Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2086-0943

Vol. 01 No. 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Peran Lembaga Ziswaf dalam Distribusi Ekonomi


pada Saat Terjadi Pandemi Covid-19
Andi Iswandi

ABSTRACT
Institut PTIQ Jakarta, Jl.
Batan Raya 2 Lebak Bulus, Artikel ini bertujuan menganalisa peran Lembaga Ziswaf dalam
Kebayoran Baru Jakarta distribusi ekonomi, dijelaskan juga pelbagai upaya yang dilakukan
Selatan,
andiiswandi@ptiq.ac.id oleh Lembaga Amil Zakat (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS) dalam membenahi diri untuk meningkatkan
peran dalam mengentaskan pelbagai persoalan di Indonesia,
khususnya masalah kemiskinan terutama saat terjadi pandemi
Covid-19. Dengan menggunakan pendekatan analisis deskripsi
permasalahan yang terkait dengan peran lembaga amil zakat di
Indonesia. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan
distribusi ekonomi melalui lembaga Islam yang didirikan dengan
dasar nirlaba harus didukung dan dijaga oleh pemerintah maupun
sistem pengawasannya agar dipastikan segala upaya dan usaha
lembaga dapat berjalan dengan baik. Peran pemerintah sangat
krusial dalam hal memastikan Zakat Core Principles terlaksana
sehingga tujuan distribusi ekonomi dan pemerataan pendapatan
tercapai, sehingga kemiskinan dapat diminimalisir saat pandemi
Covid-19 ini.
Keywords: Lembaga Ziswaf; Distribusi Ekonomi; Covid-19

PENDAHULUAN “Tugas dalam menengahi konflik antar


kelompok yang berbeda hendaklah
Pengelolaan lembaga zakat di Indonesia dengan mengatur kompromi dan
menurut Rahman telah berusaha melepaskan menciptakan keseimbangan
dikotomi antara perspektif centered-state kepentingan yang berbeda,
dengan perspektif sekularistik (Rahman mewujudkan kompromi-kompromi
2011). Permasalahan zakat infak sedekah dalam bentuk kebijaksanaan publik, dan
tidak akan pernah selesai dengan kebaikan memaksakan berlakunya kompromi-
bilamana kedua perspektif ini digunakan, kompromi bagi semua pihak”(Schubert,
perlu diupayakan jalan tengah agar tidak Dye, and Zeigler 2015).
menggunakan dua pendekatan tersebut.
Pengelola zakat menurut Kahf penting
Thomas R Dye menjelaskan dalam “Tugas untuk menerapkan langkah kompromi ini
dalam menengahi konflik antar kelompok sebagai salah satu metode. Instrumen Zakat
yang berbeda perlu diatur dengan konpromi infak sedekah tentu memiliki tujuan
dengan penciptaan keseimbangan pemberdayaan publik untuk mewujudkan
kepentingan yang berbeda. Implementasi keadilan sosial bagi semua penduduk
dalam bentuk peraturan dan kebijakan publik Indonesia (Kahf 1999a) and (Kahf 1999b).
sehingga kompromi berlaku untuk semua
pihak, tentu beban dan hambatan dalam Penting untuk dikaji, kenapa penyerahan
ekonomi bila bersama dipikirkan dan total pengelolaan zakat ke negara tidak
dikerjakan akan mudah (Iswandi 2014b). diatur? Bila ini diatur maka ditakutkan
adanya penyimpangan. Sistem birokrasi
Upaya kompromi sebagaimana dianggap tidak safe dan kepemimpinan tidak
diterangan oleh Dye:

96
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

mendapatkan rasa kepercayaan (trust)


