

persepektif good corporate governance (studi kasus di lembaga amil zakat,

infaq dan shadaqoh muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Pamekasan dapat

disimpulkan bahwasanya LAZISMU Pamekasan telah mengimplementasikan

GCG dengan cukup baik, akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dan diperbaiki dalam pengelolaan dan juga penerapan GCGnya yaitu sebagai

berikut:

1. Unsur transparansi pada suatu lembaga keuangan sosial adalah bersifat

kewajiban, karena menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap lembaga

tersebut. Walaupun di LAZISMU Pamekasan sudah membuat laporan


101

keuangan dan melaksanakan program di tempat yang terbuka, akan tetapi

menurut penulis tidaklah cukup, karena dengan perkembangan teknologi

yang semakin meningkat di masyarakat saran penulis realisasi pembuatan

website khusus LAZISMU Pamekasan segera terealisasikan dan juga

pemaksimalan media massa lainnya seperti, FB, IG, Youtube dan media

massa lainnya. Dengan cara membuat tim media dengan tujuan untuk

membantu dalam memberikan informasi kepada masyarakat.

2. Sosialisasi juga perlu ditingkatkan khususnya perluasan sosialisasi dengan

membangun kolektif dan pengembangan program kemitraan dengan cara

bekerjasama dengan pengusaha dan para tokoh yang ada di Kabupaten

Pamekasan mengenai pemahaman tentang pentingnya berzakat melalui

lembaga pengelolaan zakat, melalui mimbar pengajian, surat edaran dan

media sosial yang mudah diakses.

3. Peningkatan dan penguatan SDM dan karakter para pengelola agar

memaksimalkan dana ZIS yang didapatkan sesuai dengan tugas serta

capaian secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Pengelolaan

Informasi dan Dokumentasi BAZNAS RI, 2011.

Arifin, Gus. Zakat, Infak dan Sedekah. Jakarta: PT.dex media kumpotindo,2011.

Furqon, Ahmad. Manajemen Zakat. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

Hartono. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yoqyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Hasbiyallah. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017.

Hafiduddin, Didin, dkk. The Power of Zakat : Perbandingan Pengelolaan Zakat

Asia Tenggara. Malang: Press, 2008.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2017.

Mulyono, Sri dan Anggri Puspita Sari, Dkk. Pengantar Manajemen. Bandung:

Media Sains Indonesia, 2021.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013.

Sudarmanto, Eko dan Elly Susanti, Dkk. Good Corporate Governance

(GCG).Surabaya: Yayasan Kita Menulis, 2021.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta 2015.

Shalehudin, Wawan Shofwan. Risalah Zakat, Infak dan Sedekah. Bandung:

Faktur, 2011.

Soemitra, Andre. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2016.

102
103

Sandu Siyoto, M. Ali Sodik. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Literasi Media Publishing, 2015.

Sudarmanto, Eko dan Elly Susanti, Dkk. Good Corporate Governance (GCG).

Surabaya: Yayasan Kita Menulis, 2021.

Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif”, Jurnal Alhadharah UIN Antasari, Vol.

17, No. 33, (Januari-Juni, 2018).

Bena Eka Putri, “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada PT

Purnama Semesta Alamiah”, Jurnal AGORA, Vol. 2, No. 2 (2014).

Casuba, Tri Cahyana. Pengaruh Good Corporate Governance dan Intellectual

Capital Terhadap Peningkatan Kinerja Lembaga Amil Zakat Kota Medan

Pada Tahun 2014-2018. Skripsi, Program Studi Akuntansi Universitas

Sumatera Utara, 2021.

Hayatudin, Amrullah. Analisis Model Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

(ZIS) di Masjid Al Istiqomah Kabupaten Bandung Barat. JIEI (Jurnal Ilmiah

Ekonomi Islam), Vol. 7, No. 2, 2021.

Komaruddin. Analisis (online) Universitas Raharja. tersedia di raharja.ac.id.

diakses pada 01 Maret 2022.

Latifah, Sri Wahjuni. Analisis Perbandingan Good Corporate Governance

BAZNAS dan LAZNAS. Jurnal Akuntansi Faculty Of Economics & Business

Universitas Bengkulu, Vol. 9, No. 2, Juli 2019.

Lovenia, Nia. Analisis Kepuasan Muzakki Terhadap Implementasi Good

Corporate Governance Pada Organisasi Pengelola Zakat di Kota

Yogyakarta (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat di Yogyakarta). Reviu

Akuntansi dan Bisnis Indonesia, Vol. 1, No. 1, Juli 2017.


104

Mardiantari, Ani dan Habib Ismail, Dkk. Peran Zakat, Infak dan sedekah (ZIS).

Jurnal Institut Agama islam ma’arif NU metro lampung, Vol.7, No.2,

September, 2019.

Maulida, Nida. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada Lembaga

Pengelola Zakat Dalam Perspktif Masyarakat (Studi Kasus Pada BAZNAS

dan LAZ di Indonesia). Jurnal Prosiding Ilmu Ekonomi, Vol. 5, No. 2,

Agustus 2019.

Profil LAZISMU dan SOP LAZISMU. Pamekasan: Lembaga Amil Zakat Infaq dan

Shadaqah Muhammadiyah. 2020.

Ridlo, Ali. Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Kendari: Jurnal Al-Adl, Vol.

7, No. 1, Januari 2014.

Sari, Serlin Naska. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam

Pengelolaan Zakat (Studi kasus Pada BAZNAS Kota Makassar). Skripsi,

Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar,2019.

Lazismu.org pada tanggal 08 Maret 2022 pukul 22:41.

Anda mungkin juga menyukai