ABSTRACT
Institut PTIQ Jakarta, Jl.
Batan Raya 2 Lebak Bulus, Artikel ini bertujuan menganalisa peran Lembaga Ziswaf dalam
Kebayoran Baru Jakarta distribusi ekonomi, dijelaskan juga pelbagai upaya yang dilakukan
Selatan,
andiiswandi@ptiq.ac.id oleh Lembaga Amil Zakat (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS) dalam membenahi diri untuk meningkatkan
peran dalam mengentaskan pelbagai persoalan di Indonesia,
khususnya masalah kemiskinan terutama saat terjadi pandemi
Covid-19. Dengan menggunakan pendekatan analisis deskripsi
permasalahan yang terkait dengan peran lembaga amil zakat di
Indonesia. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan
distribusi ekonomi melalui lembaga Islam yang didirikan dengan
dasar nirlaba harus didukung dan dijaga oleh pemerintah maupun
sistem pengawasannya agar dipastikan segala upaya dan usaha
lembaga dapat berjalan dengan baik. Peran pemerintah sangat
krusial dalam hal memastikan Zakat Core Principles terlaksana
sehingga tujuan distribusi ekonomi dan pemerataan pendapatan
tercapai, sehingga kemiskinan dapat diminimalisir saat pandemi
Covid-19 ini.
Keywords: Lembaga Ziswaf; Distribusi Ekonomi; Covid-19
96
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
data yang digunakan dalam penelitian ini Pandemi ini memang telah
adalah data primer dari pelbagai literatur dan menyebabkan banyak orang yang kehilangan
data BAZNAS maupun LAZNAS dan data pekerjaan dan kesempatan untuk
sekunder dari data pustaka dan produk mendapatkan keuntungan (BPS 2021)
hukum berupa peraturan perundang- sehingga harus ada strategi dan peran aktif
undangan. Pengumpulan data dengan pengelola lembaga amil zakat, Banzas atau
melakukan in-depth interview dan Laznas. Selain itu, inovasi dan kreativitas
observation. menyambungkan kerjasama dengan berbagai
Analisis pembahasan dengan lembaga keuangan dimungkinkan menjadi
memaparkan data-data terkait (penyajian basis kekuatan dalam pendayagunaan
data), verifikasi dan pembuatan kesimpulan masyarakat miskin (Agus Hidayat 2021).
(Basuki 2020). Pada penelitian ini dibahas
juga mengenai tata kelola lembaga amil zakat
dalam mengimplementasikan Gambar
Prevalesi kemiskinan menurut wilayah desa-
tanggungjawabnya mengelola lembaga
kota 2018-2020
sebagai bentuk akuntabilitas, transparansi,
dan tentu menjaga prinsip profesionalisme
serta menganalisis perbedaan BAZNAS dan
LAZNAS.
98
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
Semestinya, riset dan penelitian para sarjana Dapat disebut saat ini, Baznas sebagai
filantropi dan sosial Islam dapat menjawab regulator sekaligus pengelola dan pengawas
pertanyaan ini. Hal ini juga menjadi indikasi telah berperan aktif dalam perkembangan
zakat nasional dan internasional. Baznas
bahwa pemerintah belum memiliki optimal
setidaknya telah berperan dalam konsolidasi
dalam pengembangan program-program kelembagaan. Konsolidasi merupakan
sosial berbasis zakat, infak dan sedekah serta langkah implementasi regulasi atau
wakaf. Peran pemerintah yang multifunction peraturan perundangan yang baru,
sebagai regulator, pengawas sekaligus diantaranya syarat pendirian Lembaga Amil
pengelola pada lembaga zakat nasional . Zakat, penyegaran birokrasi pimpinan
Baznas di daerah tingkat 1 dan 2.