sepenuhnya dari masyarakat. Menurut Beik, keberadaan database akan
Sebaliknya bila penyerahan pengelolaan menunjukkan kinerja lembaga dalam
Ziswaf diberikan total untuk masyarakat akan pemberdayaan dan peningkatan taraf hidup
mengandung risiko besar serta sulit dikontrol, mustahik. Dari database juga akan dapat
penghimpunan, distribusi, dan diprediksi jumlah dana yang dibutuhkan
pengelolaannya (Iswandi 2014a). untuk didistribusi pada wilayah kerja Baznas
dan Laznas. Ketiadaan database zakat
Model kompromisasi lembaga ziswaf ini menjadi salah satu faktor ketidakmampuan
telah menjadi kekhususan pengelolaan zakat institusi zakat untuk melakukan fungsinya
di Indonesia. Semua kepentingan dengan baik (Beik et al. 2016).
kesejahteraan rakyat menjadi perhatian
khusus dalam pengelolaannya termasuk Akuntabilitas menurut Nurhasanah telah
mustahik yang dimiskinkan oleh musibah menjadi keharusan pada lembaga pengelola
Pandemi Covid-19 (Lubis 2020). zakat. Hal ini menjadi bukti
Optimalisasi peran dari kelembagaan pertanggungjawaban pengurus dan pengelola
institusi yang menangani ziswaf ini kemudian (Nurhasanah 2018). Selain itu, Kevin
dikembangan menjadi BAZNAS dan LAZNAS. menambahkan, bahwa lembaga zakat harus
Kedua jenis lembaga ini bertugas untuk juga terus membangun kerjasama yang baik.
menghimpun dana ziswaf dalam hal Kerjasama institusi zakat ini dengan pihak
penghimpunan, penyaluran, dan pelaporan atau lembaga lain dalam rangka penguatan
(Lubis and Latifah 2019). posisi lembaga di pusat maupun di daerah
(Herivo 2019).
Terkait pengembangan lembaga dan
pengelolaan Ziswaf dibutuhkan kinerja yang Hakikatnya, pola Tata kelola yang baik
handal yang mengedepankan efektivitas dan (Governance) harus terwujud bagi institusi
efisiensi tata kelola dana ziswaf. Penelitian zakat karena berhubungan dengan amanah
Susilowati dan Setyorini yang menggunakan dan kepercayaan dari muzakki, pemerintah
pendekatan studi kasus pengelolaan zakat dan segenap stakeholders. Bank Indonesia
pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten dan Baznas telah menyusun pedoman tata
Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan kelola lembaga zakat dalam pedoman prinsip
Kebumen, temuannya menyatakan bahwa zakat sebagaimana Zakat Core Principles.
adanya informasi yang nyata bahwa efisiensi Pada bab delapan yang membahas terkait tata
dan efektivitas penyaluran zakat dapat kelola Amil (Good Amil Governance (Noor
mewujudkan tata kelola zakat yang baik 2008).
atau good zakat governance (Susilowati and
Setyorini 2018). Lembaga Zakat bila dikelola dengan baik
(Good Governance) maka akan berdampak
Saran dari hasil beberapa hasil penelitian pada kinerja lembaga. Lembaga akan tumbuh
agar Baznas berusaha membangun kinerja sehat, kuat, efektif dan efisien.
yang lebih baik lagi dengan melakukan Lembaga Amil Zakat sebagai lembaga
efisiensi untuk biaya adminstrasi. Usaha dan nirlaba yang dipercaya oleh pemerintah
upaya distribusi dana zakat dalam program dalam mengelola dana zakat, infak, sedekah
berbentuk usaha produktif juga diharapkan dan wakaf telah menyadari sepenuhnya
dapat ditingkatkan oleh amil. Golongan bahwa kepercayaan publik (Sururi 2021a).
masyarakat yang berstatus fakir dan miskin Dibutuhkan peningkatan profesionalisme,
juga dijaadikan prioritas utama dalam sikap independen, dan jiwa yang
distribusi zakat. berintegritas dari pada seluruh stakeholder
amil zakat. Transparansi atas informasi yang
Selain itu, kualitas dan tingkat efektifitas ada juga mendukung rasa percaya publik
pada bidang penghimpunan dana zakat pada terhadap lembaga amil zakat (Iswandi
sebuah lembaga zakat, baik yang dikelola oleh 2014a).
pemerintah BAZNAS mauapun yang dikelola
masyarakat pada LAZ sangat tergantung pada
kelengkapan alat kerja berupa pengelolaan METODE PENELITIAN
database, sistim informasi, e-commerce yang Penelitian ini merupakan penelitian
dimiliki (Iswandi 2021). kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber
97
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

data yang digunakan dalam penelitian ini Pandemi ini memang telah
adalah data primer dari pelbagai literatur dan menyebabkan banyak orang yang kehilangan
data BAZNAS maupun LAZNAS dan data pekerjaan dan kesempatan untuk
sekunder dari data pustaka dan produk mendapatkan keuntungan (BPS 2021)
hukum berupa peraturan perundang- sehingga harus ada strategi dan peran aktif
undangan. Pengumpulan data dengan pengelola lembaga amil zakat, Banzas atau
melakukan in-depth interview dan Laznas. Selain itu, inovasi dan kreativitas
observation. menyambungkan kerjasama dengan berbagai
Analisis pembahasan dengan lembaga keuangan dimungkinkan menjadi
memaparkan data-data terkait (penyajian basis kekuatan dalam pendayagunaan
data), verifikasi dan pembuatan kesimpulan masyarakat miskin (Agus Hidayat 2021).
(Basuki 2020). Pada penelitian ini dibahas
juga mengenai tata kelola lembaga amil zakat
dalam mengimplementasikan Gambar
Prevalesi kemiskinan menurut wilayah desa-
tanggungjawabnya mengelola lembaga
kota 2018-2020
sebagai bentuk akuntabilitas, transparansi,
dan tentu menjaga prinsip profesionalisme
serta menganalisis perbedaan BAZNAS dan
LAZNAS.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Institusi Zakat dalam Membangun
Sosial Ekonomi saat pandemi Covid-19
Indonesia negara dengan letak
geografis dan ekologinya menurut Pratikno
dkk, cukup berpotensi memiliki tingkat Sumber: BPS, 2020
kerawanan bencana alam yang tinggi
(Pratikno, Rahmat, and Sumantri 2020). Program pemerintah khususnya pada
Bencana alam terbesar yang pernah adalah masa kepemimpinan presiden Joko Widodo
Tsunami tahun 2004 di Provinsi Aceh, ini telah disusun sedemikian rupa untuk
Gunung Berapi yang tidak pernah berhenti mengatasi masalah-masalah sosial. Program
mengeluarkan asap hitam di Yogyakarta. yang dirilis seperti Jaminan Kesehatan
Bencana yang sering juga terjadi yakni Nasional, Kartu Pra kerja, Program Keluarga
longsor, kebakaran hutan. Harapan serta program-program santunan
Kondisi rawan bencana ini memberikan seperti Beras Miskin (Raskin) Kredit Usaha
dampak yang signifikan dalam penciptaan Rakyat (KUR), Kube (kelompok usaha
kondisi kemiskinan baru sebagai dampak bersama). Dampak program ini diharapkan
dari bencana yang terjadi, seperti kehilangan kesejahteraan akan meningkat dan angka
aset, sumber pekerjaan, maupun akses kemiskinan, anak terlantar dan perceraian
terhadap jaminan sosial yang disediakan oleh karena faktor ekonomi dapat berkurang
negara. Kementerian sosial yang diberikan drastis. Dan tampak jelas sekali zakat belum
amanah untuk berperan sebagai koordinator dimasukkan kedalam spesifikasi
nasional lama penanganan kemiskinan. peneanggulangan kemiskinan di Indonesia.
Rehabilitasi sosial, penanganan masalah Ada beberapa alasan mungkin kenapa
kemiskinan serta hal-hal lain yang berkaitan zakat tidak termasuk bagian dari
deengan kemanusiaan. penanggulanagan kemiskinan tersebut?

