Anda di halaman 1dari 20

HUKUM ACARA PIDANA

PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, PENYITAAN,


PENGGELEDAHAN, PENANGKAPAN DAN
PENAHANAN

MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA


FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2024
Saleh Darmawan, S.H., M.H.
SUMBER TINDAKAN PROSES HUKUM ACARA PIDANA

Proses Hukum Acara Pidana dapat dimulai dari :

LAPORAN/ TERTANGKAP LAPORAN


PENGADUAN TANGAN INFORMASI

UU No. 8/1981 UU No. 8/1981 Perkapolri No. 6/2019


LAPORAN/PENGADUAN

LAPORAN adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang


karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat
yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya
peristiwa pidana
Pasal 1 angka ke-24 KUHAP Jo Pasal 1 angka ke-14 Perkapolri No. 6/2019

PENGADUAN adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak


yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk
menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya
Pasal 1 angka ke-25 KUHAP Jo Pasal 1 angka ke-15 Perkapolri No. 6/2019
Perbedaan Laporan dan Pengaduan
1. Perbedaan pelaporan dan pengaduan yang pertama adalah terkait perbuatan
apa dapat dilaporkan. Pelaporan dapat diajukan terhadap segala perbuatan
pidana, sedangkan pengaduan hanya mengenai kejahatan-kejahatan, di mana
adanya pengaduan itu menjadi syarat.
2. Perbedaan pelaporan dan pengaduan yang kedua terletak pada siapa yang
dapat melaporkannya. Untuk pelaporan, setiap orang dapat melaporkan
sesuatu kejadian. Namun, untuk pengaduan, hanya dapat dilakukan oleh orang-
orang yang berhak mengajukannya.
3. Perbedaan pelaporan dan pengaduan yang ketiga ada pada fungsinya terkait
penuntutan. Pelaporan tidak menjadi syarat untuk mengadakan tuntutan
pidana, sebaliknya pengaduan di dalam hal-hal kejahatan tertentu sebaiknya
merupakan syarat untuk mengadakan penuntutan.
TERTANGKAP TANGAN

TERTANGKAP TANGAN adalah tertangkapnya seorang pada waktu


sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh
khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu.
Pasal 1 angka ke-19 KUHAP Jo Pasal 1 angka ke-18 Perkapolri No. 6/2019
LAPORAN INFORMASI

LAPORAN INFORMASI adalah informasi tentang suatu peristiwa dari


masyarakat atau yang diketahui sendiri oleh Anggota Polri untuk
dilakukan penyelidikan guna mengetahui apakah peristiwa tersebut
merupakan peristiwa pidana atau bukan.
Pasal 1 angka ke-13 Perkapolri No. 6/2019
PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, PENYITAAN,
PENGELEDAHAN, PENANGKAPAN, DAN
PENAHANAN
PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari


dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Pasal 1 angka ke-5 KUHAP

PENYELIDIK adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi


wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan
Pasal 1 angka ke-4 KUHAP
PENYIDIKAN
PENYIDIKAN adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
Pasal 1 angka ke-2 KUHAP

PENYIDIK adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikann
Pasal 1 angka ke-1 KUHAP

PENYIDIK PEMBANTU adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang


karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur
dalam undang-undang ini.
Pasal 1 angka ke-1 KUHAP
PENYITAAN

PENYITAAN adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil


alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak
atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan
peradilan.
Pasal 1 angka ke-16 KUHAP
PENGGELEDAHAN

PENGGELEDAHAN RUMAH adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah


tempat tinggal dan tempat tertutup Iainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Pasal 1 angka ke-17 KUHAP

PENGGELEDAHAN BADAN adalah tindakan penyidik untuk mengadakan


pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk disita
Pasal 1 angka ke-18 KUHAP
PENANGKAPAN

PENANGKAPAN adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan


sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup
bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Pasal 1 angka ke-20 KUHAP
Syarat Sahnya Penangkapan

Pasal 17 KUHAP
Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Syarat Sahnya Penangkapan:

1 2
terhadap seorang yang diduga berdasarkan bukti
keras melakukan tindak pidana permulaan yang cukup
PENAHANAN

PENAHANAN adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat


tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini.
Pasal 1 angka ke-21 KUHAP
SYARAT PENAHANAN

SYARAT SUBYEKTIF SYARAT OBYEKTIF

Pasal 1 angka ke-21 KUHAP Pasal 1 angka ke-24 KUHAP


SYARAT PENAHANAN SUBYEKTIF

Pasal 21 ayat (1) KUHAP


Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang
menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan/atau
mengulangi tindak pidana.”
Syarat Sahnya Penahanan Subyektif

dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa


tersangka atau terdakwa:

akan melarikan diri

merusak atau menghilangkan barang bukti

Mengulangi tindak pidana


SYARAT PENAHANAN OBYEKTIF

Pasal 21 ayat (4) KUHAP


Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun
pembenian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih;
b. …
Lanjutan Syarat Penahanan Obyektif

b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :


- Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1),
Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480
dan Pasal 506 Kitab Undangundang Hukum Pidana,
- Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap ordonansi Bea dan
Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471),
- Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang
Nomor 8 Drt. Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8),
- Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47, dan
- Pasal 48 Undang Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Tahun 1976 Nomor 37, Tambähan Lembaran Negara Nomor 3086).
Thank's For
Your Attention

Anda mungkin juga menyukai