Prospek Pembangunan Zakat Langkah pertama, perlu penyesuaian
Dengan melihat prospek ke depan dan program dengan visi misi lembaga Baznas
faktor-faktor pendukungnya, tahun 2016 dan dan amil zakat secara general juga dapat
2017 bisa dikatakan sebagai saat dimana memberikan internalisasi yang baik pada
pembangunan zakat secara nasional seluruh stakeholder perzakatan secara
mendapat momentum strategis. nasional. Langkah ini tentu akan berperan
Zakat sebagai instrumen pemberdayaan sangat krusial dalam pemahaman amil zakat,
dan pengentasan kemiskinan sangat penting baik Baznas maupun LAZ atau Laznas secara
dalam hal konsolidasi amil zakat dengan sumber daya insani.
wajah baru. Baznas sebagai koodinator
perzakatan dalam lingkup nasional Langkah kedua, penting untuk
Publik akhirnya percaya dan memiliki melakukan penguatan strategi nasional
harapan besar terhadap Baznas, yang telah dalam penghimpunan dan distribusi zakat.
memiliki Index Zakat Nasional atau disingkat Langkah ini sebagai upaya mereduksi
dengan INZ. Dengan adanya index ini kesenjangan yang terjadi antara potensi
(Hilmiyah, Beik, and Tsabita 2018) dengan penghimpunan yang terealisasi.
Penguatan kerjasama zakat dunia pun
telah diupayakan. Pada tahun 2016/2017 Strategi-strategi edukasi sebagai program
telah diadakan setidaknya empat kali acara prioritas akan lebih mudah dilakukan bila
“International Working Group on Zakat Core kerjasama antar lembaga seperti Otoritas
Principles - ZCP” Indonesia sangat berperan Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga
dalam hal penerbitan ZCP yang disyahkan Penjamin Simpanan dan Kementerian-
pada 23-24 Mei 2016 di Istanbul Turki. ZCP kementerian serta pemerintah pusat maupun
pada akhirnya memiliki catatan teknik daerah terbangun dengan baik. Inti edukasi
sebagai turunannya, yakni Technical notes on masyarakat ini adalah sebuah kesadaran
Risk Management for Zakat Institition dan kolektif masyarakat, instansi untuk
Technical Notens on Good Amil Governance menunaikan kewajiban zakat mereka melalui
for Zakat Institution. Karya besar ini menjadi lembaga amil zakat Baznas dan LAZ resmi
sumbangsih Indonesia pada literasi zakat terdaftar. Bahkan, screening atas zakat
internasional sekaligus sebagai bukti upaya penghasilan atas capital gain dan deviden
peningkatan kualitas tata kelola perzakatan saham -saham syariah perlu ditambahkan
secara global dan ini menjadi peran penting menjadi kategori/indikator syariah.
yang tidak diragukan lagi. Perlu dicarikan cara untuk merangsang
kesadaran kolektif lembaga-lembaga seperti
Sejak tahun 2017, perzakatan di lembaga keuangan baik perbankan atau non
Indonesia menunjukkan indikator semakin bank, terutama pengurus, manajemen, SDM
dinamis dan inovatif. Berita dan rilis dari dan stakeholder serta nasabahnya turut
laman baznas.go.id menyatakan bahwa menunaikan kewajiban zakatnya di Baznas
penghimpunan dana ZIS sebesar Rp. 385, 5 dan LAZ.