98
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Semestinya, riset dan penelitian para sarjana Dapat disebut saat ini, Baznas sebagai
filantropi dan sosial Islam dapat menjawab regulator sekaligus pengelola dan pengawas
pertanyaan ini. Hal ini juga menjadi indikasi telah berperan aktif dalam perkembangan
zakat nasional dan internasional. Baznas
bahwa pemerintah belum memiliki optimal
setidaknya telah berperan dalam konsolidasi
dalam pengembangan program-program kelembagaan. Konsolidasi merupakan
sosial berbasis zakat, infak dan sedekah serta langkah implementasi regulasi atau
wakaf. Peran pemerintah yang multifunction peraturan perundangan yang baru,
sebagai regulator, pengawas sekaligus diantaranya syarat pendirian Lembaga Amil
pengelola pada lembaga zakat nasional . Zakat, penyegaran birokrasi pimpinan
Baznas di daerah tingkat 1 dan 2.
Prospek Pembangunan Zakat Langkah pertama, perlu penyesuaian
Dengan melihat prospek ke depan dan program dengan visi misi lembaga Baznas
faktor-faktor pendukungnya, tahun 2016 dan dan amil zakat secara general juga dapat
2017 bisa dikatakan sebagai saat dimana memberikan internalisasi yang baik pada
pembangunan zakat secara nasional seluruh stakeholder perzakatan secara
mendapat momentum strategis. nasional. Langkah ini tentu akan berperan
Zakat sebagai instrumen pemberdayaan sangat krusial dalam pemahaman amil zakat,
dan pengentasan kemiskinan sangat penting baik Baznas maupun LAZ atau Laznas secara
dalam hal konsolidasi amil zakat dengan sumber daya insani.
wajah baru. Baznas sebagai koodinator
perzakatan dalam lingkup nasional Langkah kedua, penting untuk
Publik akhirnya percaya dan memiliki melakukan penguatan strategi nasional
harapan besar terhadap Baznas, yang telah dalam penghimpunan dan distribusi zakat.
memiliki Index Zakat Nasional atau disingkat Langkah ini sebagai upaya mereduksi
dengan INZ. Dengan adanya index ini kesenjangan yang terjadi antara potensi
(Hilmiyah, Beik, and Tsabita 2018) dengan penghimpunan yang terealisasi.
Penguatan kerjasama zakat dunia pun
telah diupayakan. Pada tahun 2016/2017 Strategi-strategi edukasi sebagai program
telah diadakan setidaknya empat kali acara prioritas akan lebih mudah dilakukan bila
“International Working Group on Zakat Core kerjasama antar lembaga seperti Otoritas
Principles - ZCP” Indonesia sangat berperan Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga
dalam hal penerbitan ZCP yang disyahkan Penjamin Simpanan dan Kementerian-
pada 23-24 Mei 2016 di Istanbul Turki. ZCP kementerian serta pemerintah pusat maupun
pada akhirnya memiliki catatan teknik daerah terbangun dengan baik. Inti edukasi
sebagai turunannya, yakni Technical notes on masyarakat ini adalah sebuah kesadaran
Risk Management for Zakat Institition dan kolektif masyarakat, instansi untuk
Technical Notens on Good Amil Governance menunaikan kewajiban zakat mereka melalui
for Zakat Institution. Karya besar ini menjadi lembaga amil zakat Baznas dan LAZ resmi
sumbangsih Indonesia pada literasi zakat terdaftar. Bahkan, screening atas zakat
internasional sekaligus sebagai bukti upaya penghasilan atas capital gain dan deviden
peningkatan kualitas tata kelola perzakatan saham -saham syariah perlu ditambahkan
secara global dan ini menjadi peran penting menjadi kategori/indikator syariah.
yang tidak diragukan lagi. Perlu dicarikan cara untuk merangsang
kesadaran kolektif lembaga-lembaga seperti
Sejak tahun 2017, perzakatan di lembaga keuangan baik perbankan atau non
Indonesia menunjukkan indikator semakin bank, terutama pengurus, manajemen, SDM
dinamis dan inovatif. Berita dan rilis dari dan stakeholder serta nasabahnya turut
laman baznas.go.id menyatakan bahwa menunaikan kewajiban zakatnya di Baznas
penghimpunan dana ZIS sebesar Rp. 385, 5 dan LAZ.
Miliar, angka ini menunjukkan telah terjadi
peningkatan penghimpunan zakat 30% (tiga
puluh persen) dibandingkan tahun 2019 yang Distribusi zakat diharapkan mulai
hanya berhasil mengumpulkan sebesar Rp. mengimplementasikan Zakat Core Priciples
296 Miliar, dan notabene pandemi belum yang telah ada terutama pada ketentuan
dinyatakan di Indonesia (Baznas 2021). perhitungan rasio Allocation to Collection
99
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Ratio atau disingkat ACR (Alfi et al. 2020). Masyarakat masih banyak yang belum
Rasio ini merupakan perbandingan antara yakin zakat mereka akan disalurkan dengan
jumlah zakat yang telah disalurkan dengan baik kepada mustahik bila membayar kepada
jumlah zakat yang telah dihimpun oleh amil zakat seperti Baznas dan LAZ yang telah
lembaga amil zakat. Rasio ACR ini penting ada. Dari beberapa orang yang diwawancarai,
untuk memotret kinerja penyaluran zakat. mereka mengutarakan alasan lebih nyaman
Bila lembaga amil zakat memiliki rasio ACR > menyalurkan sendiri. Ada juga yang
90%, artinya 90 persen zakat yang telah beralasan enggan membayar zakat kepada
dikumpulkan telah didistribusikan amil zakat resmi pemerintah dan swasta
sedangkan sisanya 10% digunakan untuk karena melihat gedung dan fasilitas kantor
memenuhi operasionalnya. lembaga amil zakat yang mewah sehingga
Dapat disimpulkan, semakin rendah nilai mereka menaruh curiga zakat yang
ACR maka semakin lemah kemampuan dikumpulkan justru untuk membeli barang-
manajemen lembaga amil zakat dalam barang mewah dan menyimpangkan dana
penyaluran. Bila hal ini terjadi pada lembaga zakat.
amil zakat, maka perlu dilakukan evaluasi Agar lembaga amil zakat dapat menepis
dan memperbaiki kinerjanya (Kurniawan, kecurigaan-kecurigaan yang tidak mendasar
Abdi, and Fusfita 2021). seperti diatas penting kemudian untuk dapat
mengupayakan peningkatan akuntabilitas
TANTANGAN ZAKAT SAAT INI lembaga. Lembaga zakat yang akuntabel
Literasi Zakat Rendah akan dipercaya masyarakat dan akan dapat
Rendahnya pemahaman masyarakat melakukan pemanfaatan zakat yang terukur
tentang zakat mengakibatkan rendahnya dan terdistribusikan dengan baik. Adapun
kesadaran akan kewajiban tersebut (Ahmad faktor yang harus diperhatikan dalam hal
and Susanto 2021). Menurut Canggih pada akuntabilitas ini adalah tata kelola lembaga
penelitiannya yang mengidentifikasi zakat dan peningkatan sistem pengawasan
langkah-langkah dalam meningkatkan internal (Tambunan 2021).
penerimaan zakat. Penelitian ini mengkaji
faktor literasi zakat. Temuannya
mengungkapkan bawah literasi zakat sangat Peranan Institusi Zakat dalam
berpengaruh terhadap realisasi pengumpulan menjalankan Distribusi yang ber-
zakat, meski demikian, lembaga amil zakat Keadilan
menurut kesimpulannya tidak menjadi Manusia sebagai makhluk sosial yang
mediasi hubungan literasi dan realisasi tidak pernah akan lepas dari kebutuhan dasar
penghimpunan zakat (Canggih and Indrarini hidup secara layak (Syahrial 2021). Dalam hal
2021). Kendala literasi ini diberatkan oleh ini Islam tidak diragukan lagi dalam hal
kewajiban zakat di Indonesia dalam hal membagi hak-hak mereka untuk menerima
regulasi belum ada sifat paksaan, meski pemenuhan kebutuhan dari kelompok yang
dalam Islam ini adalah kewajiban yang secara ekonomi layak dan mapan. Hikmah
mutlak namun menurut tata peraturan dari pemberian zakat tentu sangat filosofis
perundangan Indonesia hanya bersifat apalagi ketetapan ini menyinggung hak orang
sukarela. lain pada harta si kaya (Sururi 2021b).
Dalam Alquran, Allah Swt berfirman
Penyaluran Zakat Secara Personal tentang kategori 8 kelompok yang memiliki
Kendala kebiasaan muzakki yang hak pada harta yang telah sampai pada nisab
menyalurkan sendiri dana zakatnya kepada dan haulnya itu. Hikmah zakat ini tentu
mustahik yang dikenal dan tanpa melalui mereduksi kesenjangan antara si kaya dan
lembaga amil zakat. Penyaluran zakat secara miskin sehingga pemerataan distribusi harta
individual ini juga karena ada rasa kepuasan kekayaan dapat diwujudkan, dengan
tersendiri oleh muzakki saat menyerahkan penerapan mekanisme zakat (Zainudin 2013).
langsung zakatnya dan merasa langsung pada
sasarannya. Dan biasanya, muzakki sangat Zakat menurut Ali, bukanlah kebaikan
paham betul kondisi mustahiknya. hati dari si pemilik harta dan kemudian
menyalurkannya. Hal ini didasari kewajiban
Krisis Kepercayaan pada Pengelola bukan kebaikan, sehingga perintah Allah Swt
Zakat untuk menunaikan zakat melalui ayat-ayat
100
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Alquran dan hadist nabi Muhammad perlu tradisional, artinya pendayagunaan zakat
diperhatikan sebagai cara Allah untuk kepada mustahik untuk dimanfaatkan
melalukan pemerataan kekayaan diantara langsung, zakat fitrah termasuk zakat
umat manusia. Bila hal ini teredukasi secara langsung. Zakat Maal juga dapat disalurkan
baik, maka pihak penerima zakat (mustahik) kepada mustahik langsung, mustahik
tidak merasa memiliki hutang budi terhadap langsung tentu fakir, yakni sama sekali tidak
si kaya kerena telah menerima pemberiannya memiliki pendapatan sedikitpun.
(Ali 1988). Bentuk penyaluran zakat ada juga dalam
bentuk konsumtif kreatif, yaitu, penyaluran
Zakat Sebagai Jaminan Sosial yang dilakukan dalam bentuk lain yang
dibutuhkan oleh mustahik seperti peralatan
Zakat merupakan jaminan sosial dalam sekolah, beasiswa belajar, pakaian seragam
pengentasan kemiskinan. Setiap manusia atau alat transportasi untuk pergi ke sekolah
harus layak memenuhi kebutuhan hidupnya bila sekolahnya jauh seperti membelikan
yang berupa sandang, pangan dan papan. sepeda.
Semua kebutuhan dasar ini dapat dipenuhi Zakat produktif tradisional adalah salah
tentu dengan penghasilan yang dimiliki. Bila satu metode penyaluran zakat yang
tidak memiliki pekerjaan yang dapat memprioritaskan perkembang biakan aset
menghasilkan tentu tidak akan mampu zakat seperti kambing, sapi, alat-alat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar produksi dan lainnya. Penyaluran zakat ini
hidup. Instrumen zakat menjadi sangat tentu akan menggairahkan mustahik untuk
penting karena tidak saja menjadi kewajiban berkarya. Dengan karyanya mustahik akan
individu tapi telah menjadi urusan bersama dapat mengembangkan usahanya, bisa jadi
secara fungsi, baik ditataran mikro maupun bila mustahik diberikan pelatihan, bimbingan
makro ekonomi. (Zainudin 2013). teknis serta dimagangkan ditempat-tempat
yang sesuai dengan keahliannya sebelum
Ada dua tema pokok jaminan sosial dalam diberikan zakat produktif tradisional ini akan
Islam menurut Musthafa As-Siba’i. Pertama, menjadikan mustahik lebih trampil lagi.
golongan yang dijamin dan sumber dana Zakat produktif yang lain yakni produktif
untuk jaminan sosial. Ada 5 (lima) golongan kreatif, zakat ini mengedepankan
masyarakat yang menurutnya harus pendayagunaan zakat yang diberikan dalam
mendapatkan jaminan sosial ini. (1) Fakir bentuk modal. Mustahik yang memiliki
miskin, orang sakit, lumpuh, buta, jompo, keahlian untuk produksi-produksi barang
ibnu sabil, anak gelandangan, serta tawanan dan jasa kreatif tentu akan lebih cocok
perang; (2) wajib dapat bantuan, yakni orang diberikan jenis zakat seperti ini sehingga
yang memiliki utang (Gharimin) dan pihak mustahik dapat dengan mudah kemudian
yang terpidana hukum karena tidak sengaja mengembangkannya (Ali 1988).
dan diwajibkan untuk membayar denda atas
perbuatannya tersebut. Orang yang dalam Pendayagunaan Zakat
perjalanan tau perantauan yang kehabisan Peningkatan pendayagunaan zakat
bekal hidup. (3) Orang yang bertamu kepada penting dilakukan untuk menjamin
lingkungan masyarakat muslim dan berhak terwujudnya keadilan sosial dan
atas jaminan keselamatan. (4) Jaminan dapat pemberdayaan ekonomi umat Islam
bekerjasama dalam usaha atau perseroan Indonesia. Perlu perhatian lembaga zakat
(musyarakah). (5) jaminan untuk saling dalam beberapa hal ini, yakni:
membantu dalam rumah tangga (Zainudin
2013)
Pertama, Profesionalisme pengelolaan
Jaminan sosial akan terwujud apabila zakat harus dilakukan sebagai upaya
zakat sebagai perintah Allah ditunaikan. peningkatan kepercayaan para muzakki atas
Jaminan ini akan berdampak pada pada dana zakat yang telah disalurkan kepada
jaminan keadilan sosial dan juga sebagai mustahik. Berikut ini gambaran peta
upaya pemberdayaan ekonomi masyarkat sertifikasi manajemen mutu BAZNAS di
yang mengalami kekurangan sumber daya Indonesia pada tahun 2019 (Statistik Zakat
ekonomi. Nasional, 2019)
Distribusi zakat yang telah terhimpun
hendaknya dikelola dalam bentuk konsumtif
101
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Dalam pencapaian sasaran organisasi