Miliar, angka ini menunjukkan telah terjadi
peningkatan penghimpunan zakat 30% (tiga
puluh persen) dibandingkan tahun 2019 yang Distribusi zakat diharapkan mulai
hanya berhasil mengumpulkan sebesar Rp. mengimplementasikan Zakat Core Priciples
296 Miliar, dan notabene pandemi belum yang telah ada terutama pada ketentuan
dinyatakan di Indonesia (Baznas 2021). perhitungan rasio Allocation to Collection
99
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
Ratio atau disingkat ACR (Alfi et al. 2020). Masyarakat masih banyak yang belum
Rasio ini merupakan perbandingan antara yakin zakat mereka akan disalurkan dengan
jumlah zakat yang telah disalurkan dengan baik kepada mustahik bila membayar kepada
jumlah zakat yang telah dihimpun oleh amil zakat seperti Baznas dan LAZ yang telah
lembaga amil zakat. Rasio ACR ini penting ada. Dari beberapa orang yang diwawancarai,
untuk memotret kinerja penyaluran zakat. mereka mengutarakan alasan lebih nyaman
Bila lembaga amil zakat memiliki rasio ACR > menyalurkan sendiri. Ada juga yang
90%, artinya 90 persen zakat yang telah beralasan enggan membayar zakat kepada
dikumpulkan telah didistribusikan amil zakat resmi pemerintah dan swasta
sedangkan sisanya 10% digunakan untuk karena melihat gedung dan fasilitas kantor
memenuhi operasionalnya. lembaga amil zakat yang mewah sehingga
Dapat disimpulkan, semakin rendah nilai mereka menaruh curiga zakat yang
ACR maka semakin lemah kemampuan dikumpulkan justru untuk membeli barang-
manajemen lembaga amil zakat dalam barang mewah dan menyimpangkan dana
penyaluran. Bila hal ini terjadi pada lembaga zakat.
amil zakat, maka perlu dilakukan evaluasi Agar lembaga amil zakat dapat menepis
dan memperbaiki kinerjanya (Kurniawan, kecurigaan-kecurigaan yang tidak mendasar
Abdi, and Fusfita 2021). seperti diatas penting kemudian untuk dapat
mengupayakan peningkatan akuntabilitas
TANTANGAN ZAKAT SAAT INI lembaga. Lembaga zakat yang akuntabel
Literasi Zakat Rendah akan dipercaya masyarakat dan akan dapat
Rendahnya pemahaman masyarakat melakukan pemanfaatan zakat yang terukur
tentang zakat mengakibatkan rendahnya dan terdistribusikan dengan baik. Adapun
kesadaran akan kewajiban tersebut (Ahmad faktor yang harus diperhatikan dalam hal
and Susanto 2021). Menurut Canggih pada akuntabilitas ini adalah tata kelola lembaga
penelitiannya yang mengidentifikasi zakat dan peningkatan sistem pengawasan
langkah-langkah dalam meningkatkan internal (Tambunan 2021).
penerimaan zakat. Penelitian ini mengkaji
faktor literasi zakat. Temuannya
mengungkapkan bawah literasi zakat sangat Peranan Institusi Zakat dalam
berpengaruh terhadap realisasi pengumpulan menjalankan Distribusi yang ber-
zakat, meski demikian, lembaga amil zakat Keadilan
menurut kesimpulannya tidak menjadi Manusia sebagai makhluk sosial yang
mediasi hubungan literasi dan realisasi tidak pernah akan lepas dari kebutuhan dasar
penghimpunan zakat (Canggih and Indrarini hidup secara layak (Syahrial 2021). Dalam hal
2021). Kendala literasi ini diberatkan oleh ini Islam tidak diragukan lagi dalam hal
kewajiban zakat di Indonesia dalam hal membagi hak-hak mereka untuk menerima
regulasi belum ada sifat paksaan, meski pemenuhan kebutuhan dari kelompok yang
dalam Islam ini adalah kewajiban yang secara ekonomi layak dan mapan. Hikmah
mutlak namun menurut tata peraturan dari pemberian zakat tentu sangat filosofis
perundangan Indonesia hanya bersifat apalagi ketetapan ini menyinggung hak orang
sukarela. lain pada harta si kaya (Sururi 2021b).