Kedua, sasaran mustahik menjadi amil zakat dalam pengentasan kemiskinan


prioritas. Lembaga amil zakat hendaknya (konsep mustahik menjadi muzakki)
dapat mengutamakan mustahik yang (Damayanti, Nurhasanah, and Eprianti 2019)
memiliki kemampuan wirausaha, artinya, diperlukan evaluasi terhadap hal-hal yang
mustahik yang potensial untuk dapat menjadi penghambat distribusi zakat.
dikembangkan menjadi muzakki baru. Evaluasi yang dapat memperbaiki
kecenderungan sifat individualis
Ketiga, pengelolaan dana zakat (independensi) lembaga-lembaga zakat
diupayakan untuk mengarah pada dalam program masing-masing padahal bila
transpormasi menjadi dana abadi sebagai terbangun koordinasi diantara lembaga-
modal usaha yang terus dapat berkelanjutan lembaga amil zakat akan tercipta sinergi yang
dan berkesinambungan yang tidak habis baik antara satu lembaga dengan lembaga
hanya untuk konsumsi. lainnya (Lubis and Latifah 2019).

Keempat, prioritas peyaluran zakat


(reorientasi) penyaluran zakat kepada pihak- Zakat memiliki fungsi yang sangat
pihak mustahik yang berpotensi dapat penting dalam konteks perekonomian bangsa.
menggerakkan roda perekonomian di Tidak hanya sekedar implementasi ibadah
masyarakat. Sasaran penyaluran zakat ini rukun Islam, atau sebagai sebuah bentuk
akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan kepedulian seorang muslim. Zakat telah
sehingga dapat mengurangi angka berperan menjalankan fungsi sebagai sebuah
kemiskinan. instrumen distribusi kekayaan (Agustini
2017).
Kelima, penguatan relasi dalam
penyaluran zakat. Peran penting lembaga Transformasi kesadaran akan pentingnya
zakat sebagai pembina bagi para mustahik. zakat dapat tercapai dengan pemahaman
Setidaknya kebiasaan penyaluran zakat yang ekonomi Islam, yaitu dengan cara memberi
berhenti pada saat penyularan dapat pemahaman bahwa tentang zakat yang
dihilangkan. Peran penting ini untuk awalnya sebagai peran superfisial dan
optimalisasi peran lembaga amil zakat. karikatif dan bermetamorfosis menjadi
(Ramadhan 2017). bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
pola distribusi kekayaan dalam ekonomi
Islam. (Yusanto 2003).
102
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Zakat dalam perspektif ekonomi Islam Tujuan mulia pemberdayaan masyarakat


dengan dana zakat akan menggairahkan
Zakat dalam perpektif ekonomi Islam sistem ekonomi masyarakat di berbagai
telah disepakati banyak ulama sebagai sektor kehidupan terutama pada: (1)
kewajiban material yang dibayarkan oleh permasalahan ekonomi, pendapatan
mukallaf muslim terhadap mustahik (Ridlo masyarakat yang rendah, minimnya
2014). Kewajiban ini mengikat setiap muslim, permodalan, kapasitas keahlian masyarakat
zakat bersifat wajib terhadap harta ilahiyah, minim dalam bidang
dan ibadah terkait harta ini menjadi fardhu pertanian/perikanan/agribisnis; (2)
‘ain dan bersifat final, artinya setiap orang permasalahan pada lingkungan masyarakat
muslim harus menaati perintah kewajiban ini terutama di sektor keagamaan, pendidikan,
dan tidak boleh menolak atau enggan dan kemasyarakatan; (3) permasalahan sosial
membayar zakat. Zakat juga merupakan masyarakat yang terus ada karena kurangnya
ibadah yang tidak tidak ada imbalan atasnya sarana dan prasarana pendukung, fasilitas
dan juga sebagai kewajiban atas tuntutan pelayanan umum, koperasi bagi usaha kecil
politik untuk ekonomi dan keuangan Islam menengah dan petani (Lubis and Latifah
sebagaimana ditetapkan pada Alquran, “ 2019).

Menurut Bariyatin Islam memegang Dana zakat dapat juga diinvestasikan


peranan penting dalam distribusi kekayaan selama yang manfaat dari zakat untuk
dan pendapatan guna tercapaianya suatu mustahik, apalagi pengelolaanya dapat
kesejahteraan pada masyarakat (Bariyyatin memberdayakan para mustahik zakat tentu
and Sri 2021). Dari sudut pandang ekonomi, ini akan menjadi kolaborasi yang sangat
dapat dilihat zakat merupakan upaya menguntungkan, meskipun demikian
pemerataan distribusi kekayaan sekaligus penting untuk memperhatikan jenis investasi
sebagai sumber pendapatan dan pembiayaan dari sisi kehalalannya serta pengelolaanya
ekonomi. yang profesional. Profesionalisme
pengelolaan dana zakat mutlak agar dana
Multiflier Effect Zakat tidak ada kemungkinan akan rugi. Bila pun
Program pemberdayaan ekonomi dengan terjadi kerugian, amil zakat harus dapat
dana zakat akan berdampak positif, diantara memproteksinya dengan instrumen
efektivitas pendayagunaan dana zakat, bila keuangan lainnya sehingga bila terjadi
biasanya zakat digunakan untuk hal kerugian dapat dicover.
konsumtif dan habis pakai oleh mustahik,
bila dikembangkan dengan program Tanggung jawab amil zakat berperan
pemberdayaan tentu akan menjadi wahana penting dalam pengelolaan dana zakat.
kemandirian bagi mustahik. Dana zakat yang Diharapkan agar amil sungguh-sungguh
diberdayakan akan dapat digulirkan sehingga amanah dalam pengawasan jalannya proses
penerima manfaat semakin luas (multiflier investasi dana dan perputaran modal.
effect) dari zakat akan bertambah banyak. Kapasitas amil diharapkan untuk melakukan
pengawasan dan pertanggungjawaban,
Masyarakat miskin yang berusaha dan bahkan bila pun dana dan profitabilitasnya
melakukan kegiatan wirausaha yang besar tidak menuntup kemungkinan
terkendala dengan minimnya permodalan menggunakan jasa konsultan profesional
akan terbantu dengan dana zakat dengan sehingga pengelolaan dana zakat dapat lebih
program pemberdayaan. mudah dilakukan dengan saran konsultan.

Manfaat dari zakat yang dirasakan oleh Dana zakat yang diinvetasikan bukanlah
umat Islam akan berdampak terhadap ghirah dana utama melainkan dana cadangan. Para
fastabiliqul khairat (berlomba dalam mustahik yang berada dalam keadaaan
kebaikan) dalam mengeluarkan zakat darurat atau sangat membutuhkan dana
maupun infak sedekahnya. Distrbusi zakat zakat tentu telah disalurkan dan telah
dengan cara pemberdayaan akan dipenuhi haknya. Artinya, investasi dana
terdistribusi secara ekonomis dengan adil zakat dilarang bila masih ada kebutuhan dana
dan meluas sehingga kesenjangan ekonomi zakat untuk keperluan primer (sandang,
dapat diminimalisir (Ghofur 2010). pangan dan papan) mustahik.
103
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

terhimpun dalam satu kekuatan besar untuk


Pada akhirnya, laporan berkala sebagai mewujudkan kerjasama yang solid, sehingga
bentuk pertanggungjawaban amil zakat distribusi beban antara tiap lembaga menjadi
terhadap publik harus dipastikan terlaksana.
seimbang, target penurunan angka
Laporan berkala ini bukti amil zakat telah
memegang prinsip transparansi. Dari kemiskinan tercapai dan kesejahteraan tidak
beberapa lembaga amil zakat menemukan ada halangan lagi bagi seluruh masyarakat
kesulitan dalam hal pelaporan ini. dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Selain karena faktor sumber daya Indonesia bukan hanya menjadi sila yang
manusia, dukungan pemerintah untuk hanya dihapalkan saja tetapi juga telah
melakukan pendidikan secara komprehensif diamalkan dengan baik oleh setiap pemangku
juga masih minim. Akibatnya, masih
jabatan.
ditemukan kelemahan keakuratan dari
lembaga amil dalam sistem pelaporan.
Ketidak-akuratan laporan keuangan lembaga
amil zakat dapat menyebabkan
ketidakpercayaan masyarakat dan mungkin
saja akan dapat menimbulkan fitnah
dikalangan umat muslim sendiri.