Dalam Alquran, Allah Swt berfirman
Penyaluran Zakat Secara Personal tentang kategori 8 kelompok yang memiliki
Kendala kebiasaan muzakki yang hak pada harta yang telah sampai pada nisab
menyalurkan sendiri dana zakatnya kepada dan haulnya itu. Hikmah zakat ini tentu
mustahik yang dikenal dan tanpa melalui mereduksi kesenjangan antara si kaya dan
lembaga amil zakat. Penyaluran zakat secara miskin sehingga pemerataan distribusi harta
individual ini juga karena ada rasa kepuasan kekayaan dapat diwujudkan, dengan
tersendiri oleh muzakki saat menyerahkan penerapan mekanisme zakat (Zainudin 2013).
langsung zakatnya dan merasa langsung pada
sasarannya. Dan biasanya, muzakki sangat Zakat menurut Ali, bukanlah kebaikan
paham betul kondisi mustahiknya. hati dari si pemilik harta dan kemudian
menyalurkannya. Hal ini didasari kewajiban
Krisis Kepercayaan pada Pengelola bukan kebaikan, sehingga perintah Allah Swt
Zakat untuk menunaikan zakat melalui ayat-ayat
100
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
Alquran dan hadist nabi Muhammad perlu tradisional, artinya pendayagunaan zakat
diperhatikan sebagai cara Allah untuk kepada mustahik untuk dimanfaatkan
melalukan pemerataan kekayaan diantara langsung, zakat fitrah termasuk zakat
umat manusia. Bila hal ini teredukasi secara langsung. Zakat Maal juga dapat disalurkan
baik, maka pihak penerima zakat (mustahik) kepada mustahik langsung, mustahik
tidak merasa memiliki hutang budi terhadap langsung tentu fakir, yakni sama sekali tidak
si kaya kerena telah menerima pemberiannya memiliki pendapatan sedikitpun.
(Ali 1988). Bentuk penyaluran zakat ada juga dalam
bentuk konsumtif kreatif, yaitu, penyaluran
Zakat Sebagai Jaminan Sosial yang dilakukan dalam bentuk lain yang
dibutuhkan oleh mustahik seperti peralatan
Zakat merupakan jaminan sosial dalam sekolah, beasiswa belajar, pakaian seragam
pengentasan kemiskinan. Setiap manusia atau alat transportasi untuk pergi ke sekolah
harus layak memenuhi kebutuhan hidupnya bila sekolahnya jauh seperti membelikan
yang berupa sandang, pangan dan papan. sepeda.
Semua kebutuhan dasar ini dapat dipenuhi Zakat produktif tradisional adalah salah
tentu dengan penghasilan yang dimiliki. Bila satu metode penyaluran zakat yang
tidak memiliki pekerjaan yang dapat memprioritaskan perkembang biakan aset
menghasilkan tentu tidak akan mampu zakat seperti kambing, sapi, alat-alat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar produksi dan lainnya. Penyaluran zakat ini
hidup. Instrumen zakat menjadi sangat tentu akan menggairahkan mustahik untuk
penting karena tidak saja menjadi kewajiban berkarya. Dengan karyanya mustahik akan
individu tapi telah menjadi urusan bersama dapat mengembangkan usahanya, bisa jadi
secara fungsi, baik ditataran mikro maupun bila mustahik diberikan pelatihan, bimbingan
makro ekonomi. (Zainudin 2013). teknis serta dimagangkan ditempat-tempat
yang sesuai dengan keahliannya sebelum
Ada dua tema pokok jaminan sosial dalam diberikan zakat produktif tradisional ini akan
Islam menurut Musthafa As-Siba’i. Pertama, menjadikan mustahik lebih trampil lagi.