Laporan pertanggungjawaban amil zakat


dapat diterima bila telah ditelisik dan
diperiksa oleh pihak yang kompeten sesuai
peraturan perundangan. Persetujuan yang
bukan hanya diputuskan oleh pihak lembaga
amil sendiri tapi oleh regulator dan pihak
yang ditunjuk untuk memeriksa laporan dan
aktiviatas. Dari sisi kesyariahan tentu
diperiksa melalui pemeriksaan oleh auditor
internal terlebih dahulu kemudian oleh
auditor eksternal.

KESIMPULAN
Kebijakan distribusi ekonomi melalui
lembaga Islam yang didirikan dengan dasar
nirlaba dalam bentuk zakat infak sedekah
serta wakaf ini harus didukung dan dijaga
oleh pemerintah maupun sistem
pengawasannya. Khususnya, Baznas dan
Laznas yang ada saat ini agar dipastikan
segala upaya dan usaha lembaga tersebut
dapat berjalan dengan baik. Peran
pemerintah sangat krusial dalam hal
memastikan pada lembaga amil zakat telah
terpenuhi Zakat Core Principles dan
terimplementasi sehingga tujuan distribusi
ekonomi dan pemerataan pendapatan
tercapai. Tentu, Pada saat pandemi Covid-19
ini, bila distribusi ekonomi dan pendapatan
merata maka kemiskinan dapat diminimalisir.

SARAN
Lembaga Amil Zakat pemerintah dan
swasta sudah seharusnya bahu membahu dan
104
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

DAFTAR PUSTAKA 21/05/05/1812/ekonomi-indonesia-


Agus Hidayat. 2021. “Model Praktik triwulan-i-2021-turun-0-74-persen--y-
Lembaga Keuangan Mikro Syariah on-y-.html (July 19, 2021).
Dalam Pemberdayaan UMKM Di Masa Canggih, C, and R Indrarini. 2021. “Apakah
Pandemi Covid-19.” Al-Tasyree: Jurnal Literasi Mempengaruhi Penerimaan
Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Zakat?” … (Jurnal Ekonomi Syariah
Syariah 01(01): 21–32. Indonesia … 11(1): 1–11.
https://journal.ptiq.ac.id/index.php/alt https://ejournal.almaata.ac.id/index.ph
asyree/article/view/168/122. p/JESI/article/view/1732.
Agustini, Anti Wulan. 2017. “Distribusi Damayanti, Milda Dwi, Neneng Nurhasanah,
Kekayaan Dalam Ekonomi Syariah.” and Nanik Eprianti. 2019. “Efektivitas
Keislaman, Kemasyarakatan, dan Program Ekonomi Produktif Terhadap
Kebudayaan 18(2): 129–46. Upaya Pembentukan Mustahik Menjadi
Ahmad, Ali Nur, and Hadi Susanto. 2021. Muzakki.” UNISBA Bandung.
“Pengaruh Tingkat Pemahaman Dan http://103.78.195.33/handle/12345678
Kesadaran Muzakki Dalam Membayar 9/17897.
Zakat (Studi Kasus Universitas Pelita Ghofur, A. 2010. “Implementasi Undang-
Bangsa).” Jurnal Ekonomi Syariah Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
Pelita Bangsa 6(01): 1–9. Pengelolaan Zakat Di Lembaga
Alfi, Agni, Nur Rahmani, Popon Kemanusiaan Indonesia Dana
Srisusilawati, and Arif Rijal Anshori. Kemanusiaan Dhu’afa (LKI–DKD
2020. “Efektifitas Penyaluran Dana Magelang.” UNS.
Zakat Terhadap Allocation Collection to https://digilib.uns.ac.id/dokumen/deta
Ratio ( ACR ) Menggunakan Metode il/16888.
DEA.” Hukum Ekonomi Syariah 6(2): Herivo, Kevin Arthur. 2019. “Analisis
7–10. Pendayagunaan Zakat Berbasis
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistern Kerjasama Usaha Pada Program Desa
Ekonomi Islam: Zakat Dan Wakaf, Ternak Mandiri Di Lembaga Amil Zakat
(Jakarta: UI-Press, 1988). 5. 1st ed. ed. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid
1. Jakarta: UI-Press. Cabang Semarang.” UIN Walisongo
Semarang.
Bariyyatin, Nafi’ah, and Herianingrum Sri. http://eprints.walisongo.ac.id/9654/.
2021. “Implementasi Nilai-Nilai Islam
Dalam Distribusi Kekayaan Dan Hilmiyah, Ulfah Laelatul, Irfan Syauqi Beik,
Pendapatan.” AL-INFAQ: Jurnal and Khonsa Tsabita. 2018. “Measuring
Ekonomi Islam 12(1): 24–36. National Zakat Index (Nzi) on Zakat
https://jurnalfai- Performance in Bogor Regency.”
uikabogor.org/index.php/alinfaq/articl Journal of Islamic Monetary
e/download/809/537. Economics and Finance 3: 235–52.
http://www.jimf-
Basuki. 2020. Interactive Qualitative Data bi.org/index.php/JIMF/article/view/91
Analysis Between Miles-Huberman 2/716.
And Spradley In Basuki’s Dissertation.
Ponorogo: IAIN Ponorogo. Iswandi, Andi. 2014a. “Maslahat Memelihara
Harta Dalam Sistem Ekonomi Islam.”
Baznas, Humas. 2021. “Masa Pandemi 2020, SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya
Penghimpunan BAZNAS Naik 30 Syar-i 1(1): 19–32.
Persen.” Baznas: 1. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/s
https://baznas.go.id/Press_Release/ba alam/article/view/1522.
ca/Masa_Pandemi_2020,_Penghimpu
nan_BAZNAS_Naik_30_Persen/689. ———. 2014b. “Penerapan Konsep Tasyir
Dalam Sistem Ekonomi Islam.” Ahkam
Beik, Irfan Syauqi et al. 2016. “Core 14(2141): 245–52.
Principles for Effective Zakat
Supervision.” (May): 40. ———. 2021. “Review E-Commerce Dalam
Perspektif Bisnis Syariah." 1.01 (2021):
BPS. 2021. “Ekonomi Indonesia Triwulan I- 9-20.” Al-Tasyree: Jurnal Bisnis,
2021 Turun 0,74 Persen (y-on-Y).” Keuangan dan Ekonomi Syariah 1(01):
Badan Pusat Statistik: 1. 9–20.
https://www.bps.go.id/pressrelease/20
105
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

https://journal.ptiq.ac.id/index.php/alt Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan


asyree/article/view/167. Sosial 7(2): 408–20. http://jurnal.um-
Kahf, Monzer. 1999a. “The Principle of tapsel.ac.id/index.php/nusantara/articl
Socio-Economic Justice in the e/view/1752/1051.
Contemporary Fiqh of Zakah.” IQTISAD Rahman, Abdul Rahim Abdul. 2011. “A
Journal of Islamic Economics 1(1): 22– Framework to Analyse the Efficiency
44. and Governance of Zakat Institutions.”
http://monzer.kahf.com/papers/englis Journal of Islamic Accounting and
h/socioeconomic_justice.pdf. Business Research 82(4): 750–52.
———. 1999b. “Towards the Revival of Ramadhan, Rinaldi Karza. 2017.
Awqaf: A Few Fiqhi Issues to “Determinants of Decision to Pay Zakat
Reconsider.” Harvard Forum on at Amil Zakat Institutions.” Universitas
Islamic Finance and Economics: 1–16. Jendral Sudirman.
Kurniawan, Alfian, Fathuddin Abdi, and Ridlo, Ali. 2014. “Zakat Dalam Perspektif
Nurlia Fusfita. 2021. “Kurniawan, Ekonomi Islam.” Jurnal Al-’Adl 7(1):
Alfian, Fathuddin Abdi, and Nurlia 119–37.
Fusfita. EFEKTIVITAS PENYALURAN https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-
ZAKAT DIDESA GIRIWINANGUN adl/article/view/214/204.
KECAMATAN RIMBO ILIR Schubert, Louis, Thomas R. Dye, and
KABUPATEN TEBO. Diss. UIN Sulthan Harmon Zeigler. 2015. The Irony of
Thaha Saifuddin Jambi, 2021.” UIN Democracy: An Uncommon
SUltan Thaha Saifudin. Introduction to American Politics.
http://repository.uinjambi.ac.id/9355/. Nelson Education, 2015. seventeeth.
Lubis, Rusdi Hamka. 2020. “Critic: Poverty Cengage Learning.
in Indonesia and the Solution of Islam Sururi, M. 2021a. “Paradigma Wakaf Untuk
in the Welfare of the People’s Kesehatan Masyarakat.” UIN Syarif
Economy.” Academia Edu. Hidayatullah Jakarta.
https://www.academia.edu/download/
Sururi, M. 2021b. “Preferensi Konsumen
57206189/Critic_of_Poverty_in_Indon
Dalam Pembelian Produk Yang
esia_and_the_Solution_of_Islam_in_t
Dipasarkan Di Supermarket TIP TOP
he_welfare_.pdf.
Cabang Ciputat.” Jurnal Bisnis,
Lubis, Rusdi Hamka, and Fitri Nur Latifah. Keuangan Dan Ekonomi Syariah
2019. “Analisis Strategi Pengembangan 01(01): 47–56.
Zakat, Infaq, Shadaqoh Dan Wakaf Di https://journal.ptiq.ac.id/index.php/alt
Indonesia.” Perisai : Islamic Banking asyree/article/view/170/125.
and Finance Journal 3(1): 45–56.
Susilowati, Dewi, and Christina Tri Setyorini.
Noor, Abdun. 2008. “Ethics, Religion and 2018. “Efektivitas Tata Kelola Dana
Good Governance.” JOAAG 3(2): 62– Zakat.” Jurnal Akuntansi
77. Multiparadigma 9(2): 346–64.
https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/d https://jamal.ub.ac.id/index.php/jamal
ownload?doi=10.1.1.577.8823&rep=rep /article/view/843/pdf.
1&type=pdf.
Syahrial, M. 2021. “Kebutuhan Dasar
Nurhasanah, Siti. 2018. “Akuntabilitas Manusia Menurut Ekonomi Islam.”
Laporan Keuangan Lembaga Amil 2(1): 1–11.
Zakat Dalam Memaksimalkan Potensi http://stmikindragiri.ac.id/ojs/index.p
Zakat.” Akuntabilitas: Jurnal Ilmu hp/jit/article/view/47/29.
Akuntansi 11(2): 327–48.
Tambunan, Jannus. 2021. “Memaksimalkan
https://core.ac.uk/download/pdf/2918
Potensi Zakat Melalui Peningkatan
44399.pdf.
Akuntabilitas Lembaga Pengelola
Pratikno, Hendro, Hayatul Khairul Rahmat, Zakat.” Jurnal Islamic Cicle 2(1): 118–
and Siswohadi Sumantri. 2020. 31. https://jurnal.stain-
“Implementasi Cultural Resource madina.ac.id/index.php/islamiccircle/a
Management Dalam Mitigasi Bencana rticle/view/498/416.
Pada Cagar Budaya Di Indonesia.”
Yusanto, Muhammad Ismail. 2003. “Zakat
106
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107

Dan Pendidikan Ekonomi Islam",


Dalam Problema Zakat Kontemporer: ,
Jakarta: Forum Zakat (FOZ), 2003,.
123-124.” In Artikulasi Sosial Politik,
Forum Organisasi Zakat (FOZ), 123–24.
Zainudin. 2013. Hukum Zakat: Perspektif
Normatif, Kesejahteraan, Dan
Keadilan Sosial. Pertama. Ciputat: Agra
Dina Mulia.

107

Anda mungkin juga menyukai