golongan yang dijamin dan sumber dana Zakat produktif yang lain yakni produktif
untuk jaminan sosial. Ada 5 (lima) golongan kreatif, zakat ini mengedepankan
masyarakat yang menurutnya harus pendayagunaan zakat yang diberikan dalam
mendapatkan jaminan sosial ini. (1) Fakir bentuk modal. Mustahik yang memiliki
miskin, orang sakit, lumpuh, buta, jompo, keahlian untuk produksi-produksi barang
ibnu sabil, anak gelandangan, serta tawanan dan jasa kreatif tentu akan lebih cocok
perang; (2) wajib dapat bantuan, yakni orang diberikan jenis zakat seperti ini sehingga
yang memiliki utang (Gharimin) dan pihak mustahik dapat dengan mudah kemudian
yang terpidana hukum karena tidak sengaja mengembangkannya (Ali 1988).
dan diwajibkan untuk membayar denda atas
perbuatannya tersebut. Orang yang dalam Pendayagunaan Zakat
perjalanan tau perantauan yang kehabisan Peningkatan pendayagunaan zakat
bekal hidup. (3) Orang yang bertamu kepada penting dilakukan untuk menjamin
lingkungan masyarakat muslim dan berhak terwujudnya keadilan sosial dan
atas jaminan keselamatan. (4) Jaminan dapat pemberdayaan ekonomi umat Islam
bekerjasama dalam usaha atau perseroan Indonesia. Perlu perhatian lembaga zakat
(musyarakah). (5) jaminan untuk saling dalam beberapa hal ini, yakni:
membantu dalam rumah tangga (Zainudin
2013)
Pertama, Profesionalisme pengelolaan
Jaminan sosial akan terwujud apabila zakat harus dilakukan sebagai upaya
zakat sebagai perintah Allah ditunaikan. peningkatan kepercayaan para muzakki atas
Jaminan ini akan berdampak pada pada dana zakat yang telah disalurkan kepada
jaminan keadilan sosial dan juga sebagai mustahik. Berikut ini gambaran peta
upaya pemberdayaan ekonomi masyarkat sertifikasi manajemen mutu BAZNAS di
yang mengalami kekurangan sumber daya Indonesia pada tahun 2019 (Statistik Zakat
ekonomi. Nasional, 2019)
Distribusi zakat yang telah terhimpun
hendaknya dikelola dalam bentuk konsumtif
101
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
Manfaat dari zakat yang dirasakan oleh Dana zakat yang diinvetasikan bukanlah
umat Islam akan berdampak terhadap ghirah dana utama melainkan dana cadangan. Para
fastabiliqul khairat (berlomba dalam mustahik yang berada dalam keadaaan
kebaikan) dalam mengeluarkan zakat darurat atau sangat membutuhkan dana
maupun infak sedekahnya. Distrbusi zakat zakat tentu telah disalurkan dan telah
dengan cara pemberdayaan akan dipenuhi haknya. Artinya, investasi dana
terdistribusi secara ekonomis dengan adil zakat dilarang bila masih ada kebutuhan dana
dan meluas sehingga kesenjangan ekonomi zakat untuk keperluan primer (sandang,
dapat diminimalisir (Ghofur 2010). pangan dan papan) mustahik.
103
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
KESIMPULAN
Kebijakan distribusi ekonomi melalui
lembaga Islam yang didirikan dengan dasar
nirlaba dalam bentuk zakat infak sedekah
serta wakaf ini harus didukung dan dijaga
oleh pemerintah maupun sistem
pengawasannya. Khususnya, Baznas dan
Laznas yang ada saat ini agar dipastikan
segala upaya dan usaha lembaga tersebut
dapat berjalan dengan baik. Peran
pemerintah sangat krusial dalam hal
memastikan pada lembaga amil zakat telah
terpenuhi Zakat Core Principles dan
terimplementasi sehingga tujuan distribusi
ekonomi dan pemerataan pendapatan
tercapai. Tentu, Pada saat pandemi Covid-19
ini, bila distribusi ekonomi dan pendapatan
merata maka kemiskinan dapat diminimalisir.
SARAN
Lembaga Amil Zakat pemerintah dan
swasta sudah seharusnya bahu membahu dan
104
Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah
Volume 01 No 02 Tahun 2021 Hlm. 96-107